Disusun Oleh :
Sugiarti Norvia
24030110130052
Aghnia Maraya P 24030110130054
Mei Viantikasari
24030110130055
Arif Sony Wibowo 24030110130056
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fenomena fotokatalisis pada permukaan semikonduktor metal-oksida
pertamakali dikemukakan oleh Renz tahun 1921. Sejak tahun 1921 dan sampai
tahun 1960-an fenomena tersebut belum mendapatkan reaksi yang yang istimewa
dari para peneliti. Popularitas semikonduktor fotokatalisis mulai meningkat
setelah publikasi oleh Akira Fujishima di majalah Nature 1972, tentang
pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen menggunakan kristal tunggal TiO2
dengan input sinar UV berenergi rendah. Para peneliti mendapatkan aspek lain
dari fenomena fotokatalisis lebih feastible untuk tataran aplikasi keseharian, yakni
turunan teknologinya sebagai pengolah air dan/atau udara, serta kemampuannya
membuat permukaan bahan menjadi tetap bersih (swabersih).
Fotokatalisis adalah suatu proses yang dibantu oleh adanya cahaya dan
material katalis. Dengan pencahayaan ultra violet ( l < 405 nm) permukaan salah
satu fotokatalis TiO2 mempunyai kemampuan menginisiasi reaksi kimiawi. Dalam
media air, kebanyakan senyawa organik dapat dioksidasi menjadi karbon dioksida
dan air, berarti proses tersebut dapat membersihkan air dari pencemar organik.
Senyawa-senyawa anorganik seperti sianida dan nitrit yang beracun dapat diubah
menjadi senyawa lain yang relatif tidak beracun. Sementara dengan mengelola sisi
reduksi proses tersebut, karbon dioksida dapat diubah menjadi alkohol, suatu cara
produksi zat organik yang berguna, mirip dengan proses fotosintesa pada
tumbuhan (chem-is-try.org).
Prinsip fotokatalisis dapat diaplikasikan dalam berbagai macam aspek,
tetapi dalam mengaplikasikan prinsip tersebut perlu studi lanjut mengenai
definisi, konsep dasar, dan bahan yang dapat digunakan sebagai fotokatalisis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KATALIS
Katalis adalah substansi yang mempercepat reaksi tetapi tidak
terkonsumsi pada reaksi tersebut [http//www.uic.com]. Senyawa antara yang
dihasilkan bersifat sangat aktif sehingga secara cepat dapat mengalami
perubahan mengikuti tahap reaksi yang berlangsung sampai akhirnya menjadi
produk dan meninggalkan katalis kembali ke bentuk semula. Hal ini
disebabkan karena katalis dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi.
Umumnya katalis bersifat spesifik, artinya katalis tertentu dapat
mempercepat reaksi tertentu. Katalis yang dibentuk dari komponen
komponen yang menunjang sifat katalis yang diharapkan. Pada dasarnya sifat
katalis yang diharapkan adalah aktif, selektif, stabil dan ekonomis [Fogler,
1999].
Berdasarkan fasanya, katalis dibagi menjadi dua jenis yaitu katalis
homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang berada
pada fasa yang sama dengan fasa reaktan, biasanya fasa cair. Sedangkan katalis
heterogen adalah katalis yang berbeda fasa dengan reaktannya.
B. PENGERTIAN FOTOKATALISIS
Fotokatalisis adalah suatu proses yang dibantu oleh adanya cahaya
dan material katalis. Dengan pencahayaan ultra violet (254 nm) permukaan
TiO2 mempunyai kemampuan mengionisasi reaksi kimiawi. Dalam media air,
kebanyakan senyawa organik dapat dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air,
berarti proses tersebut dapat membersihkan air dari pencemar organik.
Senyawa-senyawa anorganik seperti sianida dan nitrit yang beracun dapat
diubah menjadi senyawa lain yang relatif tidak beracun. Sementara dengan
mengelola sisi reduksi proses tersebut, karbon dioksida dapat diubah menjadi
alkohol, suatu cara produksi zat organik yang berguna, mirip dengan proses
fotosintesa
pada
tumbuhan.
