Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI TATARUANG WILAYAH MELALUI ANALISIS

NERACA PENATAGUNAAN LAHAN DI SEBAGIAN


KECAMATAN DEPOK
Bayu Andrianto 1 Irene Riana 1 Nita Maulia 1
1

Badan Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman


Jln. KRT. Pringgodiningrat No. 5, Tridadi, Sleman. 0274-865473

INTISARI
Evaluasi terhadap tata ruang wilayah sangat diperlukan untuk menyesuaikan arah kebijakan
pemerintah dengan perkembangan wilayah yang sedang berlangsung. Evaluasi tersebut dapat
dilakukan diantaranya melalui penyusunan neraca penatagunaan lahan. Neraca tersebut
dibutuhkan oleh pemerintah daerah dan dapat menjadi input dalam penyusunan tataruang dalam
menentukan prioritas dan rencana tataruang mendatang. Terdapat beberapa langkah yang harus
dilalukan untuk menyusun neraca tataruang wilayah yang kemudian, yaitu Analisis terhadap
trend perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan serta Analisis kesesuaian penggunaan dan
pemanfaatan lahan. Setelah langkah-langkah tersebut disusun diharapkan kita mendapatkan
gambaran dan memberikan gambaran rekomendasi mengenai daerah yang harus dioptimalkan
pembangunannya dan dikendalikan perencanaanya.
Kata kunci: Evaluasi, Tataruang, Neraca Penatagunaan lahan, Rekomendasi.

I. LATAR BELAKANG DAN PERUMUSAN MASALAH


Tataruang/Tataguna tahah yang merupakan pedoman pelaksanaan pembangunan
daerah yang merupakan gambaran implementasi kebijakan pembangunan. Secara umum
tara ruang yang dijalankan haruslah memiliki tiga fungsi yaitu fungsi perencanaan,
pengendalian, dan pengaturan (PP 16 Tahun 2004). Tara ruang dan perencanaan daerah
biasanya memiliki jangka waktu dan diperbaharui setiap 10 tahun sekali, dimana dalam
jangka waktu tersebut perlu dilakukan review-review dan penyusuaian kembali terhadap
rencana tataruang, terutama untuk daerah yang berkembang pesat.
Salah satu cara untuk melakukan peninjauan dan review terhadap kebijakan
penataan lahan adalah dengan pembuatan neraca tataguna lahan yang berfungsi untuk
menghitung dan melihat seberapa efektifkah pembangunah yang dilaksanakan dapat
berjalan. Beberapa peraturan pemerintah yang mencadi acuan penataan ruang seperti
Peraturan Mendagri No.3 1978, Undang-undang No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Pasal 23 menyatakan bahwa penyelenggaraan
penatagunaan lahan antara lain berupa penetapan perimbangan antara ketersediaan dan

kebutuhan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan menurut fungsi kawasan


yang meliputi :
a.

Penyajian neraca perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan;

b.

Penyajian neraca kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan lahan pada rencana tata
ruang;

c.

Penyajian dan penetapan prioritas ketersedian lahan.


Dengan demikian penyajian neraca penatagunaan lahan tersebut sangat

dibutuhkan oleh pemerintah (BPN, 2001). Dalam penyusunan tataruang neraca dapat
menjadi input pertimbangan dalam menentukan prioritas dan rencana tataruang
mendatang, karena tentunya seiring dengan perubahan-perubahan dan trend
pertumbuhan yang terjadi perlu masukan maupun revisi terhadap tataruang terdahulu.
Kecamatan Depok merupakan kecamatan yang berdekatan dengan Kota
Yogyakarta, serta mempunyai intensitas pemanfaatan lahan yang tinggi dan kompleks.
Pesatnya pertumbuhan penduduk dengan berbagai aktivitas perekonomiannya menuntut
kondisi sosial-ekonomi yang lebih baik, sehingga kebutuhan lahan juga meningkat dari
waktu ke waktu, Sementara, potensi dan luas lahan yang tersedia sangat terbatas.
Pertumbuhan penduduk yang pesat di kecamatan ini cenderung meniadakan ruang
terbuka hijau, mendorong desentralisasi permukiman, serta menggeser lahan pertanian
ke wilayah pinggiran.
Tataruang wilayah Depok terakhir kali dibuat untuk jangka waktu 2001-2011.
Dengan adanya penelitian dan evaluasi ini diharapkan dapat menjadi input penyusunan
tataruang mendatang untuk jangka waktu 2012-2022, maupun menjadi review bagi
kebijakan yang sudah berjalan. Namun dalam penelitian ini digunakan data tahun 20022008 dimana pada tahun ini merupakan masa dimana peralihan otonomi daerah dan
tahun dimana awal terjadinya perubahan penggunaan lahan yang cepat.
II. TUJUAN
Kegiatan penyusunan neraca penggunaan lahan di wilayah studi ini bertujuan
untuk :
1.

Mengetahui trend pertumbuhan jenis atau bentuk penggunaan lahan yang ada;

2.

Mengetahui kesesuaian jenis penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang yang
sudah ditetapkan;

3.

Mengetahui neraca jenis penggunaan lahan yang ada saat ini (eksisting) terhadap
rencana penggunaan lahan fungsi kawasan tata ruang;

4.

Menyiapkan bahan masukan bagi kegiatan penyelenggaraan pengendalian


penatagunaan lahan dalam rangka menunjang implementasi Rencana Tata Ruang.

III. METODOLOGI PENELITIAN


III. 1. Kerangka Pikir Studi
Berdasarkan uraian permasalahan sebelumnya, maka dalam kegiatan ini
menggunakan alur pikir berikut di bawah ini. Pada penelitian ini daerah yang dipilih
adalah daerah yang berada pada RDTR (Rencana Detil Tataruang) Depok, dimana
daerah ini merupakan salah satu daerah yang tumbuh dan berkembang pesat
Peta Penggunaan
Lahan Saat Ini

Peta Rencana
Tata Ruang

Analisis kesesuaian
penggunaan lahan dari sisi
Kriteria
Kesesuaian
Neraca Penggunaan
Lahan

Trend
Perubahan
Penggunaan

Data
sekunder dari
instansi yang

Kesesuaian
penggunaan lahan dan
rencana tata ruang

Potensi
Penggunaan lahan

REKOMENDASI

III.2. Cara Penyusunan Neraca Penatagunaan Lahan


Penyusunan neraca penatagunaan lahan dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut :

Pemetaan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan, serta arahan penetapan


fungsi kawasan (disesuaikan dengan aturan-aturan dan kaidah Bakosurtanal, 1993)
dengan alat bantu berupa perangkat GIS (Prahasta, 2001),

Penyusunan neraca penatagunaan lahan, yang meliputi :


o Analisis perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan
o Analisis kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan lahan

Adapun kriteria Dasar Penilaian Dan Matriks Kesesuaian Penggunaan Lahan terhadap
Rencana Tata Ruang yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
KESESUAIAN PENGGUNAAN

KRITERIA

LAHAN DENGAN RENCANA


TATA RUANG
Sesuai

Jika penggunaan lahan yang ada saat ini (eksisting)


sesuai dengan fungsi kawasan menurut RDTR Wilayah
dan secara umum sudah merupakan pemanfaatan
optimal

Review atas Rencana Tata Ruang

Jika penggunaan lahan eksisting tidak sesuai dengan

yang sudah ada

RDTRW, namun kondisi penggunaan lahan eksisting


tersebut

secara

ekologis

masih

perlu/dapat

dipertahankan;
Belum optimal

Jika penggunaan lahan eksisting secara umum sudah


sesuai dengan fungsi kawasan menurut RDTRW,
namum penggunaannya dinilai belum optimal.

Tidak sesuai

Jika penggunaan lahan eksisting tidak sesuai/saling


bertentangan dengan fungsi kawasan menurut RDTR
Wilayah, dan dinilai kurang mampu mencerminkan
proses pembangunan yang berkelanjutan

