Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Mekanisme Sensorik

Kelompok F2
KETUA

: Cinthia

ANGGOTA

: Stephanie Clara
IP. Ady Putra Astawan
Michael Laban
Hollerik Sahat Efesus
Glory Artauli
Risma Lestari Siregar
Anggraini Hertanti
Ogi Leksi Susanto

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

KELOMPOK F2

102012148

Cinthia

102010250

Stephanie Clara

102011141

IP. Ady Putra Astawan

102012285

Michael Laban

102012304

Hollerik Sahat Efesus

102012343

Glory Artauli

102012426

Risma Lestari Siregar

102012440

Anggraini Hertanti

102012448

Ogi Leksi Susanto

Tujuan
Dapat membedakan perasaan subjektif panas dan dingin, menetapkan adanya titiktitik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit, memeriksa daya menentukan tempat rangsangan
taktil (lokalisasi taktil), memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil)
pada perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif), menentukan
adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (afterimage), memeriksa
daya membedakan berbagai sifat benda berdasarkan kekerasan permukaan, bentuk, bahan
pakaian, memeriksa daya menetukan sikap anggota tubuh, mengukur waktu reaksi, dan
menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.

Alat dan Bahan


1. 3 baksom dengan air bersuhu 20 , 30, 40
2. Gelas beker dan termometer kimia
3. Es
4. Alkohol dan eter
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut frey +
jarum
6. Pensil + jangka + berbagai jenis amplas + bendabenda kecil + bahanbahan
pakaian.

Cara Kerja
I.

Perasaan Subyektif Panas dan Dingin


1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dangan suhu kira-kira 20,
30, dan 40.
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 dan tangan kiri ke dalam air
bersuhu 40 selama 2 menit.
3. Catat kesan apa yang saudara alami.
4. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu
30C. Catat kesan apa yang saudara alami.
5. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak 10cm.
6. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup lagi
dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang saudara alami hasil
tiupan pada sub 4 dan 5.
7. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter. Kesan apa
yang saudara alami?

II.

Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit


1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis
pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.

2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3x3cm dan
gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas. Kotak 3x3cm, dibuat
lagi menjadi 12x12 kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak kecil.
3. Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya sampai di meja.
4. Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut
kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan
yang direndam air panas bersuhu 50C. Tandai titik-titik panas yang diperoleh
dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 dengan kerucut kuningan yang
telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan
menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang telah direndam
dalam air es. Tandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan tinta.
6. Selidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberi kesan tekan dengan
menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan
nyeri dengan jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada
lukisan tangan di kertas.
III.

Lokalosasi Taktil
1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di
kulit ujung jarinya.
2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang
tadi dengan ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit
ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.

IV.

Diskriminasi Taktil
1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan
menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada
kulit ujung jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai bawah ambang dan kemudian
jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dibedakan
sebagai 2 titik.

3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil angka
ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan
kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang
membedakan dua titik ujung jari, tengkuk dan pipi.
6. Catat apa yang saudara alami.
V.

Perasaan Iringan (After Image)


1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat
itu selama saudara melakukan percobaan VI.
2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga
saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?

VI.

Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda


A. Kekasaran Permukaan Benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas
yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat
kekasaran ampelas.
B. Bentuk Benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda
kecil yang saudara berikan (pensil, penghapus, rautan, koin dan lain-lain).
2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama atau bentuk benda-benda itu.

C. Bahan Pakaian
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan
pakaian yang saudara berikan.
2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis atau sifat bahan kain
yang dirabanya itu.
Bila OP membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk,
berat, permukaan), bagaimana kemampuan OP dalam mengetahui atau dapat
membedakan sifat benda?
VII.

Tafsiran Sikap
1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.

2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat
kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di
sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.
4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan
dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus
lengannya.
5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
Bila OP membuat kesalahan dalam melokalisasikan tempat-tempat yang
diminta, bagaimana kemampuan OP dalam melokalisasikam tmpat-tempat
yang diminta, apa nama kemampuan lokalisasi rangsang taktil?

