BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu bangsa dapat dikatakan maju adalah dilihat dari harapan hidup
penduduknya. Demikian juga dengan Indonesia sebagai suatu negara berkembang
yang tingkat kesehatan penduduknya cukup baik (Darmojo dan Martono,1999).
Meningkatnya status kesehatan masyarakat, selain digambarkan dengan makin
menurunnya angka kesakitan dan kematian juga dapat digambarkan dengan
meningkatnya umur harapan hidup (Djojosugito, 2000). Sebagai akibat penurunan
angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian menyebabkan terjadi
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Makin panjangnya umur harapan
hidup disamping sebagai suatu kebanggaan tetapi dilain pihak juga merupakan
tantangan yang sangat berat, mengingat tidak sedikit masalah yang bisa timbul
sebagai dampak penuaan. Penyakit penyakit pada lansia pada umumnya memiliki
karakterisrik berupa penyakit multiple, degeneratif yang kronis. Sering kali
keluhan sakit pada lansia tidak diikuti oleh adanya kondisi yang patologis,
sehingga hanya berupa suatu keluhan subyektif dari lansia (Ilness) (Pearson and
Vaughan, 1986). Studi morbiditas menunjukkan bahwa tingkat keluhan sakit dari
penduduk Indonesia, dan lansia berdasarkan SUSENAS 1992 sebesar 21,0 % dan
menunjukkan peningkatan yang sangat berarti pada tahun 1995 yakni sebesar
55,8 % (Djojosugito,2000).Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap
lansia sebagai manusia yang tidak mampu, lemah dan sakit-sakitan menyebabkan
mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya sehingga
segala aktifitas sangat dibatasi (Menuh,2000).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
C. Lingkup/Batasan Masalah
Pada laporan kasus ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Lansia Tn. S
dengan Gangguan Pola Aktivitas Akibat Rematik di Panti Sosial Tresna
Werdha Bahagia Magetan.
D. Sistematika Penulisan
Asuhan Keperawatan ini disusun dengan mengunakan metode diskriptif dalam
bentuk studi kasus mengenai asuhan keperawatan pada lansia di Panti Wreda
Bahagia Magetan. Adapun langkah penulisan studi kasus ini sebagai berikut :
1. Studi pustaka dengan mempelajari literatur ilmiah
2. Studi kasus dengan melakukan asuhan langsung pada lansia mulai
pengkajian hingga evaluasi.
Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Lingkup/Batasan Masalah
4. Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN TEORI
1. Teori Lansia
2. Teori Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan Pola Aktivitas
Akibat Rematik
BAB 3 TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
2. Rencana Keperawatan
3. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
4. Evaluasi
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program
jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu
tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan
berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian
Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu
dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies Mutasisomatik (teorierrorcatastrophe) hal penting
lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab
terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan
terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya
mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori Error
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik
adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999).
Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai
macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut
akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerukan
sel dan fungsi sel secara perlahan.
c. Teori Autoimun
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang
dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan
mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami
perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya
Goldstein(1989) dikutif dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin
bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987
dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh
sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis
meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari
Nuryati, 1994)
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam
tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal
Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat
merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari
Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi
, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress menyababan sel tubuh rusak.
f. Teori kolagen
2. Teori Sosiologi
1. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan
secara langsung.
2. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan
adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
3. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti
hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
4. Teori Stratifikasi usia, karena orangyang digolongkan dala usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
3. Teori Psikologis
1. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai
aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai
kebtuhan yang sempurna.
2. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas
dalam perkembangan kehidupan.
3. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan denga
lingkungan ada tingkat maksimumnya.
4. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.
1. Perubahan Fisik
1. Sistem pernafasan pada lansia.
1. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret.
4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m),
menyebabkan terganggunya prose difusi.
5. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari
hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang
lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7. kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran
nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
3. Sistem persyarafan.
1. Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2. Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3. Mengecilnya syaraf panca indera.
4. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1. Penglihatan
2. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
6. Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.
4. Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5. Menurunnya produksi aldosteron.
6. Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7. Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta
kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
2. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap ( 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa
manis, asin, asam & pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
g. Sistem muskuloskeletal.