Penyinaran
permukaan
TiO2 (bersifat
pada pita konduksi dan hole pada pita valensi. Reaksi yang terjadi untuk
fenomena ini adalah [Hermann, 1999; Sopyan, 1998] :
(ecb- + hvb+)
Semikonduktor + hv
Selanjutnya
pasangan
elektron-hole
yang
(2.1)
tyerbentuk
akan
Semikonduktor + heat
(2.2)
h+
N + E
(2.5)
Salah satu aplikasi dari proses fotokatalisis ini adalah pada pembuatan
nano perak dari perak nitrat yang kemudian bisa digunakan untuk proses
penyempurnaan tekstil anti bakteri.
bantuna radiasi tinggi dari sinar UV. Adapun tahapannya adalah kain dibenamperas pada larutan yang mengandung perak nitrat, kemudian dikeringkan pada
suhu 60C. Selanjutnya benam-peras (80%) kembali pada larutan NaCl dan
dikeringkan kembali. Satu factor yang harus diperhatikan ketika melakukan
proses ini adalah konsentrasi dari NaCl yang digunakan. Karena jika tidak
sesuai dengan stoikiometrinya perak nitrat tidak bisa berubah menjadi perak
klorida yang bisa menjadi katalis.
Proses berikutnya adalah peradiasiaan kain dengan kekuatan tinggi
selam 24 detik dengan menggunakan radioator UV HF4 CENARO dengan
lampu 2850 W. Dengan radiasi tinggi (cahaya) bisa menurunkan muatan positif
ion logam dan membentuk nano partikel perak/ nano perak dengan ukuran 5
30 nm.
F. KATALIS SEMIKONDUKTOR
Semikonduktor adalah bahan yang memiliki daerah energi kosong
(void energy region) yang disebut celah pita (band gap) yang berada diantara
konduktor dan isolator. Banyak jenis bahan semikonduktor yang tersedia secara
komersial tetapi hanya sedikit yang cocok dipakai sebagai fotokatalis dalam
menguraikan ber4bagai polutan organik. Kriteria yang diperlukan bahan
semikonduktor sebagai katalis adalah [Litter, 1999] :
1. Bersifat fotoaktif
2. Mampu memanfaatkan cahaya tampak atau ultraviolet dekat
3. Bersifat inert secara biologis dan kimiawi
4. Bersifat fotostabil (stabil terhadap cahaya)
5. Murah dan mudah didapatkan
6. Tidak larut dalam reaksi
Katalis semikonduktor untuk proses fotokatalisis terdiri dari jenis
oksida dan sulfida. Katalis semikonduktor termasuk jenis oksida contohnya
TiO2, Fe2O3, ZnO, SnO2, dan WO3, sedangkan yang termasuk jenis sulfida
contohnya CdS, CuS, dan ZnS [Hermann, 1999; Toyoda, 2000].
TiO2 terdiri dari dua bentuk kristalogafik utama, anatse dan rutile.
Energi band gap untuk anatase (3.23 eV , 3.84 nm) dan ritile eV , 411 nm)
[Litter, 1999]. Specific grafity anatse 3,84 dan rutile 4,26. Indeks refraktif
anatase 2,25 dan rutile 2,75 dan daya adsorpsi rutile terhadap sinar ultraviolet
lebih kuat (360 nm 400 nm) [Byrne, 1998]. Anatase merupakan bentuk
alotrofik paling aktif dibangdingkan bentuk lainnya yang ada, bentuk alami
(rutile dan brookite) atau bentuk artificial (TiO2-B, TiO2-H). TiO2 dalam
bentuk anatase secara termodinamika lebih stabil daripada rutile tetapi
pembentukannya secara kinetik lebih baik pada suhu rendah (<600 oC).
Temperatur rendah ini dapat menjelaskan luas permukaan yang lebih tinggi.
TiO2 bentuk komersila yang apaling p[opuler dan sangat aktif adalah Degussa
P-25 yang memiliki komposisi 80% anatase dan 20% rutile [Sopyan, 1998],
luas permukaan BET 55 m2/g, dan diameter partikel 30 nm [Linsebigler, 1995].
Fotokatalisis TiO2 memiliki celah pita (band gap) sebesar 3,2 volt
yang bila disinari UV pada panjang gelombangsekitar 340-390 nmdalam
larutan (air), maka akan menghasilakan pasangan elektron (e-) dan hole (h+)
yang bermuatan positif, seperti pada persamaan 2.1.
