A. Judul
PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBENTUK
AKHLAK MULIA PESERTA DIDIK
B. Pendahuluan
Abad 21, yaitu abad dimana globalisasi serta perkembangan ilmu
pengetahuan telah membuat banyak perubahan terhadap aspek spek
kehidupan yang ada. Globalisasi juga membuat dunia menjadi serba terbuka
(Raharjo, 2009). Akibatnya dunia menjadi tampak tak memiliki batas batas
yang jelas. Batas batas yang jelas telah luntur dan membuat terjadinya
peningkatan aktivitas lintas-batas dan komunikasi secara maya (virtual) ke
seluruh penjuru dunia dalam waktu singkat. Selain itu, globalisasi juga akan
memicu perubahan tatanan pemenuhan kebutuhan secara mendasar sesuai
dengan karakteristiknya yang mobile, plural, dan kompetitif (Raharjo, 2009).
Dengan begitu globalisasi mempermudah langkah manusia dalam menjalani
kehidupan. Tetapi di samping itu, adanya
dampak dari globalisasi itu sendiri mulai mempengaruhi sikap dan nilai
masyarakat modern. Sikap sikap yang berubah tersebut mulai dari orientasi
berpikir gaya hidup, sikap keseharian di dalam kehidupan bermasyarakat
sehari-hari. Bahkan nilai nilai budaya dan nilai nilai moral mulai tergerus
oleh globalisasi itu sendiri dan mulai diganti dengan nilai nilai baru yang
tidak sesuai dengan karakter bangsa. Orang cenderung bertindak berdasarkan
nilai yang diyakininya, dan akan selalu diulang sehingga menjadi kaidah
dalam hidupnya (Sastrapratedja dalam Kaswardi, 1993).
Strategi dan implementasi yang tepat untuk mengatasi dampak buruk
dari globalisasi adalah melalui pendidikan baik formal maupun nonformal.
Pendidikan adalah sarana untuk membangun masyarakat yang lebih dewasa,
memecahkan konflik atau perbedaan pendapat dengan cara damai, berhenti
mencari kambing hitam dan mau belajar mengatur diri sendiri (Raharjo,
2009). Sebagai proses pembentukkan pribadi, pendidikan diartikan sebagai
suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik (Tirtarahardja dalam Kaswardi, 1993). Dengan kata
lain pendidikan membantu sesorang dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu,
latar
belakang
masalah
yang
ada
lahirlah
beberapa
D. Solusi
Untuk mengupas lebih dalam mengenai apa yang dimaksud dengan
pendidikan karakter itu, perlu mengetahui makna dari arti pendidikan itu
sendiri. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan untuk
mengembangkan potensi diri, belajar untuk hidup mandiri, dan tentunya
belajar untuk bersosialisasi. Sedangkan untuk karakter menurut Setiawan
(2013) yaitu suatu cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat dan negara. Karakter yang dimiliki seseorang pastilah karakter
baik atau mungkin karakter buruk. Sehingga pendidikan karakter dapat
diartikan sebagai usaha sadar yang dilakuakan untuk menumbuhkan atau
menonjolkan cara berpikir dan berperilaku seseorang yang telah menjadi ciri
khas.
Untuk memecahkan masalah yang telah dipaparkan di atas,
dibutuhkan beberapa
solusi
sebagai
berikut.
Permasalahan pertama
amatlah sangat penting karena pendidikan karakter adalah sarana yang tepat
untuk membentuk peserta didik agar memiliki akhlak mulia. Dengan
demikian peserta didik yang memiliki akhlak mulia secara tidak langsung
akan memiliki moral dan etika yang baik pula. Memiliki moral dan etika yang
baik merupakan suatu nilai plus tersendiri.
