Anda di halaman 1dari 10

Short Syllabus of Chemical Engineering (130) Curriculum

Analitik Jilid 1 dan 2, Erlangga 2. Purcell, E.J. and D. Varberg, ... 1. Fessenden, R.J., and J.S.
Fessenden, 1994, Organic Chemistry, 5th Edition, Willard
http://www.itb.ac.id/en/education/fti/130.pdf

Keenan. 1986. Kimia Untuk Universitas Edisi 6 Jilid I. Alih bahasa : A. Hadyana
Pudjaatmaka, Ph.D. Jakarta : Erlangga

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Identitas


Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang sistem
Pendidikan Nasional, serta surat keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-rambu pelaksanaaan kelompok
mata kuliah pengembangan kepribadian di Perguruan Tinggi terdiri atas mata kuliah Pendidikan
agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut
wajib diberikan di semua fakultas dan jurusan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Sejalan dengan itu, berdasarkan penetapan Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran
Semester (RPKPS) Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Pada semester 1, membahas tentang filsafat pancasila, Identitas
nasional, demokrasi indonesia, negara dan kolnstitusi, rule of law dan hakasasi manusia,
geopolitik serta geostrategi indonesia.
Maka dari itu, sesuai dengan pembagian kelompok, penulis selaku kelompok 3 (tiga) akan
membahas salah satu pokok materi diatas, yaitu Identitas Nasional yang mengacu pada
Karakteristik pendidikan nasional.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud karakteristik identitas nasional?
2. Apa yang dimaksud karakteristik lahirnya faham nasionalisme?

1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis merumuskan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud karakteristik identitas nasional.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud karakteristik lahirnya faham nasionalisme

1.4.Manfaat

1. Manfaat bagi penulis


-

Mendapatkan ilmu pengetahuan baru

Dapat mengkaji materi mata kuliah pendidikan kewarganegaraan

Mendapat kesempatan untuk tampil dalam mempertahankan pendapat atau gagasan


1. Manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat

Dapat lebih memahami pentingnya identitas nasional dalam diri mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Identitas Nasional
Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian
ini maka setiap detik bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan
keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut terbentuk secara histories. Maka pada
hakikatnya Identitas Nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu
bangsa atau lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitasi dari faktor-faktor
biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkahlaku individu. Oleh karena itu,
menurut Ismaun (1981: 6 ) Kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku
seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
Berdasarkan uraian diatas , maka pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional suatu
bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsur yang
membentuk bangsa tersebut.oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapt
dipisahkan dengan pengertian peoples character , National character, atau National
Identity . Oleh karena itu, identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional
Indonesiajuga harus dipahami dalam konteks dinamis.
Bagi bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional bangsa Indonesia belum menunjukkan
perkembangan kearah sifat kreatif serta dinamis. Setelah bangsa Indonesia mengalami
kemerdekaan 17 Agustus 1945, berbagai perkembangan ke arah kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan mengalami kemerosotan dari segi identitas nasional.
Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945. Pada saat itu
dikenal periode orde lama dengan penekanan kepada kepemimpinan yang sifatnya sentralistik.

Berkembangnya partai komunis pada periode ini dipandang sebagai keagalan pemerintah untuk
mempertahankan Pancasila ideologi dan dasar negara kesatuan Republik Indonesia yang
berakibat jatuhnya kekuasaan orde lama.
Kekeliruan orde baru pada akhirnya mengakibatkan terjadinya krisis diberbagai bidang
kehidupan. Sudah banyak memang yang dilakukan pemerintah negara Indonesia dalam
melakukan reformasi, baik dibidang politik, hukum, ekonomi, militer, pendidikan serta bidangbidang lainnya. Namun demikian, sebagai bangsa yang kuat dari seluruh elemen masyarakat.

