Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU KEPERAWATAN DASAR III (BLOK 5)


ISU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH :

M.ISRA.K.HI.BISNU
13011104039
A-1

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah Ilmu Keperawatan Dasar III (BLOK 5) yang berjudul Isu
Etis Keperawatan Medikal Bedah tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
sempurna. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih

Manado,Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................................................

Tujuan ........................................................................................................................

Manfaat ......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
Isu Keperawatan Medikal Bedah ............................................................................

2-4

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ................................................................................................................

Daftar Pustaka ..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik
maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari
adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan
teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan
berbagai isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena
diatas, penulis tertarik untuk membahas Isu Keperawatan Medikal Bedah serta Implikasinya
terhadap Perawata di Indonesia.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang semakin meningkat dan
mendesak, perlu mendapatkan perhatian yang serius bagi semua kalangan yang berkompeten, khususnya
Dinas Kesehatan.

1.2. Adapun Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:

Mengetahui implikasi isu keperawatan medikal bedah terhadap perawat di


Indonesia

Mengidentifikasi isu dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia.

1.3. Manfaatnya adalah:


a) Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan isu keperawatan medikal
bedah di Indonesia.
b) Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah.
c) Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan isu yang berkembang dalam
bidang kesehatan.
d) Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklinik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Isu-Isu etis Keperawatan Medikal Bedah.


1. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi luka
sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang menempel
pada luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine
yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian
prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi karena kualitas tap water yang
berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam pengenceran betadine.
2. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit
mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri.
3. Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter. Ada beberapa pendapat bahwa
perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam kenyataannya yang
melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai area abu-abu. Apabila ditinjau dari
bebarapa literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai dengan seni dan
keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kerusakan
integritas kulit.
4. Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan. Saat ini mulai terdengar istilah
euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang sengaja
dilakukan untuk membuat seseorang meninggal. Sedangkan euthanasia pasif adalah
tindakan mengurangi ketepatan dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekali

atau tindakan pendukung lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas
keduanya kabur, bahkan merupakan sesuatu yang tidak relevan. Di Nederland euthanasia
sudah dalam proses untuk dilegalisasi. Dikatakan bahwa 72% dari populasi lebih
cenderung untuk menjadi relawan euthanasia aktif. Dalam praktik nyata, masyarakat
telah melegalkan euthanasia pasif terutama dalam proses aborsi. Diyakini bahwa 30 tahun
yang akan datang, euthanasia akan bergeser dari sesuatu yang samar-samar menjadi
sesuatu yang legal. Dalam hal ini, perawat berada dalam posisi yang sangat baik untuk
mengkajinya secara lebih obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan terbaik bagi
perawat untuk mengambil bagian terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakankebijakan terkait, khususnya pada kasus keperawatan medikal bedah.
5. Pengaturan Sistem Tenaga Kesehatan.
Sistem tenaga kesehatan di Indonesia saat ini belum tertata dengan baik, pemerintah
belum berfokus dalam memberikan keseimbangan hak dan kewajibaan antar profesi
kesehatan. Rasio penduduk dengan tenaga kesehatan pada tahun 2003 menunjukkan
perawat 108,53, bidan 28,40 dan dokter 17,47 per 100.000 penduduk. Berdasarkan hasil
penelitian dari DEPKES menyebutkan bahwa puskesmas belum mempunyai system
penghargaan bagi perawat.
6. Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah
dibandingkan S1. Dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan S1 Keperawatan, banyak
rumah sakit pemerintah dan swasta yang menyerap lulusan D3 keperawatan. Dilihat dari
jumlah formasi seleksi CPNS, jumlah S1 sedikit dibutuhkan dibandingkan D3
keperawatan. Hal ini akan berdampak pada kualitas layanan asuhan keperawatan pada
lingkup medikal bedah yang hanya berorientasi vokasional tidak profesional.

7. Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan
sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.
8. Dalam perawatan kesehatan, focus pada etik telah meningkat dalam berespons terhadap
perkembangan yang kontroversional termasuk kemajuan teknologi yang terus diperkuat
dan menurunnya sumber-sumber. Kedua area ini memberikan dampak pada peran
perawat professional perkembangan teknologi telah berpengaruh terhadap seluruh tahap
perkembengan hidup manusia. Sebagai contoh dalam periode prenatal sudah dipengaruhi
skrining genetic melalui vertilisasi in vitro, pengambilan dan pembekuan embrio, dan
operasi prenatal. Dalam tahap awal kehidupan, bayi premature dapat diberi kesempatan
untuk hidup dengan bantuan teknologi cangggih. Tetapi walaupun demikian kemajuan
teknologi ini masi merupakan suatu MIXED BLESSING dimana banyak orang
memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dari teknologi canggih, sementara sebagian
mengalami penderitaan akibat usaha-usaha untuk memperpanjang hidup, biasanya akibat
meningkatnya pembiayaan
9. Isu Kematian dan Sekarat, Dilema yang timbul seputar mati dan sekarat cukup sering
terjadi dalam praktik medical medah, dan sering kali menimbulkan suatu diskusi moral.
Dilema dibarengi dengan fakta tentang gagasan tentang terjadinya dilemma adalah hal
pokok dalam perawatan kesehatan instruksi DNR seringkali merupakan isu yang
kontroversional. Saat mampu membuat keputusan pilihan mereka terhadap DNR (jangan
diresusitasi), harus dihormati, sesuai dengan prinsip otonomi dan penghargaan terhadap
individual. Namun, harus jelas bagi perawat bahwa instruksi DNR bukan bearti jangan
ditangani

10. Isu hubungan saling percaya,mengatakan yang sebenarnya merupakan salah satu prinsip
dasar dalam moral kebudayaan kita. Dua delima etika dalam praktik klinis yang dapat
menimbulkan konflik langsung dengan prinsip kejujuran adalah penggunaan placebo dan
mengungkapkan diagnosis kepada pasien .keduanya mencakup isu hubungan saling
percaya, yang merupakan element penting dalam hubungan perawat-pasien. Untuk
memelihara kepercayaan, harus ada kesepakatan bahwa baik pasien dan perawat akan
selalu jujur satu sama lain.
ISU ASPEK ILEGAL

Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien
sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di
Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima
telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu
legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek. Perawat memiliki komitmen menyeluruh
tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan.
Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan
tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :

1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon)
dan keuntungannya

3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Beberapa issu yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara
lain: Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada
dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi
atau modelnya sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia: suatu
issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3
Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan
tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di
rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.

DAFTAR PUSTAKA

http://suseloselo897gmail-suselo.blogspot.com/2008/12/trend-dan-isu-keperawatanmedikal-bedah.html
http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/trend-issue-keperawatan.html
Lingkup Praktek Keperawatan Medical Bedah askep-askeb-.blogspot.com | asuhankeperawatan-kebidanan.co.cc
http://ellyfitriani.blogspot.com/2010/10/trend-dan-isu-keperawatan-medikal-bedah.html.
Smeltzer, Suzanne, 2001, Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Brunner&Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai