Anda di halaman 1dari 4

Anamnesis

Hal paling utama yang harus dilakukan oleh seorang dokter adalah anamnesis. Yaitu
menyanyakan keadaan pasien sebelum datang ke rumah sakit (RS). Apa saja keluhan yang
dirasakannya dan dapat menempatkan rasa empati dengan benar, serta mendapatkan
kepercayaan pasien sehingga pasien dapat menceritakan semua yang dirasakannya tanpa
menutup-nutupi apa yang dia alami.
Apabila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diajak berbicara mengenai penyakitnya,
maka anamnesis ini dapat dilakukan oleh orang terdekat atau orang yang mengantarkan
pasien ke tempat praktek atau unit gawat darurat (UGD) yang disebut dengan allo anamnesis.
Sangat penting untuk mendapatkan anamnesis yang akurat, karena dari anamnesis, dokter
dapat mengetahui gejala-gejala yang dialami pasien sehingga dapat mengenali lebih lagi
penyakit apa yang dialami oleh pasien. Kita dapat melakukan anamnesis sebagai berikut.1,2
a. Identitas pasien (Nama, Usia, Pekerjaan, dll).
b. Keluhan Utama

Batuk darah: sejak kapan? Darahnya warna apa? Berapa banyak? Apa
disertai dengan nyeri pada dada? Kambuhnya kapan? (pagi/siang/malam).

Adakah keluhan lain? Seperti demam, sesak nafas, penurunan berat badan,
mudah lelah, keringat pada malam hari?

c. Riwayat penyakit sekarang

Selain rasa nyeri pada dada, apa ada nyeri dibagian lain? Seperti nyeri di
perut? Adakah nyeri di punggung anda? Tempat, onset, sifat, penjalaran,
dan gejala penyerta.

d. Riwayat penyakit dahulu

Apakah pernah seperti ini sebelumnya?

Apakah pernah menderita penyakit berat sebelumnya?

Apakah dulu sampai pernah dirawat dirumah sakit?

e. Riwayat penyakit Keluarga

Apakah ada keluarga yang mengalami masalah yang sama? Apakah ada
kelainan familial yang diwariskan?

f. Riwayat penyakit sosial

Apakah anda merokok? Berapa batang sehari? Sudah berapa lama merokok?
Apakah anda minum alkohol? Berapa banyak anda minum alkohol dalam
seminggu?

Sebelumnya apa anda bekerja dengan zat pewarna, kimia atau industri
karet?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran Klinis pada Kanker Paru
Pada fase awal, kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat:

Lokal (tumor tumbuh setempat): batuk-batuk, hemoptisis, mengi (wheezing, stridor) karena ada
obstruksi saluran nafas, kadang terdapat kavitas seperti abses paru, atelektasis.
Invasi lokal: nyeri dada, dispnea karena efusi pleura, invasi ke perikardium terjadi tamponade
atau aritmia, sindrom vena cava superior, sindrom Horner(facial anhidrosis, ptosis, miosis), suara
serak karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent, sindrom Pancoast karena invasi pada
pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis.
Gejala penyakit metastasis: pada otak, tulang, hati, adrenal, limfadenopati servikal dan
supraklavikula (sering menyertai metastasis).
Sindrom Paraneoplastik: terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala;
- Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi: leukosistosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertrofi osteoartropati
- Neurologik: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologik: eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
- Renal: syndrome of inapproprite andiuretic hormone (SIADH).
Asimtomatik dengan kelainan radiologis: sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang
terdeteksi secara radiologis, kelainan berupa nodul soliter.

Etiologi
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan
dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928), telah melaporkan tingginya insiden kanker
paru pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Belakangan dilaporkan
beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasifpun akan berisiko terkena kanker paru. Anakanak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru

dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan
suami/pasangan perokok juga terkena risiko kanker paru 2-3kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru
dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif.
Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tetapi dapat juga menimbulkan kanker pada
organ lain seperti mulut, laring, dan esofagus. Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan
adalah:
Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen, seperti:
-

Abestos, sering menimbulkan mesotelioma


Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
Radon, arsen, kromium, polisiklik hidrikarbon, vinil klorida.

Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak didaerah urban yang banyak polusi udaranya
dibandingkan yangv tinggal didaerah rural.
Genetik. Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni: Proto
oncogen, Tumor supressor, Gene encoding enzyme.
teori onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari perubahan tampilnya gen supressor tumor
dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
menghilangkan (delesi/del) atau penyisispan (insersi/inS) sebagian susunan pasangan basanya,
tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis. Perubahan tampilan gen
kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhgan yang otonom.
Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium
dan vitamin A menyebkan tingginya risisko terkena kanker paru.
Epidemiologi
Prevalensi kanker paru dinegara maju sangat tinggi, di USA tahun 2002 dilaporkan terdapat 169.400
kasus baru (merupakan 13% dari semua kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154.900 kematian
(merupakan 28% dari seluruh kematian akibat kanker), di Inggris prevalensi kejadiannya mencapai
40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringakat 4 kanker terbanyak, di RS Kanker
Dharmais Jakarta Tahun 1998 menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan lehar Rahim.
Angka kematian akibat kanker paru diseluruh dunia mencapai kurang lebih satu juta penduduk
setiap tahunnya. Di negara berkembang lain dilaporkan insidennya naik dengan cepat antara lain
karena konsumsi rokok berlebihan seperti di China yang mengkonsumsi 30% rokok dunia. Sebagian
besar kanker paru mengenai pria (65%) life time risk 1:13 dan pada perempuan 1:20.
Pencegahan
Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda. Berhenti merokok dapat
mengurangi risiko terkena kanker paru. Penelitian dari kelompok perokok yang berusaha berhenti
merokok, hanya 30% yang berhasil.

Akhir-akhi ini pencegahan dengan chemoprevention banyak dilakukan, yakni dengan memakai
derivat asam retinoid, carotenoid, vitamin C, selenium, dan lain-lain. Jika seseorang berisiko terkena
kanker paru maka penggunaan beta karoten, retinol, isotretinoin ataupun N-acetyl-cystein dapat
meningkatkan risiko kanker paru pada perokok. Untuk itu, penggunaan kemopreventif ini masih
memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum akhirnya direkomendasikan untuk digunakan. Hingga
saat ini belum ada konsensus yang diterima oleh semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai