Anda di halaman 1dari 9

Kelainan pada Perkembangan Saluran Reproduksi Wanita

Anastasia Tri Anggarwati


102012191
triaanastasia@gmail.com

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Abstrak
Organ tubuh manusia mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, yang terus
tumbuh dari masih berupa janin hingga menjadi organ tubuh dewasa, di dalamnya juga
terdapat beberapa organ-organ tubuh pendukung lainnya salah satunya organ reproduksi.
Organ reproduksi manusia juga akan selalu terus berkembang. Contohnya organ reproduksi
manusia antara laki-laki dan perempuan mempunyai struktur fungsi yang berbeda. Organ
reproduksi pria atau testis memproduksi spermatozoa (spermatogenesis) dan membawa
kromosom XY sedangkan organ reproduksi wanita atau ovarium memproduksi ovum
(oogenesis) dan membawa kromosom XX. Genetik jenis kelamin turunan ditentukan oleh
spermatozoa atau laki-laki dimana setelah proses fertilisasi maka apabila sperma pembawa
kromosom X membuahi ovum maka janin akan memiliki kromosom XX atau berjenis
kelamin perempuan, dan apabila sperma pembawa kromosom Y membuahi ovum maka janin
akan memiliki kromosom XY atau berjenis kelamin laki-laki. Jika terbentuk kromosom XX
dan berjenis kelamin perempuan, maka sel kelamin yang awalnya masih berupa gonad pada
minggu ke 7 kehamilan akan mulai berkembang membentuk sel kelamin perempuan dengan
berkembangnya duktus mulleri dan terdegenerasinya duktus wolf. Duktus mulleri kemudian
akan mengalami fusi dan setelah itu bersatu membentuk badan uterus. Namun pada proses ini
dapat terjadi kegagalan dalam bersatunya duktus mulleri sehingga menyebabkan bentuk
uterus tidak normal contohnya seperti uterus bikornus. Pada uterus bikornus ini uterus akan
bertanduk dan berbetuk seperti hati. Wanita dengan uterus bikornus ini tetap dapat
mengalami haid sehingga sering tidak terdeteksi hingga wanita tersebut hamil. Namun,
keadaan uterus yang seperti ini dapat mengakibatkan keguguran pada wanita dan bayi lahir
secara premature. Untuk itulah dibutuhkan informasi lebih lanjut mengenai apa itu uterus
bikornus.
Kata kunci : Uterus bikornus, Duktus muller, Gonad
Abstract
The organs of the human body has a different structure and function, which
continues to grow from still a fetus to be a mature organ, in which there are also several
organs other support one reproductive organs. Human reproductive organs also will always
continue to grow. For example, the human reproductive organs of men and women have
different structure functions. Male reproductive organs or testes produce spermatozoa
(spermatogenesis) and carrying XY chromosomes while female reproductive organs or
ovaries produce ova (oogenesis) and carry XX chromosomes. Genetic sex is determined by

the derivative or male sperm after fertilization in which the carriers of an X chromosome
sperm when fertilized ovum the fetuses will have XX chromosomes or female, and if the
carrier of the Y chromosome sperm to fertilize the ovum the fetuses will have XY
chromosomes or manifold male. If the form XX chromosomes and female, the sex cells that
originally was in the form of gonads in week 7 of pregnancy will begin to develop female sex
cells to form duct development and terdegenerasinya duct mulleri wolf. Mulleri duct will then
undergo fusion and then come together to form the body of the uterus. However, this process
can occur in a unification failure mulleri duct causing abnormal uterine shape example like
bikornus uterus. In this bikornus uterus and uterine horns berbetuk be like minded. Women
with uterine bikornus could still be having periods so it is often not detected until the woman
is pregnant. However, the state of the uterus as this may lead to miscarriage in women and
infants born prematurely. For that needed more information about what it bikornus uterus.
Keywords: Bikornis uterus, Duct muller, Gonad
Pendahuluan
Organ reproduksi mempunyai peranan penting dalam proses pembentukan makhluk
hidup baru dan perkembangan janin bagi organ reproduksi wanita. Jenis kelamin pada awal
pembentukan janin disebut kelamin primitif atau gonad di mana kelamin belum membentuk
antara kelamin perempuan atau laki-laki. Dan akan mulai berkembang atau mengalami proses
organogenesis setelah fertilisasi yaitu pada minggu ke 7 kehamilan. Pada pembentukan
oragan kelamin terdapat dua duktus yaitu duktus mulleri yang akan membentuk organ
reproduksi wanita dan duktus wollf yang akan membentuk organ kelamin pria. Pada wanita
organ reproduksinya akan terbentuk dari proses fusi duktus mulleri. Namun dalam
penggabungan duktus mulleri ini bisa terdapat kegagalan di mana kegagalan tersebut akan
mengakibatkan kelainan bentuk pada rahim sehingga rahim menjadi tidak normal. Rahim
yang tidak normal akan mengakibatkan berbagai ganggua pada fungsi dari organ reproduksi
tersebut kususnya dalam proses kehamilan. Kelainan dan gangguan pada rahim dapat terjadi
baik saat masih dalam pembentukan oragan reproduksi dan bisa juga terjadi karena faktor
lingkungan.
Skenario
Di suatu majalah wanita, seorang ibu didiagnosis memiliki kandungan yang
bertanduk (dokter kandungannya yang memeriksa ibu tersebut menjelaskan bahwa kelainan
itu adalah uterus bikornus).
Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui proses organogenesis khususnya pada organ reproduksi wanita
2. Mengetahui kelainan dalam pembentukan sel reproduksi
3. Mengetahui tentang uterus bikornus (kandungan bertanduk)
Identifikasi Istilah
1. Uterus bikornus : satu serviks terkait dengan dua tanduk uterus.1
Rumusan Masalah
1. Seorang ibu yang mengalami kelainan uterus.

Analisis Masalah (Mind Map)

Uterus
Akibat
Bikornus

Kelainan
pembentukan
saluran reproduksi

Organogenesis

Perkembangan saluran
reproduksi pada pria dan
wanita

Alat Reproduksi
Wanita

Kelainan

Hipotesis
Uterus bikornus terjadi karena tidak sempurnanya organogenesis saluran reproduksi.
Isi
Setiap organ tubuh manusia mempunyai fungsi masing-masing di dalam tubuh.
Organ tubuh manusia selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan mulai dari
masih berupa ovum hingga manusia bertumbuh dewasa. Salah satu yang akan dibahas di sini
adalah mengenai organ reproduksi. Organ reproduksi pria dan wanita mempunyai struktur
dan fungsi yang berbeda. Organ reproduksi pria atau testis memproduksi spermatozoa
(spermatogenesis) dan organ reproduksi wanita atau ovarium memproduksi ovum
(oogenesis).2 Pada awal terbentuk zigot dalam kandungan, belum terbentuk jenis kelmin atau
masih berupa alat kelamin primitif (gonad).3 Sehingga belum bisa terlihat apakah janin
berjenis kelamin pria atau wanita, hingga pada minggu ke 7, yaitu saat fertilisasi barulah jenis
kelamin bisa ditentukan menjadi testis atau ovarium. Penetapan jenis kelamin merupakan
fungsi kromosom kelamin.4 Yang menentukan jenis kelamin wanita disebut XX, dan yang
menentukan jenis kelamin pria disebut XY.4 dengan demikian jenis kelamin tergantung dari
bagaimana caranya kromosom membelah pada saat meiosis dan kemudian bergabung lagi
pada saat fertilisasi.4 Genotip perempuan normal adalah 46, XX (22 pasang autosom dan 2
kromosom kelamin, X dan X). Setelah pembelahan secara meiosis saat oogenesis, setiap oosit
akan mengandung kromosom haploid dan hanya satu kromosom X.4 Genotip laki-laki normal
46, XY (22 pasang autosom dan 2 kromosom kelamin, X dan Y). Setelah pembelahan secara
meiosis saat spermatogenesis, setiap spermatozoa akan mengandung kromosom haploid dan
salah satu kromosom X atau Y.4 Jika sebuah sperma pembawa kromosom X membuahi
ovum, zigot yang terbentuk atau telur yang di buahi akan memiliki autosom yang lengkap: 22
+ X dari sperma dan 22 + X dari ovum, serta akan berjenis kelamin perempuan (XX).4 Jika
sperma pembawa kromosom Y membuahi ovum, zigot yang terbentuk akan memiliki

autosom yang lengkap: 22 + Y dari sperma dan 22 + X dari ovum, serta akan berjenis
kelamin laki-laki (XY).4 Dengan demikian, genetik jenis kelamin turunan ditentukan oleh
spermatozoa.4 Proses pembentukan kromosom tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:

Gambar 1. Proses Pembentukan Kromosom


Pada akhir mingu ke 7 kehamilan, differensiasi bakal gonad baru di kenali.5 Pada
perempuan perkembangan akan terjadi pada bakal gonad, yaitu pada duktus mulleri.
Diferensiasi spesifiknya mulai terjadi belakangan secara keseluruhan, epitel coelom (bakal sel
epitel folikel) membentuk korda epitel ke dalam blasmena gonad, namun tidak ada yang
menembus sampai ke medula, namun tetap tinggal di daerah korteks.5 Di korteks sel tersebut
berubah menjadi gumpalan sel, dengan oogoni yang berpoliferasi di dalamnya melalui
pembelahan mitosis yang cepat dan berurutan. Secara keseluruhan terbentuk 7 juta sel benih,
namun dari jumlah tersebut menjelang kelahiran, 5-6 juta sel akan mati.5 Dari minggu ke 12
sampai ke 16, penggolongan lapisan lambat laun dapat dikenali di bakal gonad.5 Di luar
daerah korteks jaringan tebal dari sel penunjang yang gelap berkembang dengan oogoni yang
aktif berpoliferasi.5 Kemudian terbentuk zona yang bertambah lebar, tempat oosit muncul
pertama kalinya, yang dimulai di dalam bola telur berepitel dengan pembelahan
pematangan pertama (meiosis), namun tertahan pada stadium profase.5 Pada daerah korteks,
anyaman longgar mesenkim zona medula menutup dan akhirnya menutup ke dalam rate
blastema, di mana tidak ada sel telur yang tersisa.5 Oleh karena di dalam ovarium tidak
terjadi perkembangan ductus genitales, transportasi sel telur harus terjadi ke arah luar di
tempat ini, yang berkebalikan dengan testis.5 oleh sebab itu, perlu adanya sistem duktus besar
kedua dari bakal indiferen, yakni duktus Muller berkembang dari suatu invaginasi epitel
coelom yang kelak akan berdiferensiasi menjadi ostium tuba uterina.5 Saluran epitelial ini
tumbuh dari segmen thorakal ke 3 ke arah kaudal yang sangat dekat dengan duktus Wolff
sehingga terhubung oleh suatu membran basal bersama, hubungan ini akan hilang kembali
pada pelvis minor.5 Kedua duktus Muller terdorong ke arah medial dan menyatu satu atau
fusi dengan yang lain serta membentuk satu saluran dengan lumen bersama yaitu bakal
uterus.5 Bakal uterus segera dilapisi mesenkim yang menjadi asal terbentuknya otot uterus
dan perimetrium.5 Pada dinding dorsal sinus urogenitalis, terjadi suatu proliferasi sel, yakni
Muller Hill yang membentuk bakal bagian proksimal vagina.5 Mulai minggu ke 5, folikel
primordial yang tipikal berkembang di korteks ovarium.5 Di bawah pengaruh hormon
plasenta, dapat terbentuk juga folikel sekunder.5 Akan tetapi segera setelah lahir, folikel
sekunder ini juga mengalami degenerasi.5 Folikel primordial setelah lahir tidak dibentuk lagi.
Jumlah oosit terus berkurang. Oosit yang sudah terbentuk pada meiosis pertama tetap ada
dalam stadium ini dan tidak berubah sampai pubertas.5 Diyakini bahwa produksi faktor
penghambat-meiosis dari epitel folikel menjadi tidak aktif setelah dimulainya pubertas
melalui pengaruh hormonal dan zona pelucida yang menebal.5 Baru kemudian terjadi

pembentukan folikel tersier dan ovulasi.5 Meiosis baru berakhir setelah pembuahan
(konsepsi).5 Bakal gonad mengalami suatu penurunan (descentus) ketika ligamen genital
bertindak sebagai penuntun.5 Gonad perempuan pada proses penurunan ini hanya mencapai
pelvis minor yang juga berada di rongga perut.5 Diferensiasi organ genitalia eksterna juga
didahului oleh keadaan indiferen. Setelah terjadinya pemisahan rektum oleh septum
urorectale, kelahiran akan berdegenerasi.5 Melalui produksi estrogen, tercipta neonatus
dengan genitalia perempuan.5 Berikut gambar proses pembentukan alat reproduksi pada janin

Gambar 2. Proses Pembentukan Alat Reproduksi pada Janin


Sistem reproduksi wanita termasuk genitalia internal (kelamin bagian dalam) dan
genitalia eksternal (kelamin bagian luar).6 Alat kelamin wanita terdiri dari bagian bagian di
bawah ini:
Alat Kelamin Luar

Gambar 3. Genitalia Eksterna (Alat Kelamin Luar)


Mons veneris disebut juga gunung venus, menonjol kebagian depan munutup tulang
kemaluan.7
Labia mayora (bibir besar) berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong menjurus
ke bawah.7 Terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak dan kelenjar keringat, bagian
dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak
ujung saraf sehingga sensitif saat berhubungan seks.7

Labia minora (bibir kecil) merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora.7
Bagian depannya mengelilingi klitoris. Pada kedua labia ini mempunyai pembuluh darah,
sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah.
Klitoris merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria, mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sehingga sensitif saat berhubungan seks.7
Vestibulum, bagian ini dibasahi oleh dua labia kanan-kiri dan bagian atas oleh
klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora.7 pada vestibulum terdapat muara
vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar bartholin dan kelenjar sken (kelenjarkelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan
seks).7
Himen (selaput dara) merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina
luar. Selaput ini berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang
dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim).7 Pada saat
hubungan seks pertama, himen akan sobek dan mengeluarkan darah.7 Setelah melahirkan,
himen merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule mirtiformis.7
Alat Kelamin Dalam

Gambar 4. Genitalia Interna (Alat Kelamin Dalam)


Vagina (saluran senggama) merupakan saluran muskulo membranasea (otot-selaput)
yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian ototnya berasal dari otot levator ani
dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan dilatih.7 selaput vagina
tidak mempunyai kelenjar sehingga cairan yang selalu membasahi berasal dari kelenjar rahim
atau lapisan dalam rahim.7 Vagina mempunyai fungsi penting sebagai jalan lahir bagian
lunak, sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi.7
Lendir vagina banyak mengandung glikogen yang dapat dipecah oleh bakteria sehingga
keasaman cairan vagina sekitar 4,5 (bersifat asam).7
Serviks atau yang biasa disebut leher rahim merupakan penghubung antara vagina
dan rahim. Serviks ini berguna untuk tempat jalannya keluar seorang bayi saat dilahirkan.11
Rahim (uterus) berbentuk seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gram, terletak di
panggul kecil di antara rektum (bagian usus sebelum dubur) dan di depannya terletak
kandung kemih.7 bagian bawahnya disangga oleh ligamen yang kuat, sehingga bebas untuk
tumbuh dan berkembang saat kehamilan.7 Dari bagian atas rahim (fundus) terdapat ligamen
menuju lipatan paha (kanalis inguinalis), sehingga kedudukan rahim menjadi ke arah depan.7

Lapisan otot rahim terdiri dari tiga lapis, yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh
kembang sehingga dapat memelihara dan mempertahankan kehamilan selama sembilan
bulan.7 Segera setelah persalinan, otot rahim dapat menutup pembuluh darah untuk
menghindari pendarahan. Setelah persainan, rahim dalam waktu 42 hari dapat mengecil
seperti semula.7
Tuba falopi mempunyai ujung yang terbuka dan mempunyai fimbriae (rumbairumbai), sehingga dapat menangkap ovum (telur) saat terjadi pelepasan telur (ovulasi).7 Tuba
falopi merupakan bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama
terjadinya kemandulan (infertilitas).7 Fungsi tuba falopi sangat vital dalam proses kehamilan,
yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi menangkap ovum, tempat
terjadinya pembuahan (fertilisasi), saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan
sebelum mampu menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.7
Indung telur (ovarium) terletak di antara rahim dan dinding panggul, dan digantung
ke rahim oleh ligamentum ovari propium dan ke dinding panggul oleh ligamentum
infundibulo-pelvikum.7 Indung telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama,
sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi.7 Indung telur
mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri. Pada saat telur (ovum)
dikeluarkan, wanita disebut dalam masa subur. Pada masa menapause semua telur
menghilang.7
Parametrium (penyangga rahim) merupakan lipatan peritorium dengan berbagai
penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul.
Endometrium adalah dinding uterus yang mengalami perubahan siklus selama
menstruasi dan membentuk lokasi implantasi untuk ovum yang dibuahi.2
Perkembangan saluran reproduksi wanita tidak selalu berjalan normal, adakalanya
dijumpai beberapa pertumbuhan saluran reproduksi yang tidak tumbuh sebagaimana
mestinya. Alat kandungan terjadi di saluran Muller kanan dan kiri yang pada ujung-ujungnya
bersatu. Bagian yang bersatu membentuk vagina bagian atas dan uterus, sedangkan bagian
yang tetap terpisah menjadi tuba.8 Gangguan pertumbuhan saluran Muller dapat
menimbulkan aplasi atau hipoplasi alat kandungan, sedangkan gangguan persatuan saluran
Muller menimbulkan berbagai kelainan dari alat kandungan.8 Defek yang mungkin terjadi
adalah uterus subseptus, uterus arkuatus, uterus bikornis, uterus unikornis, kornu uterus
rudimenter, uterus didelfis, serviks dupleks, atresia serviks, vagina septata.9

Gambar 5. Beberapa Kelainan Alat Kandungan

Dalam kasus ini berkaitan dengan seorang ibu yang didiagnosa memiliki kandungan
yang bertanduk atau yang biasa disebut uterus bikornus. Uterus bikornus atau biasa juga
disebut sebagai rahim berbentuk hati, adalah jenis malformasi rahim di mana dua tanduk
terbentuk di bagian atas rahim. Berikut gambar uterus yang bertanduk (uterus bikornus)

Gambar 6. Uterus Bikornus


Walaupun bentuknya tidak normal, gangguan bentuk rahim tidak selalu
menimbulkan masalah. Ada wanita yang mempunyai bentuk rahim tidak normal, tetapi tetap
mengalami haid seperti biasa dan tidak pernah merasa sakit ketika haid, sehingga bisa saja
kelainan rahim ini tidak terdeteksi sama sekali sampai orang tersebut hamil. Namun bentuk
rahim yang tidak normal ini dapat menjadi salah satu penyebab gangguan masalah
reproduksi.10 Kehamilan dengan uterus bikornus umumnya cenderung akan mengalami
komplikasi, akibat bentuk uterus yang tidak normal. Rongga dalam uterus yang seharusnya
dapat memberikan ruang bagi pertumbuhan bayi menjadi lebih sempit, sehingga bayi
umumnya lahir secara prematur atau mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Ringkasan
Proses organogenesis pada organ kelamin dimulai pada proses fertilisasi pada
minggu ke 7 kehamilan. Di mana jenis kelamin akan ditentukan dari kromosom pembawa
pada spermatozoa yaitu XY yang akan membuahi ovum yang berkromosom XX. Gonad
merupakan awal dari organ kelamin ketika organ kelamin belum terbentuk antara menjadi
organ kelamin pria atau wanita. pada organ kelamin awal terdapat duktus wollf yang akan
berkembang apabila kromosom yang terkait adalah XY atau laki-laki, sedangkan duktus
mulleri yang akan berkembang apabila kromosom terkait adalah XX atau perempuan. Uterus
bikornus dapat terjadi apabila terdapat kegagalan dalam proses bersatunya duktus mulleri
sehingga bentuk uterus menjadi tidak normal, uterus akan berbentuk seperti hati sehingga
akan terlihat seperti bertanduk. Uterus bikornus hanya akan terdeteksi dan mengganggu saat
wanita yang mengalami kelainan tersebut hamil dan akan mengakibatkan keguguran dan bayi
lahir prematur.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Neary R, Sihombing E, Widyastuti P. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC;
2009.
Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.
Pasiak T. Unlimited potency of brain. Bandung: PT. Mizan Pustaka; 2009.
Monica E. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2003.
Dany F. Embriologi Fungsional Perkembangan Sistem Fungsi Organ Manusia. Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2003.
Hartanto H. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2004.

7.

Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. Memahami kesehatan reproduksi wanita.
Edisi 2. Jakarta: EGC; 2006.
8. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC;
2003.
9. Primarianti SS, Resmisari T. BS obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Jakarta: EGC; 2009.
10. Kasdu D. Solusi problem wanita dewasa. Depok: Puspa Suara, anggota IKAPI; 2005

Anda mungkin juga menyukai