sakit parah yang dirawat di unit perawatan intensif, dan status hemodinamik
kembali meningkat setelah segera dilakukan dekompresi. (2)
I. Pendahuluan
Abdominal compartment syndrome (ACS) disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra-abdominal merupakan penyebab signifikan terjadinya morbiditas
dan mortalitas.(3)
Lingkungan dan pengaturan barometrik intra-abdominal yang normal
sering diperhatikan oleh pada penyidik. Hammermilk telah menetapkan satu nilai
normal untuk tekanan intra-abdominal.(3) Pada tahun 1858, dia menyimpulkan
bahwa nilai tekanan intra-abdominal yang normal adalah vakum dan percaya
viseral permukaan isinya ditentang oleh sebuah 'horor vacui'. Pengukuran tekanan
intra-abdominal digambarkan oleh Braune pada tahun 1865, ia berusaha untuk
mengukur tekanan intra-abdominal positif dengan menggunakan bougies anal.(3)
Dia menemukan tekanan dalam abdomen bervariasi dengan posisi (terendah dan
tertinggi, horisontal dan vertikal) dan kontraksi dari otot-otot abdomen. Studinya
dikritik karena pengukuran berdasarkan pada kondisi barometrik di dalam organ
berongga.(3)
Pada tahun 1875, Odebrecht menguji tekanan di dalam kandung kemih
dan dikonfirmasi oleh temuan yang dilakukan oleh Braune. Beberapa peneliti
mengkonfirmasi bahwa tekanan abdomen dan lingkungan yang normal akan
berubah menjadi atmosfer atau subatmospherik, dan mempunyai berbagai variasi
pada tekanan intra-torasik yang normal selama berlaknya ventilasi spontan.(3)
(7)
(7)
Daya filtrasi
dan pembekuan, edema usus, dan penutupan secara paksa pada dinding abdomen
yang tidak komplians adalah faktor-faktor yang bisa menybabkan ACS. Tambahan
pula, jaringan parut luka bakar di sekeliling abdomen cenderung terjadinya
kompresi dinding abdomen menyebabkan peningkatan pada tekanan intraabdominal. (3)
Selain itu, faktor yang sering terjadinya ACS adalah pada pasien yang
dalam proses penyembuhan luka jaringan akibat laparotomi, terutama bila ada
kasa atau pack yang intra-abdominal. Dalam penelitian yang dijalankan telah
didapatkan sebanyak 14% dari 145 orang pasien berisiko tinggi terkena ACS.
Pasien yang mengalami ACS akibat dari ruptur aneurysma aorta abdomen
dilaporkan sebanyak 4%.(3)
V. Cara pengukuran tekanan intra-abdominal
Pengukuran tekanan intra-abdominal dilakukan dengan berbagai metode
terutama diluar dari laboratorium. Pengukuran ini dilakukan secara langsung
dengan menggunakan kateter intra-peritoneal yang dilakukan semasa berjalannya
laparoskopi. Selain itu, pengukuran tekanan intra-abdominal juga dilakukan
dengan cara transduksi dari tekanan vena femoral, rectal, abdomen, dan keteter
buli-buli. Metode-metode ini adalah yang sering digunakan dalam pengukuran
tekanan buli-buli dan tekanan abdomen. (7)
Pada tahun 1984, Kron et al melaporkan bahwa tekanan intra-abdominal
bisa diukur pada posisi di samping tempat tidur dengan menggukan Foley kateter
steril saline (50-100cm3) yang diinjeksi ke dalam Foley kateter yang terkeluar.
Kemudiaan, posisikan tube yang steril di bagian urin beg kateter yang di klam,
distal dari bagian tempat aspirasi. Bagian ujung dari beg drainase disambungksn
dengan Foley kateter. (7) Klem dilepaskan untuk melancarkan aliran dari buli-buli
dan dilakukan
manometer dan transducer dengan tempat untuk aspirasi. Yang terakhir adalah
bagian atas dari tulang simfisis pubis digunakan sebagai titik kosong dengan
posisi pasien supine. (7,8)
diagnosis. Nilai tekanan intra-abdominal adalah 0 mmHg atau kurang dari itu.
