BENIH ORTODOK
Disusun Oleh :
Ali Habibie (H0712014)
Titis Risni (H0712175)
PENDAHULUAN
Penanganan Benih adalah proses penting yang harus dilakukan dengan baik agar
menghasilkan benih bermutu. Benih bermutu merupakan syarat awal untuk menghasilkan
tanaman semai yang kuat hingga ke pamanenan di lapangan dan akhirnya tegakan pohon
ISI
A. Pengemasan Benih
Benih tanaman yang selanjutnya disebut Benih dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman adalah
tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau
mengembangbiakkan tanaman. Dalam pengertian luas, benih tanaman mencakup
segala bentuk bahan tanam yang dalam pengadaannya memerlukan kecermatan
dan ketelitian agar diperoleh benih tanaman yang memenuhi persyaratan sebagai
benih unggul dan bermutu sehingga mampu tumbuh dengan baik dan dapat
memberikan jaminan harapan produksi yang tinggi serta tahan terhadap ganggguan
alam maupun hama dan penyakit.
Benih tanaman perkebunan harus bersumber dari kebun sumber benih yang
telah ditunjuk oleh pemerintah melalui surat keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia ataupun Direktur Jenderal Perkebunan. Kebun sumber benih atau
produsen benih yang telah resmi biasanya berlokasi cukup jauh dari lokasi
pengembangan perkebunan didasarkan atas karakter/ sifat benih dan lokasi
tersebut, sehingga teknik pengemasan dan pengiriman benih yang baik sangat
dibutuhkan agar benih yang dikirim dengan jarak yang relatif jauh dapat
dipertahankan daya tumbuhnya.
Peranan teknologi pengemasan perlu diterapkan dalam mendukung
pemenuhan kebutuhan benih bermutu. Berbeda dengan pengemasan barang yang
tidak memiliki daya tumbuh, teknik pengemasan benih memiliki kekhususan yaitu
mempertahankan viabilitas atau daya tumbuh. Pada teknik pengemasan barang
yang menjadi target adalah kerusakan fisik barang sedapat mungkin nol atau tidak
terjadi kerusakan, dengan mengupayakan agar keutuhan fisik barang dan keamanan
di bagian dalam barang tersebut terjamin keutuhannya. Sementara pada
pengemasan benih tanaman, target utamanya adalah keamanan terhadap daya
tumbuh yang dalam pengertianya adalah wujud fisik benih tidak mengalami
perubahan baik secara fisiologis dan biokimiawi.
Proses Kemunduran Benih Menurut beberapa penelitian terdahulu, selama
benih dikemas dan disimpan akan mengalami proses kemunduran (deteriorasi) daya
tumbuh yang ditandai dengan perubahan fisik, fisiologis dan biokimiawi yang pada
akhirnya menyebabkan hilangnya daya tumbuh benih (Munandar, et al., 2004). Oleh
karena itu strategi yang ditempuh dalam teknik pengemasan benih dilakukan
dengan membatasi ketersediaan oksigen, pembatasan kadar air, dan pemberian
media pelembab yang memadai. Kualitas benih yang terbaik adalah pada saat benih
masak fisiologis karena pada saat benih masak fisiologis maka berat kering benih,
viabilitas dan vigornya tertinggi. Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung
menurun sampai pada akhirnya benih tersebut kehilangan viabilitas dan vigornya.
Kemunduran benih didefinisikan sebagai menurunnya kualitas benih, baik secara
fisik maupun fisiologis yang mengakibatkan rendahnya viabilitas dan vigor benih
sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman menurun. Laju kemunduran benih
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Merupakan Sifat Genetis Benih
Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses deteriorasi yang
kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani dengan baik dan faktor
lingkungannya pun mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung.
2. Karena Faktor Lingkungan
Proses ini biasa disebut proses deteriorasi fisiologis. Proses ini terjadi karena
adanya faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan persyaratan penyimpanan
benih, atau terjadi proses penyimpangan selama pembentukan dan prosesing
benih (Satia, 2009).
Salah satu gejala biokimiawi pada benih selama mengalami penurunan
viabilitas adalah terjadinya perubahan kandungan beberapa senyawa cadangan
makanan yang berfungsi sebagai bahan sumber energi utama (Norita-Toruan, 1985).
Perubahan cadangan makanan dalam benih terutama berupa kandungan
karbohidrat, lemak, dan protein selama penyimpanan menjadi salah satu penyebab
benih mengalami penurunan kemampuan berkecambah, dan bahkan kehilangan
daya tumbuh. Oleh karena itu sedapat mungkin teknik pengemasan benih
memberikan jumlah oksigen yang cukup untuk respirasi, tetapi masih menjamin
benih tidak kehabisan energi pada akhir penyimpanan. Benih yang masih mampu
berkecambah berarti masih memiliki cadangan makanan dalam jumlah yang cukup.