3. Gerakan involunter Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu
perangsangan terhadap lobus
4. Gerakan sekutu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan
ketangkasan otot volunter.
4. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang
baik.
6. Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
8. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9. Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
rendahnya akitfitas otot.
2. Perubahan-perubahan mental
2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
Gangguan harga diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau
beresiko mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri
(Carpenito, 1999). Harga diri merupakan satu dari empat komponen konsep
diri. Gangguan konsep diri merupakan kategori diagnostik umum.
2.4.1 Batasan karakteristik ganguan harga diri (Carpenitto) :
- Pengungkapan diri negatif
- Ekpresi malu atau rasa bersalah
- Ekpresi diri sebagai seorang yang tidak dapat mengatasi suatu situasi.
- Merasionalisasi penolakan
- Ketidakmampuan untuk menentukan tujuan
- Pemecahan masalah yang buruk
- Menunjukkan gejala depresi (ggn tidur, ggn makan).
- Mencari jaminan secara berlebihan
- Perilaku penyalahgunaan diri
- Menolak mencoba situasi baru
- Mengingkari masalah-masalah nyata
- Proyeksi rasa bersalah/ tanggungjawab terhadap masalah
- Merasionalisasikan kegagalan pribadi
- Hipersensivitas terhadap kritik ringan
2.4.3 Patofisiologi
- Kaji tentang kemampuan ADL klien dan lakukan penilaian dengan indeks
ADL Katz.
- Kaji tentang data mental, dengan sekala depresi beck, Short Portable
Mental Status Questionnaire (SPMSQ), dan Mini Mental State Exam
(MMSE) serta tingkat keasadarn klien.
2.5.2 Rencana Keperawatan
1). Gangguan harga diri b.d kegagalan hidup skunder tidak bekerja, masalah
finansial, masalah dengan hubungan keluarga serta instiusionalisasi.
Tujuan :
Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif :
- Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri
- Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri
- Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri
Kriteria:
- Klien dapat aktif beraktivitas
- Klien dapat tidur 5-6 jam sehari
- Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.
Intervensi :
INTERVENSI
1. Tetapkan hubungan saling
RASIONALISASI
1. Dengan adanya saling percaya
norma.
merduksi stress.
8). Agar aktivitas klien lebih terarah
dan secara langsung dapat
mengurangi kesempatan klien
menyendiri yang dapat
memunculkan timbulnya stress.
INTERVENSI
1. Lakukan HE tentang pengaruh
stress terhadap ttimbulnya
penyakit infeksi.
2. HE agar klien aktif melakukan
latihan fisik
RASIONAL
1. Stress dapat meningkatkan
kadar kortisol yang bersifat
imunosupresan.
2. Aktivitas dapat meningkatkan
status imunologi.
3. Makanan sebagai sumber
energi, pembangun serta
vitamin yang bermanfaat bagi
daya tahan klien.
4. Lingkungan yang sehat akan
mencegah terjadinya
perkembangan penyakit
terutama penyakit akbat
lingkungan.
5. Tubuh yang bersih akan
mencegah timbulnya penyakit
seperti diare, dan penyakit kulit.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Data Biografi
Nama : S
Jenis kelamin : Laki-laki
Golongan darah : Tempat & tanggal lahir : Yogyakarta,13 Maret 1922
Pendidikan terakhir : STM Bangunan Gedung
Agama : Katholik
Status perkawinan : Duda
Tinggi badan/berat badan : 156 cm /BB 52 kg
Penampilan : Rapi dan ceria dengan ciri tubuh pendek, kulit agak gelap, rambut putih
Alamat : Perum Kopri Tulus harapan kepiting Blok U 4/3 Rt.3/Rw.II,Semarang atau Jl.Bubul
8 Jalur 3 No.225/329.Kecamatan Bubul,Mareuke,Papua
B. Riwayat Keluarga
Genogram :
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Lansia yang dirawat
C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Alamat pekerjaan : Berapa jarak dari rumah :Alat transportasi :-
E. Riwayat Rekreasi
Hobbi/minat : Menyanyi, menari dan kegiatan dipanti spt:senam klientdk menyukai
kegiatan ketrampilan
Keanggotaan dalam organisasi : Sebagai ketua kelompok diwisma Arimbi
Liburan/perjalanan : Jalan-jalan disekitar panti/antar Wisma.
