KIMIA ANALITIK I
Nama
Fadli
Ahmad
Muntaqo
NIM
: G44080106
Tanggal Praktikum
: 11 November
2009
Nama Asisten
Nama PJP
: Riky Fajrin
: Mohammad Raffi
Metode
Soxhlet
Refluks
Perenda
man
Perenda
man
Perenda
man
Jenis
Bobot
pelaru conto
t
h
(gram
)
Metan 2.507
ol
8
Metan 2.527
ol
8
Metan 2.500
ol
0
Metan 2.500
ol
7
Metan 2.500
ol
7
Contoh perhitungan
Metode soxhlet
Bobot
erlenmeyer
kosong
(gram)
Bobot
erlenmey
er + isi
(gram)
Bobot
ekstra
k
(gram)
%
rendem
an
84.3189
84.7204
0.3815
15.21
57.4709
59.2240
1.7531
69.35
55.0693
55.2718
0.2025
8.10
56.2031
56.3817
0.1786
7.10
58.4137
58.6051
0.1914
7.65
erlenmeyer kosong
Pembahasan
Dari hasil praktikum didapat persen rendeman untuk metode
soxhlet sebesar 15.21%, metode refluks sebesar 69.35%, dan metode
perendaman sebesar 8.10%, 7.10%, dan 7.65%. Dari data di atas
dapat dilihat bahwa metode refluks memiliki persen rendeman paling
besar. Berdasarkan teori metode soxhlet merupakan metode yang
paling baik dan memiliki persen rendeman yang paling besar. Hal ini
merupakan suatu penyimpangan. Penyimpangan ini disebabkan oleh
kesalahan, yaitu kesalahan saat penimbangan, kesalahan penggunaan
pelarut yang seharusnya menggunakan pelarut yang pekat, kesalahan
karena penggunaan alat yang kotor, kesalahan saat memindahkan
hasil ekstrak ke wadah baru yang telah diketahui bobotnya dimana
masih adanya analat yang tertinggal dan menempel pada dinding labu
didih , kesalahan waktu ekstraksi yang terlalu cepat sehingga proses
ekstraksi tidak sempurna, kesalahan saat penyaringan dimana masih
adanya analat yang tidak ikut terbilas pelarut sehingga menempel
pada kertas saring dan kesalahan adanya analat dalam sampel yang
ikut terurai karena panas. Kesempurnaan suatu ekstraksi tergantung
pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh
jika jumlah ekstraksi yang dilakukan relatif besar dengan jumlah
pelarut yang kecil (Khopkar, 2007). Dengan kata lain semakin besar
hasil ekstraksi maka semakin besar pula persen rendeman yang
didapat sehingga metode yang dilakukan semakin baik.
Pemilihan
pelarut
merupakan
salah
satu
hal
yang
mempengaruhi hasil ekstraksi. Pada percobaan ini digunakan pelarut
metanol. Metanol memiliki titik didih 64,5 C (Fessenden dan
Fessenden, 1982). Pelarut yang digunakan haruslah pelarut yang
dapat berinteraksi dengan bahan. Selain dapat melakukan interaksi
dengan bahan, pelarut harus memiliki titik didih yang lebih rendah
dibandingkan titik didih analat yang terkandung dalam contoh. Serta
pelarut tersebut mudah untuk dimurnikan kembali. Namun, pada saat
praktikum terjadi kesalahan penggunaan konsentrasi pelarut,
seharusnya digunakan pelarut dengan konsentrasi 98%. Kesalahan
tersebut menyebabkan ekstaksi menjadi lebih lama karena dengan
konsentrasi yang lebih encer interaksi antara pelerut yang seharusnya
menjadi jarang. Berbeda dengan pelarut yang pekat, pelarut akan