Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat
di SMF Radiologi RSUD Sidoarjo yang berjudul KATARAK dengan tepat
waktunya. Referat ini diajukan untuk untuk memenuhi tugas dalam rangka menjalani
kepanitraan klinik di SMF MATA RSUD Sidoarjo.
Bersamaan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1.
2.
3.
4.
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala masukan serta kritik yang
membangun demi
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. ........ 1
DAFTAR ISI ............................................................................................ ........ 2
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................
BAB II
........ 7
C. Epidemiologi ............................................................................ 7
D. Faktor Resiko ....................................................................
14
16
17
18
J. Penatalaksanaan .................................................................
26
KESIMPULAN .......................................................................
34
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah perubahan lensa mata yang seharusnya jernih dan tembus
pandang menjadi keruh, cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi
kabur. Katarak merupakan penyebab terbanyak kebutaan di dunia. Di Indonesia,
katarak merupakan penyebab utama kebutaan dengan prevalensi buta katarak 0,78%
dari prevalensi kebutaan 1,5% pada tahun 1996. Proses terjadinya katarak sangat
berhubungan dengan faktor usia. Walaupun katarak adalah penyakit usia lanjut,
namun 16-20% buta katarak telah dialami oleh penduduk Indonesia pada usia 40-54
tahun, yang menurut kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) termasuk dalam kelompok
usia produktif. Selain akibat penuaan katarak juga dapat timbul pada saat kelahiran
(katarak kongenital). Makin tingginya angka harapan hidup penduduk Indonesia
maka jumlah penderita katarak makin meningkat, sehingga pelayanan bedah
katarakpun makin bertambah.
Terjadinya katarak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intrinsik
maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berpengaruh antara lain umur, jenis kelamin
dan faktor genetik, sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara lain adalah
pendidikan dan pekerjaan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan
status kesehatan seseorang serta faktor lingkungan, dalam hubungannya dengan
paparan sinar ultraviolet.
Stadium katarak dibagi menjadi stadium insipien, imatur, matur dan
hipermatur. Ablasio retina adalah salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada
katarak. Untuk mencegah dan menurunkan terjadinya komplikasi dapat dilakukan
dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris,
lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula
tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior
dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus,
korteks, dan epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein
( kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh ), dan sedikit
mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan
lain.
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari
kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi
lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagin paling tebal
kapsul berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling
tipis berada di bagian tengah kutub posterior.
4
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula
tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior
dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel
epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti
sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP
untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan
menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan
serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat yang baru
akan membentuk korteks dari lensa.
II.2. Fisiologi
Lensa
tidak
memiliki
pembuluh
darah
maupun
sistem
saraf.
Untuk
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak berubah seiring
bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada di ruang ekstrasel.
Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah 20M dan pottasium sekitar 120M.
Konsentrasi
elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung dari
permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na +, K+ -ATPase.
5
serat
zonular
Bentuk lensa
Tebal axial lensa
Dioptri lensa
Akomodasi
Kontraksi
Menurun
Tanpa akomodasi
Relaksasi
Meningkat
Lebih cembung
Meningkat
Meningkat
Lebih pipih
Menurun
Menurun
Usia
Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan
juga. Keistimewaan
lensa
adalah
terus
menerus
tumbuh
dan
nuklear
sklerosis.
Selain
itu,
seiring
dengan
oksigen
dari
yang
besar
sehingga
dapat
meningkatkan
II.3.4 Patofisiologi
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi
dan sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel
lensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan
dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan
osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut
kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah.
Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah
sklerosis nukleus lensa.
Selain itu menurut, banyak perubahan yang terjadi yang dipengaruhi oleh
meningkatnya usia seperti :
10
1.Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
2. Epitel-makin tipis
a.
b.
3. Serat lensa
a.Serat irregular
b.Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan
triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa dapat mengakibatkan hilangnya
transparansi lensa dan juga perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina.
11
C.
D.
E.
F.
1. Katarak kongenital
2. katarak juvenil
3. katarak senil
Menurut Maturitas
1. Katarak Insipiens
2. Katarak intumesen
3. Katarak Immatur
4. Katarak matur
Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
12
Katarak Kongenital
Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain :
a. Katarak Hialoidea yang persisten
Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang memberi makan pada
lensa. Pada usia 6 bulan dalam kandungan, arteri hialoidea mulai diserap sehingga pada
keadaan normal, pada waktu bayi lahir sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang
penyerapan tidak berlangsung sempurna, sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih
dibelakang lensa, berbentuk ekor yang dimulai di posterior lensa. Gangguan terhadap
visus tidak begitu banyak. Visus biasanya 5/5, kekeruhannya statisioner, sehingga tidak
memerlukan tindakan.
b. Katarak Polaris Anterior
Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut juga katarak
piramidalis anterior. Puncaknya dapat kedalam atau keluar. Keluhan terutama mengenai
penglihatan yang kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil,
sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu
mengganggu, karena pada cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya
yang dapat masuk. Pada umumnya tiddak menimbulkan gangguan stationer, sehingga
tidak memerlukan tinakan operatif. Dengan pemberiann midriatika, seperti sulfas atropin
1% atau homatropin 2% dapat memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi
terjadi pula kelumpuhan dari Mm. Siliaris, sehingga tidak dapat berakomodasi.
c. Katarak Polaris Posterior
Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak polaris
anterior. Juga stationer, tidak menimbulkan banyak ganggan visus, sehingga tidak
memerlukan tindakan operasi. Tindakan yang lain sama dengan katarak polaris anterior.
d. Katarak Aksialis
13
Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama dengan katarak
polaris posterior
e. Katarak Zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersusun
sebagai garia-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders , merupakan
tanda khas untuk katarak zonularis. Paling sering terjadi pada anak-anak, kadang herediter
dan sering disertai anamnesa kejang-kejang. Kekeruhannya berupa cakram (diskus),
mengelilingi bagian tengah yang jernih.
f. Katarak Stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu, yang
merupakan huruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di belakang. Biasanya tidak
banyak mengganggu visus, sehingga tidak memerlukan pengobatan.
g. Katarak kongenital membranasea
Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa dapat keluar dan di serap,
maka lensa semakin menadi tipis dan akhirnya timbul kekeruhan seperti membran.
h. Katarak kongenital total
Katarak kongenital total disebabkan gangguan pertumbuhan akibat peradangan
intrauterin. Katarak ini mungkin herediter atau timbul tanpa diketahui sebabnya. Lensa
tampak putih, rata, keabu-abuan seperti mutiara.
II.3.5.2
Katarak Juvenil
Katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
Katarak juvenil termasuk kedalam katarak Developmental, karena terjadi pada waktu
masih terjadinya perkembangan serat-serat lensa. Konsistensinya lembek seperi bubur
disebut juga soft cataract . katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenitaldan biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan
penyakit lainnya seperti :
1. Katarak metabolik
a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
b) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c) Katarak defisiensi gizi
d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e) Penyakit Wilson
f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2. Otot
14
(sindermatik),
tulang
(disostosis
kraniofasial,
osteogenesis
inperfekta,
KATARAK DEGENERATIF
15
Katarak Senilis
Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya gejala adalah
distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin meninggal sebelum
timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan pembedahan, maka eksraksi lensa
akan secara definitif akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus.
Sisanya (10%) mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit
pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi
atau pertumbuhan epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan
visual.
Perubahan lensa pada usia lanjut :
Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia,
16
c. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.
d. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong
iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengankeadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma.
Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada
pemeriksaan slit-lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat
lensa.
2. Stadium Imatur
Sebagian lensa keruh tetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada stadium
ini 6/60 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang
nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata
tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar
oblik yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya
pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian
lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata
menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris
terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga
dapat menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.
3. Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar yang melalui
pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa. Kekeruhan seluruh lensa yang
bila lama akan mengakibatkan klasifikasi lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata
depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa
seperti mutiara.
17
4. Stadium Hipermatur
Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut yang dapat menjadi keras
atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, bewarna kuning dan kering. Visus pada stadium ini
1/300 1/~. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadangkadang pengkerutan berjalan terus sehingga berhubungan dengan zonula zinii menjadi
kendur. Bila proses kekeruhan berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihtkan bentuk
sebagai sekantung susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa
karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
(air masuk)
(air keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik mata
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
Pseudops
Penyulit
Glaukoma
Uveitis +
depan
Sudut bilik
mata
Glaukoma
18
Diplopia
monocular,
kadang-kadang
perubahan
nuclear
yang
19
II.3.8. Diagnosis1
Diagnosa dari katarak dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus dilakukan
untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata dan
perkembangan katarak.
a. Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan
ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika
pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
b. Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan
petunjuk
terhadap
penyakit
pasien
dan
prognosis
penglihatannya.
Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat
mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang
mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus makula.
c. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa.
Tapi dapat juga struktur okular lain (konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan).
20
Refleks Senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak warna pupil
II.3.10 Penatalaksanaan2,4,6
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Sejauh ini tidak ada
obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Penatalaksanaan definitif
untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik
bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik
hari ini phacoemulsifikasi. Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang
tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,
ECCE, dan phacoemulsifikasi.
-
21
Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
22
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan
pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
kurang efektif pada katarak senilis padat.
23
adekuat
yang
dapat
menimbulkan
komplikasi
seperti
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.
24
II.3.12 Prognosis2,6
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.2
25
BAB III
KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi
sinar masuk kedalam mata. Katarak masih merupakan penyeban kebutaan paling
banyak di Indonesia. Terjadi kekeruhan pada lensa ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain usia, trauma, lingkungan, obat-obatan dan infeksi. Biasanya para
penderita katarak kerap kali mengeluhkan pandangan berkabut seperti tertutup asap
atau pandangannya mulai kabur. Patofisologis terjadinya kekeruhan lensa pada
katarak, secara garis besar disebabkan oleh perubahan struktur korteks lensa yang
mengakibatkan perubahan komponen lensa dan pada akhirnya terjadi kekeruhan
lensa.
Satu-satunya terapi untuk katarak adalah dengan jalan operasi. Saat ini dikenal
dengan 3 model operasi , yaitu ICCE, ECCE dan fakoemulsifikasi. Katarak yang
didiagnosa dan ditanggani dengan tepat dan segera akan memberikan prognosis yang
lebih baik bagi fungsi penglihatan penderitanya.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
Senilis.http://alfinzone.wordpress.com/2010/12/05/patologi-dan-penatalaksanaanpada-katarak-senilis-2/
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2007. Oftalmologi
Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Victor,
Vicente.
2012.
Senile
Cataract.
Available
from
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0199
5. SMF ilmu penyakit mata. Pedoman Dianosis dan Terapi Edisi III. RSUD
Soetomo. Surabaya. 2006
6. Dr. Razi Katarak Senilis http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/kataraksenilis/
7. Julie McKinney Katarak http://www.scribd.com/doc/240364050/ReferatKatarak
27