a Wace
Banda Aceh Kota Ruko : Reproduksi Budaya Massa
Pendahuluan
Kota bagi sebagian masyareket tena
sadar hanya dikaitkan dengan aktvita rutin
yang hingar-bingar. Tak terkecuali dengan
‘ang terjadi di Kota anda Aceh. Kesfbukan
Inasyarakat menjadi pemandangan seh
hari di delamnya, Kota acap kali dicerca,
bahwa sebagian besar Kota tumbuh pesat
menjadi Kote yang tidak —manusiawi
‘Bangunan-bengunan bare dengan arstitektur
rmodert, teknologi canggih bermunculan
tanpemempedulikan tereiptanya ruang
sosiel, wang untuk publik atau Komunitas
‘Masing-masing hanya memikirkan
kepentingannya sendii, Curshan_perhatian
yang terllu ditekankan pada aspek
Keuntungan ekonomis dan kecangginan
teknologi dengan melecehkan manfaatsosi
‘tau kepentingan — masyarakat banyak,
Kkhususnya pada pembangunan fesilitas
omersial oleh pihak swaste
Eko Budihardjo dan Sudanti
Hardjohubojo! -menyebutkan aha. kotae
kota di Indonesia pada umumnya
berkembang secara lalsserfaire, tampa
Gllandasi pereneansan Kota yang menyelurah
den terpadu, Oleh karens itu, bukanlah suata
" Eto Buia dan Sts Habbo, Keer
aurarwaian Engomgan (Banbins Ala 193),
Haba:No, 1/2009
Agung Suryo Setyantoro
pemandangan yang anh apabila kot-kots di
Indonesia menampilkan wajah gands. Di stu
sisi terihat perkembangan pembanginan
yang serba mengesanian delam —wajud
Jltekiur amodern dan pases modem di
‘sepenjang tepi jalan utama kota, Di tulik
semaa Keanggunan itu, nampak
rmenjamaraya lingkungan kuruh dengan
sarana dan prasarana yang sangat tidak
‘memadei untuk mendukung keberlangsurgan
{ehidupan manusia yang berbudaya.
Perkembangan —kota-kota yang
semakin tak tertur pun terjadi bukan kenya
semata-mata Karena pertumbuban_populasi
‘yang beser. Kecenderungan angks wrbansast
lebih besar dari angka reurbanisasi. Dengan
kata lain, orang lebih senang melakikan
‘migrasi ke Kota daripada ke luer_tota
Mungkin al ini muncul Kerenaadanya
ppandangan bahwa kota dapat menyediakan
keehidupan yang lebih baik dari pada tinggal
i pedesaan, Memang serma fists
Keehidupan tersedia di Kota. Dan terjaiah
berbagaiefek deri memadatnya kota tersebut
Kota menjadi semakin tidak ‘eratur, baik
dilhat secara fisik maupun dari kacamata
kehidupan sosial yang trjai
Permasalahan yang terjadi_ kerens
pemadatan penduduk berancka _ragam,
Dimmulai dari masalah sik sampai masaleh
sosial. Masalah fisik yang terjadi contoinya
seperti munculaya permukiman kunuh,
pencemaran dara, sulitrya air bei,
Tmenumpuknya sampah, Kemacetan yang
terjadi hampir setiap detik, dan segulang
permasalahan linnya.