E. Kajian Pustaka
1. Hakikat Pendidikan
Secara umum hakikat dari pendidikan merujuk kepada kamus
besar bahasa indonesia adalah suatu proses untuk mengubah sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang bisa jadi suatu kelompok
masyarakat dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, serta dengan suatu perbuatan yang bernama
mendidik. Sejalan dengan pengertian tersebut pendidikan menurut
Undang-Undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Atas dasar sebagai proses untuk membentuk suatu pribadi,
pendidikan memiliki arti sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan
sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik serta yang
dimaksud sistematis disini karena proses pendidikan berlangsung melalui
tahap-tahap
ke
dalamnya.
Salah
satu
diantaranya
adalah
untuk
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20
Tahun 2003). Terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri, pastinya
mendengar kata pendidikan tentu tidak lepas dari suatu instansi bernama
sekolah. Sekolah menerapkan sistem pendidikan di dalam kegiatan belajar
mengajar. Tentu saja hal tersebut memiliki tujuan, dan tujuanya adalah
mempersiapkan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah
kehidupan pada masa sekarang dan di masa yang akan datang, dengan
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya (Raharjo, 2010).
Jadi pada dasarnya tujuan pendidikan adalah membangun
masyarakat agar menjadi lebih dewasa, mencerdaskan kehidupan bangsa,
membentuk karakter, serta mengembangkan bakat atau potensi yang
dimiliki setiap individu.
3. Hakikat Karakter
Karakter merupakan suatu cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat dan negara (Setiawan, 2013). Selain itu
karakter adalah sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi dan menjadi
identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah,
serta dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur
(Jalaludin, 2011:2). Merujuk kepada Wynne dalam Raharjo(2010)
terdapat dua pengertian tentang karakter.
Yang pertama, ia menunjukan bagaimana seseorang
bertingkah laku. Bila seseorang bertingkah laku tidak jujur,
kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan
perilaku buruk. Sebaliknya, apabila sesorang berperilaku
jujur,
suka
menolong,
pastilah
orang
tersebut
memanifestasikan karakter mulia. Yang kedua, istilah
karakter berkaitan dengan personality. Seseorang bari bisa
disebur karakter orang yang berkarakter (a person of
character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah
moral.
Pendapat lain mengatakan bahwa karakter adalah standar-standar batin
yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri (Hasanah dalam
individu
yang
mempertanggungjawabkan
bisa
akibat
membuat
dari
keputusan
keputusan
dan
siap
yang dibuatnya
kekerasan, resolusi konflik dan filsafat etik moral (Latif dalam Raharjo
2010). Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa pendidikan karakter
adalah suatu pendekatan holistik yang menghubungkan dimensi moral
dengan ranah sosial dan sipil dari kehidupan peserta didik (Raharjo,
2010). Menurut Jalaludin (2011) pendidikan karakter memiliki empat ciri
dasar.
Pertama, keteraturan interior, dimana setiap tindakan diukur
berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi menjadi pedoman
normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi
keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak
mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut
risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa
percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi
meruntuhkan kredebilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Di
situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat
penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau
desakan pihak lain. Keempat merupakan daya tahan sesorang
guna mengingini apa yang dipandang baik.
Apabila Keempat karakter ini sudah dimiliki individu secara matang,
kemungkinan
akan
memungkinkan
individu
itu
melewati
tahap
perbuatan-perbuatan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003). Sehingga dapat
dikatakan peserta didik adalah orang-orang dengan jenjang usia tertentu
dan tercatat sebagai siswa di dalam satuan pendidikan serta berusaha
untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
sudah tersedia. Proses pembelajaran tersebut menyediakan jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu.
F. Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan uraian kajian pustaka mengenai pendidikan karakter
bahwa pendidikan memiliki pengertian yaitu suatu proses untuk mengubah
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang bisa jadi suatu kelompok
masyarakat dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Akan tetapi upaya dan pelatihan tersebut dirasa belum cukup
optimal untuk membetuk sikap dan perilaku peserta didik agar terbentuk
berakhlak mulia. Sehingga perlu adanya pendidikan yang didalamnya
terdapat sebuah sistem pengajaran yang mengedepankan karakter disamping
juga untuk mengembangkan potensi minat dan bakat. Berangkat dari uraian
tersebut semua pendidikan karakter dalam uraian kajian pustaka disebutkan
yaitu suatu pendekatan holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan
ranah sosial dan sipil dari kehidupan peserta didik. Memanglah betul bahwa
ranah sosial dan sipil peserta didik perlu dihubungkan dimensi moral,
dikarenakan moral seseorang akan mudah terbaca saat bersosialisasi dengan
masyarakt sipil. Masyarakt sipil ini akan menetukan bagaimana moral
seseorang tersebut bermoral baik atau bermoral buruk. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Raharjo (2013) apabila yang dihasilkan adalah perbuatan
baik maka disebut dengan akhlak baik, tetapi jika yang dihasilkan adalah
akhlak buruk maka disebut dengan akhlak buruk. Tiap orang memiliki
bawaan akhlak yang berbeda beda baik itu buruk maupun baik. Bisa saja
seseorang yang dulunya berakhlak baik kini memiliki akhlak buruk, ataupun
sebaliknya.
Dalam kajian juga di dapat bahwa pendidikan karakter berperan
dalam mengembangkan kecerdasan moral secara komprehensif dan
10
11
pendidikan karakter itu bagi peserta didik saat ini? Dan apakah mereka
membutuhkannya? Berangkat dari kedua rumusan tersebut, Menurut Lickona
ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan: (1)
Merupakan cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki
kepribadian yang baik dalam kehidupannya. (2) Merupakan cara untuk
meningkatkan prestasi akademik. (3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk
karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain. (4) Mempersiapkan siswa
untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat
yang beragam. (5) Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan
problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan,
pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah. (6)
Merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja.
(7) Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban.
Pada poin nomor lima disebutkan bahwa pendidikan karakter itu harus
disampaikan atau karena problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan,
ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja
(belajar) yang rendah. Hal tersebut berbanding lurus dengan apa yang terjadi
dengan para peserta didik saat ini khususnya pada jenjang usia kurang lebih
anak-anak sampai remaja. Dan sifat-sifat tersebut sangatlah berbanding
terbalik dengan karakter bangsa yang mana menurut UU No. 20 Tahun 2003
yaitu peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sifat-sifat tersebut mulai hilang atau luntur karena terpaan unsur-unsur asing
yang berasimilasi dengan unsur-unsur lokal, sehingga memungkinkan tumbuh
unsur baru yang menyimpang dari unsur aslinya. Dengan begitu pendidikan
karakter sangatlah diperlukan bagi peserta didik saat ini atau era ini, sebab
untuk membenahi segala unsur penyimpangan moral bangsa agar tertata
menjadi akhlak mulia. Perlu juga dilakukan optimalisasi terhadap
penyelenggaraan pendidikan karakter agar tidak membuahkan hasil yang
maksimal. Untuk itu berbagai pihak, khususnya para perangkat pendidik
memperhatikan kinerja pendidikan karakter dalam membenahi tatanan moral
12
bangsa yang telah keluar dari jalur aslinya, serta membentuk akhlak mulia
pada setiap peserta didik.
G. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dijabarkan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendidikan karakter memiliki pengaruh yang cukup
signifikan untuk mengubah akhlak peserta didik yang tadinya buruk menjadi
akhlak baik atau akhlak mulia. Pengaruh tersebut ada karena di dalam
pendidikan karakter isi pengajaran dan pembelajaran meliputi penalaran
moral/pengembangan
kognitif,
pembelajaran
sosial
dan
emosional,
13
Daftar Rujukan
Kaswardi,
EM.
K.
1993.
Pendidikan
Nilai
Memasuki
Tahun
2000.
Jakarta:Grasindo.
Dari
Books.
(online),
Melisa Depiyanti, Oci. 2012. Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day
Care. Jurnal Pendidikan Islam Tarbawi, 3(1):221-233.
Setiawan, Deny. 2013. Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan
Kecerdasan Moral. Jurnal Pendidikan Karakter, 2013(1):53:63.
14
15