REFRAT
REFRAT
TINJAUAN PUSTAKA
Glandula saliva atau kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari selsel khusus yang mensekresi saliva.
Saliva adalah cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari
campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor) yang ada
pada mukosa oral.
Fungsi saliva itu sendiri adalah:
1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses
mengunyah dan menelan makanan
2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun
cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin
(amilase ludah) dan lipase ludah
6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena
terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva
7. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan
air dalam tubuh.
8. Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)
I.
i.
Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya
disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva mayor sangat
memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan. Kelenjar saliva mayor
terdiri dari :
Kelenjar parotis
Duktus parotis yakni duktus Stensen yang berjalan menyilang permukaan otot
masseter. Duktus kelenjar ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada
vestibulum oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2
atas
Kelenjar Submandibularis
Duktus muncul dari permukaan bagian dalam kelenjar dan berjalan sampai
mencapai dasar mulut, kemudian bermuara pada caruncula sublingualis di
dekat frenulum lidah
Panjang duktus 40-50 mm, diameter lebih kecil dari kelenjar parotis
Kelenjar Sublingualis
Gambar 1. Glandula salivarius mayor; (1) glandula parotis; (2) glandula submandibula; (3)
glandula sublingual
ii.
Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah
dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinusasinus seromukus
gangguan genetik (congenital), trauma, atau infeksi yang mengganggu cell circle. Jika
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tersebut terus-menerus dan tak terkontrol,
maka digolongkan sebagai suatu kelainan pertumbuhan dan perkembangan sel yang
berupa neoplastik sebenarnya (true neoplasm).
Neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak
dapat dikontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign
neoplasm) dan neoplasia ganas (malignant neoplasm). Neoplasia jinak adalah
pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak
bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya cepat,
infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain/metastase.
III.
ADENOMA PLEOMORFIK
Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai
pada kelenjar parotid. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed tumor),
yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam
beberapa variasi komponennya.
Kelenjar saliva dikategorikan kedalam kelenjar saliva mayor dan minor.
Kelenjar saliva mayor ada 3 (tiga ) : parotid, submandibularis, sublingualis. Kelenjar
saliva minor terdapat disepanjang aerodigestif bagian atas submukosa : palatum, bibir,
pharynx, nasophrynx, larynx, ruang parapharyngeal. Pada kelenjar saliva mayor
Adenoma Pleomorfik paling sering di jumpai pada kelenjar parotid, sedangkan pada
kelenjar saliva minor Adenoma Pleomorfik lebih sering dijumpai pada palatum dan
bibir atas.
Adenoma Pleomorfik dapat terjadi pada semua umur, baik anak-anak maupun
dewasa. Pada sebagian besar kasus menunjukkan 45% sampai 75% dari semua
neoplasma kelenjar saliva, timbulnya penyakit 2 sampai 35 kasus per 100,000 orang.
Adenoma Pleomorfik lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki dengan
perbandingan 2:1. Adenoma Pleomorfik paling sering terjadi diantara dekade ke- 3
sampai ke- 6, dengan presentase usia rata-rata 43-46 tahun. Di Amerika, Adenoma
Pleomorfik di jumpai sebanyak 80% dari seluruh tumor jinak kelenjar saliva.
-catenin adalah suatu molekul yang dihubungkan dengan invasi dan
metastase dari karsinomakarsinoma dari kepala dan leher, esopagus, lambung, colon,
hati, paru, genital wanita, prostat, kandung kemih, pankreas dan melanoma.
Etiologi
Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara
pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Pemaparan radiasi
dihubungkan dengan pekembangan tumor jinak dan carsinoma mukoepidermoid
malignant.
Satu studi mengatakan, bahwa simian virus (SV 40) memainkan peranan
penting dalam perkembangan Adenoma Pleomorfik.6 Virus Epstein-Barr merupakan
salah satu faktor didalam perkembangan tumor-tumor limphoephitelial kelenjar
saliva. Perubahan-perubahan genetik, seperti kehilangan allelic, monosomi dan
polisomi, dan penyusunan kembali strukturnya.
Secara umum -catenin memainkan peranan penting di dalam perkembangan
Adenoma Pleomorfik. Tidak hanya dalam perubahan bentuk yang malignant, tetapi
juga didalam pengaturan fungsi-fungsi fisiologis. Ekspresi molekul-molekul adhesi
didalam neoplasma-neoplasma kelenjar saliva telah diselidiki.
Study saat ini mengatakan, percobaan untuk memperjelas peran sel di dalam
onkogenesis dan sitodiferensiasi Adenoma Pleomorfik dan karsinoma dari kelenjar
saliva. Ekspresi dari -catenin adalah immunohistochemical yang di uji dalam lesilesi maupun dalam kelenjar saliva normal.