Hasil Percobaan
I.

Perasaan subjektif panas dan dingin


Tangan kanan dimasukkan ke dalam air bersuhu 20 dan tangan kiri ke dalam 40 2
menit:
Baskom berisi 20 tangan yang dicelupkan terasa dingin
Baskom berisi 40 tangan yang dicelupkan terasa hangat
Tangan segera serentak ke dalam air bersuhu 30C:
Baskom 40 tangan terasa dingin
Baskom 20 tangan terasa hangat
Tangan di keringkan dan di tiup terasa sejuk
Tangan yang dibasahi dengan air terasa dingin
Tangan yang diolesi Alkohol terasa lebih dingin dibanding dengan tangan yang
dibasahi dengan air.

II.

Titik titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit

Setiap titik ditelapak tangan dapat merasakan dingin, tekan, dan sakit, namun
tidak semua tempat dapat merasakan rasa panas.

III.

Lokalisasi Taktil

LOKALISASI
TAKTIL
1.Ujung jari

II

III

IV

Rata-rata

0.2 cm

1 cm

0.2 cm

0.2 cm

0.1 cm

0.34 cm

2. Telapak Tangan

1 cm

0.2 cm

0.7 cm

0.5 cm

0.5 cm

0.58 cm

3. Lengan Bawah

2.5 cm

1.5 cm

0.1 cm

0.1 cm

0.2 cm

0.88 cm

4. Lengan Atas

1cm

2 cm

0.2 cm

0.1 cm

2.5 cm

1.16 cm

5. Tengkuk

2.5 cm

1.5 cm

2.5 cm

1 cm

0.5 cm

1.6 cm

Ujung jari yang paling peka. Dan yang paling tidak peka adalah tengkuk.

IV.

Diskriminasi Taktil

a. Pada tengkuk
Jarak jangka

Simultan

suksektif

3,5 cm

2 titik

2 titik

2,5 cm

1 titik

2 titik

1,5 cm

1 titik

2 titik

0,5 cm

1 titik

1 titik

b. Pada ujung jari


Jarak jangka

Simultan

suksektif

3,5 cm

2 titik

2 titik

2,5 cm

2 titik

2 titik

1,5 cm

2 titik

2 titik

0,5 cm

2 titik

2 titik

Jarak jangka

Simultan

suksektif

3,5 cm

2 titik

2 titik

2,5 cm

2 titik

2 titik

1,5 cm

2 titik

2 titik

0,5 cm

1 titik

1 titik

c. Pada pipi

Paling peka adalah ujung jari, pipi lumayan peka, sedangkan tengkuk adalah
tempat yang paling tidak peka.

V.

Perasaan iringan (After Image)


o Masih terasa adanya pensil dan saat pensil diangkat juga terasa.

VI.

Daya membedakan berbagai sifat benda


a. Kekasaran permukaan benda
Mampu membedakan amplas yang kasar dan yang halus
b. Bentuk benda
Mampu membedakan berbagai benda yang diberikan antara lain: pensil,
serutan, penghapus, koin, penggaris, pulpen, dan kain.
c. Bahan pakaian

Mampu membedakan bahan pakaian antara lain: tipis, berserat, kasar, lembut,
tebal.

VII.

Tafsiran sikap
OP dapat menyebutkan dengan benar dimana lokasi lengan bawah ketika
didekatkan ke kepalanya, ke dadanya, lututnya, dan digantungkan di sisi
badannya. OP juga dengan mudah dapat menyentuh telinga, hidung, dan dahinya
dengan perlahan-lahan setiap kali mengangkat lurus lengannya.

Pembahasan
I.

