BAB VIII
INDUSTRI
I.
PENDAHULUAN
VIII/3
VIII/4
II.
LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKSANAAN
Pembangunan industri yang dicapai selama kurun waktu Repelita I sampai dengan Repelita III telah meningkat dengan
pesat namun dalam memasuki Repelita IV timbul masalah-masalah
d i sektor industri.
Masalah-masalah yang dihadapi tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
VIII/5
liputi, ongkos angkutan dan bongkar muat serta biaya listrik yang cukup tinggi; (2) Meskipun mempunyai keunggulan
komparatif di bidang tenaga kerja, namun pada umumnya tenaga kerja yang ada hanya terbatas untuk tenaga yang tidak terampil, sedangkan untuk menghasilkan produk industri
yang dapat diekspor lebih diperlukan penggunaan tenaga
terampil; (3) Masih kurangnya diversifikasi negara-negara
tujuan ekspor sehingga jangkauan pemasarannya hanya terbatas di negara-negara
tertentu saja (MEE, Amerika Serikat dan sebagainya). Selain daripada itu keterbatasan kemampuan untuk menjangkau pasaran internasional antara lain disebabkan karena belum berkembangnya perusahaan perdagangan yang mampu untuk memasarkan hasil industri nasional ke pasaran luar negeri; dan (4) Kebijaksanaan negara-negara maju dewasa ini menjurus kearah proteksionisme dengan tujuan untuk melindungi industri dari negara
tersebut dengan berbagai peraturan tarip maupun non tarip
(bea masuk, tata niaga, kuota dan sebagainya).
e.
f.
Selain dari pada itu pengembangan industri kecil dan kerajinan rakyat yang harus berperan untuk menunjang pemerataan terutama di bidang perluasan kesempatan kerja masih
menghadapi hambatan antara lain adanya pemasaran ha-sil
industri, kecil belum terkait secara baik dengan industri
besar dan menengah. Serta belum mempunyai pengusaha industri
kecil menghasilkan barang-barang yang sesuai dengan standar,
karena peralatan dan teknologi yang dipergunakan masih
sederhana,
serta
keterbatasan
dalam
kewiraswastaan,
manajemen dan permodalan.
g.
h.
VIII/6
milikan modal, kemampuan berusaha dan manajemen serta kurangnya keahlian di bidang penelitian dan pengembangan.
Setelah melakukan pembangunan industri selama tiga Repelita, dan dengan memperhatikan permasalahan yang timbul maka
sesuai dengan pola pengembangan industri nasional, Repelita
IV diharapkan merupakan tahap untuk dapat menciptakan kerangka landasan yang kemudian dimantapkan dalam Repelita V sehingga mampu tinggal landas untuk memacu pembangunan pada
akhir Repelita VI.
Kebijaksanaan yang akan ditempuh dalam Repelita IV adalah
mengarahkan pembangunan industri agar dapat mengembangkan
struktur ekonomi nasional melalui penyusunan program terpadu
yang saling menunjang antara sektor industri dengan sektorsektor lainnya; meningkatkan perkuatan
dan pendalaman struktur industri sendiri melalui usaha peningkatan keterkaitan
antara berbagai jenis industri,
secara vertikal dan horizon tal serta bagi semua ukuran unit-unit usaha industri yang
ada; meningkatkan pembinaan industri kecil, sehingga tidak
hanya membantu memecahkan masalah kesempatan kerja, tetapi
juga meningkatkan peranannya dalam proses pembentukan nilai
tambah di sektor industri; memperbesar peranan bangsa Indonesia sendiri di dalam usaha pembangunan industri melalui peningkatan kemampuan dalam melakukan rancang bangun dan perekayasaan, dalam mengelola usaha industri, dalam penguasaan
teknologi proses produksi, serta dalam memilih dan mengembangkan teknologi; meningkatkan ekspor hasil-hasil industri;
serta secara keseluruhannya melalui pembangunan industri yang
ditujukan untuk mengubah bentuk masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri
harus tetap dijamin terwujudnya masyarakat Indonesia yang berkepribadian, maju, sejahtera, adil dan
lestari berdasarkan Pancasila.
Sesuai dengan kebijaksanaan tersebut, dalam memasuki Repelita IV, telah dikembangkan kebijaksanaan pengelompokan Industri Nasional dalam tiga kelompok yaitu industri dasar, in dustri hilir (aneka industri) dan industri kecil.
Dalam kelompok industri dasar dikenal dua sub kelompok
yaitu industri mesin dan logam dasar serta industri kimia dasar. Misi (embanan) kelompok industri dasar mencakup dua hal
yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penguatan struktur
industri, dimana kelompok industri hilir mempunyai misi (embanan) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan,
sedangkan industri kecil mempunyai peranan pemerataan. Teknologi yang dipergunakan pada kelompok industri dasar adalah
VIII/7
teknologi maju dan teruji, dimana kelompok industri hilir da pat menggunakan teknologi maju teruji atau teknologi madya
sedangkan kelompok industri kecil menetapkan teknologi madya
atau sederhana.
Dilihat dari penggunaan tenaga kerja, maka kelompok industri dasar bersifat tidak padat karya namun dapat menimbul kan dan merangsang kegiatan ekonomi lanjutan pada penumbuhan
kelompok industri hilir dan kecil serta kegiatan jasa / Selanjutnya kelompok industri hilir dapat bersifat tidak padat
karya ataupun padat karya sedangkan kelompok industri kecil
bersifat padat karya.
Pelaksanaan program ekspor sektor industri pada tahap
awal industrialisasi dititik beratkan pada kelompok aneka in dustri untuk kemudian disusul oleh kelompok industri dasar,
dan kelompok industri kecil.
Dengan memperhatikan amanat GBHN, kondisi awal Repelita
IV termasuk masalah-masalah dan hambatan yang dihadapi sektor
industri, demikian pula dengan meletakkan cakrawala pandang
pembangunan industri pada Repelita VI di mana industri telah
mampu untuk berkembang atas kemampuan sendiri, maka telah disusun pola pengembangan industri nasional. Pokok penjabarannya pola tersebut dalam Repelita IV adalah sebagai berikut.
