Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Mekanika tanah adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari


sifat-sifat fisik dari tanah perlakuan massa tanah tersebut bila bermacam-macam
gaya. Sedang ilmu rekayasa tanah (soil enggenering) merupakan aplikasi dari
prinsip-prinsip mekanika tanah dalam problem-problem praktisnya.
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah sendiri didefenisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat atau butiran mineral-mineral padat yang tidak
tersendimentasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk (berpatikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.
Tanah merupakan faktor yang sangat menunjang dalam pekerjaan sipil,
seperti bahan bangunan juga sebagai pendukung pondasi. Oleh karena itu,
seorang insinyur sipil harus mampu mempelajari sifat-sifat dari tanah seperti asalusulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemadatan
bila dibebani (kompresibility) kekuatan geser, kapasitas daya dukung terhadap
beban, dan lain sebagainya.
Tidak dapat diketahui sejak kapan manusia mulai menggunakan tanah
sebagai bahan bangunan, untuk beberapa mulanya. Seni rekayasa tanah hanya
dilaksanakan berdasarkan pengalaman dimasa lalu. Tetapi dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, perencanaan dan pelaksanaan struktur yang lebih
baik dan lebih ekonomis menjadi lebih diperlukan.

1.1 Persoalan yang menyangkut Mekanika Tanah


Hampir sebagian besar pekerjaan teknik sipil tidak terlepas dari
permasalahan tanah, semuanya berhubungan langsung dengan tanah.
Diantaranya tanah sebagai bahan material dan perancangan pondasi. Dalam
penentuan jenis tanah yang dipakai dalam suatu konstruksi harus melalui uji
coba yang baik dilaboratorium sekaligus mempelajari dampak positif dan negatif
serta aman tidaknya bangunan yang dibangun diatas tanah tersebut. Begitu
pula dengan merencanakan jenis pondasi yang tepat untuk suatu konstruksi.
Jenis pondasi yang dipakai disesuaikan dengan jenis daripada tanah tersebut.


1.2 Sifat-sifat Tanah
Secara umum bahan-bahan pembentuk kerak bumi dibedakan atas
tanah dan batuan. Tanah menyatakan lapisan-lapisan yang lunak dan saling
terlepas. Oleh karena itu tanah dapat dianggap terdiri dari sebuah jaringan
butiran-butiran yang padat dan mempunyai rongga atau pori. Rongga atau pori
ini dapat terisi oleh air atau udara dan atau keduanya.
Keadaan tanah dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Kering
udara.

: Jika rongga-rongganya terisi penuh dengan

b. Jenuh
air.

: Jika rongga-rongganya terisi penuh dengan

c. Jenuh sebagian
air.

: Jika rongga-rongganya terisi oleh udara dan

Suatu fase atau bentuk adalah suatu bagian dari sistim tanah yang
secara fisik dan kimiawi berbeda dengan bagian-bagian yang lain. Tanah
merupakan suatu bahan dengan banyak fase (multifase) terdiri atas tanah :
-

Padat (butiran-butiran mineral).

Cair (biasanya air).

Gas (biasanya udara).

Sifat kohesif disebabkan karena adanya air yang terserap (adsorbed


water) disekeliling dari partikel lempung apabila tanah berbutir halus
mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat diremas-remas
(remolded) tanpa menimbulkan retak. Kondisi ini menunjukkan suatu sifat
kohesif dari mineral lempung.
Sifat plastis dari suatu tanah adalah disebabkan oleh air yang terserap
dikelilingi permukaan partikel lempung (adsorbed water) maka dapat diharapkan
bahwa tipe dan jumlah mineral lempung yang dikandung didalam suatu tanah
akan mempengaruhi batas plastis dan batas tanah yang bersangkutan. Batas
plastis didefenisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen. Dimana tanah
apabila diguling dengan diameter


Cara pengujiannya adalah sangat sederhana yaitu dengan cara
menggulung massa tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan diatas
kaca.
Indeks plastisitas (plasticity) indeks (PI) perbedaan antara batas plastis
suatu tanah atau:
PI = LL PL
Dimana:

PL

= Plastis Indeks.

LL

= Liquid Limit.

LL

= Plastisitas.

1.3 Tanah Sebagai Pondasi


Semua bangunan yang dibangun diatas rumah tanahnya harus
diperhatikan lebih dahulu dengan cermat struktur tanah dan jenisnya. Tanah
merupakan faktor yang sangat menunjang dalam suatu konstruksi yang
dibangun diatasnya. Dengan kata lain tanah merupakan suatu pondasi utama
(mine foundation), sebab apabila struktur tanahnya tidak memungkinkan untuk
berdirinya suatu bangunan, maka identik dengan pondasi beton yang
campurannya tidak memenuhi syarat dan dapat menyebabkan keretakan,
bahkan bangunan tersebut dapat ambruk.

1.4 Perhitungan Tegangan Efektif


Tegangan efektif merupakan gaya per satuan luas yang dipikul oleh
butir-butir tanah.
( )

Dimana :
-

P1 (v),..... Pn (v) adalah partikel dari P1, P2,........ Pn

A adalah luas penampang melintang massa tanah

Tegangan efektif didialam tanah jenuh sebagian, air tidak mengisi


seluruh ruang pori yang ada dalam tanah. Dalam hal ini terdapat tiga fase, yaitu
3


butiran padat, air pori dan udara pori. Maka dari itu, tegangan total pada setiap
titik didalam tanah terdiri dari tegangan antara butiran, tegangan, air pori dan
tegangan udara air pori. Maka didapat suatu persamaan:

(
Dimana:

= Tegangan efektif.
= Tegangan total.
= Tekanan udara pori.

1.5 Analisa Pembebanan


Apabila merencanakan suatu bangun apakah bangunan itu suatu balok
baja atau kolom rumah plat lantai, suatu pondasi atau apasaja, yang penting
adalah membuat perhitungan yang tepat dari semua beban yang bekerja pada
bangunan tersebut. Pada umumnya suatu bangunan dapat merupakan sasaran
konstruksi atau suatu ketika dimasa datang beberapa atau semua beban. Gayagaya atau tekanan-tekanan berikut ini:
o Beban mati adalah beban yang berhubungan dengan berat gravitasi dari
bangunan itu sendiri, beban ini termasuk beban material permanen yang
berada pada bangunan dan alat-alat servis yang ada.
o Beban hidup adalah beban gravitasi yang berhubungan dengan bagian
yang digunakan dan pengguna pada bangunan tersebut.Misalnya
manusia, kendaraan, perabotan rumah dan sebagainya.
o Beban salju adalah beban gravitasi yang diterima bangunan akibat
turunnya salju sehingga tertimbun pada bagian atas bangunan. Namun
hanya pada daerah-daerah tertentu.
o Tekanan tanah adalah gaya lateral tanah yang bekerja terhadap bagian
dari bangunan tambahan yang terletak dibawah tanah. Beban ini
biasanya diasumsikan sebagai beban mati.
o Tekanan air adalah tekanan lateral yang dapat dihasilkan oleh adanya
pergerakan air pori. Tekanan air juga dapat menghasilkan suatu gaya
vertikal keatas (hidrostatis) pada bagian dasar suatu bangunan. Gaya ini
harus dinetralkan dengan beban mati atau beberapa ketentuanketentuan yang lain yang harus dikerjakan untuk menahan bangunan


tersebut. Ada beberapa macam yang dapat berpengaruh terhadap
kestabilan posisi pondasi:
A. Pembebanan eksentris
Perencanaan dari suatu tiang menjadi agak lebih rumit jika telapak
tersebut harus menyokong suatu beban yang eksentris. Beban-beban yang
eksentris akibat beban yang berada dari arah sembarang yang tidak terletak
dititik sentral dari tiang tersebut dari momen yang bekerja misalnya momoen
akibat beban angin yang bekerja pada tiang atau kolom pada bangunan
tinggi.
Tiang dari beban-beban yang eksentris dapat dianalisa. Untuk
menghitung daya dukung bisa digunakan dua cara:
-

Konsep dari lebar manfaat (useful with)

Penggunaan dari
(reducation factor)

faktor-faktor

pengurangan-pengurangan

Dalam metode useful with, hanya bagian tiang itu yang simetris dan
dengan beban itu yang digunakan untuk menentukan daya dukung dengan
metode yang biasanya dengan sisa tiang yang diabaikan. Jadi beban
eksentris yang bekerja pada tempat yang ditunjukkan pada daerah yang
diarsir merupakan daerah yang simetris. Dengan beban tersebut dan
digunakan untuk menentukan daya dukung. Daerah tersebut sama dengan
X (B 2eb).
B. Beban miring
Jika pada suatu tiang bekerja suatu beban yang miring sehingga
harus diubah menjadi komponen yang vertikal dan horisontal. Komponen
vertikal kemudian dapat digunakan untuk analisa daya dukung. Setelah
daya dukung itu dihitung dengan prosedur yang normal, hitungan tersebut
harus dibetulkan dengan suatu R1 kestabilan dari tiang dengan adanya
komponen horisontal pada beban miring dengan menentukan faktor
keamanannya.

Dimana:
5


Qv = komponen vertikal Q
Qv = Q. Cos
Qa = daya dukung yang dizinkan dari tiang horizontal ke beban
vertikal
R1 = faktor redaksi

1.6 Analisa Penurunan


Jika lapisan tanah mengalami pembebanan maka lapisan tanah akan
mengalami renggangan atau penurunan. Renggangan yang terjadi dalam
tanah disebabkan oleh berubahnya susunan tanah maupun oleh pengurangan
rongga pori/air dalam tanah tersebut. Jumlah dari renggangan sepanjang
kedalaman lapisan merupakan penurunan tanah totalnya.
Penurunan yang terjadi pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir
halus yang kering atau tak jenuh terjadi dengan segera sesudah penerapan
bebannya. Penurunan pada kondisi ini disebut penurunan segera (inmedir
settlement) yang merupakan bentuk penurunan elastis.
Penurunan konsolidasi (consodilation setttlement) terjadi pada tanah
berbutir halus yang terletak dibawah muka air basah. Penurunan terjadi pada
waktu yang lamanya pada kondisi dan dinamika lapisan tanah. Penurunan
konsulidasi terbagi dalam tiga fase:
1. Fase awal
Dimana penurunan terjadi dengan segera setelah pembebanan
bekerja pada suatu titik tanah.
2. Fase konsolidasi primer (hidrodinaic consolidation)
Penurunan yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran air yang keluar
dari pori tanah akibat pembebanan.
3. Fase konsolidasi sekunder (secondary consolidation)
Proses lanjut dari konsolidasi primer dimana prosesnya sangat
lambat.


Ada beberapa sebab terjadinya penurunan akibat pembebanan yang
bekerja pada permukaan tanah diantaranya:
-

Keruntuhan geser akibat terlampauinya daya dukung tanah.

Kerusakan atau terjadinya defleksi yang besar pada pondasinya.

Distorsi geser (shear distortion) dari tanah pendukungnya.

Turunnya tanah akibat berubahnya angka pori

Penurunan total adalah jumlah dari penurunan segera dan penurunan


konsolidasi. Bila dinyatakan dalam bentuk persamaan maka: MEKTAN II,
Hary Christady Hardiyatmo & TEKNIK PONDASI Hary Christady Hardiyatmo.
S = S i + Sc + Ss
Dimana :
S = penurunan total
Si = penurunan segera
Sc = penurunan akibat konsolidasi
Ss = penurunan akibat konsolidasi sekunder

Ada beberapa persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan


berbagai macam tipe penurunan akibat pembebanan, diantaranya:
o Penurunan segera
Dinyatakan dalam persamaan : TEKNIK PONDASI Hary
Christady Hardiyatmo.

Diamana:
SI = penurunan segera
q = tambahan tegangan


E = modulus elastis tanah
Ir

= faktor pengaruh untuk beban lingkaran yang tergantung pada


angka poison () dan jarak dari pusat bebannya

o Penurunan segera akibat pondasi empat persegi fleksibel


Empat persegi panjang dapat ditentukan dengan: TEKNIK
PONDASI Hary Christady Hardiyatmo.
(

Dimana:
B = lebar area pembebanan
Ip = koefisien pengaruh
= angka poison
q = tambahan tegangan

o Penurunan segera akibat beban terbagi rata luasan fleksibel


Pada lapisan dengan tebal terbatas pada ukuran area
pembebanan berbentuk segiempat yang terletak pada lapisan tanah
dengan tebal h yang terletak pada lapisan keras. Penurunan segera
yang terjadi dapat ditentukan dengan: TEKNIK PONDASI Hary
Christady Hardiyatmo.

o Perkiraan penurunan dengan pengujian SPT


Hasil penyelidikan lapangan daripengujian standard
Penetration Teat yang dilakukan oleh Moyerhorf (1965) untuk tanah
pasir memberikan hubungan persamaan berikut:
TEKNIK
PONDASI Hary Christady Hardiyatmo.


(Untuk pasir dan kerikil)
(Untuk pasir berlanau)

Dengan:
q = intensitas beban yang diterapkan (t/ft2) (1 t/ft2 = 1kg/cm2)
B = lebar pondasi (ft)
Si = penurunan (inci)

Perkiraan penurunan dengan menggunakan uji penetration kerucut


statis (sondir) penurunan pondasi pada tanah granuler dapat ditentukan. De
Beer dan Marten (1952) memberikan persamaan angka kompresi (c) yang
dikaitkan dengan persamaan: MEKTAN II, Hary Christady Hardiyatmo &
TEKNIK PONDASI Hary Christady Hardiyatmo.

Dimana:
C = angka penempatan (kompresi bilitas)
Qc = tahanan kerucut statis (Statisc cone penetration test)
P0 = tekanan overburden efektif
Satuan qc dan P0 harus sama. Nilai C ini kemudian
disubtitusikan kepersamaan Terzaghi untuk penurunan pada lapisan
tanah yang ditinjau:

Dimana:
Si = Akhir penurunan dari lapisan setebal H (cm)
P0 = Tekanan overburden efektif rata-rata yaitu tegangan efektif
sebelum penerapan bebannya.


Ap = Tambahan tegangan vertikal ditengah-tengah lapisan oleh
tegangan akibat beban pondasi netto
Dalam menentukan konstanta kompresibilitas (c) diperlukan
nilai qc rata-rata penurunan disetiap lapisan yang terletak oleh beban
pondasi dihirung terpisah dan hasilnya dijumlahkan bersamaan
maka hasilnya merupakan penurunan total seluruh lapisan
tanahnya. Schmertmann (1970) juga memberikan cara untuk
menghitung besarnya penurunan pada tanah granuler dengan
berdasarkan hasil pengujian sondir, penerapan penurunan
diturunkan dalam persamaan: MEKTAN II, Hary Christady
Hardiyatmo & TEKNIK PONDASI Hary Christady Hardiyatmo.

Dimana:
C1 : Faktor koreksi kedalaman
C2 : Faktor rayapan (creep)
q

: Tambahan tegangan netto pada tanah dasar pondasi akibat


beban yang diterapkan

B : Lebar area pembebanan


Iz : Faktor pengaruh tegangan vertikal
E

: Modulus deformasi

Az : Ketebalan lapisan
Faktor koreksi kedalam dihitung dengan persamaan:
( )

1.7 Konsolidasi Tanah


Proses penurunan atau berkurangnya pori dari tanah jenuh yang
berpermibilitas rendah akibat pembebanan dimana prosesnya dipengaruhi
oleh kecepatan terperasnya air keluar dari rongga tanahnya. Proses
konsulidasi dapat diamati dengan pemasangan ple 20 meter, untuk

10


mencatat perubahan tekanan air pori dengan waktunya. Besarnya
penurunan dapat diukur dengan berpedoman pada titik referensi ketinggian
pada tempat tertentu.
Pengujian konsulidasi
Pengujian konsulidasi dilakukan di laboratorium dengan alat
oedometer atau konsolidoneter. Gambar skematik alat diatas dapat
diperhatikan. Contoh tanah yang mewakili elemen tanah yang mudah
mampat pada lapisan tanah yang diselidiki dimaksukkan secara hatihati kedalam cincin besi bagian atas dan bagian bawah dari benda uji
dibatasi oleh batu termbus air (proses stone.
Beban P diterapkan pada benda uji tersebut dan penurunan
diukur dengan arloji pembacaan. Beban diterapkan dalam periode 24
jam, dengan benda uji terendam dalam air (Leonard 1962).
Menunjukkan bahwa hasil terbaik diperoleh jika penambahan beban
adalah dua kali beban sebelumnya, dengan urutan besar beban; 0,25
, 0,50 , 1,2 , 4 , 8 , 16 kg/cm2 untuk tetap menambahkan beban
dengan deformasi dan waktunya dicatat kemudian di plot pada grafik
semacam logaritma.

Perhitungan penurunan konsulidasi


Ditinjau lapisan tanah lempung jenuh dengan tebal H akibat
adanya beban yang bekerja, lapisan tanah mengalami tambahan
tegangan sebesar Ap dianggap renggangan arah lateral nol.
Pada akhir konsulidasi terdapat tegangan efektif vertikal sebesar
Ap. Sebagai akibat penambahan tegangan dari P0 ke P1 terjadi
pengurangan angka pori dari e0 ke e1. Pengurangan volume
persatuan volume dapat dinyatakan dengan persamaan:
MEKTAN II, Hary Christady Hardiyatmo

Dimana:
v : Volume awal
H : Tebal lapisan tanah awal
Av : perubahan volume
AH : perubahan tebal
11

e 0 : angka pori awa


e 1 : angka pori pada perubahan volume tertentu
Ae : perubahan angka pori

Karena renggangan nol, maka pengurangan volume


persatuan volume sama dengan pengurangan tebal persatuan
tebal, yaitu penurunan persatuan ketinggian atau panjangnya.
Besarnya penurunan lapisan tanah setebal dh dapat dinyatakan
dalam persamaan: MEKTAN II, Hary Christady Hardiyatmo.
{

12


BAB II
RUMUS DASAR YANG DIGUNAKAN

Untuk menentukan hubungan volume berat agregat tanah terdiri dari tiga
fase yaitu butiran padat, air dan udara dipisahkan maka volume total berat tanah
yang dinyatakan sebagai berikut :
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va (1)
Dimana :

Vs

= Volume butir.

Vv

= Volume pori.

Vw

= Volume air dalam pori.

Va

= Volume udara.

Apabila udara tidak memiliki berat, maka berat total dari contoh tanah dapat
dinyatakan sebagai berikut :
W = Ws + Ww (2)
Dimana :

Ws

= Berat butiran padat.

Ww

= Berat air.

Hubungan yang dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka pori.
Angka pori didefenisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan volume
butir padat.

( )

Dimana :

= Angka pori.

Porositas didefenisikan sebagai perbandingan antara volume pori volume


tanah total :
( )

13


Derajat kejenuhan didefenisikan sebagai perbandingan volume air dan
volume air pori :
( )

Dimana :

= Derajat kejenuhan (%).

Hubungan antara angka pori dan porositas dapat diturunkan dengan


persamaan (2,3,4):
(

( )

Juga dari persamaan (6) :


( )

Istilah yang dipakai umumnya adalah kadar air (moisture content) dan berat
volume kadar air (w) didefenisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat
butiran padat dari volume tanah yang diselidiki :
( )

Berat volume

adalah berat tanah persatuan volume :


( )

Berat volume juga dapat dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air
dan volume total dalam persamaan :
(

Kadang para ahli menyebut berat volume (unit weight) yang didefenisikan
dengan persamaan (9) sebagai berat volume basah dan terkadang perlu untuk
mengetahui volume kering ( ) maka :
(

Hubungan antara berat volume, berat volume kering dan kadar air (10,11)
dinyatakan :

14

Satuan yang digunakan untuk berat volume (SI) adalah


persamaan (9,10) sebagai berikut :
(

Dimana :

maka didapat

= Kerapatan tanah.

Pd

= Kerepatan tanah kering.

= Massa butiran padat dari tanah yang ditest.

Jika percepatan gravitasi bumi (g) diperhitungkan maka :


(

)
(

Karena dari butiran padat adalah 1, maka volume dari pori e (pers. 3) berat
butiran padat dan cair dinyatakan sebagai berikut :

Dimana :

Gs

= Berat spesifik butiran padat.

= Kadar air.
= Berat volume air.

Dalam satuan SI berat volume air adalah 9,81 kg/m3 dengan menggunakan
defenisi berat volume dan berat volume kering (pers. 9 dan 10) :
(

Karena berat awal dalam volume tanah yang ditinjau adalah W, Ws,
Volume yang ditempati air adalah :
(

Atau

Se = W.Gs

15

Persamaan sangat berguna untuk menyelesaikan persoalan tiga fase


apabila contoh tanah adalah jenuh air (pori penuh oleh air) maka berat volume
tanah jenuh air dapat ditentukan :
(

Dimana :

Berat utama tanah yang jenuh air.

Kerapatan dapat diperoleh dengan persamaan :


(

Kerapatan kering (dry density) dinyatakan dalam :


(

Kerapatan jenuh air dapat dinyatakan dengan :


(

Persamaan (9,19a) diturunkan dengan cara meninjau elemen tanah yang


ditunjukan dengan tanah diatas :.
(

Dimana :

Mw

= Massa air.

Karena massa butiran padat dalam elemen tanah sama dengan Gs. ,
maka massa air adalah Mw = Wms = massa air. Maka dari persamaan (13a)
kerapatan adalah :
(

Tiga fase tanah dengan hubungan massa dan volume

16

Hubungan antara berat volume, porositas dan kadar air dari (pers. 4)
menyatakan :

Jika V = 1, maka Vv = n sehingg Vs = 1 n berat butiran padat (Ws) dan


berat air (Ww) dinyatakan dengan :
(

Jadi berat volume kering dapat dinyatakan :


(

Dengan berat volume tanah adalah :


(

)(

17


BAB III
LANGKA KERJA

3.1 Membuat gambar kerja mekanika tanah


3.2 Penentuan taraf
Penentuan taraf dapat digunakan presentase dari kedalaman lempung
mampat jika kedalamannya terlalu dalam (> 15 m) yaitu : 2%, 3%, 5%, 8%, 12%,
17%, 23%, 30% (untuk 8 data).
Contoh perhitungan :
Z8 = 8.
02 %

Z1 = Z0 + (02% . x)

03 %

Z2 = Z1 + (03% . x)

05 %

Z3 = Z2 + (05% . x)

08 %

Z4 = Z3 + (08% . x)

12 %

Z5 = Z4 + (12% . x)

17 %

Z6 = Z5 + (17% . x)

23 %

Z7 = Z6 + (23% . x)

30 %

Z8 = Z7 + (30% . x)

Sehingga kedalamannya tidak terlalu dalam, kenaikan rata-rata dapat


ditentukan
(untuk 9 data).

3.3 Penentuan tegangan efektif

pada tiap kedalaman tanah :

18

Dimana :
Berat satuan isi air (t/m2).
Berat satuan isi tanah.
h

= Kedalaman tanah (m).

3.4 Penentuan tambahan tegangan akibat galian

Dari m dan n dapat diperoleh nilai IW (Indeks Westergard) nomogram


indeks Wstergard sehingga dapat diperoleh persamaan :

Dimana :
= Berat isi tanah organik (t/m3)
= Kedalaman tanah organik (t/m3)
= Tekanan tanah akibat lapisan tanah organik (t/m 3)
= Banyaknya luasan yang ditinjau
= Tegangan vertikal tanah terhadap titik yang ditinjau (t/m 3)

3.5 Rekapitulasi tekanan tanah di bawah kolom Xx akibat beban kolom


-

Tekanan tanah rata-rata mempengaruhi


adalah
jumlah tegangan tanah netto pada kolom X akibat kolom-kolom yang
memnpengaruhi
.

19

Total adalah jumlah dari tekanan tanah rata-rata kolom yang mempengaruhi
( kolom).
Logika yang mempengaruhi :

3.6 Penentuan penurunan deferensial :


Rumus

Dimana :

= Koefisien kompaksi
= Angka pori
= Penurunan deferensial (cm)
H

= Tebal lapisan tanah (elevasi tanah) dalam

cm
P1=P2 rata-rata = Tekanan tanah dibawah kolom sebelum
pembebanan
P2

= Tekanan efektif setelah ada bangunan

3.7 Penentuan penurunan terhadap waktu


a. Drainase tunggal

20

Dimana :

Cw

= Koefisien konsolidasi (m2/tahun)


H

= Kedalaman (cm)

Tw

= Faktor waktu

= Interval waktu (tahun)

Berikut ini adalah table waktu :

Tv

0.1

0.079

0.2

0.0314

0.3

0.0707

0.4

0.1237

0.5

0.1963

0.6

0.2828

0.7

0.3848

0.8

0.5027

0.9

0.6362

10.0 X
H kolom (cm) adalah pada penurunan dibawah kolom % konsolidasi ().

21

b. Drainase ganda
- Tabel faktor utama (Tv) secara grafik hubungan kelangsungan penurunan
terhadap waktu. Jalan dan logika peninjauan kolom (pada drainase
tunggal).
- Menentukan % konsolidasi (m) yang sebenarnya secara analitis untuk
drainase tunggal dan ganda.

Dimana x :
Koefisien hubungan antara interval waktu ( t ) dengan faktor waktu
(Tv) apabila nilai Tv (0.82827) ; maka 60%. Maka rumus yang
digunakan adalah :

Apabila nilai Tv > 0.2327, maka > 60%. Sehingga rumus yang
digunakan adalah :
Tv = 1.871 0.9332 . Log . (100 - )
Logika peninjauan kolom Ax, Bx, Cx kemudian gambarkan grafik
hubungan kelangsungan penurunan terhadap waktu.
Pemberian taraf karena kedalaman tanah lempung mampu mampat
15m, maka digunakan rumus :
(

22

DAFTAR PUSTAKA
Dasar Mekanika Tanah, Budi Santosa, DKK, Penerbit Gunadarma.
Mekanika tanah I, Hary Christady Hardiyatmo, Gadjah Mada University press, 2010.
Mekanika tanah II, Hary Christady Hardiyatmo, Gadjah Mada University Press,
2007.
Teknik Fondasi I, Hary Christady Hardiyatmo, Cetakan Ke-4, 2008.

23

Anda mungkin juga menyukai