III. 3.Penyusunan Peta Output yang berupa rekomendasi tataruang mendatang


Peta identifikasi penguasaan dalam cakupan luas tersebut kemudian
ditumpangsusunkan dengan peta arahan fungsi kawasan menurut Rencana Tata Ruang
Wilayah, sehingga dihasilkan peta ketersediaan lahan untuk kawasan budidaya dan
kawasan fungsi lindung. Untuk lahan yang sudah ada penggunaa dan penguasaannya
ditumpangsusunkan dengan peta kesesuaian penggunaan lahan, sehingga dihasilkan
peta prioritas ketersediaan lahan dengan klasifikasi sebagai berikut :
a) Tersedia untuk kegiatan budidaya sesuai dengan fungsi kawasan

b) Tersedia terbatas untuk fungsi lindung


c) Telah ada penguasaan lahan dan penggunaan lahannya sesuai dengan fungsi
kawasan
d) Telah ada penguasaan lahan, tetapi penggunaan lahannya tidak sesuai
dengan fungsi kawasan.
Hasil dari analisis tersebut diatas ditampilkan dalam bentuk tabel dan dalam
bentuk peta untuk mengetahui agihannya secara spasial, sehingga akan memudahkan
analisis lebih lanjut untuk mendapatkan rekomendasi penatagunaan lahan.
IV. PEMBAHASAN PELAKSANAAN KEGIATAN
IV.1. Analisis Kecenderungan Perubahan Penggunaan Lahan
Melalui analisis data sekunder dari BPS, 2002 dan 2006 dapat diketahui bahwa
Penggunaan lahan di Wilayah Kecamatan Depok adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok Tahun 2002
dan 2006
No.

Jenis Penggunaan Lahan

Lahan Sawah

Bangunan Pekarangan

3
4

2002

2006

572,40

16,10

430,85

12,12

1812,32

50,98

1979,90

55,69

Lahan Kering

274,50

7,72

252,00

7,09

Lain-Lainnya

895,78

25,20

892,25

25,10

3555,00

100,00

3555,00

100,00

Jumlah
Sumber

Luas Lahan (Ha)

: Kecamatan Depok Dalam Angka 2002 dan 2006

*) Meliputi : hutan rakyat, hutan negara, kolam/empang/tebat, lahan kuburan, jalan, dan lapangan.

Hasil analisis penelitian yang dilakukan terhadap perubahan penggunaan lahan


di Kecamatan Depok menunjukan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan dari
lahan

pertanian

menjadi

peruntukan

jasa/perkantoran,dsb (non-pertanian).

permukiman,

tegalan,

perdagangan,

Tabel 4.2 Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Depok 2002 dan 2006
No.

Jenis Penggunaan Lahan

Luas Tanah (Ha)

Pertambahan (Ha)

R
(%)

2002

2006

572,40

430,85

-141,55

-24,729

1812,32

1979,90

167,58

1,784

Tanah Sawah

Bangunan Pekarangan

Tanah Kering

274,50

252,00

-22,50

-1,696

Lain-Lainnya

895,78

892,25

-3,53

-0,078

Sumber: Kecamatan Depok dalam angka 2002 dan 2006


Keterangan:

(+)

terjadi penambahan

(-)

terjadi pengurangan

Dari tabel di atas dapat diamati bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan dari
non bult-up area menjadi bult-up area yang cukup besar dari 2002-2006. Jikalau
dibandingkan dengan pertambahan penduduk maka kejadian perubahan penggunaan
lahan akan berbanding lurus dengan pertambahan penduduk. Hal ini sesuai dengan apa
yang diungkapkan oleh Yunus (2000) bahwa dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan kegiatan penduduk perkotaan akan meningkatkan kebutuhan ruang kekotaan yang
lebih besar.
IV.3. Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang
(Neraca penatagunaan Lahan)
Neraca kesesuaian penggunaan lahan adalah perbandingan antara arahan
kawasan menurut tata ruang dengan kondisi eksisting penggunaan lahan saat ini.
Analisis ini dilakukan di wilayah Kecamatan Depok, sehingga menghasilkan penilaian
kondisi kawasan dalam tingkat kesesuaian lahan yang terdiri dari 5 kategori, yaitu:
Sesuai, Tidak sesuai, Belum optimal, Perlu review atas RDTR 2001-2011, serta Belum
ada rencana (khusus untuk wilayah yang belum ada rencana tata ruangnya).
Untuk menghasilkan informasi spasial tersebut di atas, peta penggunaan lahan
eksisting ditumpangsusunkan dengan peta rencana tata ruang, dengan mengikuti
pedoman (rule) pada Tabel yang tertera pada bab metodologi.

