OLEH:
AGUS MULYADI
E1 A1 07 026
SKRIPSI
OLEH:
AGUS MULYADI
E1 A1 07 026
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Fakultas Teknik Universitas Haluoleo
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
: Agus Mulyadi
Stambuk
: E1 A1 07 026
Program Studi
: S1 Teknik Sipil
Menyetujui
Kendari,
Januari 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Kendari,
Januari 2012
iii
OLEH:
AGUS MULYADI
E1 A1 07 026
Telah dipertahankan di depan tim penguji dan dinyatakan lulus pada ujian skripsi
Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo
Pada Tanggal 20 Januari 2012
Tim Penguji
Ketua Merangkap Anggota
(.............)
(.............)
Anggota
(.............)
2. Nasrul, ST., MT
(.............)
3. Hasmiati, S.ST., MT
(.............)
Mengetahui
Ketua Jurusan S1 Teknik Sipil
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa
derajat
(QS. Al Mujadaalah: 11)
Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup,
yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi,
dan saat ku lemah tak berdaya.
Orang tuaku yang tercinta,
La Au & Zahamu
Doa, nasehat, serta bimbinganmu selama ini membuatku selalu semangat
Dear My Brother n Sister
Kurniati Ningsih Oktanna, Arzam Erwandi n Eva Sartika
KATA PENGANTAR
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik
Universitas Haluoleo, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS. selaku Rektor Universitas Haluoleo Kendari.
2. Bapak H. Ridway Balaka, ST, M. Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Haluoleo
Kendari .
vi
3. Bapak Uniadi Mangidi ST,MT.,M.Eng.Sc, selaku Ketua Jurusan Program Studi S-1 Sipil
Fakultas Teknik Universitas Haluoleo.
4. Ibu Siti Nurjannah Ahmad, ST, MT, selaku Ketua Program Studi S-1 Sipil Fakultas Teknik
Universitas Haluoleo.
5. Bapak Ridwansyah Nuhun, ST.,MT selaku pembimbing I dan Ibu Susanti Djalante,
ST.,MT. selaku pembimbing II yang menemani penulis dari seminar proposal hingga
seminar skripsi, telah mengorbankan waktu dan pikiran dalam membimbing dan
mengarahkan penulis, yang juga tak henti-hentinya mendukung dan memotivasi penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staff Administrasi Program Studi S-1 Sipil yang telah mendidik dan
membantu penulis selama masa perkuliahan.
7. Rekan-rekan seperjuangan C07C: Aswan, AdiKun, Cimenk, Isra, Aconk, Enju Baradu,
Farid, Eko, Ali, Jeki, Idin, Aloy, Zulbot, Akbar, Idal, Inal, Bayu, Alta Cityzen, Alhabri,
Ganto, Rizky, Manto, Ronny, Yudi, Ikbal, Nalus, Musar, Makmur, Sudi, Sianto, Iksan, MZ,
Sumar, Erik, Awill dan buat my sista: Dina, Kice, Erika, Lina, Ria, Ade, kalian semua
yang selalu menjadi sahabat penulis kapan pun dan di manapun. Thanks guys! n spesial
thanks buat teman2 yang berpanas-panasan dan kehujanan di lokasi survey (^_#).
8. Buat para veteran C07C: Baso, Galank, Wira, Suryo, Endro, Hendra, Cupank, Vander,
Wawan, Elda, dan Okta. Untuk teman-teman civil 06, civil 05, civil 04, civil 08, civil
09, civil 10, civil 11, thanks for all your support !
9. Buat para teman-teman JCI chapter kendari. Thanks for spirit sportifitas guys!
10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang
penulis tidak dapat sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah SWT senantiasa
membalas kebaikan mereka
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca, demi kesempurnaan
tulisan ini.
Sesungguhnya Ilmu dan kesempurnaan itu datangnya hanya dari Allah
Subhanahu wataala dan kesalahan itu datangnya dari diri kami pribadi dan syaitan
Laknatullah alaih, akhir kata penulis mengucapkan Jazakumullah Khair (Semoga
Allah membalas kebaikan kalian) dan semoga skripsi ini dapat berguna di kemudian
hari.
Kendari,
Januari 2012
AGUS MULYADI
E1 A1 07 026
viii
ABSTRAK
Analisis Kapasitas Simpang Bersinyal Terhadap Larangan Belok Kiri
Langsung (Studi Kasus Pada Simpang JL. MT. Haryono, JL. Sao-Sao dan JL.
Sorumba di Kota Kendari). Penelitian diadakan di Simpang JL. MT. Haryono, JL.
Sao-Sao dan JL. Sorumba, Kota Kendari karena lokasi ini merupakan salah satu
jalur utama transportasi di kota kendari. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis permasalahan lalu lintas yang terjadi di Simpang JL. MT. Haryono,
JL. Sao-Sao dan JL. Sorumba serta memberikan anternatif pemecahan masalah
yang ada.
Cara penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan survey di
lapangan untuk mendapatkan data primer maupun data sekunder yang kemudian
akan diolah dengan menggunakan manajemen simpang. Perhitungan analisis dan
Perencanaan menggunakan acuan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.
Pengambilan data primer berupa survai lalu lintas, waktu dan pelaksanaannya
dilakukan selama 3 hari(21, 23 dan 27 November 2011)pada jam sibuk pagi
sampai sore dan disajikan dalam bentuk tabel data kendaraan dan kemudian
perilaku lalulintas simpang dapat dianalisis.
Hasil perhitungan analisis untuk simpang dengan diberlakukannya
larangan belok kiri langsung diperoleh nilai FR kritis=0,67; dan angka derajat
kejenuhan (DS) pada pendekat Utara=0,85; Selatan=0,55; Timur=0,94 dan
Barat=0,83. Berdasarkan nilai DS tersebut, JL. MT. Haryono, JL. Sao-Sao dan JL.
Sorumba di Kota Kendari berada dalam kondisi jenuh dan memiliki kinerja yang
kurang baik karena nilai DS yang disyaratkan adalah 0,75. Perlu diadakan
perencanaan ulang untuk mengatasi permasalahan pada JL. MT. Haryono, JL.
Sao-Sao dan JL. Sorumba yaitu dengan memberlakukan larangan belok kiri
langsung (LTOR) dan dengan melakukakan perubahan geometrik pada setiap
pendekat.
ix
ABSTRACT
"Analysis of Signal Intersection Capacity Concerning Left Turn Directly
Prohibition (Study case at intersection of MT. Haryono street, Sao-Sao street
and Sorumba street in Kendari City)". Research conducted at the intersection of
MT. Haryono street, Sao-Sao street and Sorumba street, Kendari City because
this location is one of the main lines of transportation in Kendari city. This
research aims is to analyze the traffic problems that occur in intersection at
MT. Haryono street, Sao-Sao street and Sorumba street and to provide
alternative solving existing problems.
The way research was done by arrange surveys in the field to obtain
primary data and secondary data which will then be processed using the
intersection of management. Calculation and analysis using the reference
Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM) 1997. Primary data collection in the
form of traffic surveys, timing and implementation done for 3 days (21, 23 and
27 November 2011) during rush hour in the morning until evening and presented
in tabular form data and then conduct vehicle traffic intersections can be
analyzed.
The results of analysis calculation for the intersection with left turn ban
directly obtained values of critical FR = 0.67; and the number of degrees of
saturation (DS) on the North approach = 0.85; South = 0.55; East and West =
0.94= 0,83. Haryono street, Sao-Sao street and Sorumba street in Kendari in
saturated conditions and have poor performance due to the required value of DS
is 0.75. It should be held re-planning to solve the problems on MT. Haryono
street, Sao-Sao street and Sorumba street namely by imposing a left turn on red
(LTOR) prohibition and with make geometric changes on each approach.
DAFTAR ISI
iii
vi
ABSTRAK .................................................................................................................
ix
ABSTRACT ...............................................................................................................
xi
xiv
xvi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
xi
10
10
10
2.5.1.1
12
2.5.1.2
12
13
13
13
13
14
31
31
31
31
33
33
33
33
34
34
36
4.1.1
36
4.1.2
36
xii
4.1.3
37
4.1.4
37
4.1.5
38
4.1.6
39
4.1.7
39
39
40
41
42
4.2.1
42
4.2.2
42
4.2.3
43
4.2.4
44
4.2.5
44
4.2.6
45
4.2.7
45
45
47
48
50
4.3
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan ............................................................................................
52
5.2
Saran ......................................................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Tabel 2.1
Nama Tabel
Tipe Kendaraan
Tabel 2.2
15
Tabel 2.3
16
Tabel 2.4
18
Tabel 2.5
19
Tabel 2.6
22
Tabel 4.1
Data Lapangan
36
Tabel 4.2
37
Tabel 4.3
37
Tabel 4.4
38
Tabel 4.5
PerhitunganWaktu Hijau
38
Tabel 4.6
39
Tabel 4.7
39
Tabel 4.8
40
Tabel 4.9
40
Tabel 4.10
Perhitungan Tundaan
41
Tabel 4.11
Data Lapangan
42
Tabel 4.12
43
Tabel 4.13
43
Tabel 4.14
44
Tabel 4.15
PerhitunganWaktu Hijau
45
Tabel 4.16
45
xiv
Hal.
