Anda di halaman 1dari 46

INDUSTRI

BAB VIII
INDUSTRI

I.

PENDAHULUAN

Sebagaimana diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan


Negara, pembangunan industri adalah bagian dari usaha jangka
panjang untuk merubah struktur ekonomi yang tidak seimbang
karena terlalu bercorak pertanian kearah struktur ekonomi
yang lebih kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri.
Di samping itu
pembangunan industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, memeratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menghemat devisa, dan menunjang pembangunan
daerah. Pelaksanaan perubahan struktur ekonomi tersebut, dilakukan secara bertahap melalui serangkaian Repelita-Repelita.
Sejalan dengan kebijaksanaan di atas, sektor industri dikembangkan secara bertahap. Dalam Repelita I prioritas diberikan kepada pembangunan industri yang mendukung sektor pertanian. Pertumbuhan rata-rata per tahun sektor industri yang telah
dicapai dalam empat tahun terakhir Repelita I adalah 13,46%.
Sasaran tersebut telah dicapai melalui rehabilitasi fasilitas
dan perluasan kapasitas produksi yang ada, serta pembangunan
pabrik baru khususnya pabrik pupuk yang mendukung sektor pertanian. Dengan dicapainya tujuan tersebut, sumbangan sektor
industri untuk pendapatan nasional mencapai 9,6%. Selanjutnya,
dalam kurun waktu tersebut investasi
di bidang industri berjumlah US $ 2,86 milyar dengan menyerap tambahan tenaga kerja
sebanyak 1.545.000 orang.
Dalam Repelita II pembangunan di bidang industri dititik
beratkan pada industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan Baku. Sejalan dengan kebijaksanaan tersebut, maka pengembangan industri dalam Repelita II diarahkan pada kelompok industri pangan, tekstil, barang-barang kulit, pengolahan kayu,
kertas, kimia dan farmasi, pengolahan karet, barang-barang
galian
bukan
logam, logam dan peralatan. Hasil pertumbuhan
rata-rata per tahun yang dicapai dalam Repelita II adalah sebesar 13,53% dengan sumbangan untuk pendapatan nasional mencapai 12,9%. Perkembangan industri tersebut di atas dimungkinkan oleh adanya investasi di bidang industri sebesar US $ 8,4
milyar dan telah dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 600.000
orang.
Selanjutnya dalam Repelita III, arah dan sasaran pemba-

VIII/3

ngunan industri adalah peningkatan pembangunan industri yang


mengolah bahan mentah menjadi bahan baku, bahan/barang se tengah jadi dan barang jadi. Pengembangan industri diusahakan
pula agar sejauh mungkin dapat menciptakan penyebaran industri, perluasan kesempatan kerja dan mengurangi ketimpangan
antara sektor industri dengan sektor-sektor lainnya. Dalam
mencapai tujuan tersebut dilakukan konsolidasi kapasitas produksi yang telah ada, peningkatan kemampuan dengan jalan membangun industri baru dan memanfaatkan kapasitas produksi yang
ada serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dengan la ju pertumbuhan rata-rata per tahun diperkirakan sebesar 9 , 3 6 %
selama Repelita III, maka sumbangan sektor industri untuk
pendapatan nasional pada akhir Repelita III adalah 1 5 , 8 % .
Sementara itu, penanaman investasi di bidang industri selama
kurun waktu tersebut mencapai US $ 2 4 , 0 3 milyar dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 1 . 3 5 0 . 0 0 0 orang.
Dalam pada itu sejak Repelita III pemanfaatan kekayaan
sumber daya alam lebih ditingkatkan. Hal ini dapat terlihat
dengan meningkatnya penggunaan dan pengolahan gas alam untuk
industri baja,
pupuk urea dan petrokimia, pengolahan kapur
dan tanah liat untuk industri semen, pengolahan hasil hutan
untuk industri perkayuan, pulp dan kertas, serta pengolahan
hasil pertanian untuk industri makanan dan minuman.
Dalam hubungan ini kebijaksanaan pembangunan industri da sar bertitik tolak pada kerangka Wilayah Pusat Pertumbuhan
Industri (WPPI) yang sesuai dengan potensi sumber daya alam
yang tersedia. Kerangka ini mencerminkan keterpaduan dan keterkaitan antar cabang industri dan antara sektor industri
dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Sampai dengan tahun te rakhir Repelita III telah diidentifikasikan 5 WPPI, yakni
WPPI Sumatera bagian Utara, WPPI Sumatera bagian Selatan,
WPPI pulau Jawa, WPPI Sulawesi bagian Selatan, WPPI Kalimantan Timur.
Selain kelima WPPI tersebut terdapat pula beberapa daerah
yang dapat diidentifikasikan sebagai zona industri, yaitu zo na industri Pontianak, Banjarmasin, Minahasa, Kupang dan Seram. Sampai saat ini telah disiapkan 3 0 buah zona industri
untuk dikembangkan.
Dalam rangka melindungi konsumen terhadap barang-barang
hasil produksi, dan menunjang kebijaksanaan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri serta meningkatkan keterkaitan
antar industri dan antara sektor industri dengan sektor eko nomi lainnya telah dikembangkan program standardisasi. Sampai

VIII/4

dengan akhir Repelita III telah disusun 1063 Standar Industri


Indonesia (SII) dan dari jumlah tersebut telah diterapkan sebanyak 398 buah.
Sejalan dengan kemajuan produksi yang telah dicapai, dilakukan pula langkah-langkah pemantapan dan pengawasan yang
menyeluruh dalam kelembagaan dan peraturan perundangan sehingga dicapai pengaturan yang mantap, jelas, lengkap, terpa du dan terarah di dalam sektor industri.

II.

LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKSANAAN

Pembangunan industri yang dicapai selama kurun waktu Repelita I sampai dengan Repelita III telah meningkat dengan
pesat namun dalam memasuki Repelita IV timbul masalah-masalah
d i sektor industri.
Masalah-masalah yang dihadapi tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
a.

Selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil produksi


dalam negeri yang dapat menggantikan produk impor. Namun
jenis produk ini pada umumnya masih membutuhkan perlindungan karena harganya lebih tinggi dibandingkan produk
impor.

b.

Selanjutnya, perkembangan industri dalam negeri semakin


menjurus ke arah hulu, dan belum ada keterkaitan yang
mantap dalam proses produksi serta struktur industri pada
umumnya belum dalam. Dengan demikian tingkat ketergantungan
terhadap bahan baku/bahan penolong, teknologi dan mesinmesin/peralatan impor masih cukup tinggi.

c.

Perlindungan industri berupa tarip bea masuk yang tinggi


bermanfaat bagi industri yang masih dalam tingkat pertumbuhan, namun hal itu telah mengakibatkan rendahnya efisiensi dan produktivitas sehingga mengurangi daya saing
hasil industri tersebut terhadap barang-barang impor dan
barang-barang ekspor sejenis dari negara-negara berkembang
lainnya.

d.

Dalam rangka usaha mengembangkan ekspor hasil industri,


masih dihadapkan pada beberapa permasalahan sebagai berikut
: (1) Skala ekonomi yang kecil dan peralatan mesin yang
sudah perlu diganti yang mengakibatkan mutu hasil produk
yang belum sempurna. Faktor extern antara lain me-

VIII/5

liputi, ongkos angkutan dan bongkar muat serta biaya listrik yang cukup tinggi; (2) Meskipun mempunyai keunggulan
komparatif di bidang tenaga kerja, namun pada umumnya tenaga kerja yang ada hanya terbatas untuk tenaga yang tidak terampil, sedangkan untuk menghasilkan produk industri
yang dapat diekspor lebih diperlukan penggunaan tenaga
terampil; (3) Masih kurangnya diversifikasi negara-negara
tujuan ekspor sehingga jangkauan pemasarannya hanya terbatas di negara-negara
tertentu saja (MEE, Amerika Serikat dan sebagainya). Selain daripada itu keterbatasan kemampuan untuk menjangkau pasaran internasional antara lain disebabkan karena belum berkembangnya perusahaan perdagangan yang mampu untuk memasarkan hasil industri nasional ke pasaran luar negeri; dan (4) Kebijaksanaan negara-negara maju dewasa ini menjurus kearah proteksionisme dengan tujuan untuk melindungi industri dari negara
tersebut dengan berbagai peraturan tarip maupun non tarip
(bea masuk, tata niaga, kuota dan sebagainya).
e.

Pembangunan industri hingga saat ini masih terkonsentrasi di


Pulau Jawa dan belum tersebar secara lebih merata ke daerahdaerah, Sejak Repelita III telah dirintis pembangunan
industri dasar/kunci yang memanfaatkan sumber daya alam yang
kita miliki, baik di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan
lain-lain, yang mampu menggerakkan pembangunan daerah, yang
merupakan realisasi dari program pemerataan yang pada
gilirannya mampu secara bertahap mengisi Wawasan Nusantara.

f.

Selain dari pada itu pengembangan industri kecil dan kerajinan rakyat yang harus berperan untuk menunjang pemerataan terutama di bidang perluasan kesempatan kerja masih
menghadapi hambatan antara lain adanya pemasaran ha-sil
industri, kecil belum terkait secara baik dengan industri
besar dan menengah. Serta belum mempunyai pengusaha industri
kecil menghasilkan barang-barang yang sesuai dengan standar,
karena peralatan dan teknologi yang dipergunakan masih
sederhana,
serta
keterbatasan
dalam
kewiraswastaan,
manajemen dan permodalan.

g.

Sementara itu kemampuan nasional dalam melakukan rancang


bangun dan perekayasaan industri masih terbatas.

h.

Dalam usaha memperluas kesempatan berusaha dan menumbuhkan


kemampuan kewiraswastaan, masalah yang dihadapi oleh sektor
industri secara menyeluruh adalah keterbatasan pe-

VIII/6

milikan modal, kemampuan berusaha dan manajemen serta kurangnya keahlian di bidang penelitian dan pengembangan.
Setelah melakukan pembangunan industri selama tiga Repelita, dan dengan memperhatikan permasalahan yang timbul maka
sesuai dengan pola pengembangan industri nasional, Repelita
IV diharapkan merupakan tahap untuk dapat menciptakan kerangka landasan yang kemudian dimantapkan dalam Repelita V sehingga mampu tinggal landas untuk memacu pembangunan pada
akhir Repelita VI.
Kebijaksanaan yang akan ditempuh dalam Repelita IV adalah
mengarahkan pembangunan industri agar dapat mengembangkan
struktur ekonomi nasional melalui penyusunan program terpadu
yang saling menunjang antara sektor industri dengan sektorsektor lainnya; meningkatkan perkuatan
dan pendalaman struktur industri sendiri melalui usaha peningkatan keterkaitan
antara berbagai jenis industri,
secara vertikal dan horizon tal serta bagi semua ukuran unit-unit usaha industri yang
ada; meningkatkan pembinaan industri kecil, sehingga tidak
hanya membantu memecahkan masalah kesempatan kerja, tetapi
juga meningkatkan peranannya dalam proses pembentukan nilai
tambah di sektor industri; memperbesar peranan bangsa Indonesia sendiri di dalam usaha pembangunan industri melalui peningkatan kemampuan dalam melakukan rancang bangun dan perekayasaan, dalam mengelola usaha industri, dalam penguasaan
teknologi proses produksi, serta dalam memilih dan mengembangkan teknologi; meningkatkan ekspor hasil-hasil industri;
serta secara keseluruhannya melalui pembangunan industri yang
ditujukan untuk mengubah bentuk masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri
harus tetap dijamin terwujudnya masyarakat Indonesia yang berkepribadian, maju, sejahtera, adil dan
lestari berdasarkan Pancasila.
Sesuai dengan kebijaksanaan tersebut, dalam memasuki Repelita IV, telah dikembangkan kebijaksanaan pengelompokan Industri Nasional dalam tiga kelompok yaitu industri dasar, in dustri hilir (aneka industri) dan industri kecil.
Dalam kelompok industri dasar dikenal dua sub kelompok
yaitu industri mesin dan logam dasar serta industri kimia dasar. Misi (embanan) kelompok industri dasar mencakup dua hal
yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penguatan struktur
industri, dimana kelompok industri hilir mempunyai misi (embanan) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan,
sedangkan industri kecil mempunyai peranan pemerataan. Teknologi yang dipergunakan pada kelompok industri dasar adalah

VIII/7

teknologi maju dan teruji, dimana kelompok industri hilir da pat menggunakan teknologi maju teruji atau teknologi madya
sedangkan kelompok industri kecil menetapkan teknologi madya
atau sederhana.
Dilihat dari penggunaan tenaga kerja, maka kelompok industri dasar bersifat tidak padat karya namun dapat menimbul kan dan merangsang kegiatan ekonomi lanjutan pada penumbuhan
kelompok industri hilir dan kecil serta kegiatan jasa / Selanjutnya kelompok industri hilir dapat bersifat tidak padat
karya ataupun padat karya sedangkan kelompok industri kecil
bersifat padat karya.
Pelaksanaan program ekspor sektor industri pada tahap
awal industrialisasi dititik beratkan pada kelompok aneka in dustri untuk kemudian disusul oleh kelompok industri dasar,
dan kelompok industri kecil.
Dengan memperhatikan amanat GBHN, kondisi awal Repelita
IV termasuk masalah-masalah dan hambatan yang dihadapi sektor
industri, demikian pula dengan meletakkan cakrawala pandang
pembangunan industri pada Repelita VI di mana industri telah
mampu untuk berkembang atas kemampuan sendiri, maka telah disusun pola pengembangan industri nasional. Pokok penjabarannya pola tersebut dalam Repelita IV adalah sebagai berikut.
Pengembangan industri yang sejauh mungkin diarahkan untuk
pendalaman dan pemantapan struktur industri serta dikaitkan
dengan sektor ekonomi lainnya. Kebijaksanaan ini diarahkan
untuk memperkuat struktur industri sekaligus diimbangi dengan
pelaksanaan program keterkaitan, yaitu keterkaitan antara kelompok industri dasar, hilir dan kecil serta antara sektor
ekonomi lainnya terutama dengan sumber daya alam. Pengembangan industri
yang mengolah sumber daya alam ini diarahkan
untuk mengurangi ketergantungan bahan baku/bahan penolong dari luar negeri, meningkatkan nilai tambah serta sekaligus
memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan diarahkan pula untuk program ekspor hasil produk industri.
Pengembangan industri yang bertumpu pada sumber daya alam
dapat melahirkan industri dasar, yang mampu mendorong perkem bangan wilayah melalui pertumbuhan zona-zona industri, yang
pada saatnya dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi lan jutan, baik pada pertumbuhan industri hilir, industri kecil
serta kegiatan jasa-jasa perdagangan dan lain sebagainya.
Dengan mengadakan pengaturan tata ruang yang terpadu pada
zona-zona industri yang dikembangkan, maka akan dihasilkan

VIII/8

pertumbuhan kawasan-kawasan industri hilir, daerah-daerah pemukiman, kota-kota dengan pusat-pusat pelayanan jasa, daerahdaerah penyangga pertanian serta prasarana dan sarana angkutan
jalan raya ataupun angkutan laut.
Keberhasilan pengembangan wilayah pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi pada zona industri yang memanfaatkan potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia tersebut secara keseluruhan akan dapat memperkokoh kesatuan ekonomi wilayah
yang
bersangkutan.
Kesatuan ekonomi wilayah yang antara lain didukung oleh
pertumbuhan ekonomi pada zona-zona industri dasar/kunci meliputi
kelompok industri kimia dasar yang menghasilkan semen, pupuk,
pulprayon, kertas, petrokimia, asam sulfat dan sebagainya;
kelompok industri logam dasar yang menghasilkan besi baja,
aluminium, tembaga; dan serta kelompok aneka industri yang
menghasilkan pangan,
bangunan,
agro based, industri ha sil
hutan, dapat mewujudkan suatu Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
(WPPI) dan pada saatnya akan menghasilkan suatu keterkaitan
antar wilayah, yang secara bertahap akan menumbuhkan kesatuan
ekonomi nasional dan pada saatnya akan memperkokoh usaha-usaha
perwujudan Wawasan Nusantara.
Pengembangan industri permesinan dan elektronika disusun
terutama dengan menitik beratkan kebutuhan di dalam negeri yang
mempunyai pasaran terandalkan, mempunyai rangkaian proses yang
panjang serta keterkaitan yang luas, mempunyai pa-saran ekspor
hasil produk menunjang industri pertahanan/keamanan.
Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari potensi industri permesinan, serta untuk meningkatkan kemampuan
perekayasaan,
diambil
kebijaksanaan
untuk
menciptakan
dan
menjamin pasaran terandalkan. Di samping itu ditingkatkan pula
kebijaksanaan untuk
mengutamakan penggunaan mesin, peralatan
dan komponen buatan dalam negeri.
Industri permesinan diarahkan untuk dikembangkan dengan
dua cara yakni: pertama, dimulai dari penguasaan atau adapta- si dari rancang bangun dan perekayasaan yang kemudian diikuti
dengan penguasaan dalam pembuatan peralatan; dan kedua, dimulai
dengan usaha perakitan yang kemudian diikuti dengan pembuatan
komponen.
Pengembangan kelompok industri permesinan dan elektronika
tersebut diprioritaskan kepada :

VIII/9

industri mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin


press, mesin gurdi, mesin gergaji, mesin skrap;
industri mesin pertanian meliputi mesin-mesin untuk pengolahan tanah, mesin-mesin untuk perawatan tanaman, serta mesin dan peralatan pasca panen;
industri alat-alat berat dan konstruksi;
industri peralatan listrik y a n g menghasilkan mesin dan
peralatan pembangkit tenaga listrik, peralatan untuk pemanfaatan tenaga listrik, baik untuk industri maupun untuk rumah tangga;
industri peralatan elektronika yang menghasilkan peralatan elektronika profesional antara lain telekomunikasi baik dengan sistem kabel maupun tanpa kabel termasuk sistem
komunikasi satelit domestik, elektronika pengolah data,
elektronika untuk industri dan elektronika untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan serta elektronika untuk kebu tuhan rumah tangga;
industri kendaraan bermotor baik roda empat (niaga) maupun roda dua;
industri kereta api;
industri pesawat terbang;
industri peralatan lepas pantai dan perkapalan;
industri permesinan dan peralatan pabrik, diutamakan kepada pembangunan pabrik-pabrik yang berulang, antara lain
kelapa sawit, plywood, crumb rubber, pengolahan pangan,
tekstil, pabrik-pabrik kimia dasar dan logam dasar dan
industri energi.

Pengembangan industri kecil, termasuk industri kerajinan


di utamakan untuk membina sentra-sentra industri kecil yang
jumlahnya diperkirakan mencapai + 6.000 buah dan tersebar di
seluruh Indonesia. Pengembangan industri juga diarahkan untuk
lebih meningkatkan pertumbuhan industri kecil dan kerajinan,
terutama dalam rangka peningkatan kesempatan berusaha serta
peningkatan kesempatan kerja sebagai bagian dari usaha pemerataan pembangunan masyarakat secara luas.
Agar usaha industri kecil dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat, pemecahannya dititik beratkan masalah pemasaran yang termasuk aspek-aspek kewiraswastaan, manajemen
teknologi dan ketrampilannya. Sehubungan dengan hal tersebut
maka bantuan pemasaran dan fasilitas perkreditan bagi usaha
industri kecil dan kerajinan akan lebih ditingkatkan.
Dalam peningkatan usaha pemasaran hasil produknya perlu
lebih dikembangkan usaha-usaha keterkaitan yang luas antara
industri kecil, menengah dan besar, serta dengan kegiatan/ke-

VIII/ 10

butuhan sektor ekonomi dan jasa-jasa lainnya. Kegiatan ini


akan memanfaatkan secara optimal peranan jalur pemasaran yang
telah ada antara lain : toko, toko serba ada, pedagang besar,
dan eksportir.
Pengembangan industri kecil dan kerajinan selanjutnya diarahkan pada komoditi per komoditi dengan mengutamakan jalur
pembinaan sentra-sentra industri kecil dan kerajinan didukung
oleh Unit-unit Pelayanan Teknis/Unit Pelayanan Industri yang
telah ada. Sedangkan Lingkungan Industri Kecil dan Pemukiman
Industri Kecil di konsolidasikan.
Dalam Repelita IV akan semakin ditingkatkan kegiatan ekspor komoditi industri dengan mengutamakan komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif yaitu mengolah sumber daya alam
dari dalam negeri dan memanfaatkan potensi kemampuan tenaga
kerja. Khusus industri kecil, program ekspor ini didasarkan
atas produk yang didasarkan atas kekayaan budaya nasional dan
ketrampilan tradisional bangsa Indonesia.
Di samping itu diharapkan agar komoditi ekspor tersebut
melalui proses pengolahan yang panjang sehingga mempunyai nilai tambahnya yang cukup besar. Langkah-langkah pengembangan
ekspor hasil industri dilaksanakan antara lain dengan meningkatkan daya saing melalui penurunan biaya produksi dan beban
pemasaran, perbaikan mutu, peningkatan kepercayaan luar negeri, pelayanan yang memuaskan serta menerapkan sistem ekspor
yang secara dinamis disesuaikan dengan kebutuhan.
Agar dapat memenuhi tujuan dan sasaran seperti yang diharapkan, maka peningkatan ekspor selain didasarkan atas kapasitas lebih dari suatu komoditi, juga diarahkan untuk mengembangkan industri-industri yang benar-benar merupakan andalan
komoditi ekspor dan mempunyai prospek serta spektrum pemasaran yang luas, antara lain industri yang mengolah hasil sumber
daya alam, pertanian, hasil hutan, hasil lautan, serta industri yang padat karya.
Dalam hubungan ini harus dikembangkan perusahaan-perusahaan perdagangan dengan jaringan yang dapat saling menunjang
dan saling mengisi. Usaha ini selain untuk memasarkan dan memenuhi kepentingan industri juga dapat menampung kegiatan
perdagangan internasional secara umum.
Dilihat dari pengembangannya selama ini dan prospeknya di
masa mendatang, maka komoditi ekspor hasil industri dapat di-

VIII/ 11

bagi tiga kelompok yaitu yang sudah diekspor secara rutin,


yang masih perlu didorong dan yang mempunyai prospek ekspor
pada masa yang akan datang.
Pengembangan kemampuan penelitian dan pengembangan khususnya perangkat lunak dalam rancang bangun dan perekayasaan
meliputi penguasaan teknologi, kemampuan-kemampuan di bidang
penelitian dan pengembangan serta rancang bangun dan pereka yasaan industri untuk pembangunan pabrik dan pembuatan mesin/
peralatan industri.
Pemanfaatan teknologi dalam pelaksanaan pembangunan harus
memperhatikan usaha-usaha memberikan kesempatan kerja yang
banyak, meningkatkan produktifitas tenaga kerja serta menggunakan alat-alat yang sebanyak mungkin dihasilkan sendiri dan
mampu untuk dipelihara sendiri. Penggunaan teknologi maju
teruji terutama diarahkan untuk kegiatan industri dasar.
Pemilihan teknologi baru diarahkan kepada teknologi hemat
energi dan teknologi industri untuk pengelolaan limbah industri. Pengolahan limbah industri ini sejauh mungkin dapat memanfaatkan serta proses teknologi yang berwawasan lingkungan.
Pengembangan di bidang rancang bangun dan perekayasaan
industri diarahkan untuk meningkatan kemandirian bangsa menghasilkan nilai tambah maksimal dalam perekonomian, dan memperkuat daya saing. Secara bertahap dan terencana kegiatan
usahanya harus mampu untuk meningkatkan penguasaan rancang
bangun dan perekayasaan proses, mesin dan peralatan serta
pembangunan pabrik.
Pengembangan kemampuan tenaga kerja industrial ditingkatkan baik pada tingkat manajer puncak/menengah maupun tenaga
ahli dan terampil.
Usaha penyediaan tenaga kerja dalam Repelita IV akan ditingkatkan melalui pola pendidikan dan latihan tenaga kerja
industri secara terpadu meliputi top and middle management
courses, pendidikan dan latihan kejuruan/latihan keterampilan (apprentice school), pendidikan
dan latihan Tenaga Penyu luh Lapangan (TPL), Achievement Motivation Training (AMT) dan
lain sebagainya.
Melalui pola pendidikan dan latihan industri ini akan da pat diperoleh tenaga kerja profesional yang sekaligus akan
dapat pula membantu pertumbuhan wiraswasta nasional yang
tangguh.

VIII/12

Sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan, hasil


yang dicapai pada tahun pertama Repelita IV secara umum dapat
diuraikan sebagai berikut :
Industri yang menunjang sektor pertanian berkembang dengan baik, antara lain meliputi industri pupuk urea, pupuk
ZA, pupuk TSP, pestisida, mesin penumbuk padi, pengupas padi,
mesin peralatan pabrik kelapa sawit, mesin peralatan pabrik
karet bongkah, mesin peralatan pabrik kopi, pompa irigasi,
karung plastik, karung goni. Industri yang menghasilkan produk substitusi impor dimana pasaran hasilnya belum jenuh telah berkembang dengan baik. Industri ini adalah industri yang
menghasilkan transformator distribusi, panel listrik, KWH meter, sentral telepon, radio komunikasi, kertas sigaret/rumah
tangga, zink oksida.
Perkembangan industri yang mampu melaksanakan program
ekspor menunjukkan perkembangan yang baik. Produk yang telah
dapat diekspor antara lain adalah aluminium ingot, karet
bongkah, kayu lapis, kayu gergajian, particle board, serat
sintetis, resin perekat, bahan kimia tekstil, kaca lembaran,
benang, tekstil lembaran dan pakaian jadi.
Namun terdapat pula beberapa jenis industri yang mengalami kelesuan produksi, khususnya industri yang menunjang sektor konstruksi misalnya industri besi baja untuk bangunan,
kertas industri, ban kendaraan bermotor roda dua, mesin diesel, generator, kendaraan bermotor, sepeda motor, mesin jahit, peralatan listrik rumah tangga, kulit imitasi.
Sementara itu dalam tahun pertama Repelita IV tersebut
telah dihasilkan pula beberapa jenis komoditi baru seperti
bahan aktif pestisida, asam fosfat, gips, aluminium fluorida,
polystyrene, kertas NCR, mesin bubut, alat-alat berat konstruksi seperti bulldozer, hydraulic excavator, motor grader,
dan wheel loader, beberapa komponen-komponen kendaraan bermotor seperti chassis, peleg roda, gandar belakang, propeller
shaft, generator besar dan komputer jenis mikro.
Kemajuan di bidang kemampuan perangkat lunak telah pula
meningkat khususnya dalam bidang rancang bangun, pembangunan
pabrik serta perekayasaan mesin-mesin dan peralatan pabrik.
Peningkatan ini meliputi rancang bangun dan pembangunan pabrik minyak kelapa sawit, gula dan crumb rubber mulai dari
perekayasaan dan pembuatan mesin-mesin/peralatan rancang bangun sampai pembangunan pabriknya. Sementara itu telah dirin-

VIII/13

tis usaha sama yang mencakup pabrik pupuk urea, amonia, semen
dan kertas.
Selanjutnya secara terperinci, hasil-hasil yang telah dicapai pada masing-masing kelompok industri dan kebijaksanaankebijaksanaan yang telah diambil selama pelaksanaan Repelita
dicantumkan dalam uraian berikut ini.
1. Industri Mesin dan Logam Dasar
Hasil dari kelompok industri mesin dan logam dasar sebagian besar merupakan barang-barang modal yang sangat diperlukan dalam kegiatan produksi di berbagai sektor ekonomi.
Dalam masa Repelita I dan II kelompok industri mesin dan
logam dasar mengalami kemajuan-kemajuan yang pesat. Kemajuan
ini disebabkan oleh cepatnya peningkatan permintaan akan ha sil-hasil barang logam, khususnya untuk konstruksi bangunan,
barang-barang keperluan rumah tangga dan komponen mesin.
Dalam Repelita I mulai berkembang industri baja batangan
yang hasil produksinya sebagian besar adalah besi beton dan
plat seng. Industri ini cukup pesat perkembangannya, sejalan
dengan meningkatnya pekerjaan konstruksi bangunan. Jika pada
awal Repelita I baru dihasilkan 4.500 ton besi baton dan
6.650 ton plat seng, maka pada akhir Repelita I produksinya
masing-masing telah meningkat menjadi 120.000 ton dan 70.000
ton dan pada akhir Repelita II mencapai 300.000 ton dan
185.000 ton. Selain itu, juga telah dapat dihasilkan kawat
baja dengan jumlah produksi pada akhir Repelita I sebesar
30.000 ton dan pada akhir Repelita II menjadi 100.000 ton.
Di bidang industri mesin, telah dikembangkan mesin-mesin
pertanian. Pada awal Repelita I, telah dapat diproduksi mesin
penumbuk padi sebanyak 900 buah dan pada akhir Repelita I meningkat menjadi 3.500 buah atau meningkat sebesar 288,9%. Se mentara itu pada akhir Repelita II, produksi mesin penumbuk
padi menurun menjadi 2.200 buah, namun telah dapat diproduksi
lebih banyak jenis mesin pertanian seperti traktor tangan dan
traktor mini dengan produksi masing-masing sebesar 280 buah
dan 25 buah.
Kemajuan-kemajuan dialami pula oleh industri kendaraan
bermotor, walaupun kegiatannya masih terbatas pada perakitan.
Pada akhir Repelita I industri ini menghasilkan 36.700 buah
kendaraan bermotor roda empat. Jika dibanding dengan produksi

VIII/14

pada awal Repelita I sebesar 2.403 buah, maka produksi pada


akhir Repelita I adalah 1.427,3% lebih tinggi. Sementara itu
pada akhir Repelita II produksi kendaraan bermotor telah men capai 108.667 buah yang terdiri atas kendaraan niaga 80.191
buah, kendaraan serbaguna 9.103 buah, kendaraan penumpang
15.373 buah dan kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS)
4.000 buah.
Kegiatan di bidang industri kapal dalam periode Repelita
I dan Repelita II adalah berupa rehabilitasi galangan kapal
yang ada, serta pembangunan galangan kapal baru. Sementara
itu pada akhir Repelita I telah dapat dihasilkan kapal baja
baru sebesar 14.885 BRT. Pada akhir Repelita II produksi kapal baja menurun menjadi 10.985 BRT, namun telah dapat dihasilkan kapal yang berukuran 1.000 DWT. Adapun kegiatan reparasi kapal baja pada akhir Repelita II telah mencapai 659.555
BRT.
Kegiatan dalam industri pesawat terbang pada periode Repelita I dan Repelita II, selain merawat pesawat terbang, juga membuat komponen dan merakit pesawat terbang. Pada kurun
waktu tersebut Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (LIPNUR)
telah mampu membuat pesawat terbang Gelatik sari I, II dan
III dan prototype pesawat terbang LT-200. Pada akhir Repelita
II PT Nurtanio telah mampu menghasilkan 16 buah pesawat terbang C 212 dan 16 buah pesawat helikopter.
Dalam Repelita III pengembangan kelompok industri mesin
dan logam dasar diarahkan pada terciptanya struktur industri
yang lebih kuat, dengan meningkatkan produksi bahan baku/produk dasar, pembuatan komponen, mesin-mesin peralatan/barang
jadi dan barang-barang konstruksi, baik untuk kebutuhan sek tor industri maupun untuk sektor-sektor lainnya. Dalam men capai tujuan tersebut kebijaksanaan yang diambil adalah me manfaatkan dan menata potensi industri logam dasar yang ada,
dengan meningkatkan efisiensi produksi dan mutu produk. Selain itu dikembangkan juga suatu sistem untuk memperbaiki
struktur industri kearah keterkaitan industri yang efisien
antara industri kecil, menengah dan besar.
Dengan kegiatan tersebut struktur industri mesin dan logam dasar menjadi semakin kuat, yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan industri nasional dalam menghasilkan jenis
bahan baku dan komponen, serta mesin-mesin peralatan guna me menuhi kebutuhan pasaran, baik dalam negeri maupun luar ne geri.

VIII/I5

Di samping itu juga telah dihasilkan produk-produk baru


seperti baja slab, baja lembaran, aluminium ingot dan aluminium lembaran lebar 1.200 mm.
Sementara itu dengan kebijaksanaan untuk mengutamakan in dustri dalam negeri dalam melaksanakan proyek-proyek pembangunan, maka pengembangan ini semakin mantap, baik dalam jumlah jenis maupun mutu produksi.
Pada cabang industri mesin telah dihasilkan mesin pengolah hasil perkebunan, seperti mesin pengolah kelapa sawit,
mesin pengolah kopi, mesin peralatan pabrik gula dan mesin
pabrik karet. Selain itu juga telah dihasilkan peralatan pabrik seperti ketel uap (boiler) dan alat penghembus (blower).
Dalam pada itu industri kendaraan bermotor dalam Repelita
III cukup berkembang, namun pada tahun-tahun terakhir Repelita III produksinya menurun karena lesunya pasaran. Meskipun
demikian, produksi pada akhir Repelita III sebesar 155.829
buah, masih lebih tinggi dibandingkan produksi tahun terakhir
Repelita II sebesar 108.667 buah.
Selain itu pada industri alat angkut yang lain telah da pat diproduksi gerbong kereta api dan gerbong barang, kapal
penumpang dan kapal tangki sampai dengan ukuran 3.500 DWT.
Sebagai persiapan pembangunan sektor industri dalam Repe lita IV, maka industri logam dasar dan mesin dalam Repelita
III mulai dikembangkan dengan teknologi yang lebih tinggi dan
mulai dilakukan proses alih teknologi. Pada periode ini telah
berdiri perusahaan rancang bangun dan perekayasaan dalam
rangka menjembatani alih teknologi.
Dalam Repelita IV sasaran pengembangan industri mesin dan
logam dasar ditujukan untuk meletakkan kerangka landasan agar
dalam Repelita VI sektor industri mampu tumbuh dan berkembang
atas kemampuan sendiri.
Langkah-langkah yang diambil dalam rangka pengembangan
jenis industri ini antara lain adalah menjamin pengadaan bahan baku logam yang diperlukan untuk pengembangan industri
permesinan seperti baja lembaran, baja batangan, baja cor dan
tempa, baja paduan, aluminium dan tembaga paduan. Di samping
itu juga dilakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan perangkat lunak, khususnya bidang rancang bangun dan perekayasaan
serta standardisasi. Selain itu juga , dilakukan usaha-usaha

VIII/16

untuk meningkatkan efisiensi dan memanfaatkan kapasitas terpasang secara optimal.


Pelaksanaan pengembangan industri mesin dan logam dasar
juga didukung dengan kebijaksanaan terpadu yang meliputi antara lain ketentuan tentang tata niaga impor; ketentuan tentang perubahan impor mesin dan perubahan sistem perpajakan
serta sistem perkreditan; pemanfaatan hasil produksi industri
mesin dalam negeri; serta penetapan program penanggalan komponen.
Perkembangan produksi kelompok industri mesin dan logam
dasar pada umumnya mengalami peningkatan yang menggembirakan.
Sejalan dengan meningkatnya pembangunan di sektor pertanian,
maka produksi kelompok industri yang menunjang sektor ini me ningkat dengan cukup menonjol. Produksi mesin-mesin penumbuk
dan perontok padi produksinya meningkat dari masing-masing
467 buah dan 248 buah
pada tahun terakhir Repelita III menjadi masing-masing 1.185 buah dan 1.680 buah pada tahun per tama Repelita IV. Produksi mesin pengolah hasil perkebunan/komponen pabrik meningkat dari 55.000 ton pada tahun
1983/84 menjadi 5.612.000 ton pada tahun 1984/85. Sementara
itu produksi traktor juga meningkat
yaitu untuk traktor ta ngan 1.065 buah pada tahun 1983/84 menjadi 1.091 buah pada
tahun 1984/85 dan traktor mini dari 68 buah pada tahun
1983/84 menjadi 71 buah dalam tahun 1984/85. Di samping itu
telah dapat dihasilkan jenis produk baru, yaitu traktor besar
dengan jumlah 22 buah pada tahun 1984/85.
Industri mesin peralatan pabrik pada saat ini telah mempunyai kemampuan untuk membuat pabrik pengolahan kelapa sawit
di dalam negeri yang mencakup desain enjinering, pelaksanaan
konstruksi dan pembuatan mesin dan peralatan. Produksi mesin
pengolah kelapa sawit dan mesin peralatan pabrik karet pada
tahun 1984/85 meningkat masing-masing 9.420 ton dan 1.050 ton
atau masing-masing 177,1% dan 425,0% lebih tinggi dari hasil
pada tahun sebelumnya sebesar 3.400 ton dan 200 ton. Sementara itu konstruksi plat/pemasangan mesin meningkat hasilnya
hingga 28.000 ton pada tahun 1984/85 atau 64,7% di atas produksi pada tahun sebelumnya sebesar 17.000 ton.
Dalam pada itu kemampuan untuk membuat produk mesin perkakas dalam batas tertentu telah ada di dalam negeri dan beberapa pabrik telah mampu membuat sendiri perekayasaannya.
Dalam cabang industri mesin perkakas pada tahun terakhir Repelita III telah mulai dihasilkan mesin bubut, mesin bor
(drilling machine), mesin freis (milling machine) dan mesin

