Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

MODUL MUSKULOSKELETAL

Disusun Oleh :
Kelompok Diskusi 2

Benyamin S.I Hutagaol


Ika Krastanaya
Sandy Tambunan
Agung Triatmojo
Novi Ervina
John Esmar Jikow G
Rabiul Priyantono
Peri Desta Pangarego
Hidayat
Frisa Buzarudina
Arrany Rahmaning
Rosa Linda

(I11107050)
(I11109002)
(I11109015)
(I11109007)
(I11109009)
(I11109034)
(I11109044)
(I11109050)
(I11109084)
(I11109085)
(I11109092)
(I11109093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2011

I. Pendahuluan
Praktikum fisiologi yang dilakukan kali ini adalah pengukuran beban maksimum yang
dapat ditahan oleh otot bisep pada berbagai sudut sendi dan tes kinerja otot (muscle
performance test). Pengukuran beban maksimum yang dapat ditahan oleh otot bisep pada
berbagai sudut sendi dilakukan dengan tujuan untuk menguji konsep bahwa perbedaan sudut
sendi akan mengubah panjang otot dan keuntungan mekanisnya; yang akibatnya adalah berat
beban maksimum yang mampu ditahan akan bervariasi. Sedangkan tujuan dari tes kinerja
otot adalah untuk mengevaluasi kinerja otot menggunakan seperangkat tes kinerja otot dan
untuk menganalisis hasil dari kinerja otot individu dan kelompok.1
Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang
tempat otot tersebut melekat bergerak, yang memungkinkan tubuh melaksanakan berbagai
aktivitas motorik. Kontraksi otot terjadi akibat suatu potensial aksi yang berjalan di
sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut otot. Akibat dari potensial
aksi tersebut, di setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmiter, yaitu asetilkolin
dalam jumlah sedikit. Asetilkolin tersebut bekerja pada area setempat pada membran serabut
otot untuk membuka banyak kanal bergerbang asetilkolin melalui molekul-molekul protein
yang terapung pada membran. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin memungkinkan
sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa
ini akan menimbulkan suatu potensial aksi pada membran. Potensial aksi akan berjalan di
sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi akan berjalan
di sepanjang membran serabut saraf. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi
membrane otot, dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot.
Di sini, potensial aksi menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion
kalsium, yang telah tersimpan di dalam reticulum ini. Ion-ion kalsium menimbulkan
kekuatan menarik antara filament aktin dan myosin, yang menyebabkan kedua filamen
tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi. Setelah kurang dari satu
detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam reticulum sarkoplasma oleh pompa membrane
Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam reticulum sampai potensial aksi otot yang baru
datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari myofibril akan menyebabkan kontraksi otot
terhenti. 2
Penilaian kinerja otot dimaksudkan untuk menentukan keseluruhan tingkat kebugaran
seseorang. Penilaian ini juga dapan mengidentifikasikan area kekuatan dan kelemahan dari
seseorang sehingga ia dapat merencanakan latihan fisik yang cocok untuknya.

II. Tinjauan Pustaka


II. 1 Kontraksi Otot Rangka
Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat ke tulang.
Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat bergerak, yang
memungkinkan tubuh melaksanakan berbagai aktivitas motorik. Otot rangka yang
menunjang homeostasis mencakup antara lain otot-otot yang penting dalam akuisisi,
mengunyah, dan menelan makanan dan otot-otot yang penting untuk bernapas.
Kontraksi otot rangka juga digunakan untuk menggerakkan tubuh menjauhi bahaya.
Otot rangka juga digunakan untuk aktivitas-aktivitas nonhomeostatik, misalnya menari
atau mengoperasikan komputer.
Setiap serabut otot mengandung beberapa ratus sampai beberapa ribu myofibril.
Setiap myofibril tersusun oleh sekitar 1500 filamen myosin yang berdekatan dan 3000
filamen aktin, yang merupakan molekul protein polimer besar yang bertanggung jawab
untuk kontraksi otot sesungguhnya.
Filamen miosin dan aktin sebagian saling bertautan sehingga myofibril memiliki
pita terang dan gelap yang berselang-seling. Pita-pita terang hanya mengandung
filamen aktin dan disebut pita I karena bersifat isotropik terhadap cahaya yang
dipolarisasikan. Pita-pita gelap mengandung filamen-filamen myosin, dan ujung-ujung
filamen aktin tempat pita-pita tersebut menumpang-tindih myosin, yang disebut pita A
karena bersifat anisotropik terhadap cahaya yang dipolarisasikan. Perhatikan juga
penonjolan-penonjolan kecil dari samping filamen myosin. Penonjolan ini merupakan
jembatan silang. Interaksi antara jembatan silang dan filamen aktin tersebut adalah
peristiwa yang menyebabkan kontraksi.
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut.
a. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya
pada serabut otot.
b. Di setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmiter, yaitu asetilkolin dalam
jumlah sedikit.
c. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka
banyak kanal bergerbang asetilkolin melalui molekul-molekul protein yang
terapung pada membran.
d. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion
natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini akan
menimbulkan suatu potensial aksi pada membrane.
e. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut saraf.
f. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane otot, dan banyak aliran
listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi

menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang


telah tersimpan di dalam reticulum ini.
g. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan myosin,
yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan
menghasilkan proses kontraksi.
h. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam reticulum
sarkoplasma oleh pompa membrane Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam
reticulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium
dari myofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.1
II. 2 Otot sebagai pengungkit
Ketika tubuh beristirahat dan dalam keseimbangan (statis),kumpulan gaya dari
berbagai arah dan kumpulan puntiran sekitar axis yang setara dengan nol .
Banyak dari sistem otot dan tulang pada tubuh yang bertindak sebagai
pengungkit. Secara historis,pengungkit dapat di klasifikasikan sebagai sistem kelas
satu,dua dan tiga. Pengungkit kelas tiga paling biasa terdapat pada tubuh, pengungkit
kelas dua berada pada tingkat berikutnya dan pengungkit kelas satu yang jarang ada.
Pengungkit kelas tiga,bagaimanapun juga jarang ada dalam bidang teknik. Suatu
ilustrasi mengapa demikian, andaikan anda membuka pintu yang pegangannya
berdekatan dengan sisi engsel pintu .Diperlukan gaya putaran tertentu untuk membuka
pintu. Gaya putaran adalah gaya hasil gaya yang digunakan dan pengungkit yang
menunjukkan akibat memutar engsel. Karena pengungkit pada contoh ini kecil
mengikuti kebutuhan gaya yang besar untuk membuka pintu. Akhirnya bahwa gaya
yang digunakan mesti menggerakkan pintu dekat engsel hanya pada jarak yang pendek
untuk membuka pintu. Pada manusia sistem pengungkit ini menjelaskan gerakan
kontraksi otot kita yang terbatas, dan memberikan pada kita respon cepat untuk
menggerakkan tangan dan kaki kita, gerakan yang di gunakan untuk istirahat dan
bertahan hidup.3
Otot meruncing pada kedua ujung di mana tendon yang menghubungkan otot
pada tulang terbentuk .Otot dengan dua tendon pada satu ujung disebut otot bisep; otot
dengan tiga tendon pada satu ujung disebut trisep. Disebabkan otot hanya dapat
berkontraksi, kelompok otot muncul berpasangan dengan satu kelompok otot untuk
menarik tulang secara bersamaan dan kelompok otot lainnya menarik tulang dalam arah
berlawanan. Putaran lengan bawah di sekitar siku suatu contoh yang terbaik dari prinsip
ini. Kontraksi biseps mengangkat lengan bawah kearah lengan atas sementara triceps
mendorong lengan ke bawah jauh dari lengan atas. 3
II. 3 Faktor yang mempengaruhi kekuatan otot
a. Tipe dari serat otot

Salah satu factor yang paling berpengaruh dalam kekuatan otot adalah jenis serat
otot. Ada dua tipe serat otot yaitu kontraksi lambat (serat otot putih) dan kontraksi
cepat (serat otot merah). Serat otot merah sangat baik untuk digunakan dalam
aktivitas kardiovaskular (aerobic). Mereka memproduksi tenaga dengan jumlah kecil
selama periode yang lama dan hal ini sangat cocok dalam aktivitas yang
membutuhkan daya tahan. Serat otot putih sangat baik digunakan dalam aktivitas
anaerob, seperti misalnya lari sprint. Mereka memproduksi tenaga yang sangat besar
namun untuk periode yang singkat, dan sangat cocok untuk kegiatan yang
membutuhkan tenaga.
Sebagian besar pria dan wanita memiliki jumlah kombinasi yang seimbang antara
serat otot putih dan serat otot merah. Namun, pada beberapa orang, ada yang
memiliki jumlah yang lebih banyak pada salah satu serat. Ada sebagian orang yang
memiliki jumlah serat otot merah yang lebih banyak, contohnya pelari marathon.
Sedangkan pada orang-orang seperti pelari sprinter dan pemain bola, relative
memiliki serat otot putih yang lebih banyak dibandingkan serat otot merahnya.
Meskipun kedua otot ini memiliki respons positif terhadap latihan fisik, serat otot
putih akan memiliki respon, pertambahan ukuran dan kekuatan lebih besar
dibandingkan serat otot merah, sehingga akan memiliki hasil latihan yang lebih besar
dibandingkan serat otot merah.
b. Umur
Faktor lain yang berperan kecil adalah usia. Penelitian memperlihatkan bahwa
orang-orang pada semua umur dapat menambah ukuran dan kekuatan mereka sebagai
hasil dari latihan yang efektif dan aman. Namun, persentase kekuatan dan massa otot
yang didapat akan lebih besar pada umur 10-20 tahun, yaitu tahun-tahun dimana
pertumbuhan juga lebih cepat. Setelah mencapai masa dewasa, pertumbuhan otot
biasanya tidak akan bertumbuh cepat.
c. Gender
Gender tidak berpengaruh dalam kualitas otot kita, namun hal ini berpengaruh
pada kuantitasnya. Meskipun pria dan wanita memiliki karakteristik jaringan otot
yang sama, pria pada umumnya memiliki lebih banyak jaringan otot daripada wanita
karena ukuran otot meningkat akibat adanya hormone testosterone, hormone seks
pria. Semakin besar massa otot, semakin besar kekuatan orang tersebut; hal inilah
yang menyebabkan kenapa pria lebih kuat daripada wanita.
d. Panjang lengan dan panjang otot
Faktor kekuatan otot lainnya, secara alami, dipengaruhi oleh panjang lengan.
Orang dengan tendon lengan yang pendek dapat mengangkat beban yang lebih berat
karena keuntungan factor pengungkit (lengan dan kaki). Biasanya, perbedaan dalam

kekuatan disebabkan karena variasi panjang otot. Beberapa orang memiliki otot yang
panjang dan beberapa lainnya memiliki otot yang pendek. Orang-orang yang
memiliki otot relative lebih panjang memiliki potensi yang hebat untuk
mengembangkan ukuran dan kekuatan dibandingkan dengan orang-orang yang
berotot pendek.
e. Titik insersi tendon otot
Kekuatan otot juga dipengaruhi oleh titik insersi tendon otot. Untuk contohnya,
mari kita umpamakan Jim dan John memiliki lengan dan otot yang sama panjang.
Namun, otot bisep Jim menempel pada lengan bawah dari sikunya lebih jauh daripada
otot bisep John. Hal ini memberikan Jim keuntungan biomekanikal; dia dapat
mengangkat benda yang lebih berat daripada John pada latihan berat,seperti pada
latihan bisep.4
II. 4 Otot dan Tulang yang terlibat dalam muscle performance test
a. Push Up

Memperlihatkan otot-otot yang bekerja secara konsentrik, eksentrik dan statik5

Dada:
Otot dada yang utama adalah m. pectoralis major, yaitu otot yang melebar di
depan dada dan berbentuk seperti kipas. Ujung salah satu m. pectoralis major
menempel pada bagian tengah tulang selangka. Bekerja sama dengan m. antenor
deltoid (bagian depan otot bahu) berfungsi menggerakkan tangan ke atas, depan dan

memutar ke dalam. Sedangkan ujung yang lain menempel pada tulang dada (sternum)
dan enam tulang rusuk bagian atas. Bagian in hanya bisa dirangsang bila terjadi
gerakan tangan ke bawah dan ke depan. Serratus antenor yang berada di sisi tulang
rusuk dan m. pectoralis minor (otot kecil yang berada di bawahpectoralis major)
keduanya berfungsi menstabilkan tulang bahu ketika anda menggerakkan tangan ke
depan. Sebagai tambahan, m. triceps ikut berperan saat gerakan mendorong dada.
Perut:
Perut terdiri dari empat kelompok otot, yaitu m. rectus abdominis,m. external
obliques, dan m. transverse abdominis. Secara umum, otot-otot perut bekerja sebagai
penggerak utama dan penstabil tulang belakang. m. Rectus abdominis membentang
ke atas dan tulang pubis ke tulang dada. External melintang diagonal, dengan arah
menurun dan rusuk ke bagian tengah tulang panggul. m. Internal obliques
membentang diagonal ke atas dan panggul ke rusuk. Kedua kelompok obliques
bekerja sama dengan m. rectus abdominis untuk meregangkan dan memutar torso ke
samping. M. transverse abdominis melintang horisontal dan belakang ke depan,
berkontraksi ketika yang lain sedang bekerja, namun tidak dapat bekerja sendiri.
b. Sit Up

Memperlihatkan bergeraknya batang badan ke kaki

Memperlihatkan orang yang melakukan gerakan duduk dari posisi tidur.


1-2
2-3
3-4
4

kontraksi konsentrik dilakukan otot-otot dinding perut


kontraksi statik oleh otot-otot dinding perut dan kontraksi konsentrik dilakukan
otot-otot fleksor tungkai atas
otot-otot fleksor tungkai atas melakukan kontraksi konsentrik
kontraksi statik dilakukan otot-otot ekstensor punggung
M. Psoas Major
Berasal dari pangkal processus transversus, pinggir corpus vertebrae, dan diskus
intervetrebralis dari vertebra thoracica XII sampai vertebra lumbalis V. Otot ini
berinsersio pada trochanter minor femuralis.m. Psoas major diliputi oleh sarung
fibrosa yang berasal dari fascia lumbalis. M. Psoas major melakukan fleksi tungkai
atas pada articulatio coxae terhadap tubuh; atau jika tungkai atas difiksasi, otot ini
memfleksikan badan terhadap tungkai atas seperti pada waktu duduk dari posisi
berbaring.
M. Iliacus
Berbentuk kipas dan berasal dari bagian atas fossa iliaca. Serabut-serabut otot ini
bersatu dengan sisi lateral tendo muskulus psoas major untuk berinsersio pada
trochanter minor os femur. Gabungan kedua otot ini sering dinamakan muskulus
iliopsoas. M. Iliopsoas memfleksikan tungkai atas terhadap tubuh pada artikulario
coxae; atau jika tungkai atas terfiksasi otot ini memfleksikan tubuh pada tungkai atas.
Jika kaik terfiksasi, batang badan akan bergerak ke arah kaki. Contohnya pada fase
terakhir latihan sit up, batang badan bergerak ke arah kaki. Tiga perempat pertama
dari gerakan sit up ini melatih kekuatan otot-otot fleksor pangkal paha

M. Rectus abdominis
Berorigo pada tulang rawan iga v, vi, vii dan processus xyphoideus sternae dan
berinsersio pada bagian atas os pubis. Kontraksinya menyebabkan fleksi badan pada
daerah torakal dan lumbal. Bila kita tidur terlentang pada punggung lalu menarik
bagian atas badan ke depan sejauh mungkin tanpa menggerakkan panggul kita ke
depan (tidak terjadi gerakan di sendi pangkal paha), maka m. Rectus abdominis
memendek secara maksimal
M. Pectoralis major
Adalah otot tebal berbentuk segitiga. Berfungsi sebagai adduktio dan endoratio
lengan atas; serabut pars clavicularis juga memflexiokan lengan atas.
M. Biceps brachii
Adalah sebuah supinator kuat lengan bawah. Muskulus biceps merupakan fleksor
kuat sendi siku dan fleksor lemah articulatio humeri.

M. Coracobrakhialis
Origo: ujung processus coracoideus
Insertio: pada pertengahan sisi medial corpus humeri
Fungsi: flexio dan aduktor lemah lengan atas
M. Deltoideus
Adalah otot yang tebal, berbentuk segitiga dan menutupi articulatio humeri. Otot ini
membuat bahu berbentuk bulat.
Origo: serabut anterior berasal dari sepertiga lateral pinggir anterior clavicula.
Serabut tengah berasal dari pinggir lateral acromion. Serabut posterior berasal dari
pinggir bawah spina scapulae.
Insertio: serabut-serabutnya berjalan konvergen untuk berinsertio pada tuberositas
deltoidea, pada pertengahan permukaan lateral corpus humeri.
Fungsi: dengan bantuan muskulus supraspinatus, muskulus deltoideus mengabduksi
ekstremitas superior pada articulatio humeri. Kerja utamanya dilakukan oleh serabut
tengah yang kuat yang berbentuk multipennatus; serabut anterior dan posterior yang
lebih lemah berperan sebagai penyokong dan mencegah agar lengan atas tidak
terayun ke depan atau belakang. Elevasi lengan atas di atas kepala disempurnakan
oleh rotasi scapula, akibat terjadinyakontraksi muskulus trapezius dan muskulus
serratus anterior. Muskulus deltoideus dapat melakukan fleksi dan endorotatio lengan
atas, dan serabut posterior dapat melakukan flexio dan exorotatio lengan atas.6

10

c. Vertical Jumping

I.

II.

