Anda di halaman 1dari 10

3.2.

1
(Definition of mistake)
Mistake is an erroneous assumption relating to facts or to law existing when the contract
was concluded.

Official Comment
1. Mistake of fact and mistake of law
This Article equates a mistake relating to facts with a mistake relating to law.
Identical legal treatment of the two types of mistake seems justified in view of the
increasing complexity of modern legal systems. For cross-border trade the
difficulties caused by this complexity are exacerbated by the fact that an individual
transaction may be affected by foreign and therefore unfamiliar legal systems.

2. Decisive time
This Article indicates that a mistake must involve an erroneous assumption relating
to the factual or legal circumstances that exist at the time of the conclusion of the
contract.
The purpose of fixing this time element is to distinguish cases where the rules on
mistake with their particular remedies apply from those relating to non-performance.
Indeed, a typical case of mistake may, depending on the point of view taken, often
just as well be seen as one involving an obstacle which prevents or impedes the
performance of the contract. If a party has entered into a contract under a
misconception as to the factual or legal context and therefore misjudged its prospects
under that contract, the rules on mistake will apply. If, on the other hand, a party has
a correct understanding of the surrounding circumstances but makes an error of
judgment as to its prospects under the contract, and later refuses to perform, then the
case is one of non-performance rather than mistake.

Maksud dari pasal 1 ini adalah untuk mempersamakan fakta dengan kesalahan yang
berkaitan dengan hukum. Kesamaan perlakuan hukum dalam dua tipe kesalahan tampaknya
dibenarkan dengan mengingat kompleksitas yang semakin meningkat dari sistem hukum

modern. Kesulitan perdagangan lintas batas yang disebabkan oleh hal kompleks yang telah
diperburuk dengan fakta bahwa traksaksi individual dapat terpengaruh oleh asing dan oleh
sistem hukum asing.

Pasal ini menunjukkan bahwa sebuah kesalahan harus melibatkan sebuah pemahaman yang
keliru yang berkaitan dengan hukum atau keadaan yang ada pada waktu itu sesuai. Tujuan
dari ini adalah untuk membedakan kasus dimana peraturan dalam kesalahan dengan fakta
yang berlaku dari suatu berkaitan dengan wanprestasi. Tentu saja, jenis kasus dalam
kesalahan dimungkinkan, tergantung pada sudut pandang yang diambil, sering kali hanya
dilihat sebagai salah satu yang melibatkan sebuah hambatan yang mencehag atau
menghambat kinerja kontrak. Jika pihak sudah masuk ke dalam kontrak dibawah sebuah
kesalahpahaman atau faktual untuk kasus hukum dan karena itu salah menilai prospek
kontrak dibawah itu, peraturan ini akan berlaku pada kesalahan. jika, disisi lain, salah satu
pihak memiliki pemahan yang benar tapi keadaan disekitarnya membuat kesalahan dalam
keputusan sebagai prospek dibawah kontrak, dan kemudian menolak untuk melakukan,
kemudian kasus ini merupakan salah satu daripada wanprestasi daripada kesalahan.
Sehingga harus dibedakan antara mana kasus antara kesalahan dan mana yang dimaksud
dengan wanprestasi

ARTICLE 3.2.2
(Relevant mistake)
(1) A party may only avoid the contract for mistake if, when the contract was concluded,
the mistake was of such importance that a reasonable person in the same situation as the
party in error would only have concluded the contract on materially different terms or
would not have concluded it at all if the true state of affairs had been known, and
(a) the other party made the same mistake, or caused the mistake, or knew or ought to have
known of the mistake and it was contrary to reasonable commercial standards of fair
dealing to leave the mistaken party in error; or
(b) the other party had not at the time of avoidance reasonably acted in reliance on the
contract.
(2) However, a party may not avoid the contract if
(a) it was grossly negligent in committing the mistake; or
(b) the mistake relates to a matter in regard to which the risk of mistake was assumed or,
having regard to the circumstances, should be borne by the mistaken party.
Prinsip ini mengatakan bahwa dalam berkontrak pihak dapat membatalkan atau
mengkesampingkan kontrak bila ada pihak yang dalam pembuatan kontrak nya melakukan
kesalahan yang sangat fundamental yang menyebabkan pihak lain merugi dan tidak mau
menjalankan kontrak tersebut.
Namun dalam pasal 2 ada klausul yang menyebutkan bahwa pihak tidak boleh membatalkan
atau melepaskan diri dari dari kontrak bila pihak yang bersalah melakukan kesalahan itu
dengan sengaja ataupun pihak yang melakukan kesalahan telah memperhitungkan resiko
terjadinya kesalahan tersebut namun tetap melakukannya dalam kata lain kesalahan tersebut
merupakan resiko yang telah dipertimbangkan sebelumnya.