15
Tabel 4.17
46
Tabel 4.18
46
Tabel 4.19
46
Tabel 4.20
47
48
Tabel 4.22
49
Tabel 4.23
49
Tabel 4.21
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Nama Gambar
Hal.
Gambar 2.1
18
Gambar 2.2
19
Gambar 2.3
20
Gambar 2.4
20
Gambar 2.5
21
Gambar 2.6
23
Gambar 2.7
27
Gambar 3.1
34
Gambar 3.2
35
Gambar 4.1
51
Gambar 4.2
51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
Lampiran 1.1
Nama Lampiran
Rekapitulasi survei lalu lintas pada simpang JL. MT. Haryono,
JL. Sao-sao dan JL. Sorumba (hari senin)
Lampiran 1.2
Lanjutan
Lampiran 1.3
Lanjutan
Lampiran 1.5
Lanjutan
Lampiran 2.1
Lampiran 2.2
Formulir SIG II
Lampiran 2.3
Lampiran 2.4
Formulir SIG IV
Lampiran 2.5
Formulir SIG V
Lampiran 3.1
Lampiran 3.2
Formulir SIG II
Lampiran 3.3
Lampiran 3.4
Formulir SIG IV
Lampiran 3.5
Formulir SIG V
Lampiran 4.1
xvii
Lampiran 4.2
Formulir SIG II
Lampiran 4.3
Lampiran 4.4
Formulir SIG IV
Lampiran 4.5
Formulir SIG V
Lampiran 5.1
Lampiran 5.2
Lokasi Penelitian
Lampiran 5.3
Lampiran 5.4
Lanjutan
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada persimpangan jalan yang memakai Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
(APILL) dan diberlakukannya aturan larangan belok kiri langsung, masih sering
terjadi adanya konflik antara kendaraan yang lurus atau membelok ke kanan
dengan kendaraan yang membelok ke kiri, bahkan dapat kita lihat sering
terjadinya kendaraan berhenti untuk menunggu lampu hijau di luar badan jalan.
Permasalahan yang akan timbul sekarang apakah penerapan larangan
belok
kiri
langsung
tersebut
tidak
menimbulkan
permasalahan
pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Simpang Jalan
Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa
pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat tersebut bertemu dan
memencarmeninggalkan simpang. Pada jalan raya dikenal tiga macam pertemuan
jalan yaitu : pertemuan sebidang (at grade intersection), pertemuan tidak sebidang
(interchange), persimpangan jalan (grade separation without ramps).
Pertemuan sebidang dapat menampung arus lalulintas baik yang menerus
maupun yang membelok sampai batas tertentu. Jika kemampuan menampung arus
lalulintas tersebut telah dilampaui akan tampak dengan munculnya tanda-tanda
kemacetan lalulintas. Pertemuan ini terdiri dari beberapa cabang yang
dikelompokkan menurut cabangnya yaitu : pertemuan sebidang bercabang tiga,
pertemuan sebidang bercabang empat, pertemuan sebidang bercabang banyak.
2.2
simpang jalan tak bersinyal. Jenis ini cocok diterapkan apabila arus lalulintas di
jalan minor dan pergerakan membelok sedikit. Namun apabila arus lalulintas di
jalan utama sangat tinggi sehingga resiko kecelakaan bagi pengendara di jalan
minor meningkat (akibat terlalu berani mengambil gap yang kecil), maka
dipertimbangkan adanya sinyal lalulintas, (Ahmad Munawar, 2006).
Simpang Bersinyal
Simpang bersinyal adalah simpang yang dikendalikan oleh sinyal
2.4
Perilaku Lalulintas
Perilaku lalulintas menyatakan ukuran kuantitas yang menerangkan
kondisi yang dinilai oleh pembina jalan. Perilaku lalulintas pada simpang
bersinyal meliputi waktu sinyal, kapasitas, derajat kejenuhan, panjang antrian dan
tundaan rata-rata (MKJI 1997).
2.5.1 Kapasitas
Kapasitas
dapat
didefinisikan
sebagai
arus
lalulintas
yang
dapat
Pengukuran
kuantitas,
yaitu
pengukuran
mengenai
kemampuan
maksimum suatu ruas jalan atau jalur jalan dalam melayani lalulintas
ditinjau dari volume kendaraan yang dapat ditampung oleh jalan tersebut
pada kondisi tertentu.
10
11
12
Karakteristik Geometri
Beberapa karakteristik geometri meliputi :
1. klasifikasi perencanaan jalan,
2. tipe jalan,
3. jalur dan lajur lalulintas,
13
4. bahu jalan,
5. trotoar dan kerb,
6. median jalan, dan
7. alinyemen jalan.
2.7
Tinjauan Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang cukup mempengaruhi menurut MKJI 1997
adalah ukuran kota, tata guna lahan, hambatan samping dan kondisi lingkungan
jalan.
