Anda di halaman 1dari 2

OD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zatzat organis yang ada

dalam 1 liter saampel air, dimana pengoksidasi atau digunakan sebagai sumber oksigen. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui
proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Tim Pengajar, 2011).
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk tujuan untuk mengetahui kadar oksigen terserap dari suatu
sampel air. Sampel air yang digunakan yaitu sampel air laut, air sumur dan air galon. Percobaan ini
menggunakan Permanganat sebagai zat pengoksidasinya sehingga prosesnya disebut permanganometri.
Prinsip titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi.
Pada percobaan ini yaitu menentukan kadar oksigen yang terserap terhadap tiga sampel air. Hal yang
pertama dilakukan yaitu mengukur 10 ml sampel air kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
setelah itu menambakan asam sulfat pekat sebanyak 0,5 ml dan menambahkan kembali 1 ml larutan
KMnO4. Kemudian sampel tersebut di panaskan hingga mendidih, setelah mendidih mendiamkan selama 2
menit lalu ditambahkan larutan asam oksalat. Adapun fungsi pendinginan tersebut yaitu untuk memperoleh
kesetimbangan pada larutan. Setelah itu, sampel tersebut di titrasi dalam keadaan panas dengan
menggunakan KMnO4. Dimana menitrasi dalam keadaan panas dilakukan karena reaksi tidak dapat
berlangsung pada suhu kamar. Kemudian menitrasi larutan tersebut hingga titik ekivalen terjadi yaitu di
tandai dengan adanya perubahan warna dari ungu menjadi merah muda dan terdapat endapan.
Dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Sampel air yang dimasukkan kedalam
Erlenmeyer mengandung senyawa organik. Penentuan zat organik dengan cara oksidasi dapat dilakukan
dalam suasana asam atau basa. Diketahui bahwa air yang digunakan kemungkinan mengandung banyak ion
seperti ion Cl- sehingga menggunakan metode asam. Pada prinsipnya untuk penentuan zat organik
menggunakan metode asam, zat organik di dalam sampel dioksidasi oleh KMnO 4 berlebih dalam keadaan
asam dan panas (Anonim, 2011).
Pada percobaan ini sebelum menambahkan KMnO4 larutan terlebih dahulu ditambahkan dengan
larutan asam sulfat atau H2SO4 untuk membuat suasana asam dan pemanasan yang dilakukan karena
KMnO4 dapat mengoksidasi dalam keadaan asam dan panas. Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai,
karena tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Larutan yang terbentuk akan menjadi
berwarna ungu karena kelebihan KMnO4 . Sisa pengoksidasi KMnO4 dapat dinetralkan dengan cara
menambahkan larutan asam oksalat H2C2O4 berlebih. Jadi, larutan asam oksalat berfungsi untuk mereduksi
dengan larutan asam oksalat hingga larutan berubah warna menjadi bening dari yang awalnya berwarna
ungu pekat (SVEHLA, 1985).
Larutan yang terbentuk (bening) akan kelebihan asam oksalat. Kelebihan asam oksalat dititrasi
kembali dengan KMnO4 atau kalium permanganat menjadi warna merah muda dengan reaksi :

2 KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 2MnSO4 + 10CO2 + K2SO4


Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa
penambahan indikator, karena mampu bertindak sebagai indikator. Oleh karena itu pada larutan ini tidak
ditambahkan indikator apapun dan langsung ditambahkan dengan larutan asam oksalat yang merupakan
standar yang baik untuk standarisasi permanganat dalam suasana asam. Larutan ini mudah diperoleh dengan
derajat kemurnian yang tinggi. Reaksi ini berjalan lambat pada temperatur kamar dan biasanya diperlukan
pemanasan hingga 60OC. Bahkan bila pada temperatur yang lebih tinggi reaksi akan berjalan makin lambat
dan bertambah cepat setelah terbentuknya ion mangan (II) (Effendi, 2003).
Pada ketiga sampel tersebut untuk mengetahui oksigen terserap pada setiap sampel dengan proses
titrasi volume KMnO4 yang digunakan berbeda-beda untuk sampel air laut volume yang digunakan yaitu 2,5
mL, pada sampel air galon volume yang digunakan yaitu 2,0 mL, dan sampel yang terakhir yaitu sampel air
sumur volume yang digunakan yaitu 1,6 ml. Adapun berdasarkan perhitungan, diperoleh kadar COD dari tiap
sampel air yaitu kadar COD untuk air laut 7,9 mg/L, air galon 6,32 mg/L dan air sumur 5,05 mg/L.
Dari hasil di atas, dapat dilihat kadar COD dari air laut lebih besar dari sampel air lainnya. Hal ini
disebabkan kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang
dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan laut, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena
adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis oleh tumbuhan-tumbuhan
laut. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses
fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada
jenis, stadium dan aktifitasnya. Kadar COD air laut pada percobaan ini tinggi karena air laut yang diambil,
merupakan air laut pada permukaan (Kurniawan, 2009).
COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya
kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air Kandungan COD dalam
air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum
golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka
kualitas air tersebut buruk (Jevon, 2011)

VII.

KESIMPULAN
COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, Dari percobaan yang telah di lakukan
dapat di ketahui harga COD pada setiap sampel. Pada sampel air laut nilai COD yaitu 7,9 mg/l, pada sampel
air galon harga COD yang di peroleh yaitu 6,32 mg/l dan pada sampel air sumur COD yaitu 5,05 mg/l.

Anda mungkin juga menyukai