Anda di halaman 1dari 4

PERJANJIAN BAKU PT.

POS INDONESIA (PERSERO)


KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PENGIRIMAN
1.

Selama kiriman belum diserahkan kepada penerima masih merupakan hak


pengirim dan oleh karenanya hanya pengirim yang berhak mengajukan

2.

pengaduan.
PT. Pos Indonesia (Persero) bertanggung jawab terhadap kiriman yang
dikirim bila pengirim telah membayar lunas semua biaya pengiriman dan
biaya lainnya (kecuali bila ada kesepakatan tertentu) dan memiliki Bukti

3.

Terima Kiriman asli (bukan foto copy).


Pernyataan tertulis pengirim atas isi kiriman padda halaman muka model ini
harus sama dengan isi kiriman sebenarnya. Bila pernyataan tertulis tersebut
tidak sesuai dengan isi kiriman maka pengirim bertanggung jawab atas

4.

pelanggaran hukum yang dilakukannya.


Dilarang mengirimkan benda yang dapat membahayakan kiriman, kiriman
pos atau keselamatan orang. Pelanggaran ini diancam dengan hukuman
pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda setinggi-tingginya
satu juta rupiah (UU No. 6 Tahun 1984 pasal 19 ayat (2)) dan wajib
membayar ganti rugi kepada PT. Pos Indonesia (Persero) dan atau pihak lain
atas kerugian yang diderita. Jenis barang-barang tersebut meliputi:
a. Barang yang karena sifatnya dapat merusakan/mengotorkan kiriman lain
dan atau membahayakan orang/pegawai pos.
b. Barang-barang yang mudah meledak, mudah menyala/dapat terbakar
sendiri.
c. Binatang hidup dan tumbuh-tumbuhan/buah-buahan (kecuali telah
memenuhi ketentuan yang berlaku misalnya karantina).
d. Barang-barang yang menyinggung kesusilaan.
e. Narkotika, candu, morphine, kokain, ganja, ekstasi dan psikotropika
lainnya yang dilarang Pemerintah.
f. Barang cetakan/rekaman yang isinya dapat mengganggu stabilitas

5.

Nasional.
PT. Pos Indonesia (Persero) tidak bertanggung jawab dan tidak memberikan
ganti rugi atas kiriman yang diakibatkan oleh:
a. Kerugian atau kerusakan yang disebabkan unsur kesengajaan oleh
pengirim.

b. Isi kiriman yang tidak sesuai dengan pernyataan tertulis di halaman muka
model ini.
c. Semua resiko teknis yang terjadi selama dalam pengangkutan, yang
menyebabkan barang yang dikirim tidak berfungsi atau berubah fungsinya
baik yang menyangkut mesin atau sejenisnya maupun barang-barang
elektronik seperti halnya: handphone, kamera, radio/tape dan lain-lain
yang sejenis.
d. Kerugian atau kerusakan sebagai akibat oksidasi, kontaminasi, polusi dan
reaksi nuklir.
e. Kerugian atau kerusakan sebagai akibat force majeur seperti bencana alam,
perang, huru-hara, aksi melawan pemerintah, pemberontakan, perebutan
kekuasaan atau penyitaan oleh penguasa setempat.
f. Kerugian yang tidak langsung atau untuk keuntungan yang tidak jadi
diperoleh, yang disebabkan oleh kekeliruan dalam penyelengaraan pos
(UU No. 6 Tahun 1984 pasal 12 ayat (7)).
g. Pengaduan yang diajukan setelah melewati waktu 30 hari, (untuk paket,
surat kilat khusus dan surat tercatat dalam negeri), 4 bulan (Untuk EMS)
dan 6 bulan (untuk paket dan surat tercatat luar negeri) sejak tanggal
pengeposan.

ANALISIS
Pengertian klausula baku berdasarkan pasal 1 angka 10 UU nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen:
Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oeh pelaku usaha

yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan
wajib dipenuhi oleh konsumen.
Penjelasan lebih lanjut mengenai ketentuan klausula baku diatur dalam pasal 18
UU nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 18 Undang
Undang Perlindungan Konsumen yang isinya adalah hal-hal yang dilarang dalam
penggunaan klausula baku:
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada
setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:
a. Menyatakan pengalihan tanggungjawab pelaku usaha;
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali
barang yang dibeli konsumen;
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali
uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli konsumen;
d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan
sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara
angsuran;
e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan
baru, tambahan, lanjutan, dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat
sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang
dibelinya;
h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk
membebankan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap
barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak dan
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas yang
pengungkapannya sulit dimengerti.

(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen
atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan
Undang-undang ini.

Anda mungkin juga menyukai