1. Ukuran Kota
Ukuran kota adalah jumlah penduduk dalam suatu daerah perkotaan. Kota
yang lebih kecil menunjukkan perilaku pengemudi yang kurang gesit dan
kendaraan yang kurang modern, sehingga menyebabkan kapasitas dan
kecepatan lebih rendah pada arus tertentu jika dibandingkan dengan kota
yang lebih besar.
2. Hambatan Samping
Hambatan samping adalah dampak terhadap perilaku lalulintas dan aktifitas
pada suatu pendekat akibat gerakan pejalan kaki, kendaraan parkir dan
berhenti, kenderaan lambat (becak, delaman, gerobak dan lain-lain),
kendaraan masuk dan keluar dari lahan samping jalan. Hambatan samping
dapat dinyatakan dalam tingkatan rendah, sedang dan tinggi.
3. Kondisi Lingkungan Jalan
Lingkungan jalan dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama yang penentuan
kriterianya berdasarkan pengamatan visual, yaitu :
14
15
2. Fase Sinyal
Untuk merencanakan fase sinyal dilakukan dengan berbagai alternatif untuk
evaluasi. Sebagai langkah awal dilakukan kontrol dengan dua fase. Jumlah fase
yang baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas besar dan rata-rata tundaan
rendah.
Bila arus belok kanan dari satu kaki atau arus belok kanan dari kiri lawan arah
terjadi pada fase yang sama, arus ini dinyatakan sebagai terlawan (opossed). Arus
belok kanan yang dipisahkan fasenya dengan arus lurus atau belok kanan tidak
diijinkan, maka arus ini dinyatakan sebagai terlindung (protected).
a. Waktu merah semua (All Red) dan Lost Time (LT)
Dalam analisis perencanaan, waktu antara hijau (Inter Green) dapat
diasumsikan berdasarkan nilai pada Tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3 Nilai normal waktu antar hijau
Ukuran
Lebar jalan rata-rata
Nilai Lost Time (LT)
Simpang
(m)
(detik/fase)
Kecil
69
4
Sedang
10 14
5
Besar
> 15
>6
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Periode merah semua antar fase harus sama atau lebih besar dari LT
setelah waktu All Red ditentukan, total waktu hilang (LT) dapat dihitung
sebagai penjumlahan periode waktu antar hijau (IG). Panjang waktu kuning
pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia biasanya 3 detik.
b. Penentuan Waktu Sinyal
1) Pemilihan tipe pendekat (approach)
16
17
Gambar 2.1 grafik arus jenuh dasar untuk pendekat tipe O (kiri) dan P (kanan)
Jumlah penduduk
Faktor penyesuaian ukkuran kota
(dalam juta)
(FCS)
> 3,0
1,05
1,0 3,0
1,00
0,5 3,0
0,94
0,1 0,5
0,83
< 0,1
0,82
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
18
Hambatan samping
Tinggi
Sedang
Rendah
Permukiman
(RES)
Tinggi
Sedang
Rendah
Akses
(RA)
terbatas Tinggi/sedang/rendah
Tipe Fase
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
0,00
0,93
0,93
0,94
0,94
0,95
0,95
0,96
0,96
0,97
0,97
0,98
0,98
1,0
1,0
19
20
21
keterangan
FR : rasio arus
Q : arus lalu lintas (smp/jam)
S : arus jenuh (smp/jam)
Untuk arus kritis dihitung dengan rumus:
PR =
..................................................................................... (2.4)
keterangan
IFR : perbandigan arus simpang (FRerit)
PR : rasio arus
FRerit : nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu fase
sinyal
6. Waktu siklus dan waktu hijau
Adapun waktu siklus yang layak untuk simpang adalah seperti terlihat pada
Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Waktu siklus yang layak untuk simpang
Tipe pengaturan
Waktu siklus (det)
2 fase
40 80
3 fase
50 100
4 fase
80 130
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
22
Waktu siklus yang telah disesuaikan (c) berdasarkan waktu hijau yang diperoleh
dan telah dibulatkan dan waktu hilang (LTI) dihitung dengan rumus :
c = g + LTI ...................................................................... (2.5)
keterangan
c : waktu hijau (detik)
LTI : total waktu hilang per siklus (detik)
g : total waktu hijau (detik)
Waktu siklus dihitung dengan rumus:
Cua =
........................................................................ (2.6)
keterangan
Cua : waktu siklus pra penyesuaian sinyal (detik)
LTI : total waktu hilang per siklus (detik)
IFR : rasio arus simpang
Waktu siklus pra penyesuaian juga dapat diperoleh dari Gambar 3.6.
