Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. Henra

Umur

: 33 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Tempat/tanggal lahir

: Kumelembuai, 31 juli 1980

Status perkawinan

: Belum Menikah

Jumlah anak

:-

Pendidikan terakhir

: Tamat SMA

Pekerjaan

: Tiak Ada

Suku bangsa

: Minahasa/Indonesia

Agama

: Kristen Protestan

Alamat sekarang

: Amurang Desa Kumelembuai

Tanggal MRS

: 2 Maret 2014

Cara MRS

: Pasien datang diantar oleh orangtua

Tanggal pemeriksaan

: 7 Maret 2014

Tempat pemeriksaan

: Ruangan C4 Kamar 109 Bagian Penyakit Dalam


RSUP Prof. R. D. Kandou

II.

RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 3 Maret 2014, di ruangan perawatan
C4 kamar 109 Bagian Penyakit Dalam RSUP Prof. R. D. Kandou, dari :
-

Autoanamnesis dengan pasien.

Catatan rekam medis pasien.

Aloanamnesis dengan : christin. (46 tahun), ibu kandung pasien, suku


Mninahasa, pendidikan SD, pekerjaan Ibu rumah tangga.

A. Keluhan Utama
Pasien berteriak, mengamuk dan bicara ngawur sarta demam

B. Riwayat Gangguan Sekarang


1

Keluhan sering menangis dialami pasien sejak kurang lebih 3 minggu terakhir.
Pasien mengakui bahwa dirinya sering merasa sedih, dan kemudian muncul
keinginan untuk menangis. Pasien bisa tiba-tiba menangis saat sedang bercakapcakap dengan anaknya ataupun ayah kandungnya. Bahkan dalam keadaan diam,
pasien bisa meneteskan air mata. Pasien mengaku menangis apabila dia teringat pada
almarhum ibunya yang meninggal 2 tahun yang lalu.
Menurut hasil wawancara dengan anak kandung pasien ditemukan bahwa pasien
mengalami susah tidur yang dialami kurang lebih 4 minggu terakhir. Pasien
mengakui kesulitan tidur ini dialami tanpa sebab yang jelas. Anak pasien
mengatakan bahwa suaminya hanya tidur sekitar 2-3 jam pada malam hari. Ketika
hendak tidur, anak pasien mengaku bahwa ibunya hanya berbicara terus menerus dan
sering memanggil-manggil mamanya yang sudah meninggal. Pasien tidur pada
malam hari sekitar pukul 02.00 wita hingga sekitar pukul 04.00 wita. Ketika
terbangun pukul 04.00 wita pasien sudah tidak dapat tertidur lagi hingga pagi hari.
Anak pasien yang tinggal serumah dengan pasien juga mengatakan bahwa ibunya
mengalami penurunan berat badan kurang lebih 10 kg dalam sebulan terakhir yang
disebabkan oleh berkurangnya nafsu makan. Bahkan anak pasien mengaku pasien
pernah tidak ingin makan selama 10 hari.
Hendaya atau disfungsi sosial terjadi pada pasien, dimana pasien menarik diri dari
lingkungannya. Berdasarkan pengakuan ayah kandung dan anak laki-lakinya, pasien
dalam 2 bulan terakhir lebih suka tinggal di dalam rumah, padahal dulu pasien
sekalipun pendiam dan jarang bergaul namun masih memiliki interaksi singkat
dengan tetangga atau sanak saudara untuk sekedar berbincang-bincang.
Nyeri perut bagian bawah dirasakan pasien 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Gejala tersebut muncul secara tiba-tiba. Pasien pernah diberikan obat penghilang
nyeri oleh mantra di puskesmas, namun menurut anak pasien setelah mengkonsumsi
obat tersebut tidak terjadi perubahan.
Faktor Stresor Psikososial :
Pasien mengaku mengalami tekanan akibat kematian ibunya 2 tahun yang lalu
(April 2012). Namun, menurut anak pasien, pasien mengalami keluhan demikian
sejak salah seorang teman akrab dari pasien datang bertamu di rumah dan
mengajukan sebuah candaan untuk mencarikan seorang istri bagi ayah pasien
sebagai pengganti almarhumah ibu pasien. Pasien merasa kecewa karena candaan itu
ditanggapi dengan serius oleh ayah pasien. Pasien mulai merasa tertekan dan takut
2

kalau ayahnya menikah lagi. Dia merasa ayahnya tidak setia kepada almarhumah
ibunya.
Gangguan sekarang dengan penyakit fisik dan psikis sebelumnya :
Gangguan psikis dan fisik sekarang lebih ringan dibanding saat awal keluhan
terjadi. Saat ini pasien sudah bisa berjalan-jalan ke luar ruangan. Awal keluhan
pasien mengalami kaku otot, melakukan gerakan kayang, sering merayap di lantai
dan seperti orang kesurupan. Pasien sering berteriak-teriak dan ingin melarikan diri
dari rumah. Keluhan tersebut hanya dialami 10 hari saat awal bulan Februari dan
sekarang keluhan tersebut tidak lagi dirasakan.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat inap di rumah sakit. Sejak awal muncul
keluhan, pasien pernah ditangani oleh seorang dukun kampung, namun tidak ada
perbaikan. Dua minggu setelah munculnya keluhan, pasien akhirnya dibawa berobat
ke salah sebuah rumah sakit di Gorontalo lalu kemudian di rujuk ke RSUP Prof. R.
D. Kandou untuk menjalani pengobatan. Pasien minum obat secara teratur.

2. Riwayat gangguan medis


Tidak ada riwayat cedera kepala, tidak ada riwayat malaria, tidak ada riwayat
digigit anjing. Tidak ada riwayat demam lama. Tidak ada riwayat gangguan di organ
lain, tidak ada keluhan nyeri yang mengganggu, tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan seksual dan gangguan somatosensorik lainnya.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif


Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan selain yang diberikan dokter.
Pasien tidak pernah minum minuman beralkohol dan merokok.

III.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-18 bulan)
Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Lahir melalui persalinan
normal di rumah oleh seorang dukun beranak dan dalam keadaan sehat tanpa
cacat bawaan. Selama kehamilan hingga persalinan ibu penderita dalam keadaan

sehat baik fisik maupun mental, tidak merokok, tidak minum alkohol atau
menggunakan zat-zat adiktif. Penderita diberi ASI hingga umur 1 tahun.

B. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun)


Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak awal sesuai dengan usia pasien.
Usia 1 tahun, pasien mulai dapat memanggil nama ibunya. Pasien juga mulai
belajar berjalan sendiri. Pasien tidak pernah rewel apabila tante pasien
menggendong pasien. Pasien lepas popok pada usia satu setengah tahun dan tidak
mengompol hingga usia 3 tahun. Perkembangan motorik kasar maupun halus
berkembang dengan baik.

C. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)


Pasien merupakan anak yang lebih dekat kepada ibunya daripada ayahnya.
Menurut ayah pasien, pasien tidak pernah memiliki ranking dalam kelasnya,
namun pasien menyelesaikan sekolah dasar tanpa pernah ketinggalan kelas.
Pasien tidak memiliki prestasi tertentu. Sejak pasien berusia 10 tahun, dia mulai
membantu ibunya yang bekerja sebagai penjual kue-kue ringan.

D. Riwayat Masa Akhir Remaja


Pasien termasuk anak yang pendiam, kurang bergaul dan tidak mengikuti
organisasi apapun. Tidak jelas adanya masalah berarti dalam sekolahnya. Pasien
berhenti sekolah pada setelah tamat SD, karena orangtuanya tidak cukup uang
untuk menyekolahkannya.

E. Riwayat Masa Dewasa


1.

Riwayat Pekerjaan
Pasien selain sebagai ibu rumah tangga, pasien membantu meringankan

beban finansial suaminya dengan bekerja sebagai penjual kue ringan. Pasien
biasanya menjajakan jualannya dari sekolah ke sekolah.

2.

Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual penderita adalah lawan jenisnya yang sebaya.

3.

Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah. Pasien menikah pada usian 19 tahun. Pernikahan ini

merupakan pernikahan pertama pasien. Pasien memiliki 1 orang suami dan 1


orang anak. Hubungan pasien dengan suami selama perkawinan harmonis. Suami
pasien sangat menyayangi pasien.

4.

Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, namun menurut anak pasien, ibunya jarang

melakukan ritual keagamaan. Pasien jarang sholat dan tidak terlalu ingin
memberikan perhatian lebih untuk hal-hal yang berbau keagamaan.

5.

Riwayat pelanggaran hukum


Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.

6.

Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama dengan seorang anak kandungnya yang berjenis

kelamin laki-laki berserta suaminya di rumah semi permanen, beratap seng,


memiliki 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu dan WC. Pasien hidup
bertetangga dengan ayah kandung pasien yang memiliki rumah tepat di sebelah
rumah pasien. Kedua saudara kandung pasien tinggal di luar daerah. Mereka telah
berkeluarga. Pasien saat ini jarang keluar rumah hanya untuk berjalan-jalan, dan
jarang berinteraksi dengan tetangga serta sanak saudaranya.

7.

Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, pasien termasuk golongan

keluarga dengan finansial minim, sehingga pasien menjadi tulang punggung


keluarga. Dulu, sebelumnya ia dan adik-adiknya berkeluarga, pasien merasa turut
bertanggung jawab atas adik-adiknya. Menurut ayah pasien, pasien merupakan
harapan keluarga. Hubungan dengan orangtua baik. Ayah pasien mendidik pasien
beserta adik-adiknya dengan keras. Ibu pasien adalah orang yang sabar, penuh
ceria dan lemah lembut. Hubungan dengan saudara kandung harmonis, pasien
sangat menyayangi adik-adiknya. Hubungan dengan ayah kandung tidak terlalu
dekat, pasien merasa canggung dengan ayahnya dan hanya berkomunikasi
seperlunya. Menurut keluarga pasien memiliki kepribadian pemalu.
5

8.

Persepsi tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien merasa sedih dan tidak berguna sejak ditinggal ibunya. Pasien menjadi

sangat takut kehilangan suaminya. Bahkan saat suami pasien hanya meninggalkan
pasien beberapa saat untuk membeli perlengkapan selama pasien berada di rumah
sakit, pasien merasa sedih dan terus mencari suaminya. Pasien sangat ingin segera
sembuh dan segera pulang ke Gorontalo.

SILSILAH KELUARGA / GENOGRAM

Ket.

: Laki-laki (Ayah)
: Perempuan (Ibu)
: Saudara laki-laki
: Pasien

IV.

PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS

A. Deskripsi umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan berusia 37 tahun, sesuai dengan usianya.
Ekspresi wajah sedih, tatapan mata kosong, berkulit sawo matang, rambut
hitam tidak mampu merawat dirinya, penampilan kurang rapi dalam
menggunakan kaos dan celana panjang olahraga, dan memakai sandal jepit.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien berada di luar ruangan saat pemeriksa datang, kemudian atas intruksi
perawat yang berada di bagian, pasien menuju kamar perawatan dengan
dipapah oleh ayah dan anaknya. Pasien berjalan dengan perpegangan pada
lengan ayahnya. Terlihat tidak bersemangat dan kadang kurang perhatian
terhadap pemeriksa.
3. Karakteristik Pembicaraan
6

Selama wawancara, pasien menjawab semua pertanyaan dengan seadanya,


artikulasi jelas, pasien tidak langsung menjawab semua pertanyaan tapi masih
membutuhkan beberapa saat untuk bisa menjawab pertanyaan dengan intonasi
lemah.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif, dapat menjawab pertanyaan dengan suara yang
sangat pelan, dan volume suara sangat kecil sehingga terkadang pemeriksa
harus mengulang beberapa kali untuk sebuah pertanyaan. Ketika diberi
pertanyaan, pasien sering menengok kepada ayah atau anaknya untuk
mendapatkan jawaban. Pasien sering terlihat ragu-ragu dalam menjawab
pertanyaan. Pasien sering tiba-tiba menangis saat menjawab pertanyaan.

B. Mood dan Afek


o Mood

: hipotimik

o Afek

: depresif (Pasien menangis saat pemeriksaan, posisi tubuh

sedikit membungkuk dan kepala yang terkadang menunduk ke bawah)


o Keserasian

: serasi

C. Gangguan persepsi
Tidak ditemukan halusinasi maupun ilusi.

D. Pikiran
o Bentuk pikiran

: koheren

o Isi pikiran

: tidak ditemukan kelainan.

E. Kesadaran dan fungsi kognitif


1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
Orientasi :
o Orientasi waktu

: Baik. Pasien tahu waktu saat pemeriksaan. Pasien

bisa membedakan siang dan malam.


o Orientasi tempat

: Terganggu. Pasien tidak mengetahui dimana dia saat

ini.
o Orientasi orang

Baik.

Pasien

disekitarnya.
7

dapat

mengenali

orang-orang

Daya konsentrasi : Cukup

2. Perhatian

: Ketika wawancara berlangsung pasien cukup memusatkan

perhatian.

3. Daya ingat

o Jangka panjang

: cukup baik

o Jangka pendek

: cukup baik

o Segera

: cukup baik

F. Penilaian realitas
1. Norma Sosial

: tidak terganggu, tidak ada keinginan untuk bunuh diri.

2. Uji Daya Nilai

: baik, tidak terganggu. Pasien mengatakan akan


membantu apabila ada teman yang mengalami masalah
dan membutuhkan pertolongan.

G. Tilikan
Derajat IV (pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan dalam hal ini
memerlukan pengobatan, namun tidak memahami penyebab sakitnya).

V.

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Tampak sehat

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda vital

: TD: 110/70 mmHg; N: 84x/m; R: 18x/m; S: 36,8oC

Kepala

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-

Thoraks

: Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

: Datar, lemas, nyeri tekan suprapubik (-), nyeri tekan

epigastrium (-), peristaltik (+) normal


Ekstremitas

: Edema (-), akral hangat

B. Pemeriksaan Neurologis
GCS

: E4M6V5

TRM

: Tidak ada
8

Pemeriksaan Nervus Kranialis


1. Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
2. Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi
3. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus
Abducens (N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa gerakan bola mata pasien
wajar (dimana pasien mampu melirik ke atas, ke bawah, ke kiri dan ke kanan).
4. Nervus Trigeminus (N.V)
Selama wawancara pasien dapat tersenyum, dan wajah simetris.
5. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat tersenyum dan
wajah simetris antara kiri dan kanan.
6. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan cukup tepat.
Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Pasien ketika
berjalan terlihat stabil dan tidak terjatuh.
7. Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
8. Nervus Vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
9. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan kepalanya ke
kiri dan ke kanan yang menandakan bahwa fungsi N.XI pasien dalam keadaan
normal.
10. Nervus Hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi

C. Pemeriksaan penunjang
Dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam telah dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa:
1.

Kimia Darah : tidak ditemukan kelainan yang bermakna


9

VI.

2.

Urinalisis lengkap : dalam batas normal

3.

USG Abdomen : tidak ditemukan kelainan

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien perempuan berumur 37 tahun dibawa ke RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

pada tanggal dengan keluhan utama sering menangis, susah tidur dan nafsu makan
berkurang.
Awalnya 1 bulan yang lalu, pasien dalam keadaan sehat, kemudian seorang teman
akrabnya datang untuk bertamu dan mengajukan sebuah candaan bahwa akan
mencarikan istri pengganti almarhumah ibunya untuk ayahnya yang saat ini duda.
Ayah pasien saat itu menanggapi candaan tersebut dengan serius. Sejak saat itu,
mulailah pasien merasa susah tidur dan nafsu makan berkurang. Kehilangan minat
pada hal-hal yang dahulu menarik bagi dia.
Sejak 3 minggu terakhir, pasien mulai terlihat sering menangis dan terlihat
murung serta menarik diri dari pergaulan.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh timbulnya nyeri pada
perut bagian bawah yang tidak menghilang ketika minum obat penghilang nyeri.
Pada tahun 2012, pasien mengalami tekanan batin karena ibunya yang sangat ia
sayangi meninggal dunia. Pasien lebih dekat kepada ibunya dibanding ayahnya.
Pemeriksaan status mental didapatkan perempuan sesuai usia, berpenampilan
kurang rapi, ekspresi wajah murung, mood pasien hipotimik, afek depresif. Pasien
cukup kooperatif menjawab pertanyaan, dengan volume suara kecil dan artikulasi
jelas. Pada pasien tidak ditemukan adanya waham. Orientasi waktu dan orang adalah
baik, hanya orientasi tempat yang terganggu. Tidak ada gangguan persepsi dan
proses pikir. Daya nilai baik. Tingkat tilikan IV.

VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat gangguan pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang

mencetuskan perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya


gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan serta
ditemukan adanya distress dan disability ringan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat disimpulkan pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan
yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis
10

menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita


selama ini.
Pasien tidak pernah mengalami trauma di kepala, dengan demikian gangguan
mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan.
Pada aksis I ditemukan adanya afek depresif, penurunan minat dan penurunan
kegembiraan (unhedonia), kemudian diikuti oleh susah tidur dan nafsu makan
berkurang, konsentrasi dan perhatian terganggu. Sakit seperti ini baru pertama kali
dialami oleh pasien. Episode depresi tersebut dicetuskan oleh peristiwa kehidupan
yang penuh stress dan trauma mental. Episode depresi saat ini tidak ditemukan
waham, halusinasi dan gejala-gejala psikotik lainnya. Maka diagnosa aksis I adalah
Gangguan Depresif Berat dengan Gejala Tanpa Psikotik. (F32-3)
Pada aksis II, ditemukan adanya ciri kepribadian cemas, dimana pasien memiliki
perasaan takut dan tegang yang menetap dan pervasive, merasa dirinya tidak mampu,
tidak menarik, atau lebih rendah dari orang lain, serta keengganan untuk terlibat
dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai.
Pada aksis III, tidak ditemukan kondisi medis umum yang berkaitan dengan
gangguan yang dialami oleh penderita.
Pada aksis IV, hubungan pasien dan ayahnya renggang. Pasien merasa tidak bisa
menerima keputusan ayahnya.
Pada aksis V, laporan mengenai fungsi secara keseluruhan dan kemampuan
penyesuaian diri menurut GAF scale (Global Assessment of Functioning Scale)
didapatkan nulai GAF menurut Current 60-51 yaitu penderita mengalami beberapa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik,
sementara GAF HLPY 90-81, gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak
lebih dari masalah harian biasa.

VIII.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I

: Gangguan Depresi Berat dengan Gejala Tanpa Psikotik

Aksis II

: Ciri Kepribadian Cemas

Aksis III

: Tidak ada

Aksis IV

: Problem berkaitan dengan kelompok pendukung utama : masalah

dengan ayahnya
Aksis V

: GAF scale Current 60-51, GAF HLPY 90-81

11

IX.

PROBLEM

A. Organobiologi

: Gangguan tidur (Insomnia). Tidak terdapat kelainan organ.

Terdapat riwayat gangguan jiwa dalam keluarga pasien. Saudara kandung dari
ayah penderita mengalami keluhan serupa.
B. Psikologi

: Pasien tidak mengalami halusinasi auditorik maupun visual.

C. Lingkungan dan sosial ekonomi : masalah dengan ayah pasien.

X.

TERAPI
A. Psikofarmako
o Fluoxetine 20 mg tab 1 x 1

B. Psikoterapi dan intervensi psikososial


Terhadap pasien :
1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu terapi kognitif yang bertujuan
untuk menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan
membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif, mengembangkan
cara berpikir alternatif, fleksibel dan positif, dan melatih kembali respon
kognitif dan perilaku yang baru.
2. Memberikan

edukasi

dan support terhadap

pasien

agar

memahami

gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang kemungkinan


dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
3. Memberikan penerangan kepada pasien secara perlahan-lahan agar pasien
dapat mengerti dan menerima kenyataan, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik.
4. Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak
merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak
kendur.
Terhadap keluarga pasien :
1. Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam
pengawasan keluarga.
2. Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit.
3. Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh terhadap pasien
dan mengawasi pasien dalam meminum obat secara teratur.
12

4. Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga


mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa memberikan
dukungan selama masa pengobatan.
5. Menjelaskan kepada keluarga mengenai neurotransmitter otak pada gangguan
mental mengalami ketidakseimbangan dan harus diseimbangkan dengan
pemakaian obat yang teratur.

XI.

XII.

PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan kunjungan

berkala selama masa pengobatan. Memberikan konseling yang teratur kepada pasien
untuk bisa memperbaiki pemahaman tentang realitas yang ada, tingkah laku, serta
pola pikir pasien agar menyadarkan pada pasien bahwa pasien memerlukan
pengobatan yang teratur.

XIII.

DISKUSI
Depresi merupakan gangguan mental umum yang muncul dengan mood sedih,
kehilangan minat, penurunan gairah atau tenaga, merasa rendah diri, gangguan tidur
atau nafsu makan, dan konsentrasi menurun. Depresi juga dapat muncul dengan
gejala cemas. Masalah ini bisa menjadi kronis atau kumat tergantung stressor yang
dialami pasien. Lebih-lebih jika memberat depresi dapat menimbulkan gejala bunuh
diri (WHO 2012).
Depresi merupakan penyebab ketidakmampuan baik pada perempuan maupun
pada laki-laki dengan perbandingan 2 : 1 (WHO, 2008). Kriteria Depresi menurut
PPDGJ III meliputi gejala mayor berupa afek sedih, hilang minat dan ketertarikan,
menurunnya tenaga dan perasaan mudah lelah meskipun beraktifitas sebentar saja.
Gejala minor dapat berupa konsentrasi dan perhatian yang menurun, rasa tidak
percaya dan memandang harga diri rendah, perasaan penuh dosa dan tidak berguna,
pandangan masa depan yang suram, gagasan atau perbuatan yang membahayakan
diri, gangguan siklus tidur dan nafsu makan menurun. Kriteria diagnosis depresi
13

sedang dengan gejala somatic apabila dijumpai sekurang-kurangnya harus ada 2 dari
3 gejala utama depresi ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala lainnya dan
berlangsung minimum sekitar 2 minggu dan menghadapi kesulitan nyata untuk
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga disertai adanya
gejala somatik yang pada pemeriksaan fisik maupun penunjang tidak dijumpai
adanya kelainan. Pada kasus ini faktor resiko yang dapat menyebabkan pasien
mengalami depresi adalah trauma psikis berkepanjangan. Mulai dari kematian
ibunya lalu kemudian harus mengalami tekanan kegagalan berkali-kali dan merasa
tak mampu apabila ayahnya menikah kembali.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pasien memang mengalami
depresi sedang dengan gejala somatik. Dimana sudah memenuhi kriteria mayor dan
kriteria minor disetai keluhan somatik yaitu adanya nyeri perut yang tidak bisa
dibuktikan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Pasien masih smuda dan ini merupakan keluhan yang muncul pertama kali,
ada faktor genetik, dukungan keluarga ada, status sosial ekonomi menengah, patuh
minum obat, tidak menderita penyakit organik dan tilikan 4, sehingga dari analisa
tersebut prognosis pasien kemungkinan dubius ad bonam. Kepada keluarga
disarankan memperhatikan anaknya dengan baik.

Manajemen dengan terapi

psikologis atau psikoterapi dan farmakologi akan sangat membantu proses


pemulihan pasien meskipun itu memerlukan waktu yang cukup lama.

XIV.

WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di ruang perawatan C4 kamar 109 Bagian Ilmu Penyakit

Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 3 Maret 2014 jam 11.00 WITA.
Saat pemeriksa hendak menuju ruang perawatan, pasien sedang tidak berada di
ruangan. Ternyata pasien sedang berada di teras salah satu ruang perawatan bersama
ayah kandung dan anak laki-lakinya.
Keterangan :
A : Pemeriksa B : Pasien

C : Anak pasien D : Ayah pasien.

A : Selamat siang, dengan ibu Asni ini?


D : Siang Dokter. Iyo Dokter. Maaf Dokter, torang kua fugado dalam ruangan jadi
torang keluar for ba angin.

14

A : Iyo, nda apa-apa. Bapaknya Ibu Asni, ini? Maaf mengganggu ne Pak. Kita
Dokter Muda Juwita, dari bagian Jiwa. Mo tanya-tanya sadiki ne.
D : Iyo Dokter.
A : So lama Ibu Asni begini? Kiapa kong sampai masuk rumah sakit Pak?
D : Masuk karena de pe puru saki sekali kata. Kong ja ba bangka begitu dang Dok.
Mar begini awal bulan Februari dia pernah meronta, sampai ba kayang kong
merayap. Rupa kesurupan begitu Dok. Kong so ja malas makan. Kong so ja ba sedih.
A : Berapa lama dia begitu Pak?
B : Depe maronta itu 10 hari sto, kong abis itu so nda ja makang so nda ja tidor.
Kong sampai sekarang masih ja menangis.
Pemeriksa mengarahkan pandangannya kepada pasien yang sedang terduduk di
lantai. Pasien tampak menatap kosong dan mulai menangis.
A : Ibu, Ibu Asni ini kang?
Pasien hanya terdiam dan tidak menjawab.
A : Ibu Asni tahu ini dimana Ibu?
Pasien hanya menggelengkan kepala dan tetap menangis
A : Ibu Asni kiapa ja menangis dang? Da inga pa siapa Ibu?
B : (Pasien menatap ayah dan anaknya lama lalu kemudian menjawab) Inga mama
A : Kiapa mama? Kiapa da inga-inga mama?
B : Mama da setinggal (Pasien menjawab dengan suara yang sangat kecil. Airmata
pasien semakin deras)
A : Kiapa de pe mama Pak?
D : (terdiam sejenak) De pe mama kua da meninggal April 2012 Dokter. Kong dia
rupa nda terima begitu.
A : Dekat sekali dia dengan de pe mama?
D : Iya Dok. Dia nda ja barita dengan kita. Cuma dengan de pe mama. Jadi rupa
terpukul dia.
A : Mar depe keluhan so memang dari tahun 2012 dang? Di pe abis de pe mama
meninggal jadi bagaimana?
D : Memang so pendiam dia dulu Dok. Jarang bergaul dia. Mar pe depe mama
meninggal semakin pendiam dia.
A : Bapak tinggal dengan Ibu Asni?
D : Nyanda Dok. Mar baku sebelah rumah torang. De pe anak yang tinggal dengan
de pe mama.
15

A : Ooo.. yang ini kang de pe anak. Sapa nama Dek?


B : Nama saya Zulkifly Dok.
A : Sekolah Dek?
B : Iyo, kelas 2 SMA Dok.
A : Bagaimana Mama, kiapa so jadi begini?
Ayah pasien keluar dari tempat wawancara.
B : Begini Dok. Lalu pas bulan 2 mama pe tamang ada datang. Kong dia bakusedu
kalo mo cari akang istri for opa. Kong opa le waktu itu rupa serius dang tanggapi tu
bakusedu. Pe kelar itu, mama so jadi aneh. Ja maronta, kong ja merayap.
A : Mama deng Papa pernah baku marah?
B : Nyanda no Dok. Papa deng mama baku sayang sekali.
A : Mama da turun badan ini?
B : Da turun sekali Dok. Turun 10 kg sto. Napa dia pernah nyanda makang 10 hari.
A : Kong depe tidur bagaimana?
B : Susah sekali tidur mama Dok. Ja bicara-bicara sendiri dang kalau tidur.
Ayah pasien kembali ke tempat wawancara.
A : Bapak, Ibu ada sekolah? Bagaimana dia sebelum saki?
B : Cuma tamat SD, Dok. Sebelum saki memang so pendiam kong pemalu sekali le
ini anak, riki deng de pe papa jo susah sekali mo komunikasi, cuma kalo da perlu.
A :
Pasien tampak kelelahan dan ingin tidur. Pemeriksa mengantar pasien ke kamar
tidur.

XV.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira S, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. Jakarta: 2010.

2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri. Alih bahasa: Kusuma W.
Karisma Publishing. Tangerang. 2010(I). vol 13. hal 699.

3. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa. Bagian ilmu kedokteran jiwa FK Unika


Atma jaya. Jakarta. 2007.

16

4. Maslim R. Penggunaan klinis obat psikotropik. Bagian ilmu kedokteran jiwa FK


Unika Atma jaya. Jakarta. 2007.

17

Anda mungkin juga menyukai