Berdiri dengan kedua lengan tergantung lurus di samping badan. Lutut dibetulkan
sehingga sudut lutut 900 . dari posisi ini (tanpa mengayun lengan) lalu melompat lurus
ke atas dan tinggi lompatan yang dicapai diukur.
Berdiri dengan kedua lengan tergantung lurus di samping badan dan kedua lutut
diluruskan, lalu melakukan gerakan lutut seperti contoh 1 dan segera melompat lurus
ke atas. Hasil lompatan yang dilakukan dengan cara ini lebih tinggi.5
Dorsofleksi dilakukan oleh m. tibialis anterior, m. extensor hallucis longus, m.
extensor digitorum longus dan m. peroneus tertius. Gerakan ini dihambat oleh
tegangnya tendo calcaneus, serabut-serabut posterior ligamentum mediale dan
ligamentum calcaneofibulare. Selama dorsofleksi sendi pergelangan kaki, bagian
anterior yang lebih lebar dari trochlea tali dipaksakan diantara malleolus medialis dan
lateralis, yang menyebabkan agak terpisah dan mengencangkan ligamentumligamentum sendi tibiofibularis distal. Susunan seperti ini meningkatkan kestabilan
sendi pergelangan kaki bila kaki berada dalam posisi awal untuk gerak maju dalam
berjalan, berlari dan melompat.
M. Biceps Femoris
Fungsi: fleksi dan rotasi lateral tungkai bawah pada articulatio genus; caput longum
juga mengekstensikan tungkai atas padaarticulatio coxae.
M. Semitendinosus
Fungsi: fleksi dan rotasi medial tungkai bawah pada sendi lutut, mengekstensikan
tungkai atas pada articulatio coxae.
M. Semimembranosus

11

fungsi: fleksi dan rotasi medial tungkai bawah pada articulatio genus,
mengekstensikan tungkai atas pada articulatio coxae.
M. Gracilis
merupakan otot panjang seperti sabuk dan terletak pada sisi medial tungkai atas dan
lutut. Fungsi: otot ini melakukan adduksi tungkai atas pada articulatio coxae dan
fleksi tungkai bawah pada articulatio genus.
M. Sartorius
Adalah otot berbentuk pita sempit yang menutupi a. femoralis pada sepertiga tengah
tungkai atas. Fungsi: fleksi abduksi dan rotasi lateral tungkai atas pada articulatio
coxae. Fleksi dan rotasi medial tungkai bawah pada articulatio genus.
M. Popliteus
Fungsi: rotasi medial tibia pada femur; atau jika kaki berpijak pada tanah, rotasi
lateral femur pada tibia. Gerakan terakhir ini terjadi pada awal fleksi articulatio genus
dari dalam keadaan ekstensi, dan gerakan rotasi mengendurkan ligamenta articulatio
genus; gerakan ini kadang-kadang disebut sebagai gerakan membuka articulatio
genus. Karena perlekatannya pada meniscus lateralis, otot ini juga menarik cartilago
ini ke belakang pada awal gerakan fleksi articulatio genus.
M. Quadriceps Femoris
Otot ini berbentuk segiempat
Origo: dari pinggir lateral tuber ischiadicum
Insertio: serabut-serabut berjalan ke lateral untuk berinsertio ke tuberculum
quadratum pada crista intertrohanterica femoris
Fungsi: rotasi lateral tungkai atas pada articulatio coxae 6
II.5 Kelelahan Otot
Terdapat keterbatasan-keterbatasan kardiovaskuler mengenai jumlah O2 yang
dapat disalurkan ke otot. Pada saat kontraksi mendekati maksimum, pembuluh darah
yang terdapat di otot hampir tertutup oleh kontraksi yang sangat kuat, sehingga
penyaluran O2 ke serat otot sangat terganggu. Selain itu, bahkan walaupun O2 tersedia,
system fosforilasi oksidatif yang relative lambat tidak mampu menghasilkan ATP
dengan cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan otot selama aktivitas yang intensif.
Jika penyaluran O2 atau fosforilasi oksidatif tidak dapat mengimbangi kebutuhan ATP
seiring dengan peningkatan aktivitas olahraga, serat-serat otot semakin mengndalkan
glikolisis untuk menghasilkan ATP. Reaksi-reaksi kimia pada glikolisis menghasilkan
produk-prosuk yang akhirnya masuk ke jalur fosforilasi oksidatif, tetapi glikolisis juga
dapat terus berjalan sendiri walaupun produk-produknya tidak dioleh lebih lanjut oleh
fosforilasi oksidatif. Pada glikolisis semua molekul glukosa diuraikan menjadi dua

12

molekul asam piruvat, yang menghasilkan 2 ATP selama proses berlangsung. Asam
piruvat dapat diuraikan leih lanjut oleh fosforilasi oksidatif untuk mendapatkan lebih
banyak energy. Namun, glikolisis sendiri memiliki 2 keunggulan diabanding dengan
jalur fosforilasi oksidatif :
1) glikolisis dapat membentuk ATP pada keadaan anaerob
2) glikolisis dapat berjalan lebih cepat daripada fosforilasi oksidatif, karena
memerlukan lebih sedikit langkah reaksi.
Walaupun glikolisis mengekstraksi lebih sedikit molekul ATP dari semua
molekul nutrient yang diolahnya, proses ini dapat mengalahkan produksi fosforilasi
oksidatif dalam periode waktu tertentu apabila cukup tersedia glukosa.
Walaupun glikolisis anaerobic memungkinkan kita melakukan olahraga intensif
tanpa penyaluran O2 kapasitas fosforilasi oksidatif terlampaui, penggunaan jalur ini
memiliki 2 konsekuensi. Pertama, sejumlah besar nutrient harus diolah karena glikolisis
sangat kurang efisien dibandingkan dengan fosforilasi oksidatif dalam mengubah
energy makanan menjadi energi ATP. (glikolisis menghasilkan netto 2 molekul ATP
permolekul glukosa yang diolahnya, sedangkan fosforilasi oksidatif dapat mengekstrasi
36 molekul ATP dari setiap molekul glukosa). Sel-sel otot mampu menyimpan glukosa
dalam jumlah terbatas dalam bentuk glikogen, tetapi glikolisis anaerobic dengan cepat
menghabiskan simpanan glikogen otot. Kedua, produk akhir glikolisis anaerobic, yakni
asam piruvat, diubah menjadi asam laktat ketika asam piruvat tidak dapat asam piruvat
tidak dapat dioleh lebih lanjut memalui jalur fosforilasi oksidatif. Penimbunan asam
laktat menyebabkan nyeri otot yang timbil ketika olahraga intensif sedang berlangsung.
Namun, nyeri dan kekakuan otot yang mulai timbul sehari setelah penggunaan
otot/olahraga yang tidak biasa mungkin disebabkan oleh kerusakan struktural yang
reversible). Selain itu asam laktat yang diserap oleh darah merupakan penebab asidosis
metabolic yang menyertai olahraga berat. Habisnya simpanan energy dan penurunan
pH otot yang disebabkan oleh penimbunan asam laktat diperkirakan berperan
menimbulkan kelelaha otot.
Aktivitas kontraktil di otot tertentu tidak dapat dipertahankan pada tingkat yang
telah ditentukan selamanya. Pada akhirnya, ketegangan otot menurun seiring dengan
timbulnya kelelahan. Tampaknya terdapat 3 jenis kelelahan : kelelahan otot, kelelahan
neuromuskulus, dan kelelahan sentral.
Kelelahan otot terjadi apabila otot yang berolahraga tidak lagi dapat berespons
terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Penyebab
mendasar kelelahan otot belum jelas. Faktor-faktor yang diperkirakan terutama
berperan adalah:
1. penimbunan asam laktat yang mungkin menghambat enzim-enzim kunci pada
jalur-jalur penghasil energy atau proses penggabungan eksitasi-kontraksi.
2. habisnya cadangan energy

