Anda di halaman 1dari 30

PEMERIKSAAN TELINGA,

HIDUNG DAN TENGGOROK

By
M Nurman Hikmallah
SMF THT RSUD TRIPAT Kab Lombok Barat

Alat Pemeriksaan Telinga

Telinga :
- Lampu Kepala
- Spekulum telinga
- Aplikator ( pemintal kapas )
- Serumen hook
- Otoskop
- Garpu tala

Pemeriksaan Telinga

Fisik :
Telinga luar :
- Ada/tidak daun telinga, liang telinga
- Bentuk daun telinga, liang telinga
- Isi saluran telinga luar : serumen, cairan,
benda asing

Pemeriksaan Telinga#2

Telinga Tengah :
- Membran timpani :
- bentuk : bulat oval
- warna : putih spt
mutiara
- Perforasi : bentuk,
letak, banyaknya

Pemeriksaan Pendengaran

Pemeriksaan pendengaran : subyektif dan obyektif


Pemeriksaan Subyektif :
Test bisik :
- ruang kedap suara
- Pemeriksa dan penderita berjarak 6 meter
- Pemeriksa mengucapkan kata kata konsonan
- Interpretasi : 6-5 m Normal
4-3 m Tuli derajat ringan
2-1 m Tuli derajat sedang
< 1 m Tuli derajat berat

Test Garpu Tala : jenis tuli


a. Rinne : membandingkan hantaran udara
dengan tulang
Prosedur : Pakai GT 512 at 1024
- GT digetarkan dan diletakkan di
depan telinga pdrt tdk dengar
- Pindahkan GT ke tulang mastoid
Interpretasi :
- Rinne ( + ) : Normal at SNHL
- Rinne ( - ) : CHL

b. TES SCHWABACH
Prinsip : membandingkan BC pendrt & pemeriksa
(harus normal).
Cara : 1. Tes BC pada pendrita tidak dengar
lagi pindah tes BC pemeriksa
2. Dibalik
Evaluasi :
1. Penderita masih mendengar, pemeriksa tidak
schwabach memanjang CHL
2. Sebaliknya schwabach memendek SNHL.
3. sama-sama schwabach normal normal

c.TES WEBER:
Prinsip : Membandingkan BC pada kedua sisi telinga
Cara : Tangkai GT ditempatkan di glabella bila suara
GT terdengar lebih keras di satu sisi ada lateralisasi.
Evaluasi :
1. Tidak ada lateralisasi : ketajaman pendengaran kedua
sisi -sama bisa : normal, CHL/SNHL/MHL bilateral
sama berat
2. Ada lateralisasi ( ke kanan/ ke kiri) pasti ada KP yg
bisa :
unilateral atau bilateral.
Arah lateralisasi adalah :
- ipsilateraf dengan CHL
- kontralateral dengan SNHL

d.TES BING
Prinsip : membandingkan BC pada telinga terbuka
dan tertutup.
Cara : Lakukan tes BC, telinga kemudian di tutup.
Evaluasi :
1.Ada pengerasan suara -> Bing (+) normal / SNHL
2.Tidak ada pengerasan suara Bing (-) CHL

e.TES GELE
Prinsip : membandingkan BC pada telinga ditutup
dan ditekan.
Cara : lakukan tes BC pada telinga ditutup kemudian
ditekan (tragusnya)

Evaluasi:
1. Ada perlemahan suara pada penekanan Gele (+) normal
/ SNHL
2. Tidak ada perubahan suara Gele (-)
- fiksasi osikuler
- diskontinuitas osikuler.
No

Status Telinga

normal

CHL

SNHL

Macam Tes
1

Rinne

Schwabach

memanjan
g

memendek

Weber

Lateralisasi ()

Lat - ipsi

Lat - kontra

Bing

+
(mengeras)

- (tetap)

+(
mengeras)

Gele

+ (melemah)

- (tetap)

+ (melemah)