Upaya mempertahankan daya tumbuh benih dalam penyimpanan dengan
cenderung lebih kuat sedangkan bahan dari alumunium foil kekuatan terhadap
regangan nya sedang sehingga sangat dimungkinkan sekali tempat kemasan
mudah rusak dan memungkinkan adanya pertukaran udara dari luar dan uap air
ke dalam kemasan sehingga sedikitdemi sedikit kualitas benih menurun.
(Anonim, 2010). Kemampuan jenis kemasan dalam mempertahankan kadar air
benih berbeda-beda.
Kemasan plastik dan kaleng relatif lebih mampu mempertahankan kadar air
benih selama masa penyimpanan. Menurut Justice dan Bass (2002) benih yang
berada pada kemasan yang terbuat dari bahan yang kedap akan menunjukkan
perubahan kadar air yang kecil sedangkan benih yang berada dalam kemasan
yang terbuat dari bahan yang porous akan mengalami perubahan kadar air yang
relatif lebih tinggi, hal ini sesuai dengan penelitian Ali Napiah (2009) yang
menunjukkan bahwa benih pada kemasan plastik dan kaleng memiliki nilai kadar
air tertinggi pada periode simpan satu hingga lima bulan dan pada periode
simpan ini nilai kadar air benih mengalami penurunan.
Pada periode simpan enam bulan kadar air benih mengalami kenaikan,
namun benih pada kemasan plastik dan kaleng tetap menunjukan perubahan
nilai kadar air yang kecil. Hal ini disebabkan karena sifat kemasan yang kedap
sehinggga mampu menekan peningkatan dan penurunan kadar air benih
(Napiah, A., 2009).
B. Penyimpanan Benih
Menurut Sutopo (2002), penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas yang maksimum selama mungkin, sehingga simpanan energi yang dimiliki
benih tidak menjadi bocor dan benih mempunyai cukup energi untuk tumbuh pada
saat ditanam. Maksud dari penyimpanan benih di waktu tertentu adalah agar benih
dapat ditanam pada waktu yang diperlukan dan untuk tujuan pelestarian benih dari
sesuatu jenis tanaman.
Tujuan utama penyimpanan benih menurut Sutopo (2002) adalah untuk
mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin.
Untuk tujuan ini, diperlukan suatu periode simpan dari hanya beberapa hari,
semusim, setahun bahkan sampai beberapa puluh tahun bila ditujukan untuk
pelestarian jenis. Bila ditinjau dari viabilitasnya secara umum benih dibedakan
antara berdaya simpan baik, sedang dan jelek. Agar benih memiliki daya simpan
yang baik maka benih harus memiliki kekuatan tumbuh dan daya kecambah yang
semaksimal mungkin.
Viabilitas benih dapat diperpanjang bila benih disimpan pada kondisi yang
terlindung dari panas, uap, air dan oksigen (Aug Pyr de Candolle, 1832 dalam Justice
and Bass, 2002). Justice and Bass (2002) juga mengatakan bahwa tujuan utama
penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomi ialah untuk mengawetkan cadangan
bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya.
Menurut King dan Roberts (1979) dalam Anggraini (2000), berdasarkan kadar
air dan suhu, benih dapat dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu benih ortodok dan
benih rekalsitran. Benih ortodok yaitu benih yang dapat disimpan pada kadar air
rendah sekitar 5% dan suhu di bawah titik beku, pada kelembaban relatif 15% -20%
untuk periode simpan lama. Benih rekalsitran yaitu benih yang dapat disimpan pada
kadar air yang tinggi (20% -50%) dan suhu 20 C 30 C pada kelembaban relatif
50% dan tidak dapat disimpan pada waktu yang lama. Perbedaan kedua tipe benih
tersebut dapat secara jelas dilihat dalam Tabel 1.
Benih Ortodoks
Benih Rekalsitran
1.
Keadaan alami
2.
Dipterocarpaceae,
Contoh famili Myrtaceae,
Leguminosae, Rhizophoraceae,
Meliaceae,
dan genus
Pinaceae, Casuarinaceae.
Artocarpus,
Araucaria,
Triplochiton, Agathis, Quercus.
3.
Tidak
toleran
terhadap
pengeringan dan suhu rendah
(kecuali
beberapa
jenis
rekalsitran
iklim
sedang).
Tingkat toleransi tergantung
jenis, biasanya 20-35% dan 1215 C untuk jenis tropika.
4.
5.
Karakteristik
benih
Karakteristik
kemasakan
Penambahan
berat
kering
berhenti sebelum masak. Kadar
air turun hingga 6-10% saat
masak dengan variasi kecil
diantara individu benih.
6.
7.
Dormansi
8.
Metabolisme
pada
saat Tidak aktif.
masak
Aktif.
hingga
dengan meningkatnya suhu dan semakin lamanya benih terkena suhu tinggi serta
dengan meningkatnya kandungan air benih. Pada suhu tertentu, kerusakan
berkurang dengan berkurangnya kadar air benih.
Kondisi ruang simpan mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan, terutama
RH dan suhu yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam
mempertahankan daya simpan benih. Penyimpanan benih pada daerah beriklim
tropis seperti Indonesia sering mengalami kendala terutama karena adanya fluktuasi
suhu. Harrington (1972) menyatakan untuk penyimpanan benih selama mungkin
tanpa menghilangkan daya berkecambah dan vigor benih dapat dilakukan dengan
mengkondisikan lingkungan yang kering dan dingin. Untuk memperpanjang daya
berkecambah dan vigor benih dapat dilakukan dengan cara penyimpanan dalam
kamar dingin, penyimpanan dalam ruang simpan yang dihumidifikasi dan
penyimpanan dalam wadah kedap uap air atau wadah yang resisten terhadap
kelembaban.
Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari kerusakan fisik
maupun fisiologis. Pemilihannya didasari pertimbangan tujuan penyimpanan, jumlah
benih yang disimpan dan kondisi ruang simpan maupun lamanya benih berada
dalam wadah simpan (Bass, Te and Winter, 1961 dalam Anggraini, 2000).
Biji-biji bakau memerlukan penanganan yang hati-hati dan transportasi yang
tidak mudah. Oleh karena itu, penentuan wadah simpan juga harus memperhatikan
karakteristik biji-biji tersebut. Adapun karakteristik yang perlu diperhatikan adalah :
1. Ukuran dan berat benih yang besar membutuhkan ruang yang cukup besar.
2. Bentuk alami benih vivipar yang menghasilkan pertumbuhan yang terus
menerus (sejak benih masih melekat di pohon) dan pertumbuhan bijinya
membutuhkan kelembaban tertentu. Bijinya yang mengandung banyak air
sangat peka terhadap sengatan matahari dan luka mekanik. Segera setelah
pengumpulan, usahakan untuk tetap menempatkan biji di bawah naungan
untuk menghindari penurunan kelembaban yang berarti. Saat melakukan
transportasi biji-biji tersebut sebaiknya ditempatkan pada posisi horisontal dan
ditutupi oleh karung goni atau bahan yang lembab serta terlindungi dari panas
(Departemen Kehutanan, 1998).
KESIMPULAN
A. Benih merupakan bakal tanaman yang sengaja dibudidayakan untuk keperluan
bahan tanam.
B. Benih tidak bisa lepas dari masalah yang memperngaruhi mutu dari benih itu
sendiri.
C. Suatu tindakan untuk menjaga mutu benih yaitu dengan pengemasan.
Pengemasan bertujuan untuk menjaga kadar air dan kesehatan benih.
D. Penyimpanan/storage benih merupakan hal yang terpenting untuk menjaga
kondisi benih siap pada saat akan ditanam.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Napiah, 2009. Pengaruh Jenis Kemasan Dan Tingkat Kemasakan Buah Terhadap Daya
Simpan Benih Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Progran Studi :
Pemuliaan Tanaman Dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Ambo Amsar, 2012. Hubungan Daya Simpan Benih Dengan Wadah Simpan.
http://alulagro.blogspot.com/
Anggraini, Y.N. "Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan dan Lama Penyimpanan
Propagul terhadap Viabilitas Benih Rhizophora apiculata [skripsi]." Bogor :
Jurursan Managemen Hutan, Fakultas kehutanan, IPB (2000).
Anonim, 2010. Makalah Laporan Akhir Praktikum Teknologi Benih
http://www.scribd.com/doc/46104507/Makalah-Laporan-Praktikum.
Barlian, Y. 1989. Pergudangan dan penyimpanan benih. Seed Technology Training for
Researches. Seed Science and Technology Winrock International. AARP. Ed II.
192-218.
Harrington, J. C. 1973. Problems of seed storage, p. 251-263. In: Heydecker (Ed). Seed
Ecologi. Academy Press. London.
Hendarto K, 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan & Penyimpanan Benih. Kanisius.
Jogjakarta.
In Sari, 2010. Pengaruh lama pengeringan dan penyimpanan terhadap viabilitas benih
bengkuang (Pachyrhizus erosus L.). Universitas Sumatera Utara.
Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.
Justice, Oren. L, and Louis N. Bass. Principles and Practices of Seed Storage. Castle House
Publication Ltd, 1979.
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum).
Cetakan Keempat. Rineka Cipta. Jakarta. 188 hal.
L. Sutopo 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Owen, E. B. 1956. The Storage of Maintenance of Viability. Bull 43. Commonwealth Agr.
Breaux Farnham Royal, Buck, England. 79p.
Roesli, R. (Terjemahan). Cetakan Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 hal.
Satia, 2009. Pengaruh kemasan terhadap viabilitas benih.
http://hirupbagja.blogspot.com/search/label/Teknologi%20Benih .
Schmidt, L. (2000). Guide to handling of tropical and subtropical forest seed. Danida
Forest seed Centre.