13

Waktu timbulnya kelelahan berbeda-beda sesuai dengan jenis serat otot, sebagian
serat lebih tahan terhadap kelelahan dibandingkan dengan serat yang lain, dan intensitas
olahraga, yakni, aktivitas yang berintensitas tinggi cepat menimbulkan kelahan.
Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan bahwa faktor pembatas pada aktivitas yang
kuat dan cepat mungkin terletak di taut neuromuskulus. Pada kelelahan neuromuskulus,
neuron motorik aktif tidak mampu mensintesis asetilkolin dengan cukup cepat untuk
mempertahankan transmisi kimiawi potensial aksi dari neuron motorik ke otot.
Kelelahan sentral, yang juga dikenal sebagai kelelahan psikologis, terjadi jika SSP
tidak lagi secara adekuat mengaktifkan neuron motorik yang mempersarafi otot yang
bekerja. Individu memperlambat atau menghentikan olahraganya walaupun ototototnya masih mampu bekerja. Selama olahraga berat, kelelahan sentral mungkin
berakar pada rasa tidak nyaman yang berkaitan dengan aktivitas. Diperlukan motivasi
kuat untuk secara sengaja bertahan walaupun terasa nyeri. pada aktivitas yang kurang
berat, kelelahan sentral mungkin menyebakan penurunan kinerja fisik berkaitan dengan
kebosanan atau kemonotonan atau keletihan (kurang tidur). Mekanisme yang berperan
dalam kelelahan sentral belum dipahami dengan jelas.2
II.6

Jenis Kontraksi
Kontraksi otot meliputi pemendekan elemen kontraktil otot. Namun, karena otot
mempunyai elemen elastic dan kenyal yang tersusun serial dengan mekanisme
kontraksi, kontraksi dapat terjadi tanpa pemendekan yang berarti di seluruh berkas otot.
Kontraksi semacam itu disebut sebagai kontraksi isometric (dengan ukuran/panjang
yang sama). Kontraksi melawan beban yang tetap, yang disertai pemendekan otot,
dinamakan kontraksi isotonic (tegangan yang sama). Perhatikan bahwa karena kerja
merupakan hasil perkalian gaya dan jarak, kontraksi isotonic menghasilkan kerja,
sedangkan kontraksi isometric tidak. Pada keadaan lain, otot dapat melakukan kerja
negative saat memanjang karena menahan beban yang tetap.7
Pada kontraksi isotonic, ketegangan otot tetap konstan ketika panjang otot
berubah. Pada kontraksi isotonic, ketegangan otot tetap konstan ketika panjang otot
berubah. Pada kontraksi isometric otot dicegah untuk memendek, sehingga terjadi
pembentukan ketegangan pada panjang otot yang konstan. Pada kontraksi isotonic dan
isometric terjadi proses-proses internal yang sama; proses kontraktil yang menghasilkan
ketegangan diaktifkan oleh eksitasi otot; jembatan silang mulai melakukan siklusnya;
dan pergeseran filament yang memperpendek sarkomer; yang meregangkan komponen
rangkaian elastic untuk menimbulkan gaya di tulang tempat insersi otot.
Ambillah contoh otot biseps anda sewaktu anda akan mengangkat sebuah benda.
Apabila ketegangan yang terbentuk di biseps anda menjadi cukup besar untuk
mengatasi berat di tangan anda, anda dapat mengangkat otot tersebut dengan otot
keseluruhan memendek selama proses tersebut. Karena berat benda tidak berubah
sewaktu diangkat, ketegangan otot tetap konstan selama periode pemendekan tersebut.

14

Ini adalah kontraksi isotonic ( secara harfiah ketegangan konstan). Kontraksi


isotonic digunakan untuk menggerakkan tubuh dan untuk melakukan kerja dengan
menggerakkan benda-benda eksternal. Apa yang terjadi apabila anda mencoba
mengangkat benda yang terlalu berat bagi anda (yaitu, apabila ketegangan yang dapat
anda ciptakan di otot-otot lengan anda kurang dari yang diperlukan untuk mengangkat
benda tersebut?) Dalam hal ini, otot tidak dapat memendek dan mengangkat benda,
tetapi tetap berada dalam panjang konstan walaupun terbentuk ketegangan, sehingga
terjadi kontraksi isometric (panjang konstan). Selain berlangsung ketika beban terlalu
besar, kontraksi isometric juga terjadi apabila ketegangan yang terbentuk di otot secara
sengaja dibuat lebih kecil dari yang diperlukan untuk menggerakkan beban. Dalam hal
ini, tujuannya adalah menahan otot pada panjang tertentu walaupun otot mampu
menciptakan ketegangan yang lebih besar. Kontraksi isometric submaksimum ini
penting untuk mempertahankan postur (misalnya menjaga tungkai tetap kaku sementara
berdiri) dan untuk menunjang benda pada posisi-posisi tetap. Selama suatu gerakan,
otot dapat berpindah-pindah antara kontraksi isotonic dan isometric. Sebagai contoh,
sewaktu anda mengambil sebuah buku untuk dibaca, biseps anda melakukan kontraksi
isotonic ketika buku sedang diangkat, tetapi kontraksi menjadi isometric sewaktu anda
berhenti untuk menahan buku di depan anda.
Sebenarnya terdapat dua jenis kontraktil isotonic-konsentrik dan eksentrik. Pada
keduanya, otot mengalami perubahan panjang pada ketegangan tetap. Namun, pada
kontraksi konsentrik otot memendek, sedangkan pada kontraksi eksentrik otot
memanjang, karena otot tersebut diregangkan oleh gaya eksternal selagi berkontraksi.
Pada kontraksi eksentrik, aktivitas kontraktil melawan peregangan. Suatu contoh adalah
menurunkan sebuah beban ke tanah. Selama tindakan ini, serat-serat otot biseps
memanjang tetapi tetap berkontraksi melawan peregangan. Ketegangan ini menahan
berat benda.
Tubuh tidak dibatasi untuk melakukan kontraksi isotonic dan isometric murni.
Panjang dan ketegangan otot sering berubah-ubah dalam seluruh rentang gerakan.2