Article 3.2.3
(ERROR IN EXPRESSION OR TRANSMISSION)
An error occurring in the expression or transmission of a declaration is
considered to be a mistake of the person from whom the declaration emanated.

Apabila terjadi kesalahan dalam penerusan pernyataan, si penerima harus waspada karena
tidak ada aturan dalam prinsip-prinsip yang mencegah penerima dari penawaran yang keliru.
Pengirimlah yang mempunyai tugas untuk menyerukan kesalahan dan mencegah kontrak dari
kesalahan dalam article tersebut. Khususnya itu juga bertentangan dengan standar komersil
dari Fair dealing bagi Penerima untuk tidak memberi tahu si Pengirim mengenai kesalahan.
Selain itu, apabila ketika pesan telah ditransmisikan secara benar, namun dikarenakan
kesalahan terjadi di penerima (seperti misalnya adanya kesalahan teknis dan lain sebagainya)
maka hal tersebut merupakan sesuatu yang diluar dari pasal ini. Namun, si penerima berhak
untuk

menyatakan kesalahannya, apabila ia menyatakan jawabannya

kesalahpahaman dari pesan pengirim.

atas dasar

ARTICLE 3.2.4
(REMEDIES FOR NON-PERFORMANCE)

A party is not entitled to avoid the contract on the ground of mistake if the circumstances
on which that party relies afford, or could have afforded, a remedy for non-performance.
Maksud dari pasal ini ialah untuk memberikan acuan bilamana terjadi wanprestasi. Adapun
unsurnya ialah:
1. Remedies for non-performance preferred (Pilihan upaya hukum karena wanprestasi)
Pasal ini ditujukan untuk menyelesaikan masalah yang mungkin timbul di antara upaya
hukum penghindaran ganti rugi karena kelalaian dan upaya hukum ganti rugi karena
wanprestasi. Jika permasalahan terjadi akan lebih condong ke ganti rugi karena
wanprestasi, sebab lebih fleksibel daripada solusi menghindar dari pembayaran ganti rugi
yg bersifat lebih radikal.
2. Actual and potential conflicts (Konflik yang terjadi dan berpotensi besar terjadi)
Konflik nyata antara ganti rugi karena kesalahan dan wanprestasi terjadi saat kedua ganti
rugi yang terkait padahal sebenarnya memiliki unsur yang sama.
Permasalahan yang terjadi diantara dua jenis ganti rugi hanya berbentuk kemungkinan,
karena pihak yang bersalah bisa bergantung pada ganti rugi dikarenakan wanprestasi,
tetapi hal ini sebenarnya terhalangi karena situasi tertentu, contohnya karena batasan
waktu statuta telah habis. Bahkan pasal berlaku dengan konsekuensi, tidak termasuk
adanya penghindaran ganti rugi karena kesalahan.

Article 3.2.5

(Fraud)
A party may avoid the contract when it has been led to conclude the contract by the other
party's fraudulent representation,including language or practices, or fraudulent nondisclosure of circumstances, which according to reasonable commercial standards of fair
dealing, the latter party should have disclosed.
Maksudnya adalah salah satu pihak dapat menghindari suatu kontrak apabila kontrak tersebut
memuat atau mengandung unsur penipuan, baik dalam bahasa maupun dalam praktiknya,
atau penipuan terhadap keadaan yang tidak sebenarnya. Dimana berdasarkan standar
komersial dalam transaksi yang adil, pihak yang melakukan penipuan tersebut harus
mengungkap hal yang sebenarnya.
1. Penipuan dan kesalahan
Penipuan dapat diartikan sebagai salah satu bentuk dari kesalahan yang disebabkan
oleh salah satu pihak. Penipuan seperti kesalahan dapat dilihat baik secara tersirat
maupun tersurat dari suatu fakta palsu atau tidak diungkapnya suatu fakta yang benar

2. Definisi dari penipuan


Hal yang membedakan antara kesalahan dengan penipuan terletak pada sifat dan
tujuan dari pihak yang melakukan penipuan.
Suatu perilaku dikatakan sebagai penipuan apabila perilaku tersebut menyebabkan
suatu pihak melakukan kesalahan dan dengan demikian pihak lainnya akan
mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan pihak lainnya.

Pasal 3.2.6

(Threat)
A party may avoid the contract when it has been led to conclude the contract by the other
party's unjustified threat which, having regard to the circumstances, is so imminent and
serious as to leave the first party no reasonable alternative. In particular, a threat is
unjustified if the act or omission with which a party has been threatened is wrongful in
itself, or it is wrongful to use it as a means to obtain the conclusion of the contract.

Ancaman akan terjadi dan menjadi serius, pada dasarnya ancaman saja tidak cukup karena
akan menjadi serius. Untuk pihak yang di ancam, memang tidak ada jalan lain yang dapat
diambil, tetapi tetap saja keputusan juga bergantung pada syarat-syarat dari pihak lain.
Sehingga dapat dikatakan pihak lain juga berpengaruh dalam mengambil keputusan tidak
hanya semata-mata berdasarkan pada ancaman saja. Selanjutnya keseriusan dari ancaman
juga akan di evaluasi lagi berdasarkan tujuan yang fundamental yang diambil berdasarkan
dari kasus individual. Jadi evaluasi tersebut sangat penting guna tetap tercapainya suatu
tujuan.

Ketidakadilan ancaman, ancaman ada kalanya menjadi tidak adil. Contohnya yaitu pada
pembuatan kontrak yang terdapat unsur ancaman (ancaman secara fisik) atau paksaan. Hal
tersebut menimbulkan ketidak adilan bagi pihak yang diancam atau terancam.

Dalam pasal ini, ancaman semestinya tidak bertentangan dengan individu, hal tersebut
mungkin semata-mata berpengaruh pada kepentingan ekonomi. Jadi dapat dikatakan apabila
ancaman bertentangan dengan individu makan akan berpengaruh pada reputasi atau
kepentingan ekonomi.

ARTICLE 3.2.7

(Gross disparity)
(1) A party may avoid the contract or an individual term of it if, at the time of the
conclusion of the contract, the contract or term unjustifiably gave the other party an
excessive advantage. Regard is to be had, among other factors, to

(a) the fact that the other party has taken unfair advantage of the first partys
dependence, economic distress or urgent needs, or of its improvidence, ignorance,
inexperience or lack of bargaining skill, and

(b) the nature and purpose of the contract.

(2) Upon the request of the party entitled to avoidance, a court may adapt the
contract or term in order to make it accord with reasonable commercial standards of fair
dealing.

(3) A court may also adapt the contract or term upon the request of the party
receiving notice of avoidance, provided that that party informs the other party of its
request promptly after receiving such notice and before the other party has reasonably
acted in reliance on it. Article 3.2.10(2) applies accordingly.

Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam berkontrak salah satu pihak dapat
menolak atau mengesampingkan kontrak atau salah satu pasal perjanjian dalam
kontrak
apabila pada akhirnya kontrak atau pasal perjanjian tersebut
memberikan keuntungan yang berlebihan kepada salah satu pihak sehingga
menyebabkan ketimpangan antara para pihak.
Ketimpangan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan posisi tawar-menawar
yang tidak sama pada saat negosiasi sehingga salah satu pihak lebih
berpengaruh dalam menentukan pasal. Dapat disebabkan juga oleh kurangnya
kemampuan salah satu pihak untuk menilai untung rugi sebuah kontrak.
Pada pasal 2 dijelaskan bahwa atas permintaan pihak yang merasa dirugikan
pengadilan dapat melakukan perubahan terhadap kontrak agar selaras dengan
akal dan standar komersial

Pada pasal 3 dijelaskan bahwa setelah pihak yang menerima keuntungan


berlebihan diberitahukan tentang perubahan kontrak. Pihak ini juga dapat
mengajukan perubahan terhadap kontrak tersebut ke pengadilan asalkan pihak
tersebut memberitahukan pihak lainnya tentang isi permintaannya

ANALISIS TERHADAP UNIDROIT CHAPTER 3: VALIDITY


- SECTION 2: GROUNDS FOR AVOIDANCE
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Hukum Kontrak International

Oleh :
Lulu Nurbany

110110110269

Hafizhah Kurnia Putri

110110110291

Abraham Imamat

110110110295

Muhammad Satya

110110110321

Mira Ayu Lestari

110110110343

Daniel Arya

110110110345

Shanaz Tri Pangestu

110110110354

Jasmine Arifadila

110110110355

Anda mungkin juga menyukai