Anda di halaman 1dari 7

Parameter Kualitas Batubara

Total Moisture
Total Sulfur
Calorific Value
HGI
Ultimate Analysis
Ash Fusion Temperature
Ash Analysis
Proximate

TOTAL MOISTURE
Tinggi Rendahnya Total Moisture akan
tergantung pada :
Peringkat Batubara
Size Distribusi
Kondisi Pada saat Sampling
Peringkat Batubara:
Semakin tinggi peringkat suatu batubara semakin kecil porositas batubara tersebut atau semakin
padat batubara tersebut. Dengan demikian akan semakin kecil juga moisture yang dapat diserap
atau ditampung dalam pori batubara tersebut. Hal ini menyebabkan semakin kecil kandungan
moisturenya khususnya inherent moisturenya.
Size Distribusi :
Semakin besar ukuran size batubara, semakin besar luas permukaanya. Hal ini menyebabkan akan
semakin tinggi surface moisturenya. Pada nilai inherent moisture tetap, maka T M-nya akan naik
yang dikarenakan naiknya surface moisture.
Kondisi Sampling :
Total Moisture dapat dipengaruhi oleh kondisi pada saat batubara tersebut di Sampling. Yang
termasuk dalam kondisi sampling adalah :
Kondisi batubara pada saat disampling
Size distribusi sample batubara yang diambil terlalu besar atau terlalu kecil.
Cuaca pada saat pengambilan sample.
PROXIMATE ANALYSIS:

Air dried moisture


Ash Content
Volatile Matter
Fixed carbon
AIR DRIED MOISTURE: Moisture In the analysis samples Inherent Moisture
Adalah moisture yang terkandung dalam batubara setelah batubara tersebut dikering udarakan
Sifat-Sifat ADM:
Besar kecilnya nilai ADM dipengaruhi oleh peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat
batubara, semakin rendah kandungan ADM nya.
Nilainya tergantung pada humuditas dan temperature ruangan dimana moisture tersebut
dianalisa.
Nilainya tergantung juga pada preparasi sample sebelum ADM dianalisa (Standar preparasi)
ASH CONTENT:
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu, melainkan mengandung mineral matter.
Namun sebagian mineral matter dianalisa dan dinyatakan sebagai kadar Abu atau Ash
Content.
Mineral Matter atau ash dalam batubara terdiri dari inherent dan extarneous.
Inherent Ash ada dalam batubara sejak pada masa pembentukan batubara dan keberadaan
dalam batubara terikat secara kimia dalam struktur molekul batubara
Sedangkan Extraneous Ash, berasal dari dilusi atau sumber abu lainnya yang berasal dari luar
batubara.
Sifat Sifat kadar Abu:
Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis mineral matter yang
dikandung oleh batubara baik yang berasal dari inherent atau dari extraneous.
Kadar abu relatif lebih stabil pada batubara yang sama. Oleh karena itu Ash sering dijadikan
parameter penentu dalam beberpa kalibrasi alat preparasi maupun alat sampling.
Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara yang sama, semakin rendah nilai kalorinya.
Kadar abu juga sering mempengaruhi nilai HGI batubara.
VOLATILE MATTER:
Volatile matter/ zat terbang, adalah bagian organik batubara yang menguap ketika
dipanaskan pada temperature tertentu.

Volatile matter biasanya berasal dari gugus hidrokarbon dengan rantai alifatik atau rantai
lurus. Yang mudah putus dengan pemanasan tanpa udara menjadi hidrokarbon yang lebih
sederhana seperti methana atau ethana.
Sifat-Sifat Volatile Matter:
Kadar Volatile Matter dalam batubara ditentukan oleh peringkat batubara.
Semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin rendah kadar volatile matternya.
Volatile matter memiliki korelasi dengan vitrinite reflectance, semakin rendah volatile
matter, semakin tinggi vitrinite reflectancenya
Kegunaan Volatile Matter:
Volatile Matter digunakan sebagai parameter penentu dalam penentuan peringkat
batubara.
Volatile matter dalam batubara dapat dijadikan sebagai indikasi reaktifitas batubara pada
saat dibakar.
Semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin rendah kadar volatile matternya.
SULFUR:

ORGANIC SULFUR,

PYRITIC SULFUR,

SULFAT SULFUR

Sifat-Sifat SULFUR:
Kandungan sulfur dalam batubara sangat bervariasi dan pada umumnya bersifat heterogen
sekalipun dalam satu seam batubara yang sama. Baik heterogen secara vertikal maupun
secara lateral.
Namun demikian ditemukan juga beberapa seam yang sama memiliki kandungan sulfur yang
relatif homogen.