Pengembangan industri yang sejauh mungkin diarahkan untuk
pendalaman dan pemantapan struktur industri serta dikaitkan
dengan sektor ekonomi lainnya. Kebijaksanaan ini diarahkan
untuk memperkuat struktur industri sekaligus diimbangi dengan
pelaksanaan program keterkaitan, yaitu keterkaitan antara kelompok industri dasar, hilir dan kecil serta antara sektor
ekonomi lainnya terutama dengan sumber daya alam. Pengembangan industri
yang mengolah sumber daya alam ini diarahkan
untuk mengurangi ketergantungan bahan baku/bahan penolong dari luar negeri, meningkatkan nilai tambah serta sekaligus
memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan diarahkan pula untuk program ekspor hasil produk industri.
Pengembangan industri yang bertumpu pada sumber daya alam
dapat melahirkan industri dasar, yang mampu mendorong perkem bangan wilayah melalui pertumbuhan zona-zona industri, yang
pada saatnya dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi lan jutan, baik pada pertumbuhan industri hilir, industri kecil
serta kegiatan jasa-jasa perdagangan dan lain sebagainya.
Dengan mengadakan pengaturan tata ruang yang terpadu pada
zona-zona industri yang dikembangkan, maka akan dihasilkan
VIII/8
pertumbuhan kawasan-kawasan industri hilir, daerah-daerah pemukiman, kota-kota dengan pusat-pusat pelayanan jasa, daerahdaerah penyangga pertanian serta prasarana dan sarana angkutan
jalan raya ataupun angkutan laut.
Keberhasilan pengembangan wilayah pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi pada zona industri yang memanfaatkan potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia tersebut secara keseluruhan akan dapat memperkokoh kesatuan ekonomi wilayah
yang
bersangkutan.
Kesatuan ekonomi wilayah yang antara lain didukung oleh
pertumbuhan ekonomi pada zona-zona industri dasar/kunci meliputi
kelompok industri kimia dasar yang menghasilkan semen, pupuk,
pulprayon, kertas, petrokimia, asam sulfat dan sebagainya;
kelompok industri logam dasar yang menghasilkan besi baja,
aluminium, tembaga; dan serta kelompok aneka industri yang
menghasilkan pangan,
bangunan,
agro based, industri ha sil
hutan, dapat mewujudkan suatu Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
(WPPI) dan pada saatnya akan menghasilkan suatu keterkaitan
antar wilayah, yang secara bertahap akan menumbuhkan kesatuan
ekonomi nasional dan pada saatnya akan memperkokoh usaha-usaha
perwujudan Wawasan Nusantara.
Pengembangan industri permesinan dan elektronika disusun
terutama dengan menitik beratkan kebutuhan di dalam negeri yang
mempunyai pasaran terandalkan, mempunyai rangkaian proses yang
panjang serta keterkaitan yang luas, mempunyai pa-saran ekspor
hasil produk menunjang industri pertahanan/keamanan.
Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari potensi industri permesinan, serta untuk meningkatkan kemampuan
perekayasaan,
diambil
kebijaksanaan
untuk
menciptakan
dan
menjamin pasaran terandalkan. Di samping itu ditingkatkan pula
kebijaksanaan untuk
mengutamakan penggunaan mesin, peralatan
dan komponen buatan dalam negeri.
Industri permesinan diarahkan untuk dikembangkan dengan
dua cara yakni: pertama, dimulai dari penguasaan atau adapta- si dari rancang bangun dan perekayasaan yang kemudian diikuti
dengan penguasaan dalam pembuatan peralatan; dan kedua, dimulai
dengan usaha perakitan yang kemudian diikuti dengan pembuatan
komponen.
Pengembangan kelompok industri permesinan dan elektronika
tersebut diprioritaskan kepada :
VIII/9
VIII/ 10
VIII/ 11
VIII/12
VIII/13
tis usaha sama yang mencakup pabrik pupuk urea, amonia, semen
dan kertas.
Selanjutnya secara terperinci, hasil-hasil yang telah dicapai pada masing-masing kelompok industri dan kebijaksanaankebijaksanaan yang telah diambil selama pelaksanaan Repelita
dicantumkan dalam uraian berikut ini.
1. Industri Mesin dan Logam Dasar
Hasil dari kelompok industri mesin dan logam dasar sebagian besar merupakan barang-barang modal yang sangat diperlukan dalam kegiatan produksi di berbagai sektor ekonomi.
Dalam masa Repelita I dan II kelompok industri mesin dan
logam dasar mengalami kemajuan-kemajuan yang pesat. Kemajuan
ini disebabkan oleh cepatnya peningkatan permintaan akan ha sil-hasil barang logam, khususnya untuk konstruksi bangunan,
barang-barang keperluan rumah tangga dan komponen mesin.
Dalam Repelita I mulai berkembang industri baja batangan
yang hasil produksinya sebagian besar adalah besi beton dan
plat seng. Industri ini cukup pesat perkembangannya, sejalan
dengan meningkatnya pekerjaan konstruksi bangunan. Jika pada
awal Repelita I baru dihasilkan 4.500 ton besi baton dan
6.650 ton plat seng, maka pada akhir Repelita I produksinya
masing-masing telah meningkat menjadi 120.000 ton dan 70.000
ton dan pada akhir Repelita II mencapai 300.000 ton dan
185.000 ton. Selain itu, juga telah dapat dihasilkan kawat
baja dengan jumlah produksi pada akhir Repelita I sebesar
30.000 ton dan pada akhir Repelita II menjadi 100.000 ton.
Di bidang industri mesin, telah dikembangkan mesin-mesin
pertanian. Pada awal Repelita I, telah dapat diproduksi mesin
penumbuk padi sebanyak 900 buah dan pada akhir Repelita I meningkat menjadi 3.500 buah atau meningkat sebesar 288,9%. Se mentara itu pada akhir Repelita II, produksi mesin penumbuk
padi menurun menjadi 2.200 buah, namun telah dapat diproduksi
lebih banyak jenis mesin pertanian seperti traktor tangan dan
traktor mini dengan produksi masing-masing sebesar 280 buah
dan 25 buah.
Kemajuan-kemajuan dialami pula oleh industri kendaraan
bermotor, walaupun kegiatannya masih terbatas pada perakitan.