..................................................................................... (2.8)
keterangan
C : kapasitas (smp/jam)
S : arus jenuh (smp/jam)
g : waktu hijau (detik)
c : waktu siklus yang disesuaikan (detik)
b Derajat kejenuhan (DS) dihitung dengan rumus :
DS = ..................................................................................... (2.9)
keterangan
Q : arus lalu lintas (smp/jam)
C : kapasitas (smp/jam)
24
} (2.10)
keterangan
NQ1 : jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
C : kapasitas (smp/jam)
DS : derajat kejenuhan
2) Bila DS < 0,5, maka:
NQ1 = 0 ...................................................................................... (2.11)
25
.. (2.12)
keterangan :
NQ2 : jumlah antrian smp yang datang selama fase merah
DS : derajad kejenuhan
Q : volume lalu lintas (smp/jam)
c : waktu siklus (detik)
GR : gi/c
Untuk antrian total (NQ) dihitung dengan menjumlahkan kedua hasil tersebut
yaitu NQ1 dan NQ2 :
NQ = NQ1 + NQ2........................................................................... (2.13)
keterangan
NQ : jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau
NQ1 : jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
NQ2 : jumlah antrian smp yang datang selama fase merah
Panjang antrian (QL) dihitung dengan formula:
QL = NQmax x
......................................................................... (2.14)
keterangan
QL : panjang antrian
NQmax : jumlah antrian
Wmasuk : lebar masuk
26
Nilai NQ max diperoleh dari Gambar E-2:2 MKJI hal 2-66 yang tersaji pada
Gambar 3.7, dengan anggapan peluang untuk pembebanan (POL) sebesar 5 %
untuk langkah perancangan.
............................................................. (2.15)
keterangan
NS : angka henti
NQ : jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau
27
................................................... (2.18)
28
keterangan
DT : rata-rata tundaan lalu lintas tiap pendekat (detik/smp)
c : waktu siklus yang disesuaikan (detik)
A : 1,5 x (1 GR)2 / (1 GR x DS)
C : kapasitas (smp/jam)
NQ1 : jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (smp/jam)
2) Tundaan Geometri
Tundaan geometri disebabkan oleh perlambatan dan percepatan kendaraan
yang membelok di simpang atau yang terhenti oleh lampu merah. Tundaan
geometrik rata-rata (DG) masing-masing pendekat :
DG =
..................................................................... (2.19)
keterangan
PSV : rasio kendaraan berhenti dalam kaki simpang (= NS )
PT : rasio kendaraan berbelok dalam kaki simpang
Tundaan rata-rata tiap pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu lintas ratarata dan tundaan geometrik masing-masing pendekat :
D = DT + DG ............................................................................ (2.20)
keterangan
D : Tundaan rata-rata tiap pendekat
DT : rata-rata tundaan lalu lintas tiap pendekat (detik/smp)
DG : rata-rata tundaan geometrik tiap pendekat (detik/smp)
Tundaan total pada simpang adalah :
Dtot= D x Q ............................................................................... (2.21)
29
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tujuan Metodologi
Tujuan dari adanya metodologi ini adalah untuk mempermudah
pelaksanaan dalam melakukan pekerjaan Tugas Akhir ini, guna memperoleh
pemecahan masalah sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan
melalui prosedur kerja yang sistematis, teratur, tertib sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
3.2 Metodologi Yang Digunakan
Metodologi yang digunakan untuk penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut
3.2.1. Menyiapkan administrasi
Pekerjaan administrasi meliputi :
a. Mencari informasi sekaligus meminta data-data kepada instansi yang
terkait, antara lain: Pemerintah Kota Kendari
b. Mencari, mengumpulkan, dan mempelajari segala bentuk kegiatan
yang dapat mendukung dalam penyusunan Tugas Akhir.
3.2.2. Mengumpulkan data
Pengumpulan data ini diperoleh dari survey langsung di lapangan dan dari
instansi terkait. Data-data yang dimaksudkan adalah data primer dan data
sekunder.
A. Data Primer
a. Data geometrik lalu lintas
31
Data geometrik meliputi data lebar pendekat, data lebar saluran, data bahu
jalan.
b. Data arus lalu lintas
Data arus lalu lintas adalah data arus kendaraan tiap-tiap pendekat yang
dibagi dalam 3 arus, yaitu:
Arus kendaraan lurus (ST)
Arus kendaraan belok kanan (RT), dan
Arus kendaraan belok kiri mengikuti traffic light (LT)
Masing-masing pendekat terdapat berbagai jenis kendaraan yang disurvey,
yaitu:
MC adalah sepeda motor
LV adalah kendaraan ringan
HV adalah kendaraan berat, dan
UM adalah kendaraan tak bermotor
B. Data Sekunder
32
33
Utara
Mulai
Studi Pendahuluan :
Studi Pustaka
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Pengumpulan data
Data Sekunder:
Data jumlah penduduk
Data tata guna lahan
Data Primer:
Data geometrik lalu lintas
Data arus lalu lintas
Pengolahan data
Perbandingan Kinerja
simpang
Kinerja pendekat
dengan LTOR
Kinerja pendekat
tanpa LTOR
Selesai
35
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Lebar
Lebar
Lebar
Kode
lalulintas
pendekat
masuk
keluar
pendekat
(Q)
(WA)
(Wmasuk)
(Wkeluar)
smp/jam
Utara
379.54
4.50
4.50
2.80
Selatan
170.08
4.60
Barat
511.42
6.40
6.40
4.80
Timur
454.545
4.6
4.6
6.60
36
Tipe Pendekat
Lebar efektif
(m)
Utara
Terlindung (P)
4.50
2700
Selatan
Terlindung (P)
1800
Barat
Terlindung (P)
6.40
3840
Timur
Terlindung (P)
4.6
2760
Selatan
Barat
Timur
So (smp/jam)
2700
1800
3840
2760
FCS
0.83
0.83
0.83
0.83
FSF
0.98
0.98
0.95
0.95
FG
0.99
FP
FRT
1.0501
1.0452
1.0597
FLT
0.928
0.957
0.964
0.99
S(smp/jam)
2118.00
1469.38
2912.79
2293.03
37
Q (smp/jam)
S (smp/jam)
FR
PR
Utara
379.54
2118.00
0.179
0.268
Selatan
170.08
1469.38
0.116
0.173
Barat
511.42
2912.79
0.176
0.263
Timur
454.545
2293.03
0.198
0.296
IFR = FRcrit
0.67
LTI
gi
Utara
Selatan
Barat
21
16
21
84
21
Timur
g
38
21
84
Kapasitas
(Q)
(C)
smp/jam
smp/jam
(DS)
Utara
379.54
444.78
0.85
Selatan
170.08
308.57
0.55
Barat
511.42
611.68
0.83
Timur
454.54
481.53
0.94
Kode
pendekat
Derajat kejenuhan
Derajat
(C)
(Q)
kejenuhan
smp/jam
smp/jam
(DS)
Utara
444.78
379.54
Selatan
308.57
Barat
Timur
Kode
Pendekat
NQ1
NQ2
NQ
smp
smp
smp
0.85
2.25
10.14
12.40
170.08
0.55
0.11
4.22
4.33
611.68
511.42
0.83
1.97
13.61
15.58
481.53
454.54
0.94
5.59
12.44
18.03
39
Panjang antrian (QL) dihitung dengan rumus (2.14) dan Nilai NQMAX diperoleh
dari Gambar 2.7 dengan anggapan peluang untuk pembebanan (POL) sebesar 5 %
untuk langkah perencanaan, sehingga diperoleh hasil perhitungan seperti pada
Tabel 4.8
Tabel 4.8 Perhitungan Panjang Antrian
Kode
NQmax
Wmasuk
QL
pendekat
(smp)
(m)
(m)
Utara
18
4.50
80
Selatan
53.33
Barat
22
4.6
68.75
Timur
28
6.40
121.73
Waktu siklus
Arus lalulintas
(c)
(Q)
detik
smp/jam
Utara
Selatan
Barat
100
Timur
NQ
NS
NSV
(smp)
(stop/smp)
(smp/jam)
379.54
12.40
6.61
2511.05
170.08
4.33
5.16
877.78
511.42
15.58
6.17
3156.09
454.54
18.03
8.03
3652.88
NSV total
10197.8
40
NStotal = NSV / Q
= 10197.8/ 1515.59
= 6.72 stop/smp
4.1.7.3. Tundaan (Delay)
Tundaan yang terjadi pada setiap kendaraan dapat diakibatkan oleh tundaan
lalulintas rata-rata (DT) yang dihitung menggunakan rumus (2.18), tundaan akibat
geometrik (DG) yang dihitung menggunakan rumus (2.19) dan tundaan rata-rata
tiap pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu lintas rata-rata yang dihitung
menggunakan rumus (2.20). Hasil perhitungan tundaan dapat dilihat pada Tabel
4.10
Tabel 4.10 Perhitungan Tundaan
Kode
pendekat
smp/jam
DT
DG
D = T+DG
DxQ
det/smp
det/smp
det/smp
smp.det
Utara
379.54
56.25
11.238
67.492
25616.0
Selatan
170.08
1.33
15.148
16.477
2802.33
Barat
511.42
11.61
17.317
28.927
14793.63
Timur
454.54
41.85
29.447
71.298
32408.20
75620.19
= 49.90 det/smp
41
Jl.Sorumba, kota
Tanpa LTOR
Dengan LTOR
lalulintas
Lebar
Lebar
Lebar
Lebar
Lebar
Belok
Lebar
(Q)
pendekat
masuk
keluar
pendekat
masuk
kiri
keluar
smp/jam
(WA)
(Wmasuk)
(Wkeluar)
(WA)
(Wmasuk)
langsung
(Wkeluar)
(m)
Utara
542.2
8.00
8.00
6.00
8.00
Selatan
212.6
8.00
8.00
6.00
8.00
Barat
730.6
8.00
8.00
6.00
8.00
Timur
699.3
8.00
8.00
6.00
8.00
42
Tipe Pendekat
Dengan LTOR
Lebar
Arus jenuh
Lebar
Arus jenuh
efektif
dasar
efektif
dasar
(m)
(So)
(m)
(So)
4800
3600
3600
Utara
Terlindung (P)
Selatan
Terlindung (P)
4800
Barat
Terlindung (P)
4800
3600
Timur
Terlindung (P)
4800
3600
Selatan
Barat
Dengan LTOR
Timur
Utara
Selatan
Barat
Timur
4800
4800
4800
4800
3600
3600
3600
3600
FCS
0.83
0.83
0.83
0.83
0.83
0.83
0.83
0.83
FSF
0.98
0.98
0.95
0.95
0.98
0.98
0.95
0.95
FG
0.99
0.99
FP
FRT
1.0501
1.0452
1.059
1.0501
1.0452
1.059
FLT
0.928
0.957
0.964
0.99
0.928
0.957
0.964
0.99
S(smp/jam)
3765.34
3918.36
3640.99
3987.88
2852.53
2938.77
2780.7
2990.9
(smp/jam)
43
Tanpa LTOR
pendekat
Dengan LTOR
FR
(smp/jam)
(smp/jam)
Utara
542.2
3765.34
0.14
Selatan
212.6
3918.36
Barat
730.6
Timur
699.3
PR
FR
PR
(smp/jam)
(smp/jam)
0.25
297.2
2852.53
0.10
0.18
0.05
0.09
165.8
2938.77
0.05
0.09
3640.99
0.20
0.34
557.1
2780.79
0.2
0.34
3987.88
0.17
0.30
654.6
2990.91
0.21
0.37
IFR=FRcrit
0.57
IFR=FRcrit
0.58
44
LTI
Dengan LTOR
gi
Utara
LTI
gi
15
Selatan
16
Barat
15
78
16
21
Timur
78
21
19
62
19
62
Dengan LTOR
Kode
Kapasitas
Derajat
Kapasitas
Derajat
pendekat
(Q)
(C)
kejenuhan
(Q)
(C)
kejenuhan
smp/jam
smp/jam
(DS)
smp/jam
smp/jam
(DS)
Utara
542.2
724.10
0.74
297.2
548.56
0.54
Selatan
212.6
351.64
0.60
165.8
263.73
0.62
Barat
730.6
980.26
0.74
557.1
748.67
0.74
Timur
699.3
971.40
0.71
654.6
728.55
0.89
Derajat
(C)
(Q)
kejenuhan
smp/jam
smp/jam
(DS)
Utara
724.10
542.2
Selatan
351.64
Barat
Timur
Kode
Pendekat
NQ1
NQ2
NQ
smp
smp
smp
0.74
0.97
11.08
12.06
212.6
0.60
0.26
4.43
4.69
980.26
730.6
0.74
0.95
14.47
15.42
971.40
699.3
0.71
0.78
13.89
14.67
Derajat
(C)
(Q)
kejenuhan
smp/jam
smp/jam
(DS)
Utara
548.56
297.2
Selatan
263.73
Barat
Timur
Kode
Pendekat
NQ1
NQ2
NQ
smp
smp
smp
0.54
0.09
5.80
5.89
165.8
0.62
0.34
3.46
3.80
748.67
557.1
0.74
0.94
11.03
11.97
728.55
654.6
0.89
3.57
13.73
17.31
Dengan LTOR
Kode
NQmax
Wmasuk
QL
NQmax
Wmasuk
QL
pendekat
(smp)
(m)
(m)
(smp)
(m)
(m)
Utara
19
47.5
10
33.33
Selatan
22.5
23.33
Barat
22
55
18
60
Timur
22
55
27
90
46
Waktu siklus
Arus lalulintas
(c)
(Q)
detik
smp/jam
Utara
Selatan
Barat
78
Timur
NQ
NS
NSV
(smp)
(stop/smp)
(smp/jam)
542.2
12.06
4.506
2443.05
212.6
4.69
4.474
951.14
730.6
15.42
4.276
3124.08
699.3
14.67
4.250
2972.36
NSV total
9490.63
47
Waktu siklus
Arus lalulintas
(c)
(Q)
detik
smp/jam
Utara
Selatan
Barat
78
Timur
NQ
NS
NSV
(smp)
(stop/smp)
(smp/jam)
297.2
5.89
4.018
1194.15
165.8
3.80
4.653
771.43
557.1
11.97
4.353
2425.00
654.6
17.31
5.356
3505.93
NSV total
7896.5
48
pendekat
smp/jam
DT
DG
D = T+DG
DxQ
det/smp
det/smp
det/smp
smp.det
Utara
542.2
34.59
8.51
43.11
23375.22
Selatan
212.6
2.70
13.30
16.00
3402.57
Barat
730.6
3.51
12.43
15.94
11650.54
Timur
699.3
2.89
15.75
18.64
13040.37
51468.7
pendekat
smp/jam
DT
DG
D = T+DG
DxQ
det/smp
det/smp
det/smp
smp.det
Utara
297.2
29.00
16.072
45.071
13395.17
Selatan
165.8
4.70
18.611
23.307
3864.35
Barat
557.1
4.54
17.412
21.954
12230.62
Timur
654.6
17.69
21.423
39.109
25600.90
55091.1
= 32.90
49
Sorumba, kota Kendari maka dapat di peroleh kondisi Simpang yang kurang dari
titik jenuh yaitu nilai DS<0,75. Hal ini dapat di buktikan dengan Tabel 4.16
dimana pendekat Utara DS=0,74, pendekat Selatan DS=0,60, pendekat Barat
DS=0,74, dan pendekat Timur DS=0,71. Kemudian jika diberlakukan perubahan
geometrik dan aturan belok kiri langsung maka di peroleh nilai DS pada masingmasing pendekat yaitu pendekat Utara DS=0,54, pendekat Selatan DS=0,62,
pendekat Barat DS=0,74, dan pendekat Timur DS=0,89.
50
Utara
51
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dengan melihat hasil perhitungan analisis masalah yang terjadi pada Simpang Jl.
MT. Haryono, Jl. Sao-Sao, dan Jl. Sorumba,
kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan hasil analisis data untuk kondisi eksisting dapat diperoleh
kondisi simpang yang masih mampu menampung arus lalu lintas meski
berada dalam kondisi jenuh yaitu nilai DS>0,75. Hal ini dapat di buktikan
dengan Tabel 4.6 dimana pendekat Utara DS=0,85, pendekat Selatan
DS=0,55, pendekat Barat DS=0,83, dan pendekat Timur DS=0,94.
2. Berdasarkan hasil analisis data dengan membandingkan penggunaan
aturan belok kiri langsung dan aturan larangan belok kiri langsung maka
untuk perencanaan perubahan lebih efektif jika melakukan perubahan
geometrik menjadi 8m pada masing-masing pendekat serta menggunakan
aturan larangan belok kiri langsung. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perhitungan Tabel 4.16 dimana dengan aturan larangan belok kiri
langsung nilai DS pada pendekat Utara DS=0,74, pendekat Selatan
DS=0,60, pendekat Barat DS=0,74, dan pendekat Timur DS=0,71.
Sedangkan pada
kondisi lebih jenuh pada pendekat timur, di bandingkan tanpa belok kiri
langsung yaitu pendekat Utara DS=0,54, pendekat Selatan DS=0,62,
pendekat Barat DS=0,74, dan pendekat Timur DS=0,89.
52
5.2
Saran
Untuk menghindari terjadinya volume arus lalu lintas mendekati titik jenuh dan
menjadi buruknya tingkat kinerja simpang akibat nilai DS>0,75 serta antrian
kendaraan yang panjang membuat kemacetan simpang akibat adanya konflik arus
lalulintas yang dapat menyebabkan kurang nyaman dalam berkendara dan bahkan
menyebabkan kecelakaan lalulintas, di masa yang akan datang. Maka perlu
dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kapasitas dan tingkat kinerja
Simpang Jl. MT. Haryono, Jl. Sao-Sao, dan Jl. Sorumba, kota Kendari adalah
sebagai berikut
1. Diberlakukannya aturan larangan belok kiri langsung karena melihat nilai
rasio kendaraan belok kiri relatif kecil, sehingga dapat mengoptimalkan
kapasitas simpang tersebut.
2. Adanya penegakan disiplin berlalu lintas bagi angkutan umum supaya
tidak berhenti dengan menaikturunkan penumpang dengan seenaknya dan
tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.
3. Perlu adanya koordinasi dengan pihak Dinas Perhubungan, Kota Kendari
karena marka jalan yang ada di lapangan kondisinya sudah tidak layak
lagi, sehingga hal ini dapat membantu para pemakai jalan untuk berdisiplin
lalu lintas.
53