‘Beberapa tahun yang lalu beta
penulis bara menginjakkan kaki di Banda
‘Aceh, Kote ini tidak begitu rama bile
Gibandingkan dengan kondist yang tetihat
sokarang. Dahulu ketika menyusuri jalan,
ita mash dapat_menikmati_persawahan-
pessavahan di sepanjang, jalan. Nemun
29Wacana
sckarang ibeberapa tempat _ toad
pengalihan fingsi lohan, Sawahsawah
Droduktif berubah menjadi bangunan-
bbangunanruko atau rumah toko yang mula
renjamur dengan beatuk yang sangst Khas
dan homogen yeirkoak memanjang Entah
rmengapa beg semangsinys Kota Banda
‘Aceh mengslami perubahen yang_sungat
mencolok dengan tata ruangnya. Selain ita
juga, muncul permasslaban torunan dri
Semakin marakaya pembanginan ruko yong
Ajai pertokoan, seperti kemacetan yang
semakin banyak i sepanjang jalan yeng
terdapet uko-uko,
‘Tata Kota dalam Perkembangan Budaya
Fenomena, sistem, straktur,
rmosyarakat, individe membutubkan satu
ruang (space) dan tempat (place). Anthony
Giddens (1984) _mengatakan ‘memahami
Dbagsimana aktvitas -manosia tedistribust
dalam ruang merupakan sesuatu yang
‘mendasar dalam analisis tentang Kehidupan
sosial, Interaksi manusia menempati ruang- °
rung tertentu yang ponya banyak mals
sosial. Inilah salah satu yang membavra satu
pperubahon dalam imu pengetabuan
‘Khususnya teori_sosial dan budaya untuk
didalami dan mendalaminya. Bagaimana
dinamisnya fenomena, intereksi, perubshan
sosial Dimana kota sebagai sebuah ruang
(pace) dan tempat (place), jugs
rmenjadikanya sebagai subkultur. Dan yang
selama ini masih menjadi salah satu toma
yang karang —diperhatikan dalam
perbincangan —mengenai—masyarakat
Indonesia modern?
Sementara Kuntowijoyo mengatakan,
‘budaye massa lair akibat proses massifikas!
ddan memiliki tiga citi uama: obyektivasi,
alionasi, dan pembodohan. Obyektivast
alam budaya massa tejadi karene pemilik
hanya menjadi obyek yang tidak memiliki
pperan apa-apa dalam pembentukan simbol
bbudays, Alienasi berari pemilik budaya
‘massa terasing dari dan dalam kenyataan
* made, “Wajah Kon dam Kalin Bodin’
detan iliingomlansktosiconetiwinésc es?
Beren-opiigitelais
30,
hidup. Mereka hidup dalam ingar-bingar dan
‘gemuruh kehidupan masa Kini, tetpi pada
Saat yang sama kehilangan identits divinya.
Dan’ pembodohan terjadi_karena budaya
‘massa. hanya melahirkan kesibukan_fisik,
epadstan jadwal, tanpapeagalaman
rmendapathanpengaleman baru, apalagi
‘momen-momen reflektifSiasa kebudayaan
Pragmatisme atas kultur kot tejedi
ketika mobilitas/manusia dituntun oleh
robilits bends, Orientas sebagai konsumcn
rmerupakan pendorong mobiltas it. Dalam
keehidupan mesa kini, semua ruang seolah
rmerupakan wilayah ‘ekspansi modal. Ini
berbeda, misalnya dengan tradi yang
‘uncul dalam model tradisional div Aceh
‘yang mulai punah,Jika kita mencoba melihat
Jebih dalam, penjadwalan —pasarpasar
‘radisional soperti Uroe Gantoe yang akrab
dalam masyarakat Aceh itu sebemamya
rmerupakan siasat kebudayaen,
Dengan model Uroe Gantoe, pasar
‘wadisional tak hanya sarat dengan motivasl
ekonomi. Di dalam pasar tradsional ada
Semangat untuk memberi ruang _n0n-
ekonomi, yakni Kosmotogi tentang sirkulast
ddan pergerakan manusia.supaya mengenat
orang lain. Sebagai contoh Uroe Gantoe
Sibreb, pasar hanya akan ramai pada hari
Rabu Saja, maka selain hari Rebw hiruke
pikuk berhentl. Kepadatan —kerumunan
betkurang, Volume sampah bisa durangt di
satu tempat,
Sedangkan_pasar-pasar_hipermodern
beriaga tanpa jeda yang. diakomodir oleh
sebagian besa? niko yang berderet dan
hampir memenuhi kota Banda Acth,tanpa
jadval, tanpa perbincangan hangit antara
pedagang dan pelanggan. Di hipsrmarket,
kegaduhan berlangsung dalam suasana
‘unasosial. Tidak’ eda lagi ubungsn
intorpersonal yang intim antara_edagang
dengan pembeli, yang terjadi adalah relasi
‘yang beka,
‘Pembangunan fisik material dalam hal
ini menjadi poinponting dalam
® Ade Marup Wises, “Kau tsa Kat
afd Apa Kabar?™ dam pr phase
‘loot ortontelpinatelpy?atl-1253
Haba Na 51/2009ns Wace,
jpembangunan kota, Dimana dan bagaimans
Iengoptimalkan setisp milimeter Iahan
dalam tempat teradap ruang. Dan
‘kemungkinan sekeeil apapun delam relast
rmakna investasi, identitas terhadap ruang.
Kota sebagat daerah pemukiman berart juga
rmerupakan akumulasi tas Klsim tempat
‘erhadap ruang yang, tebeotuk dan sekaligus
juga -memibentuk fenomena sosial dari
proses-proses yang terkonstruksi. Pada
gilirenava melehirkan estetika modemisme
ddan Kebebssan dari kontrol-kontrol tradi."
ola reproduksi perllaku penanda
ientitas ita, sama halnya dengan sebagian
‘esar atau Kec orang memilih berbelanja di
kawasan ruko-ruko yang mulai menjamur di
keota Banda Acch. Dengan alasan lebih cepat
dan lebih modem, masyarakat _mulai
menjauhi —pasar-pes
‘Komunikasi budaya yang biasaterjadi dalam
trancaksi di pasar tradisional menjadi hel
yang Iangka lagi dalam masyarakat kita
‘Adakah perubahan budaya pada
rmasyerakat Banda Aceh dengan hadimya
banyak ruko? Yang pasti jawabannya adalah
jelas masyarakat’ Banda Aceh sedang
‘mengalami proses perubahan budaya
Penutup
‘Ansitektur Rumoh Aceh akan tinggal
kenangsn, jika kita” melihat pada
pemandangan kota Banda Acsh yang kak
engan ruko-ruko “congkak’nya. Kearifen
tradisional inate dalam merancang,arsitek
yang peka dengan lingkungan dengan
‘memperhatikan struktar budaya masyarakat
‘Aceh seakan-akan telah mengalami
keterputusan generasiasitek pelanjutnya.
Homogenisasi tata cuang. peckotaan
sedang mesjalar di kota Banda Aceh, begitu
Iia-kira yang sedang terjadi di kota Banda
‘Aceh. Sepanjang jalan ruko-ruko
‘mendominasi wajah Kota, Baik digunakan
‘untule pertokoan ataupun perkantoran, Citra
kota yang sesunggukmya tidak sekedar
terbeniuk dari monumen-monumen gedung~
gedung yang terlihat moder, tetapi juga
"i
Haba No. 31/2009
ruansa gerak,tingkah dan aktvitas manusa,
Daya tarik Kota. justru kadang:kadang,
terpancar dari lata kegiatan ala bazaar yang
serbs tidak terduga dan sulit ditebak tetpi
penuh make
‘Tata mang Kota Banda Azch
semestinys jangen menuju pada bangunan
vertkal karena akan menjadi serupa dengan
ota lain. Bangunan vertikal menggunacan
teknologi replikatif yang melahircan
eseragaman pada struktur, ketinggian, dan
bidang tertentu. Konsep vertkal -muscul
dengan semangat rasionalisasi, efisiensi, dan
optimalisasi
Generasi instant yang tidak maw
diropotkan dengan pola-pols pokok arsitektut
wadisional Rumok Aceh bermunculan.
Masyarakat menjadi terasing dengan dirinya
ddan juga budayanys, Menurut Horkheimer,
sikep manusia terhadap alam termabtub
dalam ajaran survival: penaklukan alsm dem
selfipreservation. Orang bisa survive kalaa ia
sukses mempertehankan diri terhadap alam
sekitamya, Dern self-preservation, berabad-
bad lamanya orang berusaha menaklulkan
‘lam. Ia juga berpendapat, dengan
‘membendakan dan memperalat "alm,
‘manusia harus merelakan dirinya dibendaken
ddan diperalat alam, Bentuk perbudakan alam
fatas manusia ini nampak dalam penindssan
yang dilekukan oleh kekuatan pasar dan
Tmodal, yang buta dan tidak sadar tapi
Kongktet Karena nyats-nyata_menuntat
rmanusia menyesuatken diri kepada mereka
sacara alamiah dan tanpa kesadaran. Dergen
demikian brani manusia—_hitus
‘memasrahkan iri untuk menjadi alat yang
berfungsi dalam sistem alamiah tersebut.