Besarnya energy band gap akan mempengaruhi daerah panjang
gelombang penyinaran yang optimal untuk mengeksitasi elektron pada pita
valensi semikonduktor. Hal ini dinyataka lewat persamaan :
E
hc/
hv=
(2.6)
adalah effisiensi pengolahan yang tinggi karena memilki luas permukaan yang
besar untuk adsorpsi ataupun reaksi, transfer massa yang baik antara
kontaminan dalam larutan dengan fotoikatalisnya dan pressure dropnya rendah
[Djikstra, 2001; Hermann, 1999; Malato, 2002; Matthews, 1992; Sopyan,
1996].
Namun, permasalahan yang timbul akibat pemakaian TiO2 dalam
bentuk serbuk yaitu [Chan, 2003; Hermann, 1999; Malato, 1992; Matthews,
1992] :
1. Sulitnya pemisahan katalis dari suspensi setelah reaksi
2. Partikel yang tersuspensi cenderung menggumpal
3. Suspensi partikel tidak mudah diaplikasikan ke sistem aliran
kontinyu
4. Kedalam penetrasi sinar UV ke dalam suspensi TiO2 terbatas
Degradasi amonia dengan fotokatalis TiO2
1). Pembentukan pembawa muatan oleh foton (cahaya).
TiO2 + hv >Ti (IV) OH + hvb+ + ecb -
(1)
(2)
(3)
ecb - + >Ti IV
(4)
>Ti III
(5)
(6)
>TiIVOH
(7)
(8)
Red (reduktant)
= pendonor elektron
(9)
Oks (oksidant)
= akseptor elektron
(>Ti IV OH)+
parameter
yang
mempengaruhi
proses
fotokatalisis
terlihat laju reaksi awal tergantung pada berat katalis. Semakin tinggi berat
katalis yang digunakan maka laju reaksi awalnya menjadi lebih besar sampai
pada berat tertentu laju reaksi awalnya menjadi konstan.
Untuk TiO2 yang memiliki EG = 3,02 eV (rutile) sebagai contoh,
membutuhkan < 400 nm yaitu pada rentang sinar UV-A (near-UV). Sebagai
tambahan, sifat reaktan juga harus diperhatikan apakah dapat menyerap cahaya
atau tidak.
d. Konsentrasi awal reaktan
Secara umum, kinetika laju reaksi mengikuti mekanisme LangmuirHinshelwood yang berlaku untuk katalisis keterogen dimana laju reaksi
berbanding lurus dengan sesuai persamaan berikut :
r=k
(2.7)
e. Temperatur
Energi aktifasi pada proses fotokatalisis dalah energi foton, maka pada
reaksi fotokatalisis tidak membutuhkan pemenasan dan dapat beroprasi pada
temperatur ruang. Pengaruh temperatur terhadaplaju reaksi dapat dilihat pada
Gambar 2.8. pada rentang tewmperatur medium (20oC 80 oC) energi
aktifasi sebenarnya (true activation energy) sangat kecil (beberapa kJ/mol).
Tetapi pada temperatur yang sangat rendah (-40 oC 0 oC),
aktivasinya berkurang sedangkan Ea meningkat seperti yang terlihat pada
gambar 2.7 diatas. Desorpsi produk menjadi tahap penentulaju reaksi dan Ea
dipengaruhi oleh panas adsorpsi produk. Sedangkan pada suhu diatas 80 oC,
proses eksotermis dari adsorpsi reaktan A menjadi tahapa penetu laju reaksi,
akibatnya aktifitas menurun.
f. Pengaruh keberadaan dan tekanan oksigen
Untuk beberapa reaksi, keberadaan oksigen sangat penting yaitu sebagai
reduktor diaman elektron yang dihasilkan oleh proses fotokatalisi akan
digunakan mereduksi molekul oksigen yang terlartut menjadi anion oksigen.
Fenomena ini terutama dibutuhkan pada proses oksidasi limbah organik.
Sc
(2.8)
Kegunaaan Ozon
Proses ozonasi pertama kali dikenalkan oleh Nies dari negara Perancis
sebagai metode intuk mensterilkan air minum pada tahun 1996. penggunaan
proses ozonasi ini kemudian berkembang dengan pesat yaitu untuk pengolahan
air minum yang menggunakan sistem ozonasi di Amerika Serikat [Sugiarto,
2003].
Di Asia, pemanfaatan ozon untuk mengolah air minum pertama kali
dilakukan dikota Amagasaki, Jepang pada tahun 1973. Menurut Kuprianoff
(1953) berbagai pemanfaatan ozon antara lain untuk pengolahan air minum
adan air limbah, ozon untuk sterilisasi bahan makanan mentah seperti daginmg
dan ikan dengan menghambat perkembangan jamur, sayur mayur dan buahbuahan, ozon sterilisasi peralatan seperti aplikasi dalam bidang kedokteran, dan
memperlancar aliran darah [Sugiarto, 2003].
HO3+ + OH-
(2.9)
HO3+ + OH-
2 H2O
(2.10)
O2 + H2O
HO + 2 O2
(2.11)
HO + 2 O2
H2O + O2
(2.12)
ilmiah (1930) bahwa sinar ultraviolet dari pancaran sinar matahari mampu
menguraikan gas oksigen di udara bebas [Sugiarto, 2003].
Molekul oksigen tersebut terurai menjadi dua buah atom oksigen, proses
ini kemudian dikenal dengan nama photolysis. Lalu atom oksigen secara ilmiah
bertumbukan dengan molekul gas oksigen yang ada disekitarnya, lalu
terbentuklah ozon. Ozon yang terdapat pada lapisan stratosphere dikenal dengan
nama ozone layer (lapisan ozon) dalah ozon yang terjadi dari hasil proses
alamiah photolysis ini [Sugiarto, 2003].
Selain proses alamiah, ozon juga dapat terbentuk dengan menggunakan
peralatan antara lain dengan metode electrical discharge dan sinar radioaktif.
Pembuatan ozon dengan electrical discharge pertama kali dilakukan oleh
Siemens pada tahun 1857 dengan mempergunakan metode dielectric barrier
discharge.
Pembentukan ozon dengan electrical discharge ini secara prinsip sangat
mudah. Prinsip ini dijelaskan oleh Devins pada. tahun 1956, yang menjelaskan
bahwa tumbukan dari elektron yang dihasilkan oleh electrical discharge dengan
molekul oksigen menghasilkan dua buah atom oksigen. Selanjutnya atom
oksigen ini secara alamiah akan bertumbukan kembali dengan molekul oksigen
disekitarnya, lalu terbentuklah ozon. Akhir-akhir ini metode electrical discharge
merupakan metode yang paling banyak dipergunakan dalam pembuatan ozon
diberbagai kegiatan industri [Sugiarto, 2003].
O2 + 2e- O2-
(2.13)
(2.14)
sangat
kompak
untuk
penyediaan
bahan
baku
air
bersih
[www.mediaindonesia.com].
Ozon yang merupakan spesies aktif dari oksigen memiliki oksidasi
potensial 2,07 V, lebih tinggi dari klorin yang hanya memiliki oksidasi potensial
1,36 V. Perpaduan antara ozon dan ultraviolet menghasilkan spesies aktif
hidroksil radikal yang memiliki kemampuan oksidasi lebih tinggi dari ozon
yaitu 2,8 V pada pH asam, sehingga mampu mengoksidasi hampir seluruh bahan
organic
yang
umumnya
terkandung
dalam
limbah
cair
[www.mediaindonesia.com].
Reaksi pembentukan radikal OH- akibat penyinaran UV adalah sebagai
berikut :hv
O3 +
H2O
2OH- + O2 (2.15)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Fotokatalisis
adalah
proses
kombinasi
reaksi
fotokimia
yang
DAFTAR PUSTAKA
Aravin Prince .P & Raja .P, Nano-Finishing Of Textiles (TT-03)
Dr Deryck D. Pattron , Ph.D., Nanotechnology and public health safety
Jaya
Indra.
Aplikasi
Konvergensi
nanoteknologi-Bioengineering
Untuk
mengunaka-Undergraduate-16337-Chapter1-
739605.pdf
http://152.118.80.2/opac/themes/green/detail.jsp?id=134555&lokasi=lokal
http://www.bsn.go.id/news_detail.php?news_id=3908
http://Fotokatalisis%20pada%20Permukaan%20TiO2%20%20%20Chem-IsTry.Org
http://sagaara301.blogspot.com/2011/10/zat-anti-bakteri-ramah-lingkugan.html
http://sagaara301.blogspot.com/2011/12/metoda-pembuatan-nano-partikelperak.html