INTISARI
Evaluasi terhadap tata ruang wilayah sangat diperlukan untuk menyesuaikan arah kebijakan
pemerintah dengan perkembangan wilayah yang sedang berlangsung. Evaluasi tersebut dapat
dilakukan diantaranya melalui penyusunan neraca penatagunaan lahan. Neraca tersebut
dibutuhkan oleh pemerintah daerah dan dapat menjadi input dalam penyusunan tataruang dalam
menentukan prioritas dan rencana tataruang mendatang. Terdapat beberapa langkah yang harus
dilalukan untuk menyusun neraca tataruang wilayah yang kemudian, yaitu Analisis terhadap
trend perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan serta Analisis kesesuaian penggunaan dan
pemanfaatan lahan. Setelah langkah-langkah tersebut disusun diharapkan kita mendapatkan
gambaran dan memberikan gambaran rekomendasi mengenai daerah yang harus dioptimalkan
pembangunannya dan dikendalikan perencanaanya.
Kata kunci: Evaluasi, Tataruang, Neraca Penatagunaan lahan, Rekomendasi.
b.
Penyajian neraca kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan lahan pada rencana tata
ruang;
c.
dibutuhkan oleh pemerintah (BPN, 2001). Dalam penyusunan tataruang neraca dapat
menjadi input pertimbangan dalam menentukan prioritas dan rencana tataruang
mendatang, karena tentunya seiring dengan perubahan-perubahan dan trend
pertumbuhan yang terjadi perlu masukan maupun revisi terhadap tataruang terdahulu.
Kecamatan Depok merupakan kecamatan yang berdekatan dengan Kota
Yogyakarta, serta mempunyai intensitas pemanfaatan lahan yang tinggi dan kompleks.
Pesatnya pertumbuhan penduduk dengan berbagai aktivitas perekonomiannya menuntut
kondisi sosial-ekonomi yang lebih baik, sehingga kebutuhan lahan juga meningkat dari
waktu ke waktu, Sementara, potensi dan luas lahan yang tersedia sangat terbatas.
Pertumbuhan penduduk yang pesat di kecamatan ini cenderung meniadakan ruang
terbuka hijau, mendorong desentralisasi permukiman, serta menggeser lahan pertanian
ke wilayah pinggiran.
Tataruang wilayah Depok terakhir kali dibuat untuk jangka waktu 2001-2011.
Dengan adanya penelitian dan evaluasi ini diharapkan dapat menjadi input penyusunan
tataruang mendatang untuk jangka waktu 2012-2022, maupun menjadi review bagi
kebijakan yang sudah berjalan. Namun dalam penelitian ini digunakan data tahun 20022008 dimana pada tahun ini merupakan masa dimana peralihan otonomi daerah dan
tahun dimana awal terjadinya perubahan penggunaan lahan yang cepat.
II. TUJUAN
Kegiatan penyusunan neraca penggunaan lahan di wilayah studi ini bertujuan
untuk :
1.
Mengetahui trend pertumbuhan jenis atau bentuk penggunaan lahan yang ada;
2.
Mengetahui kesesuaian jenis penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang yang
sudah ditetapkan;
3.
Mengetahui neraca jenis penggunaan lahan yang ada saat ini (eksisting) terhadap
rencana penggunaan lahan fungsi kawasan tata ruang;
4.
Peta Rencana
Tata Ruang
Analisis kesesuaian
penggunaan lahan dari sisi
Kriteria
Kesesuaian
Neraca Penggunaan
Lahan
Trend
Perubahan
Penggunaan
Data
sekunder dari
instansi yang
Kesesuaian
penggunaan lahan dan
rencana tata ruang
Potensi
Penggunaan lahan
REKOMENDASI
Adapun kriteria Dasar Penilaian Dan Matriks Kesesuaian Penggunaan Lahan terhadap
Rencana Tata Ruang yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
KESESUAIAN PENGGUNAAN
KRITERIA
secara
ekologis
masih
perlu/dapat
dipertahankan;
Belum optimal
Tidak sesuai
Lahan Sawah
Bangunan Pekarangan
3
4
2002
2006
572,40
16,10
430,85
12,12
1812,32
50,98
1979,90
55,69
Lahan Kering
274,50
7,72
252,00
7,09
Lain-Lainnya
895,78
25,20
892,25
25,10
3555,00
100,00
3555,00
100,00
Jumlah
Sumber
*) Meliputi : hutan rakyat, hutan negara, kolam/empang/tebat, lahan kuburan, jalan, dan lapangan.
pertanian
menjadi
peruntukan
jasa/perkantoran,dsb (non-pertanian).
permukiman,
tegalan,
perdagangan,
Tabel 4.2 Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Depok 2002 dan 2006
No.
Pertambahan (Ha)
R
(%)
2002
2006
572,40
430,85
-141,55
-24,729
1812,32
1979,90
167,58
1,784
Tanah Sawah
Bangunan Pekarangan
Tanah Kering
274,50
252,00
-22,50
-1,696
Lain-Lainnya
895,78
892,25
-3,53
-0,078
(+)
terjadi penambahan
(-)
terjadi pengurangan
Dari tabel di atas dapat diamati bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan dari
non bult-up area menjadi bult-up area yang cukup besar dari 2002-2006. Jikalau
dibandingkan dengan pertambahan penduduk maka kejadian perubahan penggunaan
lahan akan berbanding lurus dengan pertambahan penduduk. Hal ini sesuai dengan apa
yang diungkapkan oleh Yunus (2000) bahwa dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan kegiatan penduduk perkotaan akan meningkatkan kebutuhan ruang kekotaan yang
lebih besar.
IV.3. Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang
(Neraca penatagunaan Lahan)
Neraca kesesuaian penggunaan lahan adalah perbandingan antara arahan
kawasan menurut tata ruang dengan kondisi eksisting penggunaan lahan saat ini.
Analisis ini dilakukan di wilayah Kecamatan Depok, sehingga menghasilkan penilaian
kondisi kawasan dalam tingkat kesesuaian lahan yang terdiri dari 5 kategori, yaitu:
Sesuai, Tidak sesuai, Belum optimal, Perlu review atas RDTR 2001-2011, serta Belum
ada rencana (khusus untuk wilayah yang belum ada rencana tata ruangnya).
Untuk menghasilkan informasi spasial tersebut di atas, peta penggunaan lahan
eksisting ditumpangsusunkan dengan peta rencana tata ruang, dengan mengikuti
pedoman (rule) pada Tabel yang tertera pada bab metodologi.
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Hasil analisis pada tumpang susun antara matriks kesesuaian tataruang dengan
penggunaan lahan eksisiting dapat dilihat pada peta dan tabel di bawah:
Sesuai
Review
Belum
Tidak
Belum Ada
RDTR
Optimal
Sesuai
Rencana
Jumlah
Hotel
12,70
0,25
2,22
Jalur Hijau
78,22
0,00
3,71
63,67
145,60
6,00
0,77
1,16
0,22
8,16
Pelayanan
14,34
8,25
1,09
Pendidikan
180,96
2,59
6,71
5,62
195,87
Perdagangan
35,78
32,57
17,56
142,71
228,62
Permukiman
745,85
78,17
104,44
9,43
937,89
Pertanian
63,14
0,00
0,53
21,29
84,96
Rekreasi
14,00
0,00
1,29
0,51
15,80
Terminal
0,77
0,31
0,12
1,87
3,07
Kawasan Khusus
15,16
23,69
Belum Ada
Rencana
TOTAL
1151,75
122,91
138,84
245,33
1896,17
1896,17
1896,17
3555,00
Berdasarkan luas lahan pada Rencana Detail Tata Ruang, untuk kawasan
peruntukan yang telah melebihi atau overload terutama untuk lahan bangunan
dan pekarangan hendaknya diarahkan di luar wilayah Ibu Kota Kecamatan.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Bakosurtanal. 1993. Spesifikasi Teknis Pembentukan Basis Data Rupabumi. Bogor.
Bakosurtanal, Bogor.
16
Tahun
2004 Tentang
Penatagunaan Tanah.
Prahasta, Eddy. 2001. Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika, Bandung.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Yunus, Hadi Sabari. 2000. Tataruang Kota. Pustaka Pelajar, Yogyakarta