F. Sistem Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisiotherapi : Puskesmas Magetan
Jarak dari rumah : 3 Km
Rumah Sakit : RSUD. Magetan 10 km
Klinik : Dr Umum jaraknya 1 km
Pelayanan kesehatan di rumah/Panti : Perawat Panti
Makanan yang dihantarkan : Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : Lain-lain : G. Diskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Lansia beragama Katholik,kegereja bila diberikan Ijin
Yang lainnya : Klien suka menyanyi dan menari
H. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Nyeri pada persendian,jari-jari kaki
dan tangan serta bahu.
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Lansia sudah terdeteksi
menderita tekanan darah tinggi sejak tahun 1998 tai tidak diakui oleh klien.
Keluhan utama :
NAMA OBAT
DOSIS
B1
1X1
Axalan Tab
3X1
KET
Untuk obat sakit pegal
badannya.
Penyakit yang diderita: saat dikaji lansia tidak merasakan adanya suatu penyakit. Tetapi
klien mengeluh persendian,jari tangan dan kaki sering kesemutan/sakit
I. Aktivitas Hidup Sehari-hari
Indeks Katz : A ; Lansia mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
Oksigenasi : Nafas 18 X/mnt, Suara paru normal, Wh -/-, Rh +/+, batuk +, sesak Cairan dan eklektrolit : Minum utama air putih 5 gelas (@200 cc)/hari ditambah teh.
Lansia minum kopi.
Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan lauk sesuai yang disediakan Panti. Semua makanan
yang disediakan bisa dihabiskan. Nafsu makan baik.
Eliminasi : bab 1 kali sehari pagi, jumlah dan konsistensi normal.
Aktivitas : Klien aktif beraktivitas seperti mengikuti kegiatan sosialisasi dan kegiatan lain
yang dilaksanakan oleh panti. Klien merasa senang jika ada kegiatan
hiburan.berkumpul dengan rekan sesama penghuni panti..
Istirahat dan tidur : klien tidak pernah tidur siang, malam klien biasa tidur pk. 01.00 dan
bangun pk. 3.00. Klien sering terbayang-bayang kesuksesan masa lalu dan rasa bersalah
akibat tidak bisa bertanggungjawab terhadap keluarga.
Personal hygiene : Kepala bersih, hidung, telinga dan mulut bersih. Klien mandi 2 x sehari
dengan sabun, klien menggosok gigi 2 x sehari dengan menggunakan pasta gigi. Kuku
kaki klien tampak kotor, hitam dan panjang. Kulit bersih
Seksual : Lansia mengatakan masih mempunyai keinginan sek terhadap lawan jenis. Lansi
masih bisa terangsang dan ereksi bila melihat tubuh wanita yang seksi. Tetapi klien
menyadari sekarang klien sudah ada di panti dan harus mengikuti aturan yang ada.
Rekreasi : Klien dapat berekreasi dengan sesama lansia melalui kegiatan rekreasi yang
dilakukan oleh Panti setap hari Rabu. Dengan kegiatan ini klien dapat menyalurkan
hobi menyanyi dan menarinya.
Psikologis :
Persepsi klien : Lansia mengatakan bahwa dia memilih tinggal di Panti karena
terlantar dan tdk mampu bekerja lagi dan tidak memiliki dana yang cukup untuk
menghidupi dirinya. lansia mengatakan telah gagal dalam hidupnya. Tetapi lansia
menyadari bahwa semua ini merupakan nasib dan garis hidup yang harus dijalani
(diucapkan sambil menangis).
Konsep diri : Lansia beranggapan memiliki karisma u/ menundukan hati orang
Emosi : Lansia menangis setiap menceritakan keadaan dirinya dan riwayat
kehidupannya. Klien suka bercanda dan tertawa.
Adaptasi : Lansia cepat akrab dengan petugas. Lansia mengatakan tdk betah tinggal
di Panti ia ingin kembali kePapua tapi ia perlu uang.Klien menulis surat kepada
keluarga/kenalan/Mahasiswa bahwa ia sangat memerlukan uang u/kembali
kePapua,saat pengakajian klien menitipkan surat u/pembimbing PSIK (tdk
disampaikan khawatir klien mendapat teguran dari pihak panti).
Mekanisme pertahanan diri : Rasionalisasi
J. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Tubuh segar, terlihat sehat dan dapat beraktivitas secara penuh
Tingkat kesadaran: Kompos mentis
GCS : E4 V5 M6 Total : 15
Tanda vital : S: 36,8 o C, Nadi : 72 X/mnt, Tensi : 165/90 mmHg, RR : 18 X/mnt
1. Kepala : Rambut uban semua, benjolan tidak ada, kulit kepala bersih
2. Mata-Telinga-Hidung : Katarak (-), visus 6/6, klien mengalami kesulitan jika menutup
mata kanan kadang gatal dan perih. Pendengaran baik, serumen (-), hidung tidak
ditemukan kelainan.
4. Dada dan punggung : Bentuk normal, simetris, gerakan simetris, Suara paru vesikuler.
Suara jantung S1 S2 normal, icts kordis pada ICCC 4-5 kiri. Tulang belakang tidak
ditemukan kelainan.
5. Abdomen dan pinggang : Pada pemeriksaan abdomen dan pinggang tidak ditemuka
kelainan.
6. Ektremitas atas dan bawah : Ektremitas kanan & kiri dalam keadaan normal,LLA= 28
cm, Patela dislokasi riwayat cidera saat sepak bola
7. Sistem immune : Tidak ditemukan adanya kelainan yang berhubungan dengan sistem
imun.
10 Persarafan : Adanya kelemahan pada nervus kranialis IV, VI, dan VII
L. Data Penunjang
1. Laboratorim :2. Radiologi :3. EKG : 4. USG :5. CT- Scan :6. Obat - obatan : B1 1X1 dan Axalan 3X1tab
NO
DATA (SIGN/SYMPTOM)
INTERPRETASI
(ETIOLOGI)
MASALAH
(PROBLEM)
Kegagalan hidup.
Stress/ggn daya
tahan
Kondisi vaskuler
dan ektremitas
yang belum stabil
serta lingkungan
yang tidak
kondusif.
Ggn harga
diri
Resiko terjadi
infeksi.
Resiko terjadi
trauma
2) Resiko terjadi trauma/jatuh b.d kelemahan bagian tubuh dan tekanan darah yang tidak
stabil
3) Resiko terjadi penyakit infeksi b.d personal hygiene kurang, kamar kotor, kecemasan
yang menahun.
3.3. Perencanaan
1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak adekuat ditandai
dengan skala depresi , tidur hanya 3-4 jam/hari, sering melakukan mekanisme
koping rasionalisasi, mengis jika menceritakan masa lalunya, klien tidak punya
simpanan, keluarga menolak klien.
Tujuan :
Kriteria:
- Klien dapat aktif beraktivitas
- Klien dapat tidur 5-6 jam sehari
- Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.
Rencana tindakan
Hari/tanggal
Selasa,
INTERVENSI
1. Tetapkan hubungan saling percaya perawat
klien dengan cara:
27/11/2001
RASIONALISAS
2) Resiko terjadi trauma/jatuh/stoke berulang b.d kelemahan bagian tubuh tekanan darah
yang tidak stabil dan riwayat stroke
Tujuan
Setelah dirawat klien dapat mengenal dan melakukan mencegahan terhadap resiko terjadi
trauma dan trauma tidak terjadi
Kriteria :
- Lingkungan aman dari benda-benda yang berbahaya
- Lantai tidak licin
- Klien dapat bergerak dengan poisisi yang benar
- Tempat tidur aman
- Klien bersedia melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
- Tekanan darah normal
HARI/TANGGAL
Rabu, 28/11/2001
INTERVENSI
1. Amankan benda-benda berbahaya yang
ada di sekitar klien.