Pada akhir Repelita I industri ini menghasilkan 36.700 buah
kendaraan bermotor roda empat. Jika dibanding dengan produksi
VIII/14
VIII/I5
VIII/16
VIII/17
VIII/18
kegiatan industri kendaraan bermotor sejak tahun 1983/84 mengalami kelesuan. Jika pada tahun 1982/83 dihasilkan 29.236
buah kendaraan penumpang, maka pada tahun 1983/84 hanya diha silkan 24.183 buah dan pada tahun 1984/85 menurun lagi hingga
23.368 buah. Sementara itu kendaraan niaga, kendaraan serbaguna dan kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS) yang jumlah produksinya mencapai 158.364 buah pada tahun 1982/83, hasilnya menurun pada tahun 1983/84 hingga 131.655 buah dan pa da tahun 1984/85 menurun lagi hingga 130.302 buah.
Di bidang industri kereta api, pada tahun 1984/85 mulai
dihasilkan gerbong penumpang sebanyak 16 buah. Sementara itu
produksi gerbong barang meningkat dari 400 buah pada tahun
1983/84 menjadi 636 buah pada tahun 1984/85 atau kenaikan se besar 59%.
Kebijaksanaan pengembangan industri pesawat terbang ada lah meningkatkan diversifikasi produk yang dibuat di dalam
negeri sesuai dengan perkembangan teknologi dunia, mendorong/
memanfaatkan pembuatan komponen di dalam negeri dan meningkatkan pengetahuan teknologi dan keterampilan tenaga kerja.
Sementara itu kemajuan yang dialami dalam industri pesawat
terbang adalah peningkatan industri pesawat terbang PT NURTANIO dalam memproduksi pesawat terbang jenis fixed wing. Sampai dengan tahun 1983/84 telah dihasilkan pesawat terbang tipe C 212. Pada tahun 1984/85 mulai dihasilkan tipe CN 235
sebanyak 1 buah. Selain itu juga dihasilkan tipe C 212 sebanyak 9 buah, sehingga jumlah produksi pesawat terbang mencapai 10 buah pada tahun 1984/85 atau 2,9% lebih tinggi dari
produksi pada tahun sebelumnya sebanyak 7 buah. Untuk produk si helikopter terdapat 4 tipe, yaitu B0-105, PUMA, BK 117
dan Bell 412. Jumlah produksi helikopter tahun ini mencapai
30 buah, sedang pada tahun sebelumnya 29 buah.
Dalam mengembangkan industri perkapalan di dalam negeri
akan dimanfaatkan adanya tambahan kapal niaga baik sebagai
pengganti kapal-kapal tua maupun sebagai tambahan guna menampung kenaikan volume angkutan yang selalu meningkat. Pada ta hun 1984/85 industri perkapalan mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat. Produksi kapal baja baru melonjak naik dari
7.865 BRT pada tahun 1983/84 menjadi 21.314 BRT pada tahun
1984/85, atau kenaikan sebesar 316,9%. Reparasi kapal baja
pada tahun 1984/85 juga meningkat menjadi 1.024.845 BRT dari
602.600 BRT pada tahun 1983/84.
Kapasitas terpasang per tahun industri baja dewasa ini
dapat diutarakan sebagai berikut :
VIII/ 19
- Besi spons
Besi kasar
: ingot
billet
slab
- Baja batangan : besi baton
profil ringan menengah
batang kawat
profil berat
2.200.000
8.000
409.675
962.213
1.100.000
1.139.000
283.500
416.000
392.100
1.100.000
800.000
490.500
130.000
60.000
375.000
60.000
33.000
8.000
4.000
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
VIII/20
dengan produksi tahun 1983/ 84 sebesar 882.600 ton. Dalam pa da itu, saat ini sedang dilaksanakan pembangunan pabrik baja
lembaran canai dingin dengan kapasitas sebesar 850.000 ton
per tahun.
Dalam cabang industri bukan besi baja dewasa ini tercatat
4 buah industri tembaga yang telah berproduksi, yaitu tembaga
ingot dan batang tembaga dengan kapasitas terpasang masingmasing 5.880 ton dan 51.000 ton. Batang tembaga merupakan bahan Baku industri kabel listrik. Untuk industri ini masih di perlukan bahan lainnya, yaitu katoda tembaga yang masih diim por. Dalam pada itu, industri batang tembaga pada tahun 1984/
85 adalah sebesar 17.000 ton, meskipun mengalami peningkatan
dibandingkan produksi tahun 1983/84 sebesar 15.000 ton, namun
masih lebih rendah dari saat mulai berproduksi pada tahun
1982/83 yaitu sebesar 18.500 ton.
Di hasil industri tembaga, dewasa ini dapat dicatat
perkembangan yang pesat dalam industri aluminium. Pada waktu
ini terdapat 20 perusahaan yang telah menghasilkan 6 jenis
hasil produksi, antara lain aluminium ingot dengan kapasitas
terpasang 225.000 ton per tahun, dimana sebanyak 150.000 ton
untuk ekspor dan 75.000 ton untuk keperluan bahan baku indus tri dalam negeri. Selain dari itu telah beroperasi pula 12
perusahaan aluminium extrusion dengan jumlah kapasitas terpasang 19.725 ton per tahun, 4 buah aluminium lembaran dengan
jumlah kapasitas terpasang 32.600 ton per tahun, sebuah perusahaan aluminium foil dengan kapasitas terpasang 4.800 ton
per tahun dan sebuah perusahaan aluminium seng dengan kapasi tas terpasang 2.400 ton per tahun. Dalam Repelita IV langkahlangkah yang diambil dalam cabang industri ini adalah pengem bangan billet untuk aluminium extrusion. Di samping itu untuk
menunjang industri permesinan, dikembangkan pula industri die
casting aluminium dan industri paduan aluminium.
Produksi aluminium ingot pada tahun 1984/85 adalah sebe sar 181.000 ton atau 57,4% di atas produksi tahun 1983/84
yang besarnya 115.000 ton. Sementara itu produksi aluminium
extrusion tahun 1984/85 adalah sebesar 11.000 ton, sama de ngan produksi tahun 1983/84. Produksi plat aluminium 1984/85
meningkat menjadi 9.000 ton dibandingkan tahun 1983/84 sebesar 8.000 ton, namun masih lebih rendah dari tahun 1982/83
yang besarnya 15.093 ton.
Perkembangan produksi industri mesin dan logam dasar da pat dilihat pada Tabel VIII-1.
VIII/21
TABEL VIII - 1
PR0DUK8I INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR
1968 - 1984/85
No.