VIII/17

gergaji. Pada tahun pertama Repelita IV produksi mesin-mesin


ini meningkat dengan cukup berarti. Jika pada tahun 1983/84
baru dihasilkan 183 buah mesin bubut, 130 buah mesin bor, 25
buah mesin freis dan 30 buah mesin gergaji, maka pada tahun
1984/85 produksinya meningkat hingga masing-masing 300 buah,
225 buah, 50 buah dan 50 buah. Hal ini menunjukkan adanya ke naikan masing-masing sebesar 63,9%, 73,1%, 100 % dan 66,7%.
Sementara itu industri alat-alat besar yang akan dikembangkan antara lain bulldozer, wheel loader, hydraulic excavator dan motor grader. Bulldozer yang mulai dihasilkan pada
tahun 1983/84 sebanyak 22 buah, pada tahun 1984/85 meningkat
menjadi 202 buah. Sementara itu pada tahun 1984/85 mulai dihasilkan excavator sebanyak 150 buah dan motor grader sebanyak 7 buah. Produksi mesin pemecah batu dalam tahun 1984/85
adalah sebanyak 30 buah, sedangkan tahun sebelumnya 19 buah.
Industri mesin-mesin peralatan listrik yang akan dikembangkan adalah industri peralatan pembangkit tenaga (generator) listrik, industri peralatan untuk transmisi/distribusi
tenaga listrik (transformator, circuit breaker, instrumen
listrik) dan motor listrik. Pada tahun 1984/85 kenaikan produksi yang cukup besar dialami oleh industri motor listrik
yaitu sebanyak 37.772 buah, sedangkan pada tahun 1983/84 produksinya 5.530 buah. Industri transformator distribusi meningkat dari 5.667 buah pada tahun 1983/84 menjadi 5.844 buah
dalam tahun 1984/85. Sementara itu produksi generator mengalami penurunan yaitu menjadi 32.450 buah dari 33.771 buah pada tahun 1983/84.
Pengembangan industri elektronika terutama ditujukan pada
jenis-jenis sistem peralatan elektronika, peralatan dasar dan
komponen. Dari cabang industri ini yang secara khusus akan
dikembangkan adalah industri elektronika profesional yang meliputi industri peralatan komunikasi/radio komunikasi, industri pengolahan data elektronika, industri peralatan kontrol
elektronika, industri instrumen elektronika dan industri komponen elektronika. Dalam industri elektronika ini, telah terjadi peningkatan yang cukup besar pada produksi sentral telepon otomat dan PABX yaitu dari 45.000 buah dalam tahun
1983/84 menjadi 62.000 buah dalam tahun 1984/85.
Langkah-langkah yang akan diambil dalam mengembangkan industri kendaraan bermotor antara lain adalah mendorong tipetipe kendaraan yang telah ada ke arah suatu pola standardisasi untuk peralatan dan komponen dengan menciptakan suatu pasar terandalkan bagi suatu kegiatan dan komponen utama. Namun

VIII/18

kegiatan industri kendaraan bermotor sejak tahun 1983/84 mengalami kelesuan. Jika pada tahun 1982/83 dihasilkan 29.236
buah kendaraan penumpang, maka pada tahun 1983/84 hanya diha silkan 24.183 buah dan pada tahun 1984/85 menurun lagi hingga
23.368 buah. Sementara itu kendaraan niaga, kendaraan serbaguna dan kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS) yang jumlah produksinya mencapai 158.364 buah pada tahun 1982/83, hasilnya menurun pada tahun 1983/84 hingga 131.655 buah dan pa da tahun 1984/85 menurun lagi hingga 130.302 buah.
Di bidang industri kereta api, pada tahun 1984/85 mulai
dihasilkan gerbong penumpang sebanyak 16 buah. Sementara itu
produksi gerbong barang meningkat dari 400 buah pada tahun
1983/84 menjadi 636 buah pada tahun 1984/85 atau kenaikan se besar 59%.
Kebijaksanaan pengembangan industri pesawat terbang ada lah meningkatkan diversifikasi produk yang dibuat di dalam
negeri sesuai dengan perkembangan teknologi dunia, mendorong/
memanfaatkan pembuatan komponen di dalam negeri dan meningkatkan pengetahuan teknologi dan keterampilan tenaga kerja.
Sementara itu kemajuan yang dialami dalam industri pesawat
terbang adalah peningkatan industri pesawat terbang PT NURTANIO dalam memproduksi pesawat terbang jenis fixed wing. Sampai dengan tahun 1983/84 telah dihasilkan pesawat terbang tipe C 212. Pada tahun 1984/85 mulai dihasilkan tipe CN 235
sebanyak 1 buah. Selain itu juga dihasilkan tipe C 212 sebanyak 9 buah, sehingga jumlah produksi pesawat terbang mencapai 10 buah pada tahun 1984/85 atau 2,9% lebih tinggi dari
produksi pada tahun sebelumnya sebanyak 7 buah. Untuk produk si helikopter terdapat 4 tipe, yaitu B0-105, PUMA, BK 117
dan Bell 412. Jumlah produksi helikopter tahun ini mencapai
30 buah, sedang pada tahun sebelumnya 29 buah.
Dalam mengembangkan industri perkapalan di dalam negeri
akan dimanfaatkan adanya tambahan kapal niaga baik sebagai
pengganti kapal-kapal tua maupun sebagai tambahan guna menampung kenaikan volume angkutan yang selalu meningkat. Pada ta hun 1984/85 industri perkapalan mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat. Produksi kapal baja baru melonjak naik dari
7.865 BRT pada tahun 1983/84 menjadi 21.314 BRT pada tahun
1984/85, atau kenaikan sebesar 316,9%. Reparasi kapal baja
pada tahun 1984/85 juga meningkat menjadi 1.024.845 BRT dari
602.600 BRT pada tahun 1983/84.
Kapasitas terpasang per tahun industri baja dewasa ini
dapat diutarakan sebagai berikut :

VIII/ 19

- Besi spons

Besi kasar (pig iron)

Besi kasar
: ingot
billet
slab
- Baja batangan : besi baton
profil ringan menengah
batang kawat
profil berat

Baja lantaian : hot rolled


sheet/coil
cold rolled sheet/coil
baja lembaran lapis seng
tin plate
light gauge
- Tubular
: Pipa las lurus
Pipa las spiral

Produk Tuang : Besi tuang


kelabu/putih
Baja karbon Baja mangan

2.200.000
8.000
409.675
962.213
1.100.000
1.139.000
283.500
416.000
392.100
1.100.000
800.000
490.500
130.000
60.000
375.000
60.000
33.000
8.000
4.000

ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton

Pada akhir Repelita IV kebutuhan baja diperkirakan akan


mencapai 4.164.000 ton ekivalen dengan baja kasar. Sasaran
industri baja pada akhir Repelita IV adalah memenuhi sebagian
besar kebutuhan dalam negeri dan ekspor untuk beberapa jenis
yang mempunyai kelebihan kapasitas terpasang dan pendirian
pabrik seamless pipe, baja khusus dan paduan, profil berat
dengan proses rolling serta foundry maupun forging untuk au tomotive. Kebijaksanaan pengembangannya dalam periode ini
adalah restrukturisasi baja nasional, meningkatkan kapasitas
terpasang tanpa menambah jumlah pabrik, menunjang industri
kecil.
Industri logam dan produk dasar mengalami perkembangan
yang menarik antara lain
kemajuan-kemajuan dialami pada je nis-jenis industri penghasil bahan baku. Besi spons mulai dihasilkan pada tahun 1982/83 dan produksinya mencapai 738.000
ton pada tahun 1984/85. Jika dibandingkan dengan produksi pa da tahun 1983/84 yang besarnya 541.000 ton maka dalam tahun
pertama Repelita IV dialami kenaikan sebesar 36,4%. Sementara
itu produksi baja lembaran canai panas telah meningkat hingga
248.000 ton pada tahun 1984/85 atau 95,3% di atas produksi
tahun 1983/84 yang besarnya 127.000 ton. Slab baja mulai di hasilkan pada tahun 1983/84 dengan jumlah 108.000 ton dan pa da tahun 1984/85 jumlah ini telah meningkat menjadi 191.000
ton atau 76,9% lebih tinggi dari hasil tahun 1983/84. Pada
tahun 1984/85 telah dihasilkan ingot/billet baja 901.260 ton,
hal mana menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan

VIII/20

dengan produksi tahun 1983/ 84 sebesar 882.600 ton. Dalam pa da itu, saat ini sedang dilaksanakan pembangunan pabrik baja
lembaran canai dingin dengan kapasitas sebesar 850.000 ton
per tahun.
Dalam cabang industri bukan besi baja dewasa ini tercatat
4 buah industri tembaga yang telah berproduksi, yaitu tembaga
ingot dan batang tembaga dengan kapasitas terpasang masingmasing 5.880 ton dan 51.000 ton. Batang tembaga merupakan bahan Baku industri kabel listrik. Untuk industri ini masih di perlukan bahan lainnya, yaitu katoda tembaga yang masih diim por. Dalam pada itu, industri batang tembaga pada tahun 1984/
85 adalah sebesar 17.000 ton, meskipun mengalami peningkatan
dibandingkan produksi tahun 1983/84 sebesar 15.000 ton, namun
masih lebih rendah dari saat mulai berproduksi pada tahun
1982/83 yaitu sebesar 18.500 ton.
Di hasil industri tembaga, dewasa ini dapat dicatat
perkembangan yang pesat dalam industri aluminium. Pada waktu
ini terdapat 20 perusahaan yang telah menghasilkan 6 jenis
hasil produksi, antara lain aluminium ingot dengan kapasitas
terpasang 225.000 ton per tahun, dimana sebanyak 150.000 ton
untuk ekspor dan 75.000 ton untuk keperluan bahan baku indus tri dalam negeri. Selain dari itu telah beroperasi pula 12
perusahaan aluminium extrusion dengan jumlah kapasitas terpasang 19.725 ton per tahun, 4 buah aluminium lembaran dengan
jumlah kapasitas terpasang 32.600 ton per tahun, sebuah perusahaan aluminium foil dengan kapasitas terpasang 4.800 ton
per tahun dan sebuah perusahaan aluminium seng dengan kapasi tas terpasang 2.400 ton per tahun. Dalam Repelita IV langkahlangkah yang diambil dalam cabang industri ini adalah pengem bangan billet untuk aluminium extrusion. Di samping itu untuk
menunjang industri permesinan, dikembangkan pula industri die
casting aluminium dan industri paduan aluminium.
Produksi aluminium ingot pada tahun 1984/85 adalah sebe sar 181.000 ton atau 57,4% di atas produksi tahun 1983/84
yang besarnya 115.000 ton. Sementara itu produksi aluminium
extrusion tahun 1984/85 adalah sebesar 11.000 ton, sama de ngan produksi tahun 1983/84. Produksi plat aluminium 1984/85
meningkat menjadi 9.000 ton dibandingkan tahun 1983/84 sebesar 8.000 ton, namun masih lebih rendah dari tahun 1982/83
yang besarnya 15.093 ton.
Perkembangan produksi industri mesin dan logam dasar da pat dilihat pada Tabel VIII-1.

VIII/21

TABEL VIII - 1
PR0DUK8I INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR
1968 - 1984/85
No.

Jenis Barang

Satuan

1968

1973/74
(Akhir Repelita I)

1978/79
(Akhir Repelita II)

1983/84
(Akhir Repelita III)

1984/85

1. Besi Spons

Ton

2. Ingot Baja

Ton

80.000

391.0003)
693.496

541.000
882.600

738.000
901.260

3. Besi Baton

Ton

300.000

743.768

724.000

644.700

Ton
Ton

4.500
-

120.000

4. Kawat Baja

30.000

100.000

110.000

102.447

6.650

70.000

185.000

128.330
316.675

323.130

245.937

1.800

80.000

118.300

282.526

246.685

239.623

10.000

127.000

248.000

108.000

191.000

115.000

181.000
11.000

5. Plat Seng
6. Pipa Baja
7. Baja Lembaran

Ton
Ton

8. Slab baja

1982/83

Ton

10. Aluminium Extrusion

Ton
Ton

2.800

12.284

11.000

11. Plat Aluminium

Ton

9.700

15.093

8.000

9.000

18.500

64.558

14. Traktor Tangan

Buah

30.400
280

15.000
58.000

17.000

13. Mesin Diesel

Ton
Buah

1.271

1.065

1.091

15. Traktor Mini

Buah

25

116

68

16. Traktor Besar

Buah

71
22

17. Mesin Penumbuk Padi

Buah

18. Mesin Perontok Padi

Buah

900
-

3.500
-

19. Mesin Penggilas Jalan


20. Mesin Pengaduk Beton

Buah

200

360

Buah

Buah

9. Aluminium Ingot

12. Batang Tembaga

3)

29.262

3)

3)

55.278

2.200

1.678

467

1.185

600

248

1.680

120

1.274
409

387

440

550

1.200

1.080

1.300

10

18

19

30

Ton

3.300

7.400

55.000

5.612.00
0

Ton

3.400

9.420

Ton

1.920

1:700

Karet
26. Konstruksi Plat/

Ton

200

1.050

Pemasangan Mesin
27. Mesin Bubut (lathe)
28. Mesin Bor (drilling

Buah

17.000

Buah

Machine)
29. Mesin Freis (milling

Buah

machine)
30. Mesin Gergaji

Buah

Buah

(Beton Bolen)
21. Mesin Pemecah Batu
(Stone crusher)
22. Mesin Pengolah Hasil
Perkebunan/Komponen Pabrik
23. Mesin Peralatan Pabrik
Kelapa Sawit
24. Mesin Peralatan Pabrik
Gula
25. Mesin Peralatan Pabrik

183

28.000
300

130

225

25
30

50
50

Ton
Buah

10.000

11.300

33. Blower
34. Bulldozer

Buah

24
100

46
200

Buah

22

202

35. Forklift
36. Excavator

Buah

50

58

Buah

150

31. Tangki Baja


32. Boiler Kecil den Besar

VIII/22

5.550
-

11.229

(lanjutan Tabel VIII - 1)

VIII/23

GRAFIK VIII 1
PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR
1968 1984/85

VIII/24

TABEL VIII 2
PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR
1968 - 1984/85

No.

Jenis Barang

Satuan

1968

1. Pupuk Urea
2. Pupuk Z.A.

ton
ton

3. Pupuk TSP

ton

4. Pestisida
5. Kertas

ton
ton

6. Ban Luar Kendaraan Bermotor

buah

7. Ban Luar Sepeda Motor/Scooter buah


8. Bahan Peledak
9. Sintetis Mesin

ton
ton

10. Semen

1973/74
(Akhir Repelita I)
115.700
122.800

1978/79
(Akhir Repelita II)
1.437.242
141.000

1982/83

2.255.0001)
208.000

2.910.000
304.000

577.400
48.0001)
296.880

783.000

1.002.000

9.128

47.200
1.351.500

155.203
2.540.401

1.150.000
-

1.658.157
1.550.000

ton

515.000

819.000

14.025
3.629.003

11. Kaca Polos

ton

22.300

12. Soda

ton

13. Asam Sulfat

ton

14. Aluminium Sulfat

ton

15. Zat Asam

m3

16. Asam Arang

m3
m3

2.100

17. Acetylene

99.200

18. Zino Oxide

ton

19. Asam Chlorida


20. Serat Sintetis
21. Resin Perekat

ton

4.500
-

5.320
65.080
43.114

22. Resin PVC

ton

34.1001)

23. Ligmen dan Bahan Cat


24. Sodium Lauryl Sulfat (SOS)
Sodium Laury1 Ethyl Sulfat
(SLES)
Allyl Benzine Sulfonat (ASS)

ton

ton

1)

ton
ton

1984/85

1.961.0001)
209.600

400

10.000

1983/84
(Akhir Repelita III)

40.6001)
369.200

3.885.614

3.673.300

2.567.149
614.000
81.074

2.438.528
541.000

50.500
342.300
3.944.000
2.215.100
706.000
38.200

7.650.000

37.100
8.078.094

51.428

100.720

110.891

152.100

2.900

8.456

29.044

14.400

25.600

17.700
17.200

24.552
18.788

32.239
17.783

44.893
26.845

4.635.100

7.182.000

9.500.000

3.485
335.000

4.595
600.000

810

8.813.300

61.500
39.000

9.781.433

970
10.515
113.680
61.447
51.400

19.500.000

3.922
244.191

7.200
1.690.000

980

2.500

10.771
152.4001)
110.559

15.700
146.800
269.300

64.063

68.700

1.600

1.700

39.000

61.500

Angka diperbaiki

VIII/25

GRAFIK VIII 2

PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR


1973/74 1984/85

VIII/26

2. Industri Kimia Dasar


Pembangunan industri kimia dasar dititik beratkan pada
pengembangan industri kunci yang mampu mendorong terciptanya
struktur industri yang kokoh, dan dapat meningkatkan kemampuan teknologi nasional untuk mengolah sumber daya alam yang
ada.
Sebelum Repelita I pada tahun 1969/1970 kelompok industri
ini meliputi beberapa cabang industri, antara lain pupuk
urea, ban, semen, soda, zat asam, asam arang dan kertas. Pa brik-pabrik yang sudah ada sebelum Repelita I adalah pabrik
semen di Padang dan Gresik, pabrik-pabrik kertas di Padalarang, Jawa Barat dan Leces, Jawa Timur, pabrik zat asam di
Jakarta, Bandung dan Surabaya serta pabrik asam arang di Surabaya. Sebelum Repelita I kapasitas produksi cabang-cabang
industri tersebut relatip masih rendah.
Pembangunan industri pupuk, yang meliputi jenis-jenis
urea, ZA, TSP, serta industri pestisida sangat berhubungan
dengan pertumbuhan sektor pertanian, khususnya pertanian
pangan. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan pada sektor
pertanian ini, maka industri pupuk dan pestisida menunjukkan
pertumbuhan yang pesat dalam kurun waktu Repelita I sampai
dengan Repelita III.
Pada awal Repelita I hanya ada sebuah pabrik yang menghasilkan pupuk urea dengan kapasitas produksi sebesar 100.000
ton urea/tahun, sedangkan pada akhir Repelita III kapasitas
produksi pupuk urea telah mencapai 2.760.000 ton/tahun. Hasil
produksi pupuk urea bertambah dari 115.700 ton pada akhir Repelita I menjadi 2.255.000 ton pada akhir Repelita III.
Perkembangan hasil produksi industri kimia dasar dapat
dilihat pada Tabel VIII-2.
Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa pupuk ZA mulai
dihasilkan pada tahun terakhir Repelita I sebesar 122.800 ton
meningkat menjadi 141.000 ton pada akhir Repelita II, dan
mencapai 208.000 ton pada tahun terakhir Repelita III. Selanjutnya, produksi pupuk TSP yang dimulai tahun pertama Repelita III sebesar 114.400 ton menjadi 783.000 ton pada akhir
Repelita III. Sementara itu, pestisida mulai dihasilkan sebanyak 400 ton dalam tahun terakhir Repelita I, menjadi 9.128
ton pada akhir Repelita II dan mencapai 40.600 ton pada akhir
Repelita III.

VIII/27

Cabang industri lainnya yang panting adalah industri semen. Meningkatnya aktivitas sektor konstruksi dalam pembangunan nasional, mendorong pembangunan cabang industri ini
dengan pesat. Pada tahun 1968 dihasilkan sebanyak 515.000 ton
semen, dan pada tahun 1973/74 produksi semen telah mencapai
819.000 ton dan kemudian pada tahun 1978/79 telah meningkat
menjadi 3.629.003 ton. Pada akhir Repelita III produksinya
telah mencapai 8.078.094 ton.
Cabang industri kaca mengalami pula peningkatan yang cu kup pesat. Produksi jenis industri kaca polos mulai dihasil kan
dalam kurun waktu Repelita I. Pada akhir Repelita I telah
dihasilkan 22.300 ton kaca polos. Produksi tersebut terus meningkat menjadi 51.428 ton pada akhir Repelita II dan menca pai
110.891 ton pada akhir Repelita III.
Pada tahun 1968 produksi kertas dalam negeri adalah sebesar 10.000 ton. Selama periode 1969/70 - 1983/84, industri ini
berkembang dengan pesat, dimana produksinya meningkat dari
47.200 ton pada akhir Repelita I menjadi 155.203 ton pada
akhir Repelita II dan mencapai 369.200 ton pada akhir Repe lita
III. Ban kendaraan bermotor dihasilkan pada kurun waktu
Repelita I dengan, jumlah produksi sebesar 1.351.500 buah bertambah menjadi 3.673.300 buah pada akhir Repelita III. Ban
sepeda/skuter mulai diproduksi pada kurun waktu Repelita II.
Pada akhir Repelita II dihasilkan 1.658.157 buah ban dan pada
akhir Repelita III produksinya mencapai 2.438.528 buah.
Sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor komoditi non migas, maka realisasi ekspor dari kelompok industri
kimia dasar cenderung terus meningkat pada masing-masing tahapan pembangunan, baik ditinjau dari jenis, volume hasil
produksi dan nilainya. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
cabang-cabang industri kimia dasar yang semula merupakan
substitusi impor, secara bertahap telah berubah menjadi in dustri yang mengekspor hasil produksinya.
Beberapa cabang dan jenis industri kimia dasar yang memiliki karakteristik sebagai industri dasar yang berorientasi
pada sumber daya alam, telah mampu mendorong pembangunan daerah melalui program zona-zona industri di wilayah-wilayah yang
potensial. Strategi pengembangan wilayah industri dimulai
dengan pengembangan proyek-proyek industri dasar yang da pat
berperan sebagai inti dalam pengembangan industri hilir di
daerah sekitarnya.

VIII/28

Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui


sebagai bahan baku/bahan penolong untuk industri kimia dasar
diarahkan pemanfaatannya untuk dapat memberikan nilai tambah
yang cukup besar melalui pengembangan industri pengolahan di
dalam negeri dengan memperhatikan konservasi, efisiensi dan
kelestarian lingkungan hidup. Dalam hal ini penggunaan minyak
dan gas bumi ditekankan untuk bahan baku pabrik pupuk dan
industri petrokimia.
Demikian pula halnya sumber daya alam yang dapat diperbaharui juga dimanfaatkan untuk industri kimia dasar seperti
pada industri ban dan industri kertas/pulp yang diharapkan
produknya dapat diekspor di samping untuk memenuhi kebutuhan
di dalam negeri.
Kebijaksanaan kelompok industri kimia dasar dalam Repelita IV didasarkan atas kebijaksanaan umum pembangunan sektor
industri yang dituangkan dalam pedoman pokok pembangunan industri kimia dasar. Pedoman pokok tersebut antara lain meliputi optimalisasi pemanfaatan kapasitas terpasang dan peningkatan efisiensi produktivitas unit-unit produksi yang telah
ada, pengamanan penyelesaian proyek-proyek penting, pemantapan program keterkaitan dan pemanfaatan potensi pasar dalam
negeri.
Pengembangan industri kimia dasar dilakukan melalui pembangunan proyek yang mendukung sektor pertanian, mengolah
sumber daya hasil pertanian yang strategis, mengolah sumber
daya hasil pertambangan dan energi, memiliki keunggulan komparatif untuk mendorong ekspor hasil industrinya, memperkokoh
struktur industri nasional sehingga tercipta keterkaitan yang
luas.
Berdasarkan prioritas pengembangan tersebut, maka cabang
industri kimia dasar yang diprioritaskan pembangunannya adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Industri pulp skala besar dari kayu, yang dikaitkan de ngan produksi kertas, khususnya kertas kraft dan kertas
koran serta rayon.
Peningkatan kapasitas nasional industri ban sesuai dengan permintaan pasaran dalam negeri dan luar negeri.
Industri pupuk nitrogen dan pupuk fosfat serta industri
lainnya yang berkaitan seperti amoniak.
Industri manufacturing bahan aktip pestisida.
Industri petrokimia, khususnya rantai menengah dan hilir

VIII/29

f.
g.
h.
i.
j.
k.

dari proyek-proyek petrokimia hulu seperti olefin, aromatik dan methanol.


Industri yang mengolah hasil/limbah pertanian seperti
pengolahan tepung dan gula.
Peningkatan kapasitas nasional industri semen sesuai permintaan pasar dalam negeri dan mendorong ekspor.
Meningkatkan pengolahan dan diversifikasi pengolahan mi neral-mineral Industri lainnya, seperti pengembangan in dustri elektro termal (karbid).
Industri anorganik dasar seperti soda abu, chlor-alkali
skala besar, asam fosfat, dan sebagainya.
Peningkatan industri gas.
Industri bahan obat dan bahan kimia untuk karet, plastik,
kertas, zat warna.

Berdasarkan langkah-langkah yang diambil sebagaimana digariskan dalam pedoman pokok tersebut, maka pada tahun pertama Repelita IV telah disetujui investasi untuk kelompok industri ini sebesar Rp. 283.868 juta dan US $ 793.562.000 me lalui PMDN, non PMDN/PMA dan PMA. Pada tahun tersebut terca tat 37 proyek-proyek baru, terdiri dari 7 proyek PMA, 27 pro yek PMDN dan 3 proyek non PMDN/PMA.
Sementara itu telah diselesaikan pembangunan proyek pupuk
urea, ZA, TSP dan amonia, pabrik semen, pabrik yang mengha silkan bahan aktip pestisida, nylon tyre cord, polystyrene,
formaldehyda, dan kertas tissue.
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel VIII-2, produksi pupuk urea, ZA dan TSP pada tahun 1984/85 meningkat masing-ma sing sebesar 2.910.000 ton, 304.000 ton dan 1.002.000 ton
atau mengalami kenaikan sebesar 29,0% bagi pupuk urea, 46,2%
bagi pupuk ZA dan 28,0% bagi pupuk TSP. Peningkatan produksi
pupuk urea disebabkan karena telah mulai berproduksinya 2 pabrik, yaitu pabrik pupuk Iskandar Muda di Aceh dan pabrik pu puk Kalimantan Timur. Produksi pupuk ZA dan TSP meningkat ka rena telah selesainya pabrik Petrokimia Gresik tahap II. Se mentara itu, produksi pestisida telah meningkat dengan 24,4%
atau mencapai 50.500 ton pada tahun 1984/85.
Pada tahun pertama Repelita IV, produksi kertas dan ban
sepeda motor/skuter mengalami penurunan masing-masing sebesar
7,3% dan 9,2%. Pada tahun 1984/85 hanya diproduksi sejumlah
342.300 ton kertas dan 2.215.100 buah ban luar sepeda motor/
skuter. Di lain pihak hasil industri ban luar kendaraan bermotor roda 4 mengalami peningkatan sebesar 7,4% sehingga mencapai jumlah 3.944.000 ton.

VIII/30

Sejalan dengan lesunya industri tekstil sebagai konsumen


serat sintetis, maka industri ini mengalami pula kelesuan pa da tahun 1984/85. Produksi serat sintetis menurun sebesar
3,7% atau dari 152.400 ton pada akhir Repelita III menjadi
146.800 ton pada tahun 1984/85.
Pada tahun 1984/85 peningkatan produksi semen relatip
rendah bila dibandingkan dengan hasil pada tahun-tahun sebelumnya yang disebabkan permintaan yang menurun. Usaha-usaha
menggalakkan pemakaian semen telah dilakukan dengan diversifikasi pasar , antara lain penggunaan semen untuk bantalan kereta api, jalan raya dan tiang listrik beton. Di samping itu
dilakukan usaha-usaha perluasan pasaran ekspor yang telah
ada . Kegiatan-kegiatan ini dilakukan agar pemanfaatan kapasitas terpasang dapat terus ditingkatkan. Produksi semen pada
tahun 1984/85 naik sebesar 9,1% dan mencapai 8.813.300 ton.
Dalam tahun pertama Repelita IV produksi industri kaca,
soda, asam sulfat, aluminium sulfat, sang oksida dan asam
chlorida meningkat cukup besar. Hal ini disebabkan oleh adanya peraturan tata niaga impor yang mengakibatkan produksi
dalam negeri dapat lebih ditingkatkan.
3. Aneka Industri
Pembangunan industri ini mempunyai peranan besar dalam
pembangunan industri secara keseluruhan . Industri ini merupakan jembatan antara industri hulu/dasar dengan industri kecil, sehingga dapat berperan untuk memperkokoh keterkaitan
antara industri besar dan industri kecil. Di samping itu be berapa jenis industri ini memanfaatkan hasil bahan baku dari
dalam negeri, sehingga mempunyai keunggulan komparatif dan
mampu mendorong pembangunan daerah.
Pertumbuhan dan pengembangan industri ini selama Repelita
I dan II diarahkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pada
kurun waktu tersebut, yaitu pengembangan industri-industri
yang menghasilkan barang-barang konsumsi kebutuhan rakyat banyak, khususnya pangan, sandang, dan papan.
Disertai dengan kebijaksanaan untuk melindungi industri
dalam negeri, antara lain berupa tata niaga impor, tarip bea
masuk yang tinggi maka perkembangan aneka industri menjurus
pada pembangunan industri substitusi impor yang berkembang
dengan cepat.

VIII/31

Sesuai dengan kebijaksanaan tersebut, maka pada akhir Repelita II impor barang-barang konsumsi/barang jadi menurun,
namun impor bahan-bahan baku, bahan penolong dan barang modal
termasuk mesin-mesin industri meningkat, sehingga tingkat ketergantungan industri dalam negeri terhadap luar negeri tetap
besar tanpa
memberikan pertambahan nilai terhadap produk-produk yang dihasilkan. Di samping itu terdapat pula kurangnya
keterkaitan antara industri besar, menengah dan kecil dan antara industri
dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, antara
lain pertanian, pertambangan, kehutanan dan jasa.
Keadaan tersebut mengakibatkan kurang berkembangnya industri dalam negeri, kecilnya sumbangan nilai tambah dan terbatasnya kegiatan
dan kemampuan pengolahan sumber alam yang
ada di dalam negeri. Selain itu kemampuan perangkat lunak ku rang berkembang,
kemampuan
dan kualitas ekspor menjadi ren dah. Di samping itu keterkaitan ekonomi di dalam negeri masih
lemah sehingga dampak pada pengembangan wilayah menjadi ter batas.
Dalam Repelita III telah dilakukan usaha-usaha ke arah
pendalaman dan penguatan struktur industri dengan pembangunan
industri dasar dengan tujuan untuk dapat memberikan landasan
yang kuat bagi pengembangan industri hilir. Di samping itu
diambil langkah-langkah untuk meningkatkan keterkaitan antar
industri dan antara sektor industri dengan sektor ekonomi
lainnya, terutama sektor-sektor yang menghasilkan bahan baku
bagi industri seperti sektor pertanian,
kehutanan, pertambangan dan jasa.
Di samping itu pembangunan industri ini mulai menyebar ke
luar Jawa. Dalam kurun waktu tersebut industri yang mengolah
sumber daya alam seperti industri pengolahan kayu, cold sto rage, pengolahan ikan, fraksinasi kelapa sawit, telah berkem bang ke daerah-daerah penghasil bahan mentah. Dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang ada, maka hasil produksi
industri ini mempunyai daya saing dan daya penetrasi yang cu kup kuat sebagai komoditi ekspor. Langkah ini semakin memperkokoh landasan untuk tumbuhnya industri-industri di daerahdaerah.
Pertumbuhan dan
perkembangan aneka industri selama Repelita III mengarah pada dua arah pola pengembangan industri.
Pola pertama menitik beratkan pada pemanfaatan sumber daya
alam, sedangkan yang lain lebih memanfaatkan pada sumber daya
manusia dan orientasi pasar.

VIII/32

Pertumbuhan dan perkembangan produksi aneka industri selama Repelita III, dapat dilihat pada Tabel V I I I - 3 .
Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada umumnya hasil
produksi cabang industri pangan pada akhir tahun Repelita III
menunjukkan peningkatan, kecuali minyak kelapa dan garam.
Pada tahun tersebut produksi minyak kelapa menurun dengan
13,7% dan produksi garam menurun dengan 22,5% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan produksi minyak
kelapa terutama dipengaruhi oleh pengadaan bahan baku kopra
yang pada tahun tersebut cenderung menurun, serta adanya
substitusi oleh Crude Palm Oil (CPO) untuk pabrik fraksinasi/
refining minyak goreng. Menurunnya produksi garam dipengaruhi
oleh meningkatnya curah hujan pada lokasi-lokasi produksi.
Cabang industri tekstil dan kulit pada tahun 1983/84 pada
umumnya meningkat produksinya, kecuali kulit samak jenis kambing domba yang menurun dengan 150.000 lembar atau sebesar
3,4%.
Sementara itu selama Repelita III laju pertumbuhan ratarata per tahun untuk produksi industri tekstil dan benang
tenun masing-masing sebesar 10,5% dan 13,9%, dimana laju pertumbuhan per tahun untuk pakaian jadi adalah 8,7%.
Perkembangan produksi cabang industri kimia selama Repelita III, khususnya sabun cuci, memperlihatkan perkembangan
yang tidak stabil dari tahun ke tahun. Produksi karet bongkah
(crumb rubber), ban sepeda luar dan kotak karton menunjukkan
peningkatan yang mantap.
Produksi karet bongkah meningkat lagi pada tahun 1983/84
sebesar 5,0% setelah mengalami penurunan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 1983/84, sejalan dengan peningkatan permintaan produksi ban sepeda luar dan ban sepeda dalam menunjuk kan kenaikan masing-masing sebesar 3%. Industri kotak karton
menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini sejalan
dengan pertumbuhan industri lain yang memerlukan pengemasan,
baik untuk produk industri yang dipasarkan di dalam negeri
maupun luar negeri, hasil industri ini selama tahun 1983/84
naik sebesar 19,9% . Sementara itu pipa PVC dan cat juga meningkat produksinya sebesar 6,0% dan 11,5% .
Produksi cabang industri alat listrik dan barang logam
antara lain radio/radio kaset, TV berwarna, lemari es, mesin
jahit, menurun sejak beberapa tahun terakhir Repelita III.

VIII/33

TABEL VIII - 3
PRODUKSI ANEKA INDUSTRI,
1968 - 1984/85

No.

Jenis Barang

Satuan

1973/74
(Akhir Repelita I)

1968

1978/79
(Akhir Repelita II)

1982/83

1983/84
(Akhir Repelita III)

1984/85

Aneka Pengolahan Pangan :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Minyak Kelapa
Minyak Goreng
Margarine
Rokok Kretek
Rokok Putih
Vetsin
Susu Kental Manis
Susu Bubuk
Susu Cair
Garam

ton
ton
ton
j u t a batang
juta batang
ton
ribu peti
ton
ribu l i t e r
ton

208.000
22.465
14. 8
-

264.500
28.700
7.000
30.221
20.376
86.000

319.100
37.800
17.700
43.500
25.700
21.600
4.121
13.500
3.383
261.800

442.140
326.200
30.100
59.143
27.125
33.400
4.924
27.600
11.100
799.900

381.700
341.965
85.492
68.200
28.065
35.500
5.277
27.900
18.643
620.000

239.995
605.050
34.090
69.034
26.600
37.103
5.116
23.600
25.140
344.408

ribu meter
bal

316.000
130.000

926.700
316.200

1.576.000
837.300

1.708.900
1.370.000

2.347.200
1.662.000

2.587.500
1.810.000

ton
lembar
ju t a losin

3.333.000
14.4

11.765
4.380.000
21.2

12.685
4.230.000
22.3

17.257
4.681.667
25.7

ton
ton
ton
ribu tube
ribu kotak
ton
ribu buah
ribu buah
ton

13.000
238.000
-

218.525
16.104
44.245108.465
539.770
861.549
7.763
7.111
37.800
31.628
33.229

212.994
29.980
66.778
145.000
681.400
657.025
7.800
7.800
79.526
24.054
53.790

199.000
58.200
75.500
165.120
817.000
689.800
8.031
8.032
95.347
25.500
59.988

160.000
133.000
118.000
240.000
1.525.283
825.000
9.235
10.040
180.000
34.000
60.000

140.000
900.000
70.000
20.000
10.000
18.000.000
500.000
132.000.000
7.080
-

330.487
690.000
1.536.000
687.600
45.600
26.400
90.000
30.360.000
600.000
420.000.000
15.720
36.480

577.439
3.521.000
1.589.947
421.115
232.383
54.998
152.447
30.399.999
393.524
576.600.000
20.051
159.740

379.355
4.080.000
1.503.058
433.434/
189.370
68.940
139.228
45.438.600
290.186
633.600.000
21.000
170.000

272.218
3.787.765
1.570.582
435.672
337.072
58.694
118.951
60.257.460
211.599
743.405.500
38.923
200.076

355.911
755.967

288.385
890.632

460.642
895.453

2.566.000
8.180
102.000

4.249.100
8.785,9
107.810

Aneka Sandang
11.
12 .
13.
14.

Tekstil
Benang Tenun
Kulit Samak
a Sapi/Kerbau
b. Kambing/Domba
Pakaian Jadi
Aneka Kimia dan Serat

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

Sabun Cuci
Sabun Mandi
Detergen
Tapal Gigi
Korek Api
Crumb Rubber
Ban Sepeda Luar
Ban Sepeda Dalam
Kotak Karton
P ip a PVC (dan f i t t i n g )
Cat

ton

131.300
6.600
32.000
556.000
352.700
2.307,1
-

Aneka Logam, Alat


Angkutan dan J a s a
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.

Sepeda Motor
Accu
Radio/Radio Cassette
TV H it a m Putih
TV Berwarna
Ala t Pendingin
Lemari Es
Lampu P i j a r
Mesin Jahit
Battery Kering
Kabel L is t r ik
Alat Semprot
Radio Cassette Recorder Mobil
Kipas Angin

buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
ton
buah

-)
-)
-

buah
buah

424.000
1.800
6
3.700

Aneka Bahan Bangunan dan Umum


40.
41.
42.

Kayu Lapis
Kayu Gergajian
Gelas den Botol

VIII/34

ribu m3
ribu m3
ton

1.862.400
8. 019, 8
93.068

Penurunan produksi antara lain disebabkan berkurangnya daya


beli masyarakat dan mengalirnya produk impor sejenis yang
harganya relatip lebih murah dart produk dalam negeri.
Laju pertumbuhan produksi cabang industri bahan bangunan
dan umum menunjukkan kenaikan yang mantap selama Repelita III,
walaupun pada akhir tahun Repelita III kenaikan produksi tidak
sebesar tahun-tahun sebelumnya. Begitu pula terlihat adanya
peningkatan produksi yang cukup mantap untuk kayu lapis, kayu
gergajian, alat-alat tulis, dan keramik.
Kebijaksanaan pengembangan kelompok aneka industri dalam
Repelita IV meliputi peningkatan keterkaitan antara industri
kecil dengan industri menengah dan industri besar, terutama
industri permesinan dan industri-industri yang menghasilkan
bahan baku industri. Tujuan usaha tersebut adalah untuk memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional. Di samping itu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan keterkaitan
dengan sektor ekonomi lainnya, antara lain sektor pertanian,
kehutanan, pertambangan dan jasa.
Dalam rangka usaha pengendalian pencemaran, penghematan
biaya-biaya transpor dan sebagainya akan dilakukan usaha-usaha untuk menempatkan industri kelompok aneka industri sebanyak mungkin dalam suatu kawasan industri yang dikaitkan dengan pengembangan zona-zona industri dan pusat-pusat pertumbuhan industri. Dengan pengelompokan industri dalam suatu kawasan industri, akan dihemat pula pemakaian sumber energi.
Sehubungan dengan kebijaksanaan tersebut, diambil langkahlangkah untuk mengidentifikasi jenis industri yang dapat dikembangkan dalam zona industri dan pusat pertumbuhan industri
dengan memperhatikan potensi daerah yang bersangkutan.
Selain itu dalam rangka kebijaksanaan pengembangan wilayah akan diutamakan pengembangan aneka industri didalam pusat
pertumbuhan industri, yaitu di sekeliling industri-industri
kunci untuk memperkuat struktur industri secara keseluruhan
dan menunjang penyebaran industri dan penciptaan kesempatan
kerja baru ke daerah-daerah di luar pulau Jawa dan di luar
kota-kota besar.
Guna menciptakan iklim industri yang sehat dan dinamis
maka penyusunan program investasi dan pembangunan kelompok
aneka industri dilandaskan pada konsep keterpaduan baik antara industri besar, menengah dan kecil maupun antara industri
hulu, industri antara dan industri hilir.

VIII/35

Pengembangan kelompok aneka industri akan dititikberatkan


pada pengolahan bahan baku yang berasal dari kekayaan alam
dan memanfaatkan sebanyak mungkin bahan baku dalam negeri untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal.
Mengingat potensi pasar dalam negeri yang cukup besar,
maka pemasaran produk kelompok aneka industri masih dapat dikembangkan, walaupun pasaran dalam negeri menghadapi persaingan produk-produk impor. Pengembangan pemasaran masih dimungkinkan dengan menciptakan desain baru, diversifikasi produk dan peningkatan efisiensi serta produktifitas yang meningkatkan daya saing terhadap produk-produk impor.
Selanjutnya usaha-usaha untuk menciptakan iklim usaha
yang menguntungkan akan terus dilakukan untuk lebih memantapkan usaha dan mendorong investasi baru. Usaha tersebut dilaksanakan melalui penetapan skala prioritas, kemudahan-kemudahan berupa permodalan, perlindungan industri yang wajar,
dorongan ekspor dan secara bertahap menerapkan standar industri.
Dalam rangka pengembangan produksi ditingkatkan usahausaha untuk memanfaatkan kapasitas terpasang secara optimal,
meningkatkan efisiensi dan produktifitas permesin dan pertenaga kerja, meningkatkan kualitas produk serta mengembangkan desain dan diversifikasi produk sesuai dengan permintaan
pasar dan selera konsumen baik di dalam maupun di luar negeri.
Selain itu ditingkatkan isian lokal sehingga dapat meningkatkan keterkaitan di sektor industri sendiri dan dengan
sektor ekonomi lainnya, termasuk pemanfaatan keunggulan komparatif yang ada.
Selanjutnya diambil langkah-langkah untuk meningkatkan
kesadaran dunia usaha mengingat pentingnya penghematan energi
disertai dengan usaha diversifikasi pemanfaatan sumber-sumber
energi yang digunakan oleh industri.
Pembangunan baru kelompok industri ini diarahkan untuk
mendorong penyebaran lokasi proyek-proyek industri ke luar
kota-kota besar dan khususnya ke luar pulau Jawa, terutama ke
daerah-daerah penghasil bahan baku. Langkah-langkah tersebut
sekaligus ditujukan untuk menumbuhkan industri hilir di pusat-pusat pertumbuhan industri dan zona industri.
Selain itu akan dirangsang pertumbuhan industri yang lebih banyak menciptakan kesempatan kerja baru. Dalam usaha ini

VIII/36

akan diambil pula langkah-langkah untuk mendorong pengembangan industri-industri yang berorientasi ekspor. Titik berat pengembangannya diletakkan pada industri yang mempunyai
keunggulan komparatif dan industri yang menghasilkan nilai
tambah yang tinggi.
Untuk mendorong pertumbuhan industri yang saling kait
mengkait diambil langkah-langkah untuk meningkatkan terciptanya keselarasan dan keseimbangan antara industri hulu dan
industri hilir, antara industri besar/sedang dan industri
kecil, antara pengusaha industri dengan tenaga kerja dan
konsumen.
Perlindungan kepada industri dalam negeri diberikan dalam
batas-batas yang wajar dengan tujuan peningkatan kemampuan
bersaing dengan barang-barang impor maupun di pasaran internasional.
Dalam tahun pertama Repelita IV investasi yang telah disetujui untuk aneka industri berjumlah Rp 778,4 milyar untuk
PMDN dan non PMA/PMDN serta sebanyak US $ 206,4 juta untuk
PMA. Dibandingkan dengan tahun 1983/84, investasi aneka industri dalam tahun 1984/85 mengalami penurunan untuk PMA, na mun meningkat untuk PMDN dan non PMA/PMDN. Jumlah perusahaan
yang disetujui mengalami peningkatan, yaitu dari 285 buah
perusahaan pada tahun 1983/84 menjadi 476 buah perusahaan da lam tahun 1984/85, terdiri atas 115 buah PMDN, 334 buah non
PMA/PMDN dan 27 buah PMA. Penambahan jumlah perusahaan selama
tahun 1984/ 85, terutama perusahaan non PMA/PMDN, menunjukkan
bahwa usaha-usaha untuk menumbuhkan jiwa wiraswasta di kalangan masyarakat semakin meningkat.
Tenaga kerja yang diserap oleh proyek-proyek tersebut
berjumlah sekitar 58.396 orang, yang lebih rendah apabila di bandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan perkembangan investasi tersebut di atas kelompok aneka industri mengalami
pertumbuhan 6,6% selama tahun 1984/85, yang lebih tinggi dari
sasaran Repelita IV.
Hasil ekspor komoditi aneka industri selama tahun 1984/85
menunjukkan keadaan yang menggembirakan. Realisasi ekspor
sampai dengan Desember 1984 mencapai US $ 3,0 juta atau 19%
lebih tinggi dari pada sasaran yang ditetapkan.
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu US $ 2,2 juta, realisasinya dalam 1984/85 meningkat dengan 36%.
Hasil usaha yang dilakukan pada tahun pertama Repelita IV

VIII/37

dapat pula dilihat dalam Tabel VIII-3.


Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari 42 jenis barang
yang dihasilkan kelompok aneka industri ini, 12 jenis produk
mengalami penurunan produksi, yaitu minyak goreng kelapa se besar 37,1%, margarine sebesar 60,1%, rokok putih sebesar
5,25%, susu kental manis sebesar 3,0%, susu bubuk sebesar
15,4%, garam sebesar 44,4%, sabun cuci sebesar 19,5%, sepeda
motor sebesar 28,2%, accu sebesar 7.1%, alat pendingin sebesar 14,8%, lemari es sebesar 14,5% dan mesin jahit sebesar
27% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Jenis-jenis produk yang mengalami peningkatan yang cukup
besar adalah minyak goreng kelapa sawit sebesar 76,95%, susu
cair sebesar 34,8%, tekstil sebesar 10,2%, pakaian jadi sebesar 15,2%, sabun mandi sebesar 128,5%, detergen sebesar
56,2%, tapal gigi sebesar 45,3%, korek api sebesar 86,6%, karet bongkah sebesar 19,5%, ban sepeda luar sebesar 14,9%, ban
dalam sepeda sebesar 25,0%, kotak karton sebesar 88,7%, pipa
PVC/fitting sebesar 33,3%, TV berwarna sebesar 79,2%, lampu
pijar sebesar 43,6%, kabel listrik sebesar 85,3%, casette
recorder sebesar 59,7%, kayu lapis sebesar 65,6%, baterai
kering sebesar 17,3% dan alat semprot sebesar 17,7% apabila
dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III.
Selanjutnya dari Tabel VIII-3, dapat pula disimpulkan
bahwa industri yang berkembang dengan mantap meliputi indus tri yang mengolah bahan baku dari dalam negeri, antara lain
kayu lapis, karet bongkah, minyak goreng; industri yang seba gian besar produksinya diekspor, antara lain pakaian jadi,
karet bongkah, kayu lapis; industri yang menunjang sektor
pertanian, antara lain hand sprayer; dan industri yang mempu nyai keterkaitan luas dengan industri. kecil, antara lain in dustri tekstil.
Kelompok aneka industri mengalami cukup banyak masalah
dan tantangan yang antara lain meliputi aspek-aspek bahan
baku dan pemasaran.
Dari segi penyediaan bahan baku aneka industri dapat dikelompokkan atas 2 sumber, yaitu bahan baku yang berasal dari
dalam negeri sendiri sebagai sumber daya alam yang kita mi liki dan bahan baku/komponen yang berasal dari luar negeri.
Pertumbuhan kelompok industri yang mengolah bahan baku
yang berasal dari dalam negeri, seperti agro based indus-

VIII/38

tries, marine based industries, forest based industries dan


mining based industries", kurang berkembang dengan pesat. Hal
ini disebabkan oleh tidak seimbangnya pertumbuhan produksi
bahan baku dibandingkan dengan industri pengolahannya, kualitas dan kuantitas yang kurang memenuhi syarat dan faktorfaktor lain yang menyebabkan pengadaan bahan baku tidak kontinyu. Di samping itu adanya jumlah dan harga yang sangat
tinggi dan berfluktuasi yang disebabkan lokasi penghasil bahan baku tersebar dengan produksi relatif kecil dan harga
pengemasan cukup tinggi.
Bagi kelompok industri yang mengolah bahan baku/komponen
yang berasal dari luar negeri seperti industri elektronika
dan sepeda motor, mempunyai ketergantungan dari luar negeri.
Bahan baku industri ini pada umumnya sangat dipengaruhi oleh
fluktuasi maupun gejolak ekonomi yang terjadi di luar negeri.
Dalam hal pemasaran, potensi dalam negeri yang demikian
besar masih belum dimanfaatkan secara optimal karena beberapa
tantangan, antara lain karena kurangnya motivasi masyarakat
untuk mempergunakan hasil produksi dalam negeri. Di samping
itu masih banyaknya produk-produk dengan mutu yang rendah dan
harga yang tinggi, dibandingkan dengan produk-produk sejenis
dari luar negeri.
4. Industri Kecil
Pembangunan industri kecil dan kerajinan rakyat diarahkan
melalui penyempurnaan, pengaturan, pembinaan dan pengembangan
usaha serta peningkatan produktivitas dan perbaikan mutu produksi, dengan tujuan untuk memperluas kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja. Dalam hubungan ini diusahakan pula agar pe ranan koperasi dapat lebih ditingkatkan.
Dalam kurun waktu Repelita I, pembangunan industri kecil
telah menunjukkan hasil positip dengan meningkatnya jumlah
unit usaha, pendapatan pengusaha/pengrajin di seluruh daerah.
Pertumbuhan industri kecil yang terjadi selama Repelita I di tekankan pada industri yang ada, yang pada umumnya merupakan
industri tradisional/rumah tangga yang menghasilkan barang
dalam jenis dan mutu terbatas.
Dalam perioda Repelita I ini, sistem pendirian proyekproyek induk dihidupkan kembali melalui Probinkra (Proyek
Pembinaan Industri dan Kerajinan Rakyat) yang meliputi Proyek
Feeder Point untuk penyediaan bahan, Proyek Limbah, antara