"Yang lebih merisaukan lagh adalah
kenyataan bahwa perencanaan perbang.nan
ruko, pusat perbelanjaan, pasar dan
semacamnya, terlalu berkiblat pada kaidah-
kaidah peraneangan Barat, Kurang mengacu
pada Khasanah setempat yang sebetwinya
cukup kaya untuk ditimba sebagai sumber
Lan dla Sedat, Diem Usaha mala
asia eit Menangle Moder oh ox
Fieroer dal Ranga Seoigh Prono ars
PE Gamedi, 1983), 10-11
31Wa
itham perancangan arsitektr perkotaan yang
berpriba
Konteks sejareh dan budaye fokal
yang_mengejawantah dalam bento tata
rang, oramen dan detail yang unik
sesungguhnya akan memberikan pengayaan
nilai dan makna pada kota kita sebagai
pervajudan Kota yang manusiewi atau
‘umanopolis!
Desainesain yang berasal dari
budaya lokal di Indonésia pada era global
ini berhadapan pada pilihan-ptfhan
ilematis. Di satu sisi, globalisasi diengeap
sebagai sebuah" “peluang" bagi
pengemibengan potensi dri, sementara di lain
sisi globalisast dithat_ sebagai ancaman
terhadap eksistensi desain-desain Joka dan
Keeberlanjutan budaya ita sendiri, Dalam
stuasi dilemats in, dipertukan stategi untuk
rmengektualisasikan keunggulan lokal (local
genius) di dalam Konteks global dan
‘menghinderkan. pengarth homogenisasi
bbudaya, seria masuknya desain-desain dari
‘budaya lua.”
Permasalahan alin fimgsi lohan
‘menjadi ruko-ruko secara sporadis di Benda
‘Aceh perlu pengaturan lagi dan dapat lebih
dlitekan perkembangannya agar tidak
terlanjur menjadi masalah pemanfaatan ruang,
yang tidek efektif dan efisen. Pembanguran
kota harus ditekankan pada Kesatuanlangkah
yang mempertimbangkan aspek-aspek yang.
{idak bisa dipisahkan dengan proses
pelestarian, Karena melakukanupaya
pelestarian (mempertahankan) ruang publik
‘merupakan suatu usaha pembangunan yang
Derbasis.budaya-ekologi-masyarakat secara
‘menyeluruh den berkelanjutan,
Ag
‘Tradisional
ada Aceh
Suryo Setyantoro, SS. adalah venaga Tekni
Sebagaimana cars pandang Geert:
dengan tesisnya mengenaiinvolusipertenian,
‘maka tidak dapat dtbindai lagi Kota Bands
‘Aceh akan mengalami apa yang dinamakan
fnvolusi perkotaan seandaiiya Kota Bands
‘Aceh tidak segera memperhatikan tata ruang
kota dengan lebih arif dan bijaksana. Kota,
seperti halnya dengan arsitektur, ering
disebut sebagai cerminan " budaya
‘masyarakatnya, Maka pembangunan kota
yng herbudaya merupakan tantangan yang
‘mengeairahkan untuk disiasati oleh kita
semua, yang merasa sebagai warga Kota
Banda Ach
Bangunan berkonsep focus sols!
yang —mengakomodir —keunikan tau
iarakterstik tempat, yang membedakannya
secara signif kan “dengan tempat lain,
merupakan wacana yang tepat ditengsh
keringnya konsep pembangunan’ perkotwan
yang semekin hari semakin dijjali dengan
konsep-konsep perancangan “modem” yang
borlandaskan fungsionalisme sempit dan
formalitas hampa. Kota. diharapkan tidak
hanya sekedar sebagai wadah aktvtas
rmanusia masa kini soja, melainkan juga
sebagai sumber Kenangan'rasa lampay dan
_arena beefaniasi masa depan,
“Laat dla Eko dado dan Sunt
Hanjoaboja, Opt, hn
ede Ng Rats, “Akai Keoregolan
otal am Ruang_ avec dan
pt biotite 20055
‘
sda Ball Pelestarian Sejarah dan Nila
Haba No. 51/2009