NAMA :
SHASMITA AGIL OCTAFIANI
20131660074
S1 KEPERAWATAN
SEMESTER III A
DEFINISI
Delirium adalah keadaan yang bersifat semantara dan biasanya terjadi secara mendadak,
dimana penderita mengalami penurunan kemampuan dalam memusatkan perhatian dan menjadi
linglung, mengalami disorientasi dan tidak mampu berfikir secara jernih.
http://medicastore.com/penyakit/698/Delirium.html
ETIOLOGI
Delirium disebabkan kompleks yang saling mempengaruhi diantara faktor predisposisi
dan pencetus. Pasien dengan beberapa faktor predisposisi mungkin menjadi delirium dibanding
pasien tanpa faktor tersebut. Ada hubungan terbalik antara predisposisi host dan beratnya
pencetus dengan banyaknya pasien mengalami sebagai akibat hal sepele (ringan). Pasien tanpa
faktor resiko biasanya membutuhkan penyebab agak berat (seperti kecelakaan otak bermakna)
untuk menginduksi delirium, meskipun penting untuk diingat pasien yang mempunyai delirium
sebagai akibat penyebab minor, yang mungkin tak dikenali, yang mendasari demensia.
Faktor predisposisi.
Demensia
Obat-obatan multipel
Umur lanjut
Kecelakaan otak seperti stroke, penyakit Parkinson
Gangguan penglihatan dan pendengaran
Ketidakmampuan fungsional
Hidup dalam institusi
Ketergantungan alkohol
Isolasi sosial
Kondisi ko-morbid multipel
Depresi
Riwayat delirium post-operative sebelumnya
Penyakit akut berat (termasuk, tetapi tak terbatas kondisi di bawah ini)
o Infeksi dada, urin, dll 10-35%
o Intoksikasi obat/racun 22-39%
o Withdrawal benzodiazepin
o Withdrawal alkohol defisiensi thiamin
o Ensefalopati metabolik (25%)
o Asam basa dan gangguan elektrolit
o Hipoglikemia
o Hipoksia atau hiperkapnia
o Gagal hepar/ginjal
Polifarmasi
PATOFISIOLOGI
Banyak kondisi sistemik dan obat bisa menyebabkan delirium, contoh antikolinergika,
psikotropika, dan opioida. Mekanisme tidak jelas, tetapi mungkin terkait dengan gangguan
reversibilitas dan metabolisma oxidatif otak, abnormalitas neurotransmiter multipel, dan
pembentukan sitokines (cytokines). Stress dari penyebab apapun bisa meningkatkan kerja saraf
simpatikus sehingga mengganggu fungsi kolinergik dan menyebabkan delirium. Usia lanjut
memang dasarnya rentan terhadap penurunan transmisi kolinergik sehingga lebih mudah terjadi
delirium. Apapun sebabnya, yang jelas hemisfer otak dan mekanisma siaga (arousal mechanism)
dari talamus dan sistem aktivasi retikular batang otak jadi terganggu.
Terdapat faktor predisposisi gangguan otak organik: seperti demensia, stroke. Penyakit
parkinson, umur lanjut, gangguan sensorik, dan gangguan multipel. Faktor presipitasi termasuk
penggunaan obat baru lebih dan 3 macam, infeksi, dehidrasi, imobilisasi, malagizi, dan
pemakaian kateter buli-buli. Penggunaan anestesia juga meningkatkan resiko delirium, terutama
pada pembedahan yang lama. Demikian pula pasien lanjut usia yang dirawatdi bagian ICU
beresiko lebih tinggi.
http://imron46.blogspot.com/2009/02/delirium.html
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
Batasan kriteria :
INTERVENSI
RASIONAL
1. Pertahankan agar lingkungan klien 1. Tingkat ansietas atau gelisah akan
pada tingkat stimulaus yang rendah meningkat dalam lingkungan yang penuh
(penyinaran rendah, sedikit orang, stimulus.
dekorasi yang sederhana dan tingakat
kebisingan yang rendah)
2. Lingkungan psikososial yang terapeutik
2. Ciptakan lingkungan psikososial :
akan menstimulasi kemampuan perasaan
sikap perawat yang bersahabat, kenyataan.
penuh perhatian, lembuh dan hangat)
Bina hubungan saling percaya 3. Observasi ketat merupakan hal yang
(menyapa
klien
dengan
rama penting, karena dengan demikian intervensi
memanggil nama klien, jujur , tepat yang tepat dapat diberikan segera dan untuk
janji, empati dan menghargai.
selalu memastikan bahwa kien berada dalam
Tunjukkan
perwat
yang keadaan aman
bertanggung jawab
4. Klien perlu dikembangkan kemampuannya
3. Observasi secara ketat perilaku untuk menilai realita secara adequat agar
klien (setiap 15 menit)
klien
dapat
beradaptasi
dengan
lingkungan.Klien yang berada dalam
4. Kembangkan orientasi kenyataan :
keadaan gelisah, bingung, klien tidak
Bantu kien untuk mengenal menggunakan benda-benda tersebut untuk
persepsinya
membahayakan diri sendiri maupun orang
Beri umpan balik tentang perilaku lain.
klien
tanpa
menyokong
atau
membantah kondoisinya
5. Klien halusinasi pada faase berat tidak
Beri
kesempatan
untuk dapat mengontrol perilakunya. Lingkungan
mengungkapkan persepsi an daya yang aman dan pengawasan yang tepat dapat
orientasi.
mencegah cedera.
RASIONAL
1. Lingkungan fisik dan psikososial yang
terapeutik akan menstimulasi kemmapuan
klien terhadap kenyataan.
2. hal ini akan membuat klien merasa
menjado orang yang berguna.
3. kesadran diri yang meningkat dalam
hubungannya dengan lingkungan waktu,
tempat dan orang.