15

III.

Alat dan Bahan


III.1
Pengukuran Beban Maksimum Yang Dapat Ditahan Oleh Otot Bisep Pada Berbagai
Sudut Sendi
a. Karton berukuran 60x30 cm dengan gambar busur derajat, atau fleksometer
b. Beban (dumbbell) berbagai ukuran
c. Meja
III.2

IV.

Tes Kinerja Otot


a. Matrass
b. Skala ukur yang ditempel di dinding
c. Stopwatch
Cara Kerja
IV.1
Pengukuran Beban Maksimum yang dapat ditahan oleh otot bisep pada berbagai
sudut sendi
a. Lengan orang percobaan diletakkan di depan karton atau fleksometer, dengan
lengan atas (bahu hingga siku) mendatar di permukaan alas. Lengan bawah
diangkat siku fleksi setinggi 20, berpatokan pada garis di kertas atau penunjuk
fleksometer.
b. Perkirakan berat beban yang akan mampu ditahan oleh OP pada posisi tersebut.
Letakkan dumbbell yang sesuai beratnya pada telapak tangannya. OP harus
berusaha menahan beban tersebut sesuai dengan posisi/sudut awalnya
c. JIka OP masih dapat menahan beban, tambahkan beban sedikit demi sedikit
hingga ia tidak lagi dapat menahan beban tersebut.
d. Catat beban maksimum yang dapat ditahan pada table
e. Ulangi langkah a-d untuk selanjutnya, serta lengan yang lain.
f. Terapkan nilai yang diperoleh pada grafik xy dengan x untuk sudut, dan sumbu y
untuk berat beban. Gambarkan grafik lengan kanan dengan garis tidak terputus,
dan lengan kiri dengan garis terputus.
IV.2

Tes Kinerja Otot


a. Lakukan sit up, push up dan vertical jump pada 5 orang mahasiswa. Tiap
mahasiswa harus melakukan keseluruhan rangkaian tes dengan lengkap.
b. Hitung hasil dengan menggunakan computer pribadi yang dihubungkan ke
internet.
c. Rekam hasil dan catat pada laporan kelompok.

16

V. Hasil
V.1 Pengukuran Beban Maksimum Yang Dapat Ditahan Oleh Otot Bisep Pada Berbagai
Sudut Sendi
Agung Triatmojo
Sudut
20
45
60
90
120
Rata-Rata
Standar deviasi

Beban Max Tangan Kanan


3,36
7,76
7,76
9,96
5,56
6,88
2,508385935

Beban Max Tangan Kiri


5,56
7,76
9,96
9,96
7,76
8,2
1,840652058

Rosalinda
Sudut
20
45
60
90
120
Rata-Rata
Standar deviasi

Beban Max Tangan Kanan


3,36
5,56
7,76
9,96
5,56
6,44
2,508385935

Beban Max Tangan Kiri


2,24
3,36
3,36
7,76
2,24
3,792
2,287776213

Ika Krastanaya
Sudut
20
45
60
90
120
Rata-Rata
Standar deviasi

Beban Max Tangan Kanan


2,24
5,56
7,76
7,76
5,56
5,776
2,262140579

Beban Max Tangan Kiri


3,36
7,76
7,76
7,76
5,56
6,44
1,96773982

17

Benyamin S.I.H.
Sudut
20
45
60
90
120
Rata-Rata
Standar deviasi

Beban Max Tangan Kanan


5,56
7,76
7,76
9,96
5,56
7,32
1,840652058

Beban Max Tangan Kiri


3,36
7,76
9,96
9,96
5,56
7,32
2,868449058

Agung
12

10

8
tangan kanan

tangan kiri
4

0
20

45

60

90

120

18

Rosalinda
12

10

8
tangan kanan

tangan kiri
4

0
20

45

60

90

120

Ika Krastanaya
9
8
7
6
5

tangan kanan

tangan kiri

3
2
1
0
20

45

60

90

120

19

Benyamin
12

10

8
tangan kanan

tangan kiri
4

0
20

V.2

45

60

90

120

Tes Kinerja Otot


a. Sit Up

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nama
Agung Triatmojo
Arrany Safitri Rahmaning
Benyamin S. I. Hutagaol
Frisa Buzarudina
Hidayat
Ika Krastanaya
John Esmar Jikow Gultom
Novi Ervina
Peri Desta Pangarego
Rabiul Priyantono
Rosa Linda
Sandy Tambunan

Age
19
19
21
20
19
19
19
19
19
19
19
19

Repetition
30
27
20
40
32
28
32
14
50
45
15
45

Population
Average
45
41
43
40
45
41
45
41
45
45
41
45

Score
1
2
0
50
2
2
2
-1
75
59
-1
50

Rating
Poor
Poor
Poor
Average
Poor
Poor
Poor
Poor
Good
Average
Poor
Average

20

b. Push Up

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nama
Agung Triatmojo
Arrany Safitri Rahmaning
Benyamin S. I. Hutagaol
Frisa Buzarudina
Hidayat
Ika Krastanaya
John Esmar Jikow Gultom
Novi Ervina
Peri Desta Pangarego
Rabiul Priyantono
Rosa Linda
Sandy Tambunan

Age
19
20
21
20
19
19
19
19
19
19
19
19

Repetition
20
32
7
29
25
30
2
26
62
10
15
47

Population
Average
45
26
42
26
45
26
45
26
45
45
26
45

Score
14
60
1
55
19
57
3
50
88
6
30
55

Rating
Poor
Average
Poor
Average
Fair
Average
Poor
Average
Excellent
Poor
Fair
Average

c. Vertical Jump

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nama
Agung Triatmojo
Arrany Safitri Rahmaning
Benyamin S. I. Hutagaol
Frisa Buzarudina
Hidayat
Ika Krastanaya
John Esmar Jikow Gultom
Novi Ervina
Peri Desta Pangarego
Rabiul Priyantono
Rosa Linda
Sandy Tambunan

Age
19
20
21
20
19
19
19
19
19
19
19
19

Net
Height
58
32
50
31
55
29
21
25
76
61
22
51

Body
Population
Weight Average
55
49.53
45
33.528
92
49.53
44
33.528
58
49.53
54
33.528
105
49.53
47
33.528
50
49.53
63
49.53
68
33.528
61
49.53

Score
78
42
52
37
69
28
1
14
99
85
8
55

Rating
Good
Average
Average
Average
Good
Fair
Poor
Poor
Excellent
Excellent
Poor
Average

Mean
Power
(kgm/sec)
444
111
552
102
399
109
111
71
693
563
79
381

21

V.

Pembahasan
V.1 Pengukuran Beban Maksimum Yang Dapat Ditahan Oleh Otot Bisep Pada
Berbagai Sudut Sendi
Ada dua faktor penentu kekuatan otot.Pe rta ma adalah hubungan tegangan
panjangnya yang didasarkan pada interaksi serabut-serabut aktin (filamen bagian gelap)
dan miosin (filamen bagian terang) yang mikroskopis.Ke dua adalah biomekanika dari
sistem musculoskeletal. Berikut ini akan dibahas mengenai factor biomekanika.8
Kekuatan maksmimum dihasilkan ketika keadaan maksimum dari tarik-menarik antara
aktin dan miosin dibentuk Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan bahwa sudut flexi
otot biseps dapat menahan beban maksimum adalah pada sudut 90o. Suatu cara untuk
menjelaskan biomekanika berhubungan dengan otot bisep :
M x MA = R X RA M = RXRA/MA
Dengan :
M = besar gaya otot bisep(N)
MA = jarak otot ke siku (cm)
R = massa beban yang diangkat (kg)
RA = jarak beban ke siku (cm)
Beberapa gaya otot yang dibutuhkan bila lengan diubah sudutnya dari 90 derajat
(antara lengan atas dan lengan bawah ).JIka kita mengambil daya di sekitar sendi kita
menemukan bahwa MA tetap konstan ketika berubah. Bagaimanapun juga panjang
otot biceps berubah sesuai sudutnya. Otot mempunyai panjang minimum saat
berkontraksi dan panjang maksimum untuk meregang dan tetap berfungsi. Pada dua
titik ekstrim ini gaya yang dapat di gunakan otot dapat sangat kecil .Pada beberapa titik
diantaranya otot dapat menghasilkan gaya maksimum .Jika otot biceps tertarik secara
vertical (secara rata-rata) sudut lengan bawah tidak mempengaruhi gaya yang di
butuhkan ,tetapi mempengaruhi panjang otot biceps yang mempengaruhi kemampuan
otot untuk menyediakan gaya yang di butuhkan.
Dengan menggunakan rumus biomekanika otot yang berhubungan dengan otot
biseps di atas, kita dapat mengetahui bahwa dengan MA yang tetap, dan RA yang lebih
besar, besar gaya yang dibutuhkan otot biseps untuk mengangkat beban yang sama juga
semakin besar.
Jarak RA paling kecil adalah saat sudut flexi otot biseps membentuk sudut 90o,
hal inilah yang menyebabkan sudut tersebut menghasilkan kekuatan maksimum untuk
mengangkat beban.

22

Contoh lain adalah ketika lengan bawah dilenturkan pada sudut 45 MA dan RA
berkurang, sedangkan R tetap. MA berubah karena MA ditentukan oleh jarak tegak lurus
dari garis aksi kekuatan otot kepada sambungan. RA juga berubah karena RA adalah
jarak tegak lurus dari sambungan ke berat/beban.
Ada keuntungan mekanis dan fisiologis dalam kontraksi otot dan tegangan
maksimum yang dihasilkan oleh otot terjadi pada beristirahat. Ada sudut-sudut optimal
dimana momen gaya atau tenaga putaran yang maksimum dapat dihasilkan sepanjang
suatu cakupan yang berhubungan dengan gerakan. terjadi keuntungan dalam
mengangkat beban saat beban tangan berada di sudut 90 karena di sudut tersebut, otot
mengalami kontraksi lebih besar dibandingkan sudut lain semakin banyak tenaga yang
dihasilkan dalam otot sehingga peraga dapat mengangkat beban lebih maksimal.8
Hasil praktikum juga menunjukkan bahwa kekuatan otot biseps dalam
mengangkat beban lebih besar pada pria daripada wanita. Hal ini sesuai dengan tinjauan
pustaka bahwa pria pada umumnya memiliki lebih banyak jaringan otot daripada wanita
karena ukuran otot meningkat akibat adanya hormone testosterone, hormone seks pria.
Semakin besar massa otot, semakin besar kekuatan orang tersebut.
V.2

Tes Kinerja Otot


Praktikum tes kinerja otot dilakukan dengan sit up, push up dan vertical jump.
Tujuan dari praktikum ini sendiri adalah untuk mengevaluasi kinerja otot dengan
menggunakan seperangkat tes kinerja otot dan untuk menganalisis hasil dari kinerja otot
individu dan kelompok. Dengan mengetahui area kekuatan dan kelemahan dari
seseorang, ia dapat merencanakan latihan fisik yang cocok untuknya.Pada saat seseorang
melakukan aktivitas fisik berupa sit up, maka akan dihasilkan energy sebagi hasil
keluaran. Energy yang dikeluarkan tergantung berat badannya. Saat seseorang
melakukan sit up selama 60 menit dan memiliki berat badan 59 kg maka energy yang
dikeluarkan sebesar 472 Kalori. Sedangkan seseorang yang memiliki berat badan 70 kg
dan aktivitas yang sama dalam waktu yang sama, energy yang dikeluarkan 563 Kalori.
Orang yang berat badannya 82 kg, energy yang dikeluarkan sebanyak 654 Kalori dan
orang yang memiliki berat badan 93 kg maka energy yang dikeluarkan sebanyak 745
Kalori. Dengan memperhitungkan angka-angka di atas, maka dapat dihitung berapa
banyak energy yang dikeluarkan saat orang melakukan sit up selama 1 menit.
Berbeda halnya saat seseorang melakukan push up dalam waktu 60 menit maka
orang yang memiliki berat badan 59 kg, energy yang dikeluarkan 472 Kalori, berat
badan 70 kg energy yang dikeluarkan 563 Kalori, berat badan 82 kg maka energy yang
dikeluarkan sebanyak 654 Kalori sedangkan orang yang memiliki berat badan 93 kg
akan mengeluarkan energy sebesar 745 kalori.
Pada saat melakukan aktivitas lain seperti vertical jump maka akan dihasilkan
energy yang dikeluarkan walaupun waktu lamanya aktivitas sama. Untuk orang yang
memiliki berat badan 59 kg energy yang dikeluarkan sebesar 354 Kalori, berat badan 70

23

kg energy yang dikeluarkan 422 Kalori, berat badan 82 kg energy yang dikeluarkan
sebesar 490 Kalori sedangkan untuk orang yang memiliki berat badan 93 kg maka
energy yang dikeluarkan sebesar 558 Kalori.9
Saat seseorang melakukan gerakan sit up, terjadi gerakan yang harmonis antara
otot-otot yang melekat pada tulang sehingga menghasilkan gerakan. Otot-otot tersebut
bekerja ada yang agonis dan ada pula yang antagonis. Gerakan sit up melibatkan
beberapa otot antara lain M. psoas major yang melakukan fleksi tungkai atas pada
articulatio coxae terhadap tubuh; atau jika tungkai atas difiksasi, otot ini memfleksikan
badan terhadap tungkai atas seperti pada waktu duduk dari posisi berbaring. Selain itu
ada pula M. iliopsoas yang memfleksikan tungkai atas terhadap tubuh pada artikulario
coxae; atau jika tungkai atas terfiksasi otot ini memfleksikan tubuh pada tungkai atas.
Jika kaki terfiksasi, batang badan akan bergerak ke arah kaki. Contohnya pada fase
terakhir latihan sit up, batang badan bergerak ke arah kaki. Tiga perempat pertama dari
gerakan sit up ini melatih kekuatan otot-otot fleksor pangkal paha. M. rectus abdominis
juga tertlibat dalam gerakan sit up, kontraksinya menyebabkan fleksi badan pada daerah
torakal dan lumbal. Bila kita tidur terlentang pada punggung lalu menarik bagian atas
badan ke depan sejauh mungkin tanpa menggerakkan panggul kita ke depan (tidak
terjadi gerakan di sendi pangkal paha), maka m. rectus abdominis memendek secara
maksimal. M. Pectoralis Major berfungsi sebagai adduktio dan endoratio lengan atas;
serabut pars clavicularis juga memflexiokan lengan atas. M. biceps merupakan fleksor
kuat sendi siku dan fleksor lemah articulatio humeri. M. Coracobrakhialis berfungsi
untuk flexio dan aduktor lemah lengan atas.
Berbeda halnya jika saat seseorang melakukan gerakan push up. Bagian otot
daerah dada yang berperan untuk melakukan gerakan ini antara lain m. pectoralis major
bekerja sama dengan m. antenor deltoid (bagian depan otot bahu) berfungsi
menggerakkan tangan ke atas, depan dan memutar ke dalam. M. serratus antenor yang
berada di sisi tulang rusuk dan m. pectoralis minor (otot kecil yang berada di
bawahpectoralis major) keduanya berfungsi menstabilkan tulang bahu ketika anda
menggerakkan tangan ke depan. Sebagai tambahan, m. triceps ikut berperan saat
gerakan mendorong dada.
Gerakan vertical jump merupakan hasil dari kinerja otot-otot. Dorsofleksi
dilakukan oleh m. tibialis anterior, m. extensor hallucis longus, m. extensor digitorum
longus dan m. peroneus tertius. Gerakan ini dihambat oleh tegangnya tendo calcaneus,
serabut-serabut posterior ligamentum mediale dan ligamentum calcaneofibulare. Selama
dorsofleksi sendi pergelangan kaki, bagian anterior yang lebih lebar dari trochlea tali
dipaksakan diantara malleolus medialis dan lateralis, yang menyebabkan agak terpisah
dan mengencangkan ligamentum-ligamentum sendi tibiofibularis distal. Susunan seperti
ini meningkatkan kestabilan sendi pergelangan kaki bila kaki berada dalam posisi awal
untuk gerak maju dalam berjalan, berlari dan melompat.6

24

Kerja mekanis dari otot adalah jumlah gaya yang diterapkan pada otot dikali
dengan jarak yang timbul akibat penggunaan gaya tersebut. Daya kontraksi otot berbeda
dengan kuat kontraksi otot, karena daya merupakan pengukuan jumlah total kerja otot
dalam satuan otot. Oleh karena itu, daya tidak hanya ditentukan oleh kuat kontrasi otot
tetapi juga oleh jarak kontraksi otot dan jumlah otot yang bekontraksi tiap satuan waktu.
Ketahanan otot tergantung dari nutrisi terhadap otot-terlebih lagi kandungan glikogen
yang tersimpan dalam otot tersebut sebelum periode latihan.1
Dari hasil praktikum yang dilakukan, rata-rata score untuk gerakan sit up lakilaki adalah 28,28 sedangkan perempuan adalah 10,4. Untuk gerakan push up