Nilai ini akan meningkat dengan batuk, valsalva atau dengan keadaan obesitas dan
kehamilan tanpa memberi konsekuensi fisiologis yang merugikan. (7)
Pada pasien sakit berat, tekanan intra-abdominal yang normal mungkin
menjadi
pada pasien di tempat tidur adalah pada posisi supine. Hal ini melibatkan suntikan
25 cc saline steril melalui kateter saluran kemih. Sebuah penjepit menyumbat
drainase tabung pada bagian distal dan transduser tekanan terhubung ke port sisi
kateter. (7)
Titik nol transducer disejajarkan dengan mid-aksilaris dengan posisi
tempat tidur yang rata. Nilai tekanan kandung kemih lebih besar dari atau sama
dengan 20 mmHg pada nilai akhir pengukuran menunjukkan bahwa pasien ini
adalah abdominal compartment syndrome. (7)
Edema Organ
Edema organ umumnya menyertai ketiga bentuk ACS : primer, sekunder dan
rekuren. ACS primer biasanya terjadi pada keadaan cedera dan berawal dari
perdarahan serta edema viseral. ACS sekunder terjadi baik pada pasien bedah
maupun medis yang berhubungan dengan volume resusitasi yang besar
menyebabkan
pembentukan
meningkatkan
tekanan
akut
asites
intra-abdominal
serta
dan
edema
terjadinya
viseral,
sehingga
ACS.
Sindrom
tinggi hipertensi. Terapi pilihan yang bisa dilakukan adalah dekompresi dan
eksplorasi. (7)
IX. Manajemen Abdominal compartment syndrome
Manajemen yang bagus untuk ACS bergantung kepada waktu yang tepat
dan bergantung kepada stadium dekompresi abdomen dan diidentifikasi pada
pasien yang berisiko. (3)
a. Pencegahan
Pencegahan awal sangat efektif terutama pada yang telah diketahui
berisiko tinggi terkena ACS dan intervensi pre-emtif akan mengurangkan risiko
penigkatan tekanan intra-abdominal. Biasanya pasien yang berisiko ACS
diketahui pada pasien yang dilaparotomi dan operasi harus diberhentikan jika
didapatkan ada gangguan pada fisiologis pasien seperti hipotermi, asidosis, dan
coagulopati. Terdapat berbagai cara untuk menutuk luka terbuka pada abdomen.
Telah tebukti bahwa ACS dapat dicegah dengan penutupan luka dengan
menggunakan jaringan yang bersifat menyerap terutama pada pasien yang
menjalani laparotomi yang paling berisiko ACS. Resusitasi yang optimal harus
10
Keputusan yang diambil untuk melakukan dekompresi dalam unit rawat intensif
(ICU) adalah fungsi dari persyaratn ventilasi dari pasien dan resiko yang berkaitan
dengan transportasi ke ruang operasi. Walaupun suplai pernapasan optimal
mungkin sudah optimal di ICU, namun lokasi ini biasanya kurang optimal untuk
mengendalikan perdarahan bedah. (3)
Potensi utama perdarahan intra-abdominal bervariasi, tetapi bisa menjadi
signifikan pada pasien dengan ACS. Perencanaan operasi harus mencakup
kontinjensi untuk pengelolaan perdarahan bedah ditemui ketika dekompresi
dilakukan di ICU, yang mungkin memerlukan transportasi mengemas dan segera
ke ruang operasi. Wajib bahwa ruang operasi segera disediakan dan tepat dikelola
sebelum memulai sebuah dekompresi abdomen ICU. Pasien yang memerlukan
saluran tekanan udara yang tinggi untuk pertukaran gas memerlukan transportasi
dengan menggunakan ventilator yang bertekanan tinggi didukung oleh sumber
baterai. (3)
Dekompresi abdomen memicu keadaan fisiologis dan metabolic yang
buruk harus diantisipasi. Hal ini termasuk peningkatan yang besar pada
pengaturan paru dengan elevasi dalam menit ventilasi dan alkalosis respiratorik
kecuali terdapat perubahan ventilasi yang tepat. (3)
Washout merupakan hasil dari akumulasi metabolisme anaerob dan
member kesan dan pemberian bolus asam dan Kalium secara sistemik langsung ke
jantung. Hal ini bisa menyebabkan aritmia dan asystol. Maka sangat penting
untuk mengantisipasi, mengidentifikasi dan mengobati efek dari gejala ini. (3)
Hal pertama yang harus dilakukan setelah tindakan dekompresi adalah
penutupan fasia secara segera. Cara alternatif untuk melindungi abdomen adalah
menutup kulit dengan menggunakan klip atau jahitan juga bisa dibungkus dengan
penutup silicon dan graft. (3)
Pasien yang pernah dilakukan laparatomi dekompresi masih kemungkinan
ACS untuk kambuh, dan harus pertimbangkan untuk melakukan eksplorasi
bertahap terhadpabagian yang ditutup. Penutupan fasia mengambil waktu 7-10
hari untuk perbaikan diikuti dengan penebalan kulit dan granulasi diikuti dengan
perbaikan dari hernia dari dinding abdomen sehingga beberapa bulan. Akhirnya,
12
manajemen awal pada abdomen yang terbuka harus mencakup total kehilangan
cairan dan penggantian cairan yang signifikan.(3)
Terapi Intervensi
Standar perawatan untuk hipertensi intra-abdomen mengarahkan abdominal
compartment syndrome ditangani dengan laparotomi dekompresif dengan
penutupan dinding abdominal temporer untuk memperbesar ruang peritoneal dan
mengurangi tekanan inta-abdominal sehingga mencapai tingkat yang normal.(4)
Skema penanganan ini parallel dengan standar penanganan sindrom
kompartemen ekstremitas atau sindrom kompartemen dada. Serupa dengan
sindrom kompartemen ekstremitas, setelah penyebab hipertensi intra-abdominal
dikontrol (perdarahan, asites) abdomen dapat secara primer tertutup. Jika ACS
disertai dengan edema intestinal, penutupan primer jarang terjadi dan dapat
tercapai dengan beberapa metode memperluas pembungkus peritoneal untuk
mencegah ACS rekuren. (4)
Teknik ini menggunakan teknik separasi musculo-fasial, graft prostetik, dan
graft kulit atau flap untuk rekonstruksi dinding abdomen. Ketika terapi operatif
denganmudah diterima di komunitas bedah, berbagai pengobatan non-bedah telah
dieksplorasi sebagai alternatif baik dikalangan medis maupun bedah, termasuk
drainase kateter, terapi pangganti ginjal, blokade neuromuscular dan agen
prokinetik jika terdapat gas usus. Merupakan hal yang penting untuk dicatat
bahwa tidak satupun alternatif diteliti dengan prospektif, analisis percobaan acak
terkontrol mendukung efisiensi mereka dibandingkan dengan gold-standar
laparotomi dekompresif. (4)
X. Ringkasan
Abdominal compartment syndrome adalah kondisi berpotensi tinggi
membawa kematian. Kondisi ini harus didiagnosa secara dini dan harus ditangani
secara efektif untuk mengoptimalkan hasil. Sebagian besar kematian terkait
dengan ACS disebabkan oleh sepsis atau kegagalan organ multiple. Kematian
terkait dengan kondisi ini telah dilaporkan dalam 10,6-68% pasien. Dalam satu
seri, pasien yang mati akibat sindroma ini cenderung ke arah jalan yang lebih
13
fulminan, dengan mayoritas kematian terjadi dalam 24 jam pertama dari cedera.
Ada beberapa bukti bahwa sindrom tersebut dapat dicegah dalam kelompok
pasien yang berisiko tinggi dengan penutupan menggunakan graft pada dinding
abdomen setelah dilakukan laparotomi. (3)
Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji lebih lanjut tentang insiden
ini, dalam jangka waktu pendek maupun panjang pada morbiditas dan mortalitas.
(3)
XI. Kesimpulan
Abdominal compartment syndrome didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan intra-abdominal disertai dengan kegagalan fungsi organ-organ. Telah
terbukti bahwa memberi keburukan terhadap fungsi paru, kardiovaskular,
musculoskeletal, ginjal dan sistem saraf pusat. Identifikasi awal terhadap sindrom
ini harus dilakukan untuk pencegahan dan manejemen yang efektif. (3)
Daftar Pustaka
14
Perioperative
Cardiovascular
Round,
Candian
15