Jenis Barang
Satuan
1968
1973/74
(Akhir Repelita I)
1978/79
(Akhir Repelita II)
1983/84
(Akhir Repelita III)
1984/85
1. Besi Spons
Ton
2. Ingot Baja
Ton
80.000
391.0003)
693.496
541.000
882.600
738.000
901.260
3. Besi Baton
Ton
300.000
743.768
724.000
644.700
Ton
Ton
4.500
-
120.000
4. Kawat Baja
30.000
100.000
110.000
102.447
6.650
70.000
185.000
128.330
316.675
323.130
245.937
1.800
80.000
118.300
282.526
246.685
239.623
10.000
127.000
248.000
108.000
191.000
115.000
181.000
11.000
5. Plat Seng
6. Pipa Baja
7. Baja Lembaran
Ton
Ton
8. Slab baja
1982/83
Ton
Ton
Ton
2.800
12.284
11.000
Ton
9.700
15.093
8.000
9.000
18.500
64.558
Buah
30.400
280
15.000
58.000
17.000
Ton
Buah
1.271
1.065
1.091
Buah
25
116
68
Buah
71
22
Buah
Buah
900
-
3.500
-
Buah
200
360
Buah
Buah
9. Aluminium Ingot
3)
29.262
3)
3)
55.278
2.200
1.678
467
1.185
600
248
1.680
120
1.274
409
387
440
550
1.200
1.080
1.300
10
18
19
30
Ton
3.300
7.400
55.000
5.612.00
0
Ton
3.400
9.420
Ton
1.920
1:700
Karet
26. Konstruksi Plat/
Ton
200
1.050
Pemasangan Mesin
27. Mesin Bubut (lathe)
28. Mesin Bor (drilling
Buah
17.000
Buah
Machine)
29. Mesin Freis (milling
Buah
machine)
30. Mesin Gergaji
Buah
Buah
(Beton Bolen)
21. Mesin Pemecah Batu
(Stone crusher)
22. Mesin Pengolah Hasil
Perkebunan/Komponen Pabrik
23. Mesin Peralatan Pabrik
Kelapa Sawit
24. Mesin Peralatan Pabrik
Gula
25. Mesin Peralatan Pabrik
183
28.000
300
130
225
25
30
50
50
Ton
Buah
10.000
11.300
33. Blower
34. Bulldozer
Buah
24
100
46
200
Buah
22
202
35. Forklift
36. Excavator
Buah
50
58
Buah
150
VIII/22
5.550
-
11.229
VIII/23
GRAFIK VIII 1
PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR
1968 1984/85
VIII/24
TABEL VIII 2
PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR
1968 - 1984/85
No.
Jenis Barang
Satuan
1968
1. Pupuk Urea
2. Pupuk Z.A.
ton
ton
3. Pupuk TSP
ton
4. Pestisida
5. Kertas
ton
ton
buah
ton
ton
10. Semen
1973/74
(Akhir Repelita I)
115.700
122.800
1978/79
(Akhir Repelita II)
1.437.242
141.000
1982/83
2.255.0001)
208.000
2.910.000
304.000
577.400
48.0001)
296.880
783.000
1.002.000
9.128
47.200
1.351.500
155.203
2.540.401
1.150.000
-
1.658.157
1.550.000
ton
515.000
819.000
14.025
3.629.003
ton
22.300
12. Soda
ton
ton
ton
m3
m3
m3
2.100
17. Acetylene
99.200
ton
ton
4.500
-
5.320
65.080
43.114
ton
34.1001)
ton
ton
1)
ton
ton
1984/85
1.961.0001)
209.600
400
10.000
1983/84
(Akhir Repelita III)
40.6001)
369.200
3.885.614
3.673.300
2.567.149
614.000
81.074
2.438.528
541.000
50.500
342.300
3.944.000
2.215.100
706.000
38.200
7.650.000
37.100
8.078.094
51.428
100.720
110.891
152.100
2.900
8.456
29.044
14.400
25.600
17.700
17.200
24.552
18.788
32.239
17.783
44.893
26.845
4.635.100
7.182.000
9.500.000
3.485
335.000
4.595
600.000
810
8.813.300
61.500
39.000
9.781.433
970
10.515
113.680
61.447
51.400
19.500.000
3.922
244.191
7.200
1.690.000
980
2.500
10.771
152.4001)
110.559
15.700
146.800
269.300
64.063
68.700
1.600
1.700
39.000
61.500
Angka diperbaiki
VIII/25
GRAFIK VIII 2
VIII/26
VIII/27
Cabang industri lainnya yang panting adalah industri semen. Meningkatnya aktivitas sektor konstruksi dalam pembangunan nasional, mendorong pembangunan cabang industri ini
dengan pesat. Pada tahun 1968 dihasilkan sebanyak 515.000 ton
semen, dan pada tahun 1973/74 produksi semen telah mencapai
819.000 ton dan kemudian pada tahun 1978/79 telah meningkat
menjadi 3.629.003 ton. Pada akhir Repelita III produksinya
telah mencapai 8.078.094 ton.
Cabang industri kaca mengalami pula peningkatan yang cu kup pesat. Produksi jenis industri kaca polos mulai dihasil kan
dalam kurun waktu Repelita I. Pada akhir Repelita I telah
dihasilkan 22.300 ton kaca polos. Produksi tersebut terus meningkat menjadi 51.428 ton pada akhir Repelita II dan menca pai
110.891 ton pada akhir Repelita III.
Pada tahun 1968 produksi kertas dalam negeri adalah sebesar 10.000 ton. Selama periode 1969/70 - 1983/84, industri ini
berkembang dengan pesat, dimana produksinya meningkat dari
47.200 ton pada akhir Repelita I menjadi 155.203 ton pada
akhir Repelita II dan mencapai 369.200 ton pada akhir Repe lita
III. Ban kendaraan bermotor dihasilkan pada kurun waktu
Repelita I dengan, jumlah produksi sebesar 1.351.500 buah bertambah menjadi 3.673.300 buah pada akhir Repelita III. Ban
sepeda/skuter mulai diproduksi pada kurun waktu Repelita II.
Pada akhir Repelita II dihasilkan 1.658.157 buah ban dan pada
akhir Repelita III produksinya mencapai 2.438.528 buah.
Sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor komoditi non migas, maka realisasi ekspor dari kelompok industri
kimia dasar cenderung terus meningkat pada masing-masing tahapan pembangunan, baik ditinjau dari jenis, volume hasil
produksi dan nilainya. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
cabang-cabang industri kimia dasar yang semula merupakan
substitusi impor, secara bertahap telah berubah menjadi in dustri yang mengekspor hasil produksinya.
