230210130086
Kelompok 8
Kelautan (D)
Mikroba Starter
Starter merupakan media berisi mikroba tertentu dan digunakan untuk memacu tumbuhnya
mikroba yang diharapkan. Starter komersil banyak dijual, misalnya ragi peuyeum, ragi kue,
EM4, Starbia dan lain-lain. Wujud starter beragam, tergantung dari mikroba yang dikandungnya.
Starter yang mengandung jamur atau ragi berbentuk kering, sedangkan starter bakteri berbentuk
cair.
Starter merupakan media berisi mikroba yang sudah diinaktifkan (immobil). Dalam
keadaan inaktif, kebutuhan mikroba terhadap energi demikian rendah. Dengan demikian,
pemanfaatan energi yang terkandung dalam media starter menjadi lambat sehingga kehidupan
mikroba didalam starter dapat bertahan lama.
Starter dapat dibuat dengan mengendalikan lingkungan hidup mikroba sehingga mikroba
yang diharapkan tetap hidup dan mikroba lain tidak dapat tumbuh dan berkembang. Kegagalan
pengendalian lingkungan dapat menyebabkan populasi mikroba yang diharapkan menjadi
menurun atau aktivitasnya menurun.
Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan
pada media fermentasi. Starter mikroba dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, salah satunya
adalah ragi untuk pembuatan roti. Mikroba pada starter tumbuh dengan cepat dan fermentasi
segera terjadi. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi
dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar (umur 6 hari).
Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni. Pada permukaan
starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis berwarna putih. Lapisan ini disebut
dengan nata. Semakin lama lapisan ini akan semakin tebal sehingga ketebalannya mencapai 1,5
cm. Starter yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah diinokulasi dengan biakan murni) tidak
dianjurkan digunakan lagi karena kondisi fisiologis mikroba tidak optimum bagi fermentasi, dan
tingkat kontaminasi mungkin sudah cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan volume
media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% volume
media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak
dianjurkan karena tidak ekonomis.
merupakan
sebagian
kecil
dari flora
usus.
Banyak
spesies
dari Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat baik.
Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan
beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah memiliki genom sendiri.
Lactobacillus mampu menghasilkan zat antibiotika yang disebut bulgarikan. Zat ini
berbeda dengan antibiotik yang biasa kita kenal. Antibiotik ini kerjanya lebih spesifik pada
mikroorganisme yang merugikan saja sehingga berefek menguntungkan bagi kita. Sehingga
apabila mengkonsumsi yogurt secara teratur dapat mengurangi resiko terjadinya kanker usus.
Kanker usus dapat dideteksi setelah stadium lanjut sehingga lebih baik melakukan pencegahan
daripada pengobatan karena pengobatan yang dilakukan akan merusak usus.
Kultur ini dapat menghasilkan enzim yang mejadikan susu memiliki tingkat keasaman
yang rendah. Kerja dari kultur tersebut saling melengkapi antara bakteri Lactobacillus
bulgaricus dengan Streptococcus thermopilus. Kultur ditambahkan setelah susu dipanaskan pada
suhu 90OC selama 15-30 menit dan kemudian didinginkan hingga suhu 43 OC. Fermentasi
dimulai ketika aktifitas dari bakteri Streptococcus thermopilus merubah laktosa (gula susu)
menjadi asam laktat dan menurunkan keasaman susu hingga 5-5,5. Pada saat itu juga
kecenderungan untuk terjadinya reaksi-reaksi kimia yang dapat merugikan pada produk akhir
mulai dihambat. Bakteri Lactobacillus bulgaricus mulai beraktifitas mensekresikan enzimnya
untuk menurunkan keasaman hingga 3,8-4,4 dan menciptakan cita rasa khas yoghurt setelah
keasaman mencapai 5-5,5.
Cita rasa khas yoghurt ditentukan dari terbentuknya asam laktat, asetaldehid, asam asetat
dan asetil. Keberadaan ke dua bakteri tersebut sangat penting. Bakteri Streptococcus
thermopilus membatu
menciptakan
kondisi
bakteri Lactobacillus
bulgaricus untuk
lingkungan
menghasilkan
yang
enzimnya.
lebih
baik
Sementara
bagi
itu
bakteri Lactobacillus bulgaricus menghasilkan asetaldehid sehingga cita rasa yang khas pada
yoghurt dapat tercapai.
Perbandingan yang baik antara ke dua bakteri ini sehingga menghasilkan yoghurt yang
baik adalah 1:1. Dapat dibayangkan apabila pembuatan yoghurt hanya menggunakan satu jenis
bakteri saja. Apabila hanya Streptococcus thermopilus saja maka keasaman dan cita rasa yang
dihasilkan tidak maksimal karena tidak dihasilkan asetaldehid serta keasaman yang dihasilkan
sekitar 5-5,5. Begitu juga apabila hanya menggunakan Lactobacillus bulgaricus saja akibatnya
enzim yang dihasilkannya untuk membentuk asetaldehid akan terganggu karena kondisi
lingkungan yang terbentuk kurang baik. Oleh karena itu hubungan simbiotik antara kedua bakteri
ini sangat penting agar dihasilkan yoghurt dengan kualitas yang baik.
DAFTAR PUSTAKA