2.2 Faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional


Identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri, yang
sangat ditentukan oleh berbagai faktor. Sedikitnya ada 2 faktor yang mendukung kelahiran
identitas suatu bangsa, yaitu faktor objektif dan subjektif. Bagi bangsa Indonesia faktor objektif
mendukung kelahiran identitas nasional meliputi faktor geografis-ekologis dan demokratis.
Sedangkan faktor subjektif adalah faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia.
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya, The power of Identity (
Suryo, 2002) mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai
hasil interaksi historis antara empat faktor pnting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor
penarik dan faktor reaktif. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanekaan, dan hal inilah
yang dikenal dengan bhineka tunggal ika. Faktor kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan
teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan
negara.
Faktor ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi,
dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Fakta keempat, meliputi penindasan, dominasi, dan
pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional
bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia pada dasarnya
melekat erat dengn perjuangan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat unsur-unsur sosial,
agama, ekonomi, budaya, geografis yang berkaitan dan terbentuk melalui suattu proses yang
cukup panjang ( Kaelan dan Zubaidi, 2007 : 50-51 )

2.3 Unsur-unsur Pembentuk Indentitas Nasional


a)

Sejarah

Sebelum menjadi Negara yang modern Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang
gemilang pada masa kerajaan Majapahit dan sriwijaya. Pada dua kerajaan tersebut telah
membekas pada semangat perjuangan bangsa Indonesia pada abat-abat berikutnya.
b)

Kebudayaan

Aspek kebuayaan yang menjadi unsur pembentuk indentitas nasional meliputi: akal
budi, peradaban, dan pengetahuan. Misalnya sikap ramah dan santun bangsa Indonesia.
c)

Suku Bangsa

Kemajemukan merupakan indentitas lain bangsa Indonesia. tradisi bangsa Indonesia untuk hidup
bersama dalam kemajemukan yang bersfat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk
hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus dikembangkan dan di
budayakan.
d)

Agama

Keanekaragaman agama merupakan indentitas lain dari kemajemukan dengan kata lain, agama
dan keyakinan Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi Negara, tetapi juga merupakan
suatu Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri bangsa
Indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat dilakukan dengan, salah
satunya, sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik
mayoritas maupun minoritas, atau kelompok lainnya.
e)

Bahasa

Bahasa adalah salah satu atribut indentitas nasional Indonesia. Sekalipun Indonesia memiliki
ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa melayu)
sebagai bahasa penghubung (lingua franca) peristiwa sumpah pemuda tahun 1982, yang
menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
f)

Kasta dan Kelas

Kasta adalah pembagian social atas dasar agama. Dalam agama hindu para penganutnya
dikelompokkan kedalam beberapa kasta.kasta yang tertinggi adalah kasta Brahmana (kelompok
rohaniaan) dan kasta yang terendah adalah kasta Sudra (orang biasa atau masyarakat biasa).
Kasta yang rendah tidak bisa kawin dengan kasta yang lebih tingi dan begitu juga sebaliknya.
Kelas menurut Weber ialah suatu kelompok orang-orang dalam situasi kelas yang sama, yaitu
kesempatan untuk memperoleh barang-barang dan untuk dapat menentukan sendiri keadaan
kehidupan ekstern dan nasib pribadi. Kekuasaan dan milik merupakan komponen-komponen
terpenting: berkat kekuasaan, mka milik mengakibatkan monopolisasi dan kesempatankesempatan.
2.4 Karakteristik identitas nasional

Pada hakikatnya Identitas Nasional, meupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu nation ( bangsa ) dengan ciri-ciri khas
tertentu yang membuat bangsa bersangkutan berbeda dengan bangsa lain. Dengan perkataan lain
dapat dikatakan bahwa Identitas Nasional Indonesia adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam arti luas.
Perlu dikemukakan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai identitas nasional tadi
bukanlah barang jadi yang sudah selesai mandheg dalam kebekuan normatif dan dogmatis,
melainkan sesuatu yang terbuka-cenderung terus-menerus bersemi sejalan dengan hasrat
menuju kemajuan yang dicita-citakan bangsa Indonesia.
Perkembangan Iptek dan arus globalisasi yang membuat masyarakat Indonesia harus berhadapan
dengan kebudayaan berbagai bangsa di dunia, sudah sepantasnya menyadarkan kita semua,
bahwa pelestarian berbagai bangsa di dunia, sudah sepantasnya menyadarkan kita semua, bahwa
pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan identitas kita semua. Dalam upaya
pengembangan identitas nasional, pelestarian budaya tidak berarti menutup diri terhadap segala
bentuk pengaruh kebudayaan bangsa Indonesia.
Sebagai komitmen konstitusional yang dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam
pembukaan, khususnya dalam pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu : kebudayaan
bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia.
Kesadaran pentingnya mengembangkan dan memperkaya kebudayaan bangsa dengan
keterbukaan menerima kebudayaan asing yang bernilai positif semakin tegas diamanatkan dalam
pasal 32 UUD 1945 yang diamandemen :
1. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional

2.5 Pengertian Nasionalisme


Nasionalisme adalah suatu situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan
kepada negara dan bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya nasionalisme terbukti sangat
efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkraman kolonial.
Nasionalisme dapat diwujudkan dalam sebuah identitas politik/kepentingan bersama dalam
bentuk sebuah wadah yang disebut bangsa (nation) dengan demikian bangsa (nation) merupakan
suatu badan (wadah) yang didalamnya terhimpun orang-orang yang memiliki persamaan
keyakinan dan persamaan lain yang mereka miliki seperti : ras, etnis, agama, bahasa dan budaya.
Dari unsur persamaan tersebut semuanya dapat dijadikan sebagai identitas politik bersama untuk
menentukan tujuan bersama. Tujuan ini direalisasikan dalam bentuk sebuah entitas organisasi
politik yang dibangun berdasarkan geopolitik yang terdiri atas : populasi, geografis, dan
pemerintahan yang permanen yang disebut negara (state). Menurut Dean A. Mix dan Sandra M.

Hawley, nation-state merupakan sebuah bangsa yang memiliki bangunan politik seperti
ketentuan-ketentuan perbatasan teritorial pemerintah sah, pengakuan bangsa lain dan sebagainya.
Menurut Koerniatmante Soetoprawiro secara hukum peraturan tentang kewarganegaraan
merupakan suatu konsekuensi langsung dari perkembangan nasionalisme.
2.6 Latar belakang lahirnya nasionalisme Indonesia
Tumbuhnya paham nasionalisme bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari situasi politik
pada abad ke 20. Pada masa itu semangat menentang kolonialisme Belanda mulai muncul di
kalangan pribumi. Ada 3 pemikiran besar tentang watak nasionalisme Indonesia yang terjadi
pada masa sebelum kemerdekaan yakni paham ke Islaman, marxisme dan nasionalisme Indonsia.
Para analis nasionalis beranggapan bahwa Islam memegang peranan penting dalam pembentukan
nasionalisme sebagaimana di Indonesia. Menurut seorang pengamat nasionalisme George Mc.
Turman Kahin, bahwa Islam bukan saja merupakan mata rantai yang mengikat tali persatuan
melainkan juga merupakan simbol persamaan nasib menetang penjajahan asing dan penindasan
yang berasal dari agama lain. Ikatan universal Islam pada masa perjuangan pertama kali di
Indonesia dalam aksi kolektif di pelopori oleh gerakan politik yang dilakukan oleh Syarikat
Islam yang berdiri pada awalnya bernama Syarikat Dagang Islam dibawah kepemimpinan
H.O.S.Tjokoroaminoto, H.Agus Salim dan Abdoel Moeis telah menjadi organisasi politik
pemula yang menjalankan program politik nasional dengan mendapat dukungan dari semua
lapisan masyarakat.
2.7

Faktor-Faktor Nasionalisme Indonesia

2.7.1

Faktor dari dalam (internal)


Kenangan kejayaan masa lampau

Bangsa-bangsa Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan
berkembangnya imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia
pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Kejayaan masa
lampau mendorong semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi Indonesia kenangan
kejayaan masa lampau tampak dengan adanya kenangan akan kejayaan pada masa kerajaan
Majapahit dan Sriwijaya. Dimana pada masa Majapahit, mereka mampu menguasai daerah
seluruh Nusantara, sedangkan masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya
yang kuat.

Perasaan senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan kesengsaraan masa


penjajahan

Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika
mengakibatkan mereka hidup miskin dan menderita sehingga mereka ingin menentang
imperialisme barat.

Munculnya golongan cendekiawan

Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari


pendidikan barat maupun pendidikan Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan
pemimpin munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk
melawan penjajahan.

Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan
kebudayaan

1. Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi
masyarakat pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi
manusia. Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia.
2. Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi
asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan
kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
3. Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan
mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya
asing di Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta
menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2.7.2 Faktor dari luar (eksternal)

Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)


Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara

1.
2.
3.
4.
5.

a.
b.
c.
d.
e.

Munculnya Paham-paham baru

Pergerakan Kebangsaan India


Gerakan Kebangsaan Filipina
Gerakan Nasionalis Rakyat Cina
Pergerakan Turki Muda (1908)
Pergerakan Nasionalisme Mesir

Munculnya paham-paham baru di luar negeri seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme,


demokrasi dan pan islamisme juga menjadi dasar berkembangnya paham-paham yang serupa di
Indonesia. Perkembangan paham-paham itu terlihat pada penggunaan ideologi-ideologi (paham)
pada organisasi pergerakan nasional yang ada di Indonesia.
2.8 Perkembangan Nasionalisme di Indonesia
Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia diawali dengan pembentukan
identitas nasional yaitu dengan adanya penggunaan istilah Indonesia untuk menyebut negara
kita ini. Dimana selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas nasional, lambang
perjuangan bangsa Indonesia dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan
bangsa dalam melakukan perjuangan dan pergerakan melawan penjajahan, sehingga segala
bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah lagi. Istilah
Indonesia mulai digunakan sejak :

1. J.R. Logan menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut penduduk dan kepulauan
nusantara dalam tulisannya pada tahun 1850.
2. Earl G. Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan tahun 1850 menyebut
penduduk nusantara dengan Indonesia.
3. Serta tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia internasional.
4. Istilah Indonesia dijadikan pula nama organisasi mahasiswa di negara Belanda yang
awalnya bernama Indische Vereninging menjadi Perhimpunan Indonesia.
5. Nama majalah Hindia Putra menjadi Indonesia Merdeka
6. Istilah Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Melalui
Sumpah Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang diakui oleh
setiap suku bangsa, organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia maupun yang
di luar wilayah Indonesia.
7. Kata Indonesia dikukuhkan kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945.

2.9 Karakteristik nasionalisme Indonesia


Paham Nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut
kemedekaan dari cengkraman kolonial . Semangat Nasionnalisme dipakai sebagai metode
perlawanan, sebagaimana yang disampaikan oleh Larry Diamond dan Marc F Platner bahwa para
penganut nasionalisme dunia ketiga secara khas menggunakan pretorika anti kolonialisme dan
anti imperialisme . Dengan demikian , bangsa merupakan suatu wadah yang didalamnya
terhimpun orang-orang yang mempunyai persamaan keyakinan yang mereka miliki . unsur
persamaan itu dijadikan identitas politik berdasarkan geopolitik dan pemerintahan permanen
(negara).
Negara merupakan bangsa yang memiliki bangunan politik . Menurut penganutnya paham
nasionalisme yang disampaikan oleh Soekarno bukanlah nasionalisme yang berwatak sempit
(chauvinisme) melainkan bersifat toleran dan tidak memaksa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Identitas Nasional, meupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu nation ( bangsa ) dengan ciri-ciri
khas tertentu yang membuat bangsa bersangkutan berbeda dengan bangsa lain. Dengan
perkataan lain dapat dikatakan bahwa Identitas Nasional Indonesia adalah Pancasila yang

aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan berbangsa dan bernegara


dalam arti luas.
2. Paham Nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut
kemedekaan dari cengkraman colonial dan Negara merupakan bangsa yang memiliki
bangunan politik . Menurut penganutnya paham nasionalisme bukanlah nasionalisme
yang berwatak sempit (chauvinisme) melainkan bersifat toleran dan tidak memaksa
3.2 Saran
1.Diharapkan masyarakat lebih menyadari pentingnya karakteristik identitas nasional dan
karakteristik nasionalisme dalam diri generasi penerus bangsa
2.Diharapkan informasi ini dapat tersebar luas ke masyarakat agar mengetahui pentingnya
karakteristik identitas nasional dan karakteristik nasionalisme sebagai tonggak kemajuan Negara
3.Agar ditindaklanjuti oleh pihak lain atau teman-teman dan kalangan yang peduli terhadap
identitas dan nasionalisme Indonesia

Anda mungkin juga menyukai