Beberapa cabang dan jenis industri kimia dasar yang memiliki karakteristik sebagai industri dasar yang berorientasi
pada sumber daya alam, telah mampu mendorong pembangunan daerah melalui program zona-zona industri di wilayah-wilayah yang
potensial. Strategi pengembangan wilayah industri dimulai
dengan pengembangan proyek-proyek industri dasar yang da pat
berperan sebagai inti dalam pengembangan industri hilir di
daerah sekitarnya.
VIII/28
Industri pulp skala besar dari kayu, yang dikaitkan de ngan produksi kertas, khususnya kertas kraft dan kertas
koran serta rayon.
Peningkatan kapasitas nasional industri ban sesuai dengan permintaan pasaran dalam negeri dan luar negeri.
Industri pupuk nitrogen dan pupuk fosfat serta industri
lainnya yang berkaitan seperti amoniak.
Industri manufacturing bahan aktip pestisida.
Industri petrokimia, khususnya rantai menengah dan hilir
VIII/29
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Berdasarkan langkah-langkah yang diambil sebagaimana digariskan dalam pedoman pokok tersebut, maka pada tahun pertama Repelita IV telah disetujui investasi untuk kelompok industri ini sebesar Rp. 283.868 juta dan US $ 793.562.000 me lalui PMDN, non PMDN/PMA dan PMA. Pada tahun tersebut terca tat 37 proyek-proyek baru, terdiri dari 7 proyek PMA, 27 pro yek PMDN dan 3 proyek non PMDN/PMA.
Sementara itu telah diselesaikan pembangunan proyek pupuk
urea, ZA, TSP dan amonia, pabrik semen, pabrik yang mengha silkan bahan aktip pestisida, nylon tyre cord, polystyrene,
formaldehyda, dan kertas tissue.
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel VIII-2, produksi pupuk urea, ZA dan TSP pada tahun 1984/85 meningkat masing-ma sing sebesar 2.910.000 ton, 304.000 ton dan 1.002.000 ton
atau mengalami kenaikan sebesar 29,0% bagi pupuk urea, 46,2%
bagi pupuk ZA dan 28,0% bagi pupuk TSP. Peningkatan produksi
pupuk urea disebabkan karena telah mulai berproduksinya 2 pabrik, yaitu pabrik pupuk Iskandar Muda di Aceh dan pabrik pu puk Kalimantan Timur. Produksi pupuk ZA dan TSP meningkat ka rena telah selesainya pabrik Petrokimia Gresik tahap II. Se mentara itu, produksi pestisida telah meningkat dengan 24,4%
atau mencapai 50.500 ton pada tahun 1984/85.
Pada tahun pertama Repelita IV, produksi kertas dan ban
sepeda motor/skuter mengalami penurunan masing-masing sebesar
7,3% dan 9,2%. Pada tahun 1984/85 hanya diproduksi sejumlah
342.300 ton kertas dan 2.215.100 buah ban luar sepeda motor/
skuter. Di lain pihak hasil industri ban luar kendaraan bermotor roda 4 mengalami peningkatan sebesar 7,4% sehingga mencapai jumlah 3.944.000 ton.
VIII/30
VIII/31
Sesuai dengan kebijaksanaan tersebut, maka pada akhir Repelita II impor barang-barang konsumsi/barang jadi menurun,
namun impor bahan-bahan baku, bahan penolong dan barang modal
termasuk mesin-mesin industri meningkat, sehingga tingkat ketergantungan industri dalam negeri terhadap luar negeri tetap
besar tanpa
memberikan pertambahan nilai terhadap produk-produk yang dihasilkan. Di samping itu terdapat pula kurangnya
keterkaitan antara industri besar, menengah dan kecil dan antara industri
dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, antara
lain pertanian, pertambangan, kehutanan dan jasa.
Keadaan tersebut mengakibatkan kurang berkembangnya industri dalam negeri, kecilnya sumbangan nilai tambah dan terbatasnya kegiatan
dan kemampuan pengolahan sumber alam yang
ada di dalam negeri. Selain itu kemampuan perangkat lunak ku rang berkembang,
kemampuan
dan kualitas ekspor menjadi ren dah. Di samping itu keterkaitan ekonomi di dalam negeri masih
lemah sehingga dampak pada pengembangan wilayah menjadi ter batas.
Dalam Repelita III telah dilakukan usaha-usaha ke arah
pendalaman dan penguatan struktur industri dengan pembangunan
industri dasar dengan tujuan untuk dapat memberikan landasan
yang kuat bagi pengembangan industri hilir. Di samping itu
diambil langkah-langkah untuk meningkatkan keterkaitan antar
industri dan antara sektor industri dengan sektor ekonomi
lainnya, terutama sektor-sektor yang menghasilkan bahan baku
bagi industri seperti sektor pertanian,
kehutanan, pertambangan dan jasa.
Di samping itu pembangunan industri ini mulai menyebar ke
luar Jawa. Dalam kurun waktu tersebut industri yang mengolah
sumber daya alam seperti industri pengolahan kayu, cold sto rage, pengolahan ikan, fraksinasi kelapa sawit, telah berkem bang ke daerah-daerah penghasil bahan mentah. Dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang ada, maka hasil produksi
industri ini mempunyai daya saing dan daya penetrasi yang cu kup kuat sebagai komoditi ekspor. Langkah ini semakin memperkokoh landasan untuk tumbuhnya industri-industri di daerahdaerah.
Pertumbuhan dan
perkembangan aneka industri selama Repelita III mengarah pada dua arah pola pengembangan industri.
Pola pertama menitik beratkan pada pemanfaatan sumber daya
alam, sedangkan yang lain lebih memanfaatkan pada sumber daya
manusia dan orientasi pasar.
VIII/32
Pertumbuhan dan perkembangan produksi aneka industri selama Repelita III, dapat dilihat pada Tabel V I I I - 3 .
Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada umumnya hasil
produksi cabang industri pangan pada akhir tahun Repelita III
menunjukkan peningkatan, kecuali minyak kelapa dan garam.
Pada tahun tersebut produksi minyak kelapa menurun dengan
13,7% dan produksi garam menurun dengan 22,5% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan produksi minyak
kelapa terutama dipengaruhi oleh pengadaan bahan baku kopra
yang pada tahun tersebut cenderung menurun, serta adanya
substitusi oleh Crude Palm Oil (CPO) untuk pabrik fraksinasi/
refining minyak goreng. Menurunnya produksi garam dipengaruhi
oleh meningkatnya curah hujan pada lokasi-lokasi produksi.
Cabang industri tekstil dan kulit pada tahun 1983/84 pada
umumnya meningkat produksinya, kecuali kulit samak jenis kambing domba yang menurun dengan 150.000 lembar atau sebesar
3,4%.
Sementara itu selama Repelita III laju pertumbuhan ratarata per tahun untuk produksi industri tekstil dan benang
tenun masing-masing sebesar 10,5% dan 13,9%, dimana laju pertumbuhan per tahun untuk pakaian jadi adalah 8,7%.
Perkembangan produksi cabang industri kimia selama Repelita III, khususnya sabun cuci, memperlihatkan perkembangan
yang tidak stabil dari tahun ke tahun. Produksi karet bongkah
(crumb rubber), ban sepeda luar dan kotak karton menunjukkan
peningkatan yang mantap.
Produksi karet bongkah meningkat lagi pada tahun 1983/84
sebesar 5,0% setelah mengalami penurunan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 1983/84, sejalan dengan peningkatan permintaan produksi ban sepeda luar dan ban sepeda dalam menunjuk kan kenaikan masing-masing sebesar 3%. Industri kotak karton
menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini sejalan
dengan pertumbuhan industri lain yang memerlukan pengemasan,
baik untuk produk industri yang dipasarkan di dalam negeri
maupun luar negeri, hasil industri ini selama tahun 1983/84
naik sebesar 19,9% . Sementara itu pipa PVC dan cat juga meningkat produksinya sebesar 6,0% dan 11,5% .
Produksi cabang industri alat listrik dan barang logam
antara lain radio/radio kaset, TV berwarna, lemari es, mesin
jahit, menurun sejak beberapa tahun terakhir Repelita III.
VIII/33
TABEL VIII - 3
PRODUKSI ANEKA INDUSTRI,
1968 - 1984/85
No.
Jenis Barang
Satuan
1973/74
(Akhir Repelita I)
1968
1978/79
(Akhir Repelita II)
1982/83
1983/84
(Akhir Repelita III)
1984/85
Minyak Kelapa
Minyak Goreng
Margarine
Rokok Kretek
Rokok Putih
Vetsin
Susu Kental Manis
Susu Bubuk
Susu Cair
Garam
ton
ton
ton
j u t a batang
juta batang
ton
ribu peti
ton
ribu l i t e r
ton
208.000
22.465
14. 8
-
264.500
28.700
7.000
30.221
20.376
86.000
319.100
37.800
17.700
43.500
25.700
21.600
4.121
13.500
3.383
261.800
442.140
326.200
30.100
59.143
27.125
33.400
4.924
27.600
11.100
799.900
381.700
341.965
85.492
68.200
28.065
35.500
5.277
27.900
18.643
620.000
239.995
605.050
34.090
69.034
26.600
37.103
5.116
23.600
25.140
344.408
ribu meter
bal
316.000
130.000
926.700
316.200
1.576.000
837.300
1.708.900
1.370.000
2.347.200
1.662.000
2.587.500
1.810.000
ton
lembar
ju t a losin
3.333.000
14.4
11.765
4.380.000
21.2
12.685
4.230.000
22.3
17.257
4.681.667
25.7
ton
ton
ton
ribu tube
ribu kotak
ton
ribu buah
ribu buah
ton
13.000
238.000
-
218.525
16.104
44.245108.465
539.770
861.549
7.763
7.111
37.800
31.628
33.229
212.994
29.980
66.778
145.000
681.400
657.025
7.800
7.800
79.526
24.054
53.790
199.000
58.200
75.500
165.120
817.000
689.800
8.031
8.032
95.347
25.500
59.988
160.000
133.000
118.000
240.000
1.525.283
825.000
9.235
10.040
180.000
34.000
60.000
140.000
900.000
70.000
20.000
10.000
18.000.000
500.000
132.000.000
7.080
-
330.487
690.000
1.536.000
687.600
45.600
26.400
90.000
30.360.000
600.000
420.000.000
15.720
36.480
577.439
3.521.000
1.589.947
421.115
232.383
54.998
152.447
30.399.999
393.524
576.600.000
20.051
159.740
379.355
4.080.000
1.503.058
433.434/
189.370
68.940
139.228
45.438.600
290.186
633.600.000
21.000
170.000
272.218
3.787.765
1.570.582
435.672
337.072
58.694
118.951
60.257.460
211.599
743.405.500
38.923
200.076
355.911
755.967
288.385
890.632
460.642
895.453
2.566.000
8.180
102.000
4.249.100
8.785,9
107.810
Aneka Sandang
11.
12 .
13.
14.
Tekstil
Benang Tenun
Kulit Samak
a Sapi/Kerbau
b. Kambing/Domba
Pakaian Jadi
Aneka Kimia dan Serat
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Sabun Cuci
Sabun Mandi
Detergen
Tapal Gigi
Korek Api
Crumb Rubber
Ban Sepeda Luar
Ban Sepeda Dalam
Kotak Karton
P ip a PVC (dan f i t t i n g )
Cat
ton
131.300
6.600
32.000
556.000
352.700
2.307,1
-
Sepeda Motor
Accu
Radio/Radio Cassette
TV H it a m Putih
TV Berwarna
Ala t Pendingin
Lemari Es
Lampu P i j a r
Mesin Jahit
Battery Kering
Kabel L is t r ik
Alat Semprot
Radio Cassette Recorder Mobil
Kipas Angin
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
ton
buah
-)
-)
-
buah
buah
424.000
1.800
6
3.700
Kayu Lapis
Kayu Gergajian
Gelas den Botol
VIII/34
ribu m3
ribu m3
ton
1.862.400
8. 019, 8
93.068
VIII/35
VIII/36
akan diambil pula langkah-langkah untuk mendorong pengembangan industri-industri yang berorientasi ekspor. Titik berat pengembangannya diletakkan pada industri yang mempunyai
keunggulan komparatif dan industri yang menghasilkan nilai
tambah yang tinggi.
Untuk mendorong pertumbuhan industri yang saling kait
mengkait diambil langkah-langkah untuk meningkatkan terciptanya keselarasan dan keseimbangan antara industri hulu dan
industri hilir, antara industri besar/sedang dan industri
kecil, antara pengusaha industri dengan tenaga kerja dan
konsumen.
Perlindungan kepada industri dalam negeri diberikan dalam
batas-batas yang wajar dengan tujuan peningkatan kemampuan
bersaing dengan barang-barang impor maupun di pasaran internasional.
Dalam tahun pertama Repelita IV investasi yang telah disetujui untuk aneka industri berjumlah Rp 778,4 milyar untuk
PMDN dan non PMA/PMDN serta sebanyak US $ 206,4 juta untuk
PMA. Dibandingkan dengan tahun 1983/84, investasi aneka industri dalam tahun 1984/85 mengalami penurunan untuk PMA, na mun meningkat untuk PMDN dan non PMA/PMDN. Jumlah perusahaan
yang disetujui mengalami peningkatan, yaitu dari 285 buah
perusahaan pada tahun 1983/84 menjadi 476 buah perusahaan da lam tahun 1984/85, terdiri atas 115 buah PMDN, 334 buah non
PMA/PMDN dan 27 buah PMA. Penambahan jumlah perusahaan selama
tahun 1984/ 85, terutama perusahaan non PMA/PMDN, menunjukkan
bahwa usaha-usaha untuk menumbuhkan jiwa wiraswasta di kalangan masyarakat semakin meningkat.
Tenaga kerja yang diserap oleh proyek-proyek tersebut
berjumlah sekitar 58.396 orang, yang lebih rendah apabila di bandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan perkembangan investasi tersebut di atas kelompok aneka industri mengalami
pertumbuhan 6,6% selama tahun 1984/85, yang lebih tinggi dari
sasaran Repelita IV.
Hasil ekspor komoditi aneka industri selama tahun 1984/85
menunjukkan keadaan yang menggembirakan. Realisasi ekspor
sampai dengan Desember 1984 mencapai US $ 3,0 juta atau 19%
lebih tinggi dari pada sasaran yang ditetapkan.
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu US $ 2,2 juta, realisasinya dalam 1984/85 meningkat dengan 36%.
Hasil usaha yang dilakukan pada tahun pertama Repelita IV
VIII/37
VIII/38
VIII/39
lain sabut kelapa, batok kelapa, kayu, Proyek Bantuan Mekanisasi dengan status pinjaman, dan Proyek Sales Emporium.
Dalam Repelita II mulai diadakan penyempurnaan di mana
pembinaan tidak hanya dilakukan dengan pemberian bantuan perangkat keras tapi disertai dengan bantuan perangkat lunak melalui pendidikan dan latihan, serta studi perbandingan. Pembinaan industri kecil yang demikian besar jumlahnya dan tersebar lokasinya diprioritaskan pada pembinaan sentra, baik
untuk industri kecil yang tradisional maupun industri kecil
yang modern/dinamis. Pembinaan industri kecil yang berada di
luar sentra ditekankan pada industri kecil modern/dinamis.
Prioritas pembinaan tersebut diberikan mengingat bahwa
jumlah unit usaha maupun tenaga kerja yang terserap pada
sentra meliputi 90% untuk seluruh unit usaha dan 85% untuk seluruh tenaga kerja, ditambah dengan industri kecil
modern/dinamis di luar sentra sebesar 6% untuk seluruh unit
usaha dan 6% untuk seluruh tenaga kerja.
Pembinaan dan pengembangan industri kecil tradisional diarahkan untuk dapat memperluas lapangan usaha dan penyerapan
tenaga kerja. Sedangkan pembinaan dan pengembangan industri
kecil modern/tradisional diarahkan untuk memperdalam struktur
industri dengan meningkatkan keterkaitan antara industri kecil, besar dan sedang serta dengan sektor ekonomi lainnya.
Dalam Repelita III sarana/model pembinaan mulai ditingkatkan dengan didirikannya lembaga khusus yang melakukan pembinaan industri kecil dan didirikannya sarana tempat usaha
dalam bentuk Lingkungan Industri Kecil (LIK), Perkampungan
Industri Kecil (PIK), Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK), dan
Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) dalam jumlah tertentu untuk
dapat menjangkau industri kecil yang berlokasi di pedesaan.
Pembinaan industri kecil selama Repelita III, telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan baik berupa peningkatan kemampuan manajemen yang ditandai dengan kemampuan meningkatkan pemasaran, kemampuan memperoleh kredit, kemampuan
ekspor, maupun kemampuan di bidang teknik yang berupa peningkatan kualitas dan kuantitas hasil produksi dan diversifikasi
produk.
Perkembangan potensi industri kecil baik unit usaha maupun penyerapan tenaga kerja sejak tahun 1974 sampai dengan
tahun 1984 adalah sebagai berikut :
VIII/40
1974
1979
1983
1984*)
1.234.511
1.429.106
1.554.871
1.565.866
3.899.856
3.621.868
4.423.826
4.593.751
T a h u n
Unit Usaha
(Unit)
Tenaga Kerja
(orang)
*) Angka Sementara
Pemasaran hasil industri kecil antara lain dilaksanakan
melalui sistem keterkaitan dengan industri besar/sedang seperti dalam hubungan Bapak Angkat dan Sub Kontrak. Selain itu
juga dipasarkan melalui pedagang besar, pusat pertokoan, toko
serba ada, dengan pariwisata melalui hotel-hotel dan tempattempat wisata.
Selain untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, beberapa
jenis produk industri kecil juga mempunyai potensi untuk diekspor. Di samping barang-barang kerajinan, beberapa komoditi
produk tersebut antara lain adalah meubel, minyak atsiri,
kain tenun/sarung, pakaian jadi, barang-barang dari rotan
serta barang-barang dari kulit.
Perkembangan nilai ekspor hasil industri kecil kerajinan
rumah tangga selama periode 1 9 7 3 - 1 9 8 4 disajikan dalam Tabel
V I I I - 4 . Seperti terlihat pada tabel tersebut nilai ekspor industri kecil/kerajinan rumah tangga sampai dengan tahun 1983
terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika ada tahun 1 9 7 3
nilai ekspor industri ini Baru berjumlah US $ 8,8 juta, maka
dalam tahun 1 9 8 3 nilai ekspor telah mencapai US $ 287,8 juta.
Selain ekspor melalui prosedur biasa ekspor industri kecil
juga melalui pembelian oleh wisatawan asing dan barang kiriman.
Hasil pembinaan yang dilakukan telah mencerminkan pula
kemampuan berusaha pengusaha industri kecil yang terus me ningkat, hal mana dapat dilihat dari perkembangan investasi
melalui Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja
Permanen (KMKP) yang terus naik. Jika pada tahun 1974 nasabah
KIK berjumlah 2.000 orang dengan pagu kredit sebesar Rp.
4.000 juta, maka dalam tahun 1984 jumlah nasabah telah
meningkat menjadi 29.000 orang dengan pagu kredit sebesar Rp.
117.000
VIII/41
TABEL VIII - 4
NILAI EKSPOR INDUSTRI KECIL/KERAJINAN RUMAH TANGGA,
1973 - 1985
Tahun
Jumlah
(ribu US $)
1973
8.815
1978
14.663
1982
174.932
19831)
287.813
19841)
500.835
19852)
122.757
1) Angka sementara
2) Angka-angka Januari s/d April
VIII/42
juta. Nasabah KMKP dalam tahun 1974 mencakup 5.000 orang dengan pagu kredit Rp. 6.000 juta dan pada tahun 1984 telah me ningkat hingga 200.000 orang nasabah dengan pagu kredit sebesar Rp. 252.000 juta.
Salah satu kelemahan utama dalam usaha industri kecil dan
kerajinan adalah ketidak mampuan mereka dalam mengetahui secara tajam tentang prospek pasar serta kebutuhan konsumen
baik dalam pengertian spesifikasi produk, kualitas, harga
maupun waktu penyerahan yang tepat. Di samping hal tersebut,
juga lemahnya kedudukan para pengusaha/pengrajin dalam hubungan dagangnya baik dengan para suplier bahan baku/penolong, para pedagang/pengumpul.
Meskipun pada hasil produksi industri kecil belum dilakukan penerapan SII, namun telah tercatat sebanyak 21 perusaha an yang telah mampu menerapkan SII, yaitu terdiri atas 3 perusahaan logam, 13 perusahaan bahan bangunan, 1 perusahaan pa ngan, 1 perusahaan sepatu, 1 perusahaan pakaian jadi, dan 2
perusahaan shuttle cock. Beberapa perusahaan telah mampu membuat suku cadang untuk kendaraan bermotor, permesinan dan
elektronika yang memenuhi persyaratan pre sisi dan kualitas
tinggi.
Sebagai bagian tak terpisahkan dari pola pengembangan industri nasional, kebijaksanaan pengembangan industri kecil
dalam Repelita IV mencakup ruang lingkup, kebijaksanaan pokok
dan kebijaksanaan operasional.
Ruang lingkup kelompok industri kecil mempunyai misi pemerataan yang ditujukan untuk menserasikan pertumbuhan ekonomi, dalam kaitan struktur sosial budaya, politik dan stabili taa kehidupan masyarakat dalam proses industrialisasi. Ruang
lingkup ini mencakup industri kecil yang dinamis/modern, serta industri kerajinan yang menggunakan keterampilan tradisional menghasilkan benda seni.
Sementara itu, ruang lingkup ini juga ditetapkan berdasarkan kriteria besaran investasi peralatan/mesin produksi,
jumlah penyerapan tenaga kerja, penerapan teknologi tepat guna, tingkat madya dan sederhana. Selanjutnya juga diusahakan
jenis-jenis industri yang khusus dicadangkan bagi kegiatan
industri kecil kerajinan yang dilakukan oleh masyarakat pe ngusaha golongan ekonomi lemah.
Bola kebijaksanaan pokok industri kecil dalam rangka
proses industrialisasi adalah meningkatkan bermacam-macam ke-
VIII/43
ahlian dan berbagai jenis keterampilan dalam rangka penguasaan teknologi dan keteknikan, rancang bangun dan perekayasaan,
serta kewiraswastaan.
Kebijaksanaan operasional berorientasi pada 6 butir kebi jaksanaan Pola Pengembangan Industri Nasional. Dalam kebijaksanaan ini ditentukan pola pengembangan industri kecil ting kat nasional, dengan menetapkan bentuk keterkaitan antar produk, sasaran pemasaran produk, sifat strategis produknya.
Kebijaksanaan ini mencakup pula tata cara pembinaan sentra-sentra industri kecil melalui unit-unit pelayanan teknis
yang terus dikembangkan. Selain itu dilakukan pula usaha-usaha pengkaitan pengembangan industri kecil dengan Pusat Pengembangan Wilayah, Kawasan Industri, Sentra-sentra Industri
Kecil, LIK, PIK, dan SUIK.
Pembinaan dan pengembangan industri kecil merupakan bagi an yang tak terpisahkan dari kebijaksanaan pendalaman struk tur, melalui keterkaitan dengan industri besar dan sedang
serta dengan sektor ekonomi lain. Langkah-langkah diambil untuk mendukung usaha pengembangan industri permesinan dan
elektronika, pengembangan ekspor dan memenuhi kebutuhan masyarakat banyak melalui pencadangan kegiatan usaha bagi in dustri kecil.
Ciri-ciri jenis industri kecil yang ditingkatkan pembina an dan pengembangannya melalui pencadangan industri kecil
adalah yang banyak menyerap tenaga kerja, hasil produksinya
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, berkaitan dengan
sektor pertanian dan konstruksi, berkaitan dengan industri
permesinan, produknya mempunyai prospek ekspor.
Pembinaan dan pengembangan kelompok industri kecil yang
modern/dinamis menggunakan keterampilan tradisional dan meng hasilkan benda seni dengan menerapkan teknologi tepat guna
dalam usaha pemerataan kesempatan berusaha dan penciptaan lapangan kerja.
Berdasarkan kebijaksanaan pokok serta kebijaksanaan operasional yang telah diuraikan di atas, dalam melaksanakan
pembinaan dan pengembangan industri kecil sejak awal Repelita
IV telah ditetapkan pendekatan serta jalur sebagai berikut:
Pengembangan industri kecil dan kerajinan rakyat dilaksa nakan dengan prioritas untuk memecahkan masalah pemasaran
hasil produksi industri kecil dan kerajinan rakyat, de-
VIII/44
Pengembangan industri kecil dilaksanakan per jenis industri dengan selalu mempertimbangkan keunggulan komparatif
yang dimiliki, dan melaksanakan dengan konsisten usahausaha keterkaitan, baik antara industri kecil dengan industri menengah dan besar, antara industri kecil dengan
kegiatan dan kebutuhan sektor ekonomi lainnya.
Pengembangan industri kecil dan kerajinan rakyat dilaksanakan dengan membina sentra-sentra yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan mempertimbangkan kedua hal di atas.
VIII/45