Perasaan subjektif panas dan dingin


Indra suhu berespon dengan peka terhadap perubahan suhu yang
disamping itu juga dapat berespon terhadap tingkat temperature yang tetap.
Pada praktikum ini, diberikan rangsang yang berbeda dan berubah-ubah derajat
suhunya,

hal

tersebut

membuat

tangan

OP

merasakan

suhu

yang

berbeda. Sedangkan, polesan sebagian kulit punggung tangan OP dengan


ALCOHOL 70% memberi kesan lebih dingin ketika ditiup, hal itu disebabkan
alcohol dapat menguapkan dirinya dengan menyerap kalor dipermukaan tangan
sehingga tangan terasa dingin ketika ditiup.

II.

Titik titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit


Apabila titik dingin dirangsang oleh panas akan terasa dingin pula begitu
pun sebaliknya apabila titik panas dirangsang titik dingin akan terasa
panas.Karena titik-titik rangsang nyeri, panas, dingin, ataupun tekan itu
terdapat pada titik-titik tertentu. Pada saat percobaan ketika telapak tangan diberi
rangsang panas dan dingin dititik yang sama maka akan terasa kedua-duanya
ataupun adanya sensasi bingung itu bisa dikarenakan kita sulit membedakan mana
yang panas dan yang dingin.

III.

Lokalisasi Taktil
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor, sel yang berespons terhadap
deformasi fisik dan kompesi dengan depolarisasi, yang menyebabkan potensial
reseptor. Apabila depolarisasinya cukup besar, serabut saraf yang melekat ke
reseptor mencetuskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke medula
spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki sensitivitas dan
kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Semakin distal maka akan
semakin sensitiv lokalisasi taktilnya

IV.

Diskriminasi Taktil
Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang
mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang
meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari. Setiap jaras
sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik
lateral. Sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron
yang berdekatan. Sebagai contoh, neuron yang dirangsang di nukleus kolumna
dorsalis. Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan
sinyal inhibitorik ke neuron

di sekitarnya.

Jadi, sinyal ini lewat melalui

interneuron tambahan yang mensekresi transmitter inhibitorik. Pentingnya inhibisi


lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke
lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan
di korteks serebralis.
Jika pada OP terasa satu titik dimana sebelumnya ia merasa dua, maka itu
ambang diskriminsi taktilnya. Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif
yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. Seseorang dapat
menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang terpisah dan bukan menjadi satu
yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di daerah tersebut.

V.

Perasaan iringan (After Image)


Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui
tekanan, getaran dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam

memakai benda tersebut. sehingga pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor


tersebut memperlihatkan suatu off reseptor dan adanya sirkuit reverberasi atau
sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa benda telah di copot.
Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.
Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran
rantai neuron daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.

VI.

Daya membedakan berbagai sifat benda


Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut
agnosia.jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali
benda itu,disebut agnosia visual.jika ketidakmampuan seorang pasien
mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik di sebut
agnosia taktil

VII.

Bentuk

: Asterogsia (agnosia aktif)

Berat

: Baragnosia

Kekasaran Permukaan

: Thigmanesthesia

Tafsiran sikap
Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik itu yang berasal dari
dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi pada
tubuh kita tidak lepas dari peranan sistem saraf. Dalam percobaan diataa OP dapat
menyebutkan dan melakukan gerakan yang diminta asisten dengan benar. Hal ini
menunjukkan OP dalam keadaan normal dan tidak mengalami gangguan
neurologis.
Apabila OP tidak dapat menyebutkan dan menunjukkan tempat-tempat
yang diminta, maka dapat diaktakan OP menderita Dysdiadochokinesis.

Kesimpulan
Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin. Titik panas,dingin,tekan
dan nyeri berbeda pada tiap tempat di kulit. Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak
sama besar pada seluruh bagian tubuh. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan,
dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. TPL
(lokalisasi taktil) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata, bibir, dan lainlain. Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan
sebagai satu titik. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan
melalui tekanan, getaran dan sifat-sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam
memakai benda tersebut. Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan
bahwa sifat sensoris. Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh
baik.

Daftar pustaka
1. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2009.
3. Syaifuddin H. Anatomi fisiologi. Edisi 3. Penerbit EGC; 2006.hal 299.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. EGC; 2012.hal 203.

Anda mungkin juga menyukai