UJI PENDENGARAN DGN ALAT ELEKTRO


AKUSTIK = AUDIOMETRI
Pemeriksaannya : Audiometri
Alatnya
: Audiometer
Rekamannya
: Audiogram
Jenis-jenisnya
1. "Pure Tone Audiometry"
2. "Speech Audiometry"
3. "Impedance Audiometry"

"PURETONE AUDIOMETRY" ( Audiometri


Nada Murni )

Instrumen Audiometer nada (relatif bebas dari


kebisingan)

Alat ini mempunyai bagian bagian esensial:


1. "Ossilatorr frekuensi
2. "Amplifier" /"Transduser" mengubah energi listrik
ke akustik)
3. "Attenuator" ( Intensitas 5dB - Step)
4. "Interruptor Switch"
5. "Earphone"
6. "Bone Conduction Vibrator"
7. "Masking Noice Generator"

Audiogram nada murni ( Pure Tone Audiometry )


Adalah grafik perekam hasil audiometri (diagram
pencatat NA AC & BC)
Terdiri :
1. sumbu tegak (ordinat) untuk intensitas :
-10 s/d 100 db/ 120 db
2. Sumbu datar ( Axis) : untuk frekwensi ada yang 6,7/8
frekwensi :
- 125,250,500,1000,4000,8000 Hz
- 250,500,1000,20000,40000,8000 Hz
- 125,500,,8000.16.000 Hz
0
db

110

Hz
125

16000

BEBERAPA CATATAN:

1. HL/KP disebut :
a. Ringan bila PTA : 20-40 dB
b. Sedang bila PTA : 40-60 dB
c. Berat bila
PTA : 60-80 dB.
d. Berat sekali bila PTA : > 80 dB.
CHL maksimal 60-70 dB (s/d derajat sedang)
SNHL bisa dari ringan s/d berat sekali).

2. Bila:
BC N & tidak ada "AB GAP" normal
BC N & ada "AB GAP" (> 10-15 dB) -> CHL
BC turun & AC turun, tidak ada "AB GAP" SNHL
BC turun & AC turun, ada "AB GAP" MHL
NOTE : NA BC selalu sama/lebih balk daripada NA AC.

Jenis penyakit / kelainan tertentu memiliki


pola/kontigurasi grafik nada murni yang khas, contoh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penyakit Meniere.
Presbikusis
Ototoksikosis
Trauma akustik
Neuroma akustik
"Noice induced"
6

"SPEECH AUDIOMETRY" ( AUDIOMETRI TUTUR)


Adalah audiometri yang stimulusnya berupa tutur (katakata), bisa berupa "five voice" atau "recorded voiced .
Penderita disuruh menirukan atau menulis.
Audiometri meliputi 2 pengukuran
1. Pengukuran sensitivitas (nilai ambang ) tutur =
Speech Reception Threshold (SRT)"="Special
Threshold" (ST).
2. Pengukuran skor diskriminasi/pemahaman tutur
(SDT) = "Speech Discrimination Score (SDS)"=
"Speech Intelligibility Score" (SIS).

Ad,1. Pengukuran nilai ambang tutur (NAT)=


SRT =ST :
Tujuan : menentukan derajat KP.
Sasaran : menentukan/mencari "hearing level"
dimana penderita dapat mengulang secara
benar 50% dari kata-2 tes
Cara : rangsang berupa kata-kata 2 suku
(spondaik) yang telah dibakukan, disuruh
menirukan penderita. Pada level Penderita bisa
benar 50 % adalah SRT

Ad.2 Pengukuran SDT=SDS=SIS :


Ada 2 cara :
1. Cara baku / konvensional:
Hanya mencari SDS maksimum.
Yaitu dengan memberikan rangsangan pada satu
intensitas saja (+ 40 db di atas SRT).
2. Mencari SDS untuk berbagai intensitas, sehingga akan
diperoleh suatu grafik, yang dapat membedakan SNHL
koklear & retrokoklear oleh tidak ada atau adanya "roll over
phenomen".
Tujuan :
1. Menetapkan CHL/SNHL.
2. Menetapkan SNHL koklear / retrokoklear
Sasaran :
1. Mencari SDS Max.
2. Mencari ada/tidak "roll over phenomen".

Cara praktis dalam audiometri tutur :


1. Paparkan rangsang (kata-kata) pada berbagai
intensitas dimulai dari rendah sampai tinggi (keras).
2. Catat pada audiogram tutur.
AUDIOGRAM TUTUR
A: normal
B: CHL
C: SNHL koklear
x:SNHL retrokoklear
/ "rollover phenomen
0 db Intensitas 110 db

Pemeriksaan Pendengaran
Obyektif

Timpanometri ; Pemeriksaan dengan dasar


pemberian stimulus suara dalam berbagai
intensitas dan frekwensi utk mengetahui
kemampuan telinga luar dan telinga tengah
Interpretasi : Type A Normal
Type B Flat ( CHL )
Type C Stiff

Type A

Type B

Type C

Oto Acoustic Emission ( OAE )


prinsip dasar sama seperti timpanometri
hanya saja untuk menilai cochlea.
Interpretasi : Pass
BERA ( Brain Evoked Response Audiometry )
Prinsip dasar : pemebrian stimulus suara
yang direkam oleh gelombang elektrik di
saraf pendengaran sampai ke batang otak

Pemeriksaan Keseimbangan

Uji keseimbangan menilai integrated balance


mechanismmenilai keseluruhan sistem keseimbangan
(termasuk sistem / fungsi vestibuler) sebagai satu
kesatuan.
Uji fungsi vestibuler khusus menilai sistem vestibuler
Termasuk uji keseimbangan :1. Tes postural
2. Tes gait

Termasuk uji vestibuler : 1. Tes rotasi


2. Tes kalori

Alat Pemeriksaan Hidung

Hidung :
- Lampu kepala
- Spekulum hidung
- Pinset hidung
- Forceps Corpus Alienum
- Bahan : Kopi, Vanili, Eter, Minyak wangi

Pemeriksaan Hidung

Rinoskopi Anterior :
Prinsip dasar : memeriksa kondisi rongga
hidung.
Cara : spekulum hidung dimasukkan
melalui nostril kmd diregangkan.
Penilaian : dinilai mukosa, konka dan
septum nasi

Pemeriksaan Hidung#2
Diafanaskopi :menilai sinus maksila, etmoid dan
frontal.
Interpretasi : tidak ada kesuraman pada sinus yang
diperiksa
Rinoskopi posterior : menilai nasofaring dan rongga
hidung melalui lubang koana
Cara : pdrt diminta utk membuka mulut kmd lidah
ditekan masukkan kaca laring no 3, arahkan
sumber cahaya ke cermin laring
Interpretasi : perhatikan adenoid, tuba eustachii dan
rongga hidung

Alat Pemeriksaan Tenggorok

Tenggorok :
- Lampu kepala
- Tongue spatel ( sudip lidah )
- Forceps benda asing tenggorok
- Kaca laring
- Lampu spiritus
- Bahan utk pemeriksaan indra pengecap

Pemeriksaan Tenggorok

Pemeriksaan fisik Tenggorok


Yang dinilai :
a. mulut
b. gigi geligi
c. lidah
d. tonsila palatina
- ukuran besarnya
- permukaan tonsil
e. dinding belakang faring

Laringoskopi indirect

Prinsip dasar : menilai kondisi anatomi dan fungsi


laring.
Cara :
1. Penderita diminta utk menjulurkan lidah, kmd
fiksasi dgn kasa
2. Hangatkan kaca laring sampai suhu = suhu tubuh
3. masukkan kaca laring no 5 ke tenggorok
4. arahkan sumber cahaya ke cermin
5. perhatikan bentuk laring saat nafas dan saat
phonasi

Anda mungkin juga menyukai