2. Perhatikan agar lantai jangan terlalu licin
RASIONAL
Kriteria:
- Personal higiene baik
- Klien tahu pengaruh stress dengan tibulnya penyakit infeksi
- Tanda-tanda infeksi tidak muncul
HARI/TANGGAL
Kamis, 29/11/2001
INTERVENSI
1. Lakukan HE tentang pengaruh stress terhadap ttimbulnya
penyakit infeksi.
2. HE agar klien aktif melakukan latihan fisik
1. Stress da
kortisol y
2. Aktivitas
imunolog
3. Makanan
pembang
bermanfa
4. Lingkung
mencega
penyakit
lingkung
5. Tubuh ya
timbulny
penyakit
3.4 Pelaksanaan
Hari/tgl
Tindakan
Evaluasi formatif
(Hasil)
Selasa
27/11/01
08.0014.00
sosial
Rabu,
28/11/2001
Pk. 08.0010.00
3.5 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Azis H. (1994). Manajemen Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas. AKPER Dr. Otten.
Bandung. (Makalah)
Bouchard C, (1990). The Field of The Phisical Activity Science. Human Konetics Books.
Champaign.
Departemen Kesehatan R.I, (1995), Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta
Djojosugito. A.H.M (2000). Wujud Nyata Pelayanan Individu dari Profesi Perawat.
Bandung. (Makalah disampaikan dalam Munas PPNI VI).
Shadikin. dr. (1999). Modulasi Imunologi Pada Pemberian Aktivitas Dengan Metode DLF.
UNAIR. Surabaya.
Stevens P.J.M, F. Bordui, Van Der Weyde (1999), Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pengkajian klien dengan gangguan pola aktivitas akibat dari osteoporosis perubahan fisik yang
terjadi berupa pada sistem muskuloskletal berupa postur tubuh kyfosis/membungkuk, dan sitem
pencernaan yaitu gigi yang tidak ada menyebabkan kemampuan memotong, mengunyah dan menelan
menurun, sedangkan sistem pernafasan, sistem kardiovaskueler, sistem perkemihan, sistem
reproduksi masih dalam batas normal, kemungkinan hal ini disebabkan karena pengaruh kinerja klien
sebelum menjelang masa tuanya sebagai perkerja dan bersikap santai.
Masalah-masalah yang muncul pada kien Tn. K tidak sekomplek dengan masalah yang didapatkan di
teori pada klien dengan osteoporosis umumnya, hal ini disebabkan karena tingkat kemampuan,
adaptasi dan koping individu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Masalah-masalah
yang muncul adalah perubahan mobilititas fisik, risiko cedera dan kemampuan dalam perawatan
mandiri.
Dalam intervensi dan implementasisecara umum tidak banyak perbedaan, hanya saja perlu modifiksi
untuk mempermudah dan bersifat operasional sehingga bisa dilaksanakan dan diaplikasikan oleh klien
sesuai dengan kemampuan dan sumber daya dan dana yang ada.
Evaluasi dari yang telah dilakukan dari berbagai tindakan baik independent maupun interdependent
dan dalam catatan perkembangannya memberikan evaluasi yang baik walaupun tidak maksimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Proses menua terjadi pada setiap individu dengan masalah-masalah yang bervariasi
sesuai dengan tingkat kemampuan fisik, psikologis, sosial dan lingkungannya sebelum
menjelang masa tuanya.
2. Pelayanan perawatan klien Tn. K meliputi pemenuhan kebutuhan aktibvitas sehari-hari
seoptimal mungkin, memelihran dan meningkatkan kesehatannya, bimbingan
keterampilan perawatan mandiri dan penjelasan tentang status gizi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi proses ketuaan.
3. Dalam menyelenggarakan implementasi perawat melibatkan klien untuk mengatasi
masalah yang terjadi.
4. Kegiatan pelayanan yang diberikan juga menitikberatkan pada promotif dan preventif
serta minimal curatif dan rehabilitatif.
2. Saran
1. Pelayanan lanjut usia diselenggarakan dalam bentuk pelayanan kepererawatan secara
komprehensif dengan melibatkan beberapa disiplin ilmu meliputi bidang kesehatan,
rehabilitasi dan sosial.
2. Peningkatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan media
yang sehingga dapat mengoptimalkan lansia dalam memenuhi kehiudpan sendiri
secara mandiri sehingga siap diresosialisasikan.