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Penggunaan Lahan 2008

Rencana Tata Ruang Depok 2001-2011

Hasil analisis pada tumpang susun antara matriks kesesuaian tataruang dengan
penggunaan lahan eksisiting dapat dilihat pada peta dan tabel di bawah:

Gambar 4.3 Peta Kesesuaian RDTR dengan Penggunaan Lahan 2008


Tabel 4.3. Neraca Penggunaan Lahan dengan Arahan Tata Ruang Kecamatan Depok
2008
Luas kesesuaian penggunaan lahan dng arahan tata ruang (Ha)
Fungsi kawasan

Sesuai

Review

Belum

Tidak

Belum Ada

RDTR

Optimal

Sesuai

Rencana

Jumlah

Hotel

12,70

0,25

2,22

Jalur Hijau

78,22

0,00

3,71

63,67

145,60

6,00

0,77

1,16

0,22

8,16

Pelayanan

14,34

8,25

1,09

Pendidikan

180,96

2,59

6,71

5,62

195,87

Perdagangan

35,78

32,57

17,56

142,71

228,62

Permukiman

745,85

78,17

104,44

9,43

937,89

Pertanian

63,14

0,00

0,53

21,29

84,96

Rekreasi

14,00

0,00

1,29

0,51

15,80

Terminal

0,77

0,31

0,12

1,87

3,07

Kawasan Khusus

15,16

23,69

Belum Ada
Rencana
TOTAL

1151,75

Sumber : Analisis data sekunder

122,91

138,84

245,33

1896,17

1896,17

1896,17

3555,00

Jika dilakukan pencermatan terhadap rencana tataruang dengan Kondisi


penggunaan lahan 2008 di Kecamatan Depok, walupun mengalami kecenderungan
perubahan penggunaan lahan yang besar, namun Kecamatan Depok mengalami surplus
lahan pertanian. Surplus yang dimaksudkan adalah penggunaan lahan pada kondisi
eksisting lebih besar daripada luas lahan yang direncanakan dalam kawasan yang sama.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Kecamatan Depok mengalami konversi yang cukup besar dari lahan pertanian
menjadi lahan non-pertanian.
2. Kecamatan Depok memiliki kecenderungan pengunaan lahan lebih besar untuk
bangunan dan pekarangan.
3. walupun mengalami kecenderungan perubahan penggunaan lahan yang besar,
namun Kecamatan Depok mengalami surplus lahan pertanian.
4. Analisis terhadap trend perubahan penggunaan lahan sangat perlu dilakukan untuk
melakukan penyusunan blok-blok penggunaan lahan mendatang.
V.2 Saran
Saran atau rekomendasi terkait hasil kesimpulan diatas adalah sebagai berikut:
1.

Berdasarkan luas lahan pada Rencana Detail Tata Ruang, untuk kawasan
peruntukan yang telah melebihi atau overload terutama untuk lahan bangunan
dan pekarangan hendaknya diarahkan di luar wilayah Ibu Kota Kecamatan.

2.

Sebagian besar wilayah pengamatan secara fisik masih termasuk kawasan


perdesaan kecuali pada kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta sehingga
perencanaan panataan ruang /peruntukan lahan diharapkan lebih cenderung pada
pengembangan untuk mendukung potensi pertanian yang ada pada wilayah
masing-masing kecamatan.

DAFTAR PUSTAKA
Bakosurtanal. 1993. Spesifikasi Teknis Pembentukan Basis Data Rupabumi. Bogor.
Bakosurtanal, Bogor.

BPN. 2001. Pedoman Neraca Penggunaan Tanah Perkotaan. Proyek Peningkatan


Administrasi Pertanahan Pusat. BPN, Jakarta.
BPS. 2002. Kecamatan Depok Dalam Angka Tahun 2002. BPS, Yogyakarta.
BPS. 2002. Kabupaten Sleman Dalam Angka Tahun 2002. BPS, Yogyakarta
BPS. 2006. Kecamatan Depok Dalam Angka Tahun 2006. BPS, Yogyakarta.
BPS. 2006. Kabupaten Sleman Dalam Angka Tahun 2006. BPS, Yogyakarta.
Fakultas Geografi UGM - Bakosurtanal. 2002. Pengembangan SPEK Metode dan
Kontrol Kualitas Pemetaan Tematik Dasar. Fakultas Geografi, UGM,
Yogyakarta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1978 tentang Fatwa Tata Guna
Lahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

16

Tahun

2004 Tentang

Penatagunaan Tanah.
Prahasta, Eddy. 2001. Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika, Bandung.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Yunus, Hadi Sabari. 2000. Tataruang Kota. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai