Anda di halaman 1dari 15

Asma Pada Anak DEFINISI

Asma adalah kondisi berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan saluran pernafasan
menyempit untuk sementara waktu sehingga membuat kesulitan bernafas.
Meskipun asma dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering terjadi pada anak-anak,
terutama sekali pada anak mulai usia 5 tahun. Beberapa anak menderita asma sampai mereka
usia dewasa; namun dapat disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para
Dokter tidak yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-anak
terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40
% di antara populasi anak di kota.
Kebanyakan anak yang menderita asma dapat berinteraksi dengan lingkungannya, kecuali pada
waktu kambuh. Sedikit anak yang tahan terhadap asma dan membutuhkan obat pencegah setiap
harinya untuk dapat melakukan olahraga dan bermain secara normal.
PENYEBAB
Untuk sebab yang tidak jelas, anak-anak penderita asma bereaksi terhadap rangsangan tertentu
(pencetus) dimana anak yang tidak menderita asma tidak bereaksi. Terdapat banyak pencetus
yang berpotensi, dan kebanyakan anak-anak bereaksi hanya kebeberapa pencetus. Pencetusnya
termasuk iritasi dalam ruangan, seperti bau yang menyengat dan iritasi asap (minyak wangi, asap
rokok); polusi dari luar: udara dingin, olahraga ; gangguan emosi ; infeksi pernafasan karena
virus; dan berbagai macam zat yang mana si anak menjadi alergi, seperti bulu binatang, debu
atau ruangan yang agak berdebu, jamur, dan serbuk diudara terbuka. Pada beberapa anak,
pencetus khusus yang menyebabkan kambuh tidak dapat dikenali.
Semua pemicu ini menghasilkan reaksi serupa ; sel tertentu di saluran udara melepaskan zat
kimia. Zat-zat ini menyebabkan saluran udara menjadi meradang dan bengkak dan merangsang
sel otot pada dinding saluran udara untuk mengkerut. Mengurangi perangsangan dengan zat-zat
kimia meningkatkan produksi lendir pada saluran udara, membuat tumpahnya lapisan sel saluran
udara, dan memperlebar sel otot pada dinding saluran udara. Setiap reaksi ini memicu kepada
mengecilnya saluran udara secara tiba-tiba (serangan asma). Pada kebanyakan anak-anak,
saluran udara kembali normal di antara serangan asma<
Faktor Resiko
Dokter tidak sepenuhnya mengerti kenapa beberapa anak menderita asma, namun sejumlah
faktor berisiko diketahui. Seorang anak dengan salah satu orangtua yang menderita asma
memiliki resiko 25 % memiliki asma, jika kedua orangtua memiliki asma, resikonya meningkat
menjadi 50 %. Anak yang ibunya merokok selama hamil lebih mungkin terkena asma.
Anak di lingkungan perkotaan lebih mungkin memiliki asma, terutama sekali jika mereka berasal
dari kelompok sosial ekonomi rendah. Meskipun asma berpengaruh dengan persentasi yang
tinggi pada anak berkulit hitam dibandingkan dengan anak berkulit putih, peranan genetik
berpengaruh dalam meningkatnya asma adalah kontroversi karena anak berkulit hitam juga lebih

mungkin untuk tinggal di daerah perkotaan. Anak yang menghadapi alergen dengan konsentrasi
tinggi, seperti debu atau kotoran kecoa, pada usia dini lebih mungkin menderita terkena asma.
Anak yang menderita bronchiolitis di usia dini seringkali mengik dengan infeksi virus lanjutan.
Bunyi mengik bisa pertama kali diartikan sebagai asma, namun anak ini tidak lebih mungkin
dibandingkan yang lain untuk memiliki asma selama masa remaja.
GEJALA
Sewaktu saluran udara menyempit pada saat serangan asma, si anak menjadi kesulitan bernafas,
ciri khasnya disertai bunyi mengik. Mengik adalah suara keras yang tinggi yang terdengar ketika
anak bernafas. Tidak semua serangan asma menghasilkan bunyi mengik, meskipun begitu. Asma
ringan, terutama sekali pada anak yang masih kecil, bisa hanya menghasilkan batuk; beberapa
anak yang lebih besar dengan asma ringan cenderung batuk hanya pada waktu olahraga atau
ketika terkena udara dingin.
Juga, anak dengan asma akut bisa tidak mengik karena terlalu sedikit udara mengalir untuk
menghasilkan suara gaduh. Pada asma akut, bernafas menjadi sunguh-sungguh sulit, suara
mengik biasanya menjadi lebih kencang, si anak bernafas dengan cepat dan dengan usaha lebih
besar, dan rusuk menonjol ketika si anak menghirup nafas (inspiration). Dengan serangan akut, si
anak megap-megap untuk bernafas dan duduk tegak, bersandar ke depan. Kulit berkeringat dan
pucat atau membiru.
Anak dengan serangan akut yang sering kadangkala memiliki perkembangan yang lambat,
namun pertumbuhan mereka biasanya mengejar anak yang lain pada waktu dewasa.
DIAGNOSA
Seorang dokter mencurigai asma pada anak yang memiliki peristiwa mengik berulang-ulang,
terutama sekali ketika anggota keluarga diketahui memiliki asma atau alergi. Anak yang
peristiwa mengiknya sering bisa dites untuk gangguan lainnya, seperti kista serat atau
gastroesophageal berulang. Anak yang lebih tua kadangkala melakukan tes fungsi paru-paru,
meskipun pada kebayakan anak-anak fungsi paru-paru adalah normal diantara kekambuhan.
Satu dari setengah atau lebih anak-anak penderita asma menguasai keadaan. Mereka dengan
penyakit yang lebih parah lebih mungkin memiliki asma semasa remaja.
PENGOBATAN
Anak yang lebih tua atau anak remaja dapat mengenali memiliki asma seringkali menggunakan
peak flow meter -sebuah alat kecil yang merekam seberapa cepat seseorang bisa meniup udarauntuk mengukur tingkat gangguan saluran udara. Alat ini bisa digunakan sebagai penilaian
objektif pada kondisi si anak.
Pengobatan pada sebuah serangan berat terdiri dari membuka saluran udara (bronchodilation)
dan menghentikan peradangan. Berbagai macam obat-obatan inhalasi membuka saluran udara
(bronchodilator). Contoh khusus adalah albuterol dan ipratropium. Anak yang lebih tua dan anak

remaja biasanya bisa menggunakan obat-obatan ini menggunakan alat inhalasi dengan dosis
meteran. Anak yang lebih tua dari 8 tahun atau seringkali menemukan kemudahan untuk
menggunakan inhalasi dengan pengatur jarak atau ruangan penyangga dipasang. Bayi dan anak
yang sangat kecil kadangkala bisa menggunakan alat inhalasi dan pengatur jarak jika masker
ukuran bayi dipasang.
Anak yang tidak menggunakan alat inhalasi bisa menerima obat-obatan inhalasi di rumah
melalui masker yang terpasang pada nebulizer, sebuah alat kecil yang menghasilkan uap obat
menggunakan udara yang dipadatkan. Alat inhalasi dan nebulizer sama-sama efektif
mengeluarkan obat. Albuterol juga bisa digunakan dengan mulut, meskipun kegiatan ini tidak
banyak berhasil dibandingkan inhalasi dan biasanya digunakan hanya pada bayi yang tidak
menggunakan nebulizer. Anak yang sedang mengalami serangan berat juga bisa diberikan
kortikosteroid melaui mulut.
Anak dengan serangan hebat diobati di rumah sakit dengan memberikan bronchodilator dalam
nebulizer setidaknya setiap 20 menit pada awalnya. Kadangkala dokter menggunakan suntikan
epinephrine, sebuah bronchodilator, pada anak dengan serangan hebat jika mereka tidak bisa
bernafas dengan cukup pada uap nebulizer. Dokter biasanya memberikan infus kortikosteroid
kepada anak yang memiliki serangan hebat.
Anak yang menderita asma ringan, dengan serangan yang jarang biasanya menggunakan obatobatan hanya pada waktu serangan. Anak yang sering atau dengan serangan hebat juga perlu
menggunakan obat-obatan bahkan ketika mereka tidak mengalami serangan.
Obat-obatan lain digunakan berdasarkan frekwensi dan kerasnya serangan pada anak. Anak
dengan serangan yang jarang yang tidak terlalu parah biasanya menggunakan obat-obatan
inhalasi, seperti cromolyn atau nedocromil, atau dosis rendah pada kortikosteroid yang diinhalasi
setiap hari untuk membantu mencegah serangan. Obat-obatan ini mencegah lepasnya zat kimia
yang melukai saluran udara, dan mengurangi peradangan. Menyiapkan theophylline untuk
penggunaan yang lama adalah pilihan yang tidak mahal untuk pencegahan pada beberapa anak.
Anak dengan serangan yang sering atau lebih hebat juga menerima satu atau lebih obat-obatan,
termasuk bronchodilator jangka panjang seperti salmeterol, leukotriene modifier, seperti
zafirlukast atau montelukast, dan kortikosteroid yang dihirup. Jika obat-obatan ini tidak
mencegah serangan hebat, anak bisa membutuhkan kortikosteroid yang dihirup melalui mulut.
Anak yang berpengalaman terserang hebat selama olahraga biasanya menghirup sejumlah dosis
bronchodilator hanya sebelum olahraga.
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible
dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara
spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American Thoracic Society ).
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di

laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini
akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ),
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala
tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada
malam hari.
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pencetus :
Allergen
Olahraga
Cuaca
Emosi
Imun
respon
menjadi
aktif
Pelepasan
mediator
humoral
Histamine
SRS-A
Serotonin
Kinin
Bronkospasme
Edema mukosa
Sekresi meningkat
inflamasi
Penghambat
kortikosteroid
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi


menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
( Right bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)

- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang
lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral.
Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
Riwayat kesehatan yang lalu:
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
Aktivitas
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tidur dalam posisi duduk tinggi.
Pernapasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.

Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah.
Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
Kemerahan atau berkeringat.
Integritas ego
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
Asupan nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
Penurunan berat badan karena anoreksia.
Hubungan sosal
Keterbatasan mobilitas fisik.
Susah bicara atau bicara terbata-bata.
Adanya ketergantungan pada orang lain.
Seksualitas
Penurunan libido
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Tak efektif bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.
Hasil yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan
jelas.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Beberapa derajat spasme
bronkus terjadi dengan
Auskultasi bunyi nafas, catat
obstruksi jalan nafas dan
adanya bunyi nafas, ex: mengi
dapat/tidak dimanifestasikan
Kaji / pantau frekuensi
adanya nafas advertisius.
pernafasan, catat rasio inspirasi /
Tachipnea biasanya ada pada
ekspirasi.
beberapa derajat dan dapat
Catat adanya derajat dispnea,
ditemukan pada penerimaan
ansietas, distress pernafasan,
atau selama stress/ adanya
penggunaan obat bantu.
proses infeksi akut.
Tempatkan posisi yang nyaman
Disfungsi pernafasan adalah
pada pasien, contoh :
variable yang tergantung pada
meninggikan kepala tempat tidur,
tahap proses akut yang
duduk pada sandara tempat tidur
menimbulkan perawatan di
Pertahankan polusi lingkungan
rumah sakit.
minimum, contoh: debu, asap dll
Peninggian kepala tempat
Tingkatkan masukan cairan
tidur memudahkan fungsi
sampai dengan 3000 ml/ hari
pernafasan dengan
sesuai toleransi jantung
menggunakan gravitasi.
memberikan air hangat.
Pencetus tipe alergi
Kolaborasi
pernafasan dapat mentriger
Berikan obat sesuai dengan
episode akut.
indikasi bronkodilator.
Hidrasi membantu
menurunkan kekentalan
sekret, penggunaan cairan
hangat dapat menurunkan
kekentalan sekret,

penggunaan cairan hangat


dapat menurunkan spasme
bronkus.
Merelaksasikan otot halus dan
menurunkan spasme jalan
nafas, mengi, dan produksi
mukosa.
Diagnosa 2: Malnutrisi b/d anoreksia
Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang
tepat.
INTERVENSI
Kaji kebiasaan diet, masukan
makanan saat ini. Catat derajat
kerusakan makanan.
Sering lakukan perawatan oral,
buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai.
Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan
selama makan sesuai indikasi.

RASIONALISASI
Pasien distress pernafasan akut
sering anoreksia karena
dipsnea.
Rasa tak enak, bau menurunkan
nafsu makan dan dapat
menyebabkan mual/muntah
dengan peningkatan kesulitan
nafas.
Menurunkan dipsnea dan
meningkatkan energi untuk
makan, meningkatkan masukan.
Diagnosa 3 : Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen
(spasme bronkus)
Hasil yang diharapkan ; perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edukuat.
INTERVENSI
RASIONALISASI
Mandiri
Sianosis mungkin perifer
atau sentral keabu-abuan
Kaji/awasi secara rutin kulit
dan sianosis sentral mengindikasi
dan membrane mukosa.
kan beratnya
Palpasi fremitus
hipoksemia.
Awasi tanda vital dan irama
Penurunan getaran vibrasi
jantung
diduga adanya pengumplan
Kolaborasi
cairan/udara.
Berikan oksigen tambahan
Tachicardi, disritmia, dan
sesuai dengan indikasi hasil
perubahan tekanan darah
dapat menunjukan efek
hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung.
Dapat memperbaiki atau
mencegah memburuknya
hipoksia.
Diognasa 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Hasil yang diharapkan :
- mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko
infeksi.
- Perubahan ola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.
INTERVENSI
RASIONALISASI
Mandiri
Demam dapat terjadi karena
infeksi dan atau dehidrasi.
Awasi suhu.

Diskusikan kebutuhan nutrisi


adekuat
Kolaborasi
Dapatkan specimen sputum
dengan batuk atau pengisapan
untuk pewarnaan
gram,kultur/sensitifitas.

Malnutrisi dapat mempengaruhi


kesehatan umum
dan menurunkan tahanan
terhadap infeksi
untuk mengidentifikasi
organisme penyabab dan
kerentanan terhadap
berbagai anti microbial
Diagnosa 5: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.
Hasil yang diharapkan :
menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
INTERVENSI
RASIONALISASI
Jelaskan tentang penyakit
Menurunkan ansietas dan dapat
individu
menimbulkan perbaikan
Diskusikan obat pernafasan,
partisipasi pada rencana
pengobatan.
efek samping dan reaksi yang
Penting bagi pasien memahami
tidak diinginkan.
perbedaan antara efek samping
Tunjukkan tehnik penggunaan
mengganggu dan merugikan.
inhakler.
Pemberian obat yang tepat
meningkatkan keefektifanya.

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003)
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),

faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor- faktor ini
akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. (Tanjung, 2003)
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest. (Tanjung, 2003)
II.3. Gejala Klinis
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi
mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada
beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan
sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat
atau tiba-tiba menjadi lebih berat. (Medicafarma,2008)
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing
tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila
dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan
terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hamper selalu ada,
bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental

dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat. (Medicafarma,2008)


Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk
membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini
didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda
lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung
yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat
(takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada
fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2,
tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan
memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta
meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut
nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam
darah akibat respons hipoksemia. (Medicafarma,2008)
II.3. Pemeriksaan Penunjang II.3.1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus
plug.

Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula

terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.


Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
II.3.2. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
-Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
-Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
-Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
-Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru. (Medicafarma,2008)
II.3.3. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes
tempel. (Medicafarma,2008) III.3.4. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
-Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi

dan clockwise rotation.


-Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
(Right bundle branch block).
-Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
(Medicafarma,2008)
II.3.5. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau
FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak
penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi
.

Anda mungkin juga menyukai