Gen -catenin adalah CTNNB1, yang dipetakan pada kromosom 3p21.9 catenin tercakup didalam tranduksi isyarat (Wingless/WNT) dan spesifikasi dari sel
selama embryogenesis. Study terbaru menunjukkan -catenin secara langsung
berhubungan dengan anggota keluarga dari faktor transkripsi yang melibatkan aktifasi
dari gen target yang spesifik.
Beberapa kelompok cacat genetik didalam Adenoma Pleomorfik sebagian
Gambar 3.5. Bengkak pada servical waktu kurang dari 2 minggu, dianggap infeksi
akut dari gigi
Gambar 3.6. Adenoma Pleomorfik pada kiri parotid. Nodul elevasi dari lobus telinga
Gambar 3.14 : Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotid wanita, 57 tahun. Pinggir
tumor, batas tumor di deteksi dengan CT dan MRI. Kalsifikasi di deteksi dengan CTI
(A) Tumor tidak homogen, intensitas signal intrermediet pada CTI. (B) Setelah
pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan yang tidak homogen
pada CE CTI. (C) T1- weighted MRI menunjukkan intensitas massa intermediet. (D)
T2- weighted MRI FS teknik menunjukkan intensitas massa tidak homogen. (E)
Tumor menunjukkan batas lobular pada korona T2- weighted MRI menggunakan FS
teknik. (F) Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan CE
T1- weighted menggunakan FS teknik.
Sialolitiasis
Definisi
Kira-kira 80-90% dari batu kelenjar saliva terjadi di kelenjar submandibular
dan hanya 10-20% terdapat di kelenjar parotid, dan hanya persentase yang sangat
kecil terdapat pada kelenjar sublingual dan kelenjar liur minor. Sialolitiasis adalah
penyebab yang paling sering pada penyakit kelenjar liur dan dapat terjadi pada semua
usia dengan predileksi tinggi pada laki-laki. Faktor resiko terjadinya obstruksi batu
kelenjar liur termasuk sakit yang lama disertai dehidrasi. Kadang disertai juga dengan
gout, diabetes dan hipertensi.
Patogenesis
Saliva yang normal mengandung banyak hidroksiapatit, bahan utama pada
batu kelenjar liur. Agregasi dari debris yang termineralisasi dalam duktus akan
membentuk nidus, lalu menyebabkan pembentukan kalkuli, statis saliva dan
kemudian obstruksi. Kelenjar submandibular lebih rentan terhadap pembentukan
kalkuli dibandingkan kelenjar parotid karena duktusnya yang lebih panjang,
kandungan musin dan alkali dalam saliva yang lebih tinggi dan konsentrasi kalsium
dan fosfat yang tinggi. Kalkuli submandibular secara primer mengandung kalsium
fosfat dan hidroksiapatit. Disebabkan kalkuli ini mengandung kandungan kalsium
yang tinggi, hampir kesemuanya adalah radiopak dan dapat dilihat pada foto Rontgen.
Kalkuli parotid adalah lebih jarang radiopak. Kira-kira 75%, satu batu berjaya
ditemukan pada kelenjar tersebut. Jika obstruksi tidak ditangani, maka akan berlanjut
terjadinya inflamasi lokal, fibrosis dan atrofi asinar.
Gejala dan Tanda
Pembengkakan berulang dan nyeri pada kelenjar submandibular dengan
eksaserbasi apabila makan adalah gejala yang sering muncul pada batu kelenjar liur.
Obstruksi yang lama dapat menyebabkan terjadinya infeksi akut dengan nyeri yang
semakin berat dan eritema pada kelenjar tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya
riwayat xerostomia dan kadang-kadang terasa ada benda asing seperti pasir di rongga
mulut. Pemeriksaan fisik sangat penting karena batu sering dapat dipalpasi pada dua
pertiga anterior kelenjar submandibular. Selain itu, indurasi pada dasar mulut
biasanya dapat terlihat. Batu yang lokasinya di dalam badan kelenjar lebih sukar
untuk di palpasi.
Gambaran Radiologis
Foto Rontgen dengan posisi lateral dan oklusal dapat menunjukkan batu
radiopak tetapi posisi ini tidak selalu dapat diandalkan. Posisi intraoral mungkin lebih
membantu. Sialografi adalah metode pencitraan yang paling akurat untuk mendeteksi
kalkuli. Sialografi dapat dikombinasi dengan CT scan atau MRI, terutama CT scan
sangat sensitive terhadap garam kalsium. Ultrasound ternyata tidak dapat membantu.