VIII/39

lain sabut kelapa, batok kelapa, kayu, Proyek Bantuan Mekanisasi dengan status pinjaman, dan Proyek Sales Emporium.
Dalam Repelita II mulai diadakan penyempurnaan di mana
pembinaan tidak hanya dilakukan dengan pemberian bantuan perangkat keras tapi disertai dengan bantuan perangkat lunak melalui pendidikan dan latihan, serta studi perbandingan. Pembinaan industri kecil yang demikian besar jumlahnya dan tersebar lokasinya diprioritaskan pada pembinaan sentra, baik
untuk industri kecil yang tradisional maupun industri kecil
yang modern/dinamis. Pembinaan industri kecil yang berada di
luar sentra ditekankan pada industri kecil modern/dinamis.
Prioritas pembinaan tersebut diberikan mengingat bahwa
jumlah unit usaha maupun tenaga kerja yang terserap pada
sentra meliputi 90% untuk seluruh unit usaha dan 85% untuk seluruh tenaga kerja, ditambah dengan industri kecil
modern/dinamis di luar sentra sebesar 6% untuk seluruh unit
usaha dan 6% untuk seluruh tenaga kerja.
Pembinaan dan pengembangan industri kecil tradisional diarahkan untuk dapat memperluas lapangan usaha dan penyerapan
tenaga kerja. Sedangkan pembinaan dan pengembangan industri
kecil modern/tradisional diarahkan untuk memperdalam struktur
industri dengan meningkatkan keterkaitan antara industri kecil, besar dan sedang serta dengan sektor ekonomi lainnya.
Dalam Repelita III sarana/model pembinaan mulai ditingkatkan dengan didirikannya lembaga khusus yang melakukan pembinaan industri kecil dan didirikannya sarana tempat usaha
dalam bentuk Lingkungan Industri Kecil (LIK), Perkampungan
Industri Kecil (PIK), Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK), dan
Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) dalam jumlah tertentu untuk
dapat menjangkau industri kecil yang berlokasi di pedesaan.
Pembinaan industri kecil selama Repelita III, telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan baik berupa peningkatan kemampuan manajemen yang ditandai dengan kemampuan meningkatkan pemasaran, kemampuan memperoleh kredit, kemampuan
ekspor, maupun kemampuan di bidang teknik yang berupa peningkatan kualitas dan kuantitas hasil produksi dan diversifikasi
produk.
Perkembangan potensi industri kecil baik unit usaha maupun penyerapan tenaga kerja sejak tahun 1974 sampai dengan
tahun 1984 adalah sebagai berikut :

VIII/40

1974

1979

1983

1984*)

1.234.511

1.429.106

1.554.871

1.565.866

3.899.856

3.621.868

4.423.826

4.593.751

T a h u n

Unit Usaha
(Unit)
Tenaga Kerja
(orang)

*) Angka Sementara
Pemasaran hasil industri kecil antara lain dilaksanakan
melalui sistem keterkaitan dengan industri besar/sedang seperti dalam hubungan Bapak Angkat dan Sub Kontrak. Selain itu
juga dipasarkan melalui pedagang besar, pusat pertokoan, toko
serba ada, dengan pariwisata melalui hotel-hotel dan tempattempat wisata.
Selain untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, beberapa
jenis produk industri kecil juga mempunyai potensi untuk diekspor. Di samping barang-barang kerajinan, beberapa komoditi
produk tersebut antara lain adalah meubel, minyak atsiri,
kain tenun/sarung, pakaian jadi, barang-barang dari rotan
serta barang-barang dari kulit.
Perkembangan nilai ekspor hasil industri kecil kerajinan
rumah tangga selama periode 1 9 7 3 - 1 9 8 4 disajikan dalam Tabel
V I I I - 4 . Seperti terlihat pada tabel tersebut nilai ekspor industri kecil/kerajinan rumah tangga sampai dengan tahun 1983
terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika ada tahun 1 9 7 3
nilai ekspor industri ini Baru berjumlah US $ 8,8 juta, maka
dalam tahun 1 9 8 3 nilai ekspor telah mencapai US $ 287,8 juta.
Selain ekspor melalui prosedur biasa ekspor industri kecil
juga melalui pembelian oleh wisatawan asing dan barang kiriman.
Hasil pembinaan yang dilakukan telah mencerminkan pula
kemampuan berusaha pengusaha industri kecil yang terus me ningkat, hal mana dapat dilihat dari perkembangan investasi
melalui Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja
Permanen (KMKP) yang terus naik. Jika pada tahun 1974 nasabah
KIK berjumlah 2.000 orang dengan pagu kredit sebesar Rp.
4.000 juta, maka dalam tahun 1984 jumlah nasabah telah
meningkat menjadi 29.000 orang dengan pagu kredit sebesar Rp.
117.000

VIII/41

TABEL VIII - 4
NILAI EKSPOR INDUSTRI KECIL/KERAJINAN RUMAH TANGGA,
1973 - 1985

Tahun

Jumlah
(ribu US $)

1973

8.815

1978

14.663

1982

174.932

19831)

287.813

19841)

500.835

19852)

122.757

1) Angka sementara
2) Angka-angka Januari s/d April

VIII/42

juta. Nasabah KMKP dalam tahun 1974 mencakup 5.000 orang dengan pagu kredit Rp. 6.000 juta dan pada tahun 1984 telah me ningkat hingga 200.000 orang nasabah dengan pagu kredit sebesar Rp. 252.000 juta.
Salah satu kelemahan utama dalam usaha industri kecil dan
kerajinan adalah ketidak mampuan mereka dalam mengetahui secara tajam tentang prospek pasar serta kebutuhan konsumen
baik dalam pengertian spesifikasi produk, kualitas, harga
maupun waktu penyerahan yang tepat. Di samping hal tersebut,
juga lemahnya kedudukan para pengusaha/pengrajin dalam hubungan dagangnya baik dengan para suplier bahan baku/penolong, para pedagang/pengumpul.
Meskipun pada hasil produksi industri kecil belum dilakukan penerapan SII, namun telah tercatat sebanyak 21 perusaha an yang telah mampu menerapkan SII, yaitu terdiri atas 3 perusahaan logam, 13 perusahaan bahan bangunan, 1 perusahaan pa ngan, 1 perusahaan sepatu, 1 perusahaan pakaian jadi, dan 2
perusahaan shuttle cock. Beberapa perusahaan telah mampu membuat suku cadang untuk kendaraan bermotor, permesinan dan
elektronika yang memenuhi persyaratan pre sisi dan kualitas
tinggi.
Sebagai bagian tak terpisahkan dari pola pengembangan industri nasional, kebijaksanaan pengembangan industri kecil
dalam Repelita IV mencakup ruang lingkup, kebijaksanaan pokok
dan kebijaksanaan operasional.
Ruang lingkup kelompok industri kecil mempunyai misi pemerataan yang ditujukan untuk menserasikan pertumbuhan ekonomi, dalam kaitan struktur sosial budaya, politik dan stabili taa kehidupan masyarakat dalam proses industrialisasi. Ruang
lingkup ini mencakup industri kecil yang dinamis/modern, serta industri kerajinan yang menggunakan keterampilan tradisional menghasilkan benda seni.
Sementara itu, ruang lingkup ini juga ditetapkan berdasarkan kriteria besaran investasi peralatan/mesin produksi,
jumlah penyerapan tenaga kerja, penerapan teknologi tepat guna, tingkat madya dan sederhana. Selanjutnya juga diusahakan
jenis-jenis industri yang khusus dicadangkan bagi kegiatan
industri kecil kerajinan yang dilakukan oleh masyarakat pe ngusaha golongan ekonomi lemah.
Bola kebijaksanaan pokok industri kecil dalam rangka
proses industrialisasi adalah meningkatkan bermacam-macam ke-

VIII/43

ahlian dan berbagai jenis keterampilan dalam rangka penguasaan teknologi dan keteknikan, rancang bangun dan perekayasaan,
serta kewiraswastaan.
Kebijaksanaan operasional berorientasi pada 6 butir kebi jaksanaan Pola Pengembangan Industri Nasional. Dalam kebijaksanaan ini ditentukan pola pengembangan industri kecil ting kat nasional, dengan menetapkan bentuk keterkaitan antar produk, sasaran pemasaran produk, sifat strategis produknya.
Kebijaksanaan ini mencakup pula tata cara pembinaan sentra-sentra industri kecil melalui unit-unit pelayanan teknis
yang terus dikembangkan. Selain itu dilakukan pula usaha-usaha pengkaitan pengembangan industri kecil dengan Pusat Pengembangan Wilayah, Kawasan Industri, Sentra-sentra Industri
Kecil, LIK, PIK, dan SUIK.
Pembinaan dan pengembangan industri kecil merupakan bagi an yang tak terpisahkan dari kebijaksanaan pendalaman struk tur, melalui keterkaitan dengan industri besar dan sedang
serta dengan sektor ekonomi lain. Langkah-langkah diambil untuk mendukung usaha pengembangan industri permesinan dan
elektronika, pengembangan ekspor dan memenuhi kebutuhan masyarakat banyak melalui pencadangan kegiatan usaha bagi in dustri kecil.
Ciri-ciri jenis industri kecil yang ditingkatkan pembina an dan pengembangannya melalui pencadangan industri kecil
adalah yang banyak menyerap tenaga kerja, hasil produksinya
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, berkaitan dengan
sektor pertanian dan konstruksi, berkaitan dengan industri
permesinan, produknya mempunyai prospek ekspor.
Pembinaan dan pengembangan kelompok industri kecil yang
modern/dinamis menggunakan keterampilan tradisional dan meng hasilkan benda seni dengan menerapkan teknologi tepat guna
dalam usaha pemerataan kesempatan berusaha dan penciptaan lapangan kerja.
Berdasarkan kebijaksanaan pokok serta kebijaksanaan operasional yang telah diuraikan di atas, dalam melaksanakan
pembinaan dan pengembangan industri kecil sejak awal Repelita
IV telah ditetapkan pendekatan serta jalur sebagai berikut:

Pengembangan industri kecil dan kerajinan rakyat dilaksa nakan dengan prioritas untuk memecahkan masalah pemasaran
hasil produksi industri kecil dan kerajinan rakyat, de-

VIII/44

ngan memanfaatkan secara efektip jalur-jalur perdagangan


yang ada maupun memperluas kemungkinan jalur baru melalui
kerjasama keterkaitan yang luas.

Pengembangan industri kecil dilaksanakan per jenis industri dengan selalu mempertimbangkan keunggulan komparatif
yang dimiliki, dan melaksanakan dengan konsisten usahausaha keterkaitan, baik antara industri kecil dengan industri menengah dan besar, antara industri kecil dengan
kegiatan dan kebutuhan sektor ekonomi lainnya.

Pengembangan industri kecil dan kerajinan rakyat dilaksanakan dengan membina sentra-sentra yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan mempertimbangkan kedua hal di atas.

Pembinaan dan pengembangan industri kecil diarahkan agar


industri ini menjadi basis pengembangan industri dalam
struktur perekonomian nasional.

Sejalan dengan kebijaksanaan tersebut dalam Repelita IV


pembangunan industri kecil dititik beratkan pada industri
yang menyerap banyak tenaga kerja, industri yang hasil produksinya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, industri
yang berkaitan dengan pembangunan sektor ekonomi lainnya terutama dengan sektor pertanian dan konstruksi, dan industri
yang hasilnya mempunyai prospek ekspor.
Langkah-langkah tersebut didukung oleh kemampuan penguasaan perangkat lunak, penelitian dan pengembangan serta enjiniring dan tenaga industrial yang tangguh dengan menerapkan
teknologi yang tepat guna. Pembinaan dan pengembangan industri
kecil dibagi dalam lima cabang industri yaitu industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan
bangunan, industri kerajinan dan umum, industri logam.
Segala usaha yang telah dilakukan tersebut telah memberikan hasil yang berarti. Selama tahun pertama Repelita IV in dustri kecil mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik
dalam unit usaha, tenaga kerja, maupun nilai produksi. Unit
usaha baru yang didirikan pada tahun 1984 adalah sejumlah
10.995 unit, sedangkan tenaga kerja yang terserap sebanyak
169.925 orang.
Dalam tahun 1984 nilai ekspor industri kecil/kerajinan
rumah tangga telah meningkat, yaitu dari US $ 287,8 juta
dalam tahun 1983 menjadi US $ 500,8 juta dalam tahun 1984.

VIII/45

Anda mungkin juga menyukai