Kegunaan SULFUR :
Sulfur dalam batubara thermal maupun metalurgi tidak diinginkan, karena Sulfur dapat
mempengaruhi sifat-sifat pembakaran yang dapat menyebabkan slagging maupun
mempengaruhi kualitas product dari besi baja. Selain itu dapat berpengaruh terhadap
lingkungan karena emisi sulfur dapat menyebabkan hujan asam. Oleh karena itu dalam
komersial, Sulfur dijadikan batasan garansi kualitas, bahkan dijadikan sebagai rejection limit.
Namun demikian dalam beberapa utilisasi batubara, Sulfur tidak menyebabkan masalah
bahkan sulfur membantu performance dari utilisasi tersebut. Utilisasi tersebut misalnya
pada proses pengolahan Nikel seperti di PT. INCO. Dan juga pada proses Coal Liquefaction
(Pencairan Batubara).

Calorific Value
Specific Energy
Higher heating Value
Adalah nilai energi yang dapat dihasilkan dari pembakaran batubara.
Nilai kalori batubara dapat dinyatakan dalam satuan: MJ/Kg , Kcal/kg, BTU/lb
Nilai kalori tersebut dapat dinyatakan dalam Gross dan Net.
Nilai Kalori dapat dinyatakan dalam satuan yang berbeda :
Calorific Value (CV)(kcal/kg)
Specific Energy (SE) .(Mj/kg)
Higher Heating Value (HHV) = Gross CV
Lower Heating Value (LHV)= Net CV
British Thermal Unit = Btu/lb
Sifat-Sifat Nilai kalori Batubara:
Nilai Kalori batubara bergantung pada peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat
batubara, semakin tinggi nilai kalorinya.
Pada batubara yang sama Nilai kalori dapat dipengaruhi oleh moisture dan juga Abu.
Semakin tinggi moisture atau abu, semakin kecil nilai kalorinya.
HARDGROVE GRINDABILITY INDEX:
HGI, adalah salah satu sifat fisik dari batubara yang menyatakan kemudahan batubara untuk
di pulverise sampai ukuran 200 mesh atau 75 micron.
HGI sangat penting bagi pengguna batubara di power plant yang menggunakan pulverized
coal.
HGI tidak dapat dijadikan indikasi atau simulasi performance dari suatu pulverizer atau
milling secara langsung, karena performance milling masih dipengaruhi oleh kondisi
operasional Milling itu sendiri, seperti Mill tention, Temperature primary air, setting
classifier dan lain-lain. Namun demikian, HGI dapat dijadikan pembanding untuk batubara
yang satu dengan lainnya mengenai kemudahannya untuk dimilling.
Sifaat-Sifat HGI:
Nilai HGI dari suatu batubara, ditentukan oleh organik batubara seperti jenis maceral dan
lain-lain.
Secara umum semakin tinggi peringkat batubara, maka semakin rendah HGI nya. Namun hal
ini tidak terjadi pada bituminous yang memiliki sifat cooking. Dimana untuk jenis batubara
ini HGInya tinggi sekali, bahkan bisa mencapai lebih dari 100.

Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh dilusi abu dari penambangan. Secara umum
penambahan abu dilusi dapat menaikan nilai HGI.
Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh kandungan moisture.
Pengujian HGI:
HGI ditest dengan menggunakan mesin hardgrove. Sample yang sudah digerus pada ukuran
partikel tertentu kemudian dimasukan kedalam mesin hardgrove. Selanjutnya digerus
dengan menggunakan bola baja pada putaran (revolusi) tertentu.
Batubara hasil gerusan kemudian discreen pada ukuran 200 mesh. Jumlah yang lolos pada
screen ukuran 200 mesh dijadikan data dan dikalkulasi dengan menggunakan hasil kalibrasi
alat tersebut.
ULTIMATE ANALYSIS:

CARBON
HYDROGEN
OXYGEN
SULFUR
NITROGEN

Carbon, Hydrogen, dan Oxygen merupakan unsur dasar organik pembentuk batubara.

Sifat dari unsur-unsur tersebut mengikuti peringkat batubara. Semakin tinggi peringkatnya,
semakin tinggi Carbonnya, semakin rendah hydrogen dan oxygennya.

Sedangkan Nitrogen merupakan unsur yang bersifat bervariasi tergantung dari material
pembentuk batubara. Sifatnya hampir sama dengan Sulfur.

Dalam batubara peringkat tinggi, nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa pyridine yang
berasosiasi dengan struktur aromatik, sedangkan dalam batubara peringkat rendah, nitrogen
ditemukan dalam bentuk senyawa amina dan terikat padu ikatan hidrokarbon alifatik.

Nitrogen dalam batubara berasal dari tumbuhan pembentuk batubara tersebut atau sebagai
hasil dari aktifitas bakteri pada saat pembentukan peat.

Kegunaan :
Dalam Geology Batubara, Ultimate digunakan sebagai parameter penentu peringkat dan
evaluasi-evaluasi lainnya.
Sedangkan pada utilisasi batubara, kandungan ultimate digunakan sebagai dasar
perhitungan stoiciometri udara yang diperlukan untuk membakar batubara secara
sempurna.

Udara Yang diperlukan dalam Liter(1 atm, 20oC) / kg Batubara adalah:


35.8 ( 2.67 C+8.00 H+2.29 N+S-O)
ASH FUSION TEMPERATURE :
Ash Fusion Temperature adalah titik leleh abu batubara yang dinyatakan dalam temperature
dalam berbagai kondisi pelelehan yaitu: Deformasi, Spherical, hemispherical, dan flow.
Berdasarkan kondisi atmosphere pada pengujiannya AFT dibagi menjadi dua atmosphere,
yaitu Reduksi dan Oksidasi.
Sifat-Sifat AFT:
Ash Fusion dalam batubara sangat bervariasi, ada yang homogen dalam satu seam, ada juga
yang sangat heterogen baik secara vertikal seam maupun secara lateral.
Nilai AFT tergantung pada mineral matter yang dikandung oleh batubara.
Pada batubara produksi, nilai AFT dapat dipengaruhi oleh dilusi atau material yang terbawa
pada saat penambangan.
AFT tidak selalu dapat dikorelasikan dengan ash analysis, karena sebenarnya abu yang di
gunakan pada saat pengujian bentuknya bukan oksida semuanya. Melainkan masih dalam
bentuk mineral.
Kegunaan nilai AFT:
Ash Fusion Temperature dalam utilisasi dijadikan indikasi karakteristik ash dalam
pembakaran.
Nilai AFT rendah tidak diinginkan dalam utilisasinya karena dianggap dapat menyebabkan
slagging atau fouling pada pipa-pipa boiler.
AFT juga digunakan dalam membuat rumus empiris untuk memprediksi kecenderungan
terjadinya slagging dalam boiler.
ASH ANALYSIS:
Sifat Sifat Ash Analysis
Ash Analysis didalam batubara bersifat tidak typical dan bervariasi dari satu seam ke seam
lainnya atau didalam seam itu sendiri.
Kandungan komposisi abu tergantung pada unsur pembentuk batubara, dan juga
dipengaruhi oleh abu yang berasal dari luar seperti dilusi atau material yang terbawa selama
penambangan.
Abu batubara dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Abu lignitic dan Abu Bituminous
Abu Lignitic

= Fe2O3 < CaO + MgO

Abu Bituminous = Fe2O3 > CaO + MgO


Kegunaan Ash Analysis:
Sebagai indikator karakteristik abu didalam pembakaran batubara.
Prediksi sifat-sifat abu berdasarkan ash analysis biasanya dinyatakan dalam beberapa
formula seperti :
Rasio Basa /Asam:
Slagging Factor

: Basa / Asam X S(d)

Fouling Factor

: Basa / Asam x Na2O

Pengujian Ash Analysis:


Ash Analysis sesuai dengan nama paramternya ditentukan dari abu batubara.
Abu batubara setelah dipreparasi dan dilarutkan, kemudian diatomisasi dengan cara dibakar
pada temperature tinggi, kemudian selama atomisasi disinari dengan radiasi lampu yang
disesuaikan dengan unsur yang ditentukan
Atom-atom unsur tersebut akan menyerap energi radiasi yang dipancarkan oleh lampu
tersebut. Banyaknya energi yang diserap berbanding lurus dengan banyaknya atom yang
terdapat dalam larutan tersebut.
Dengan membandingkannya dengan grafik kalibrasi sample standar, maka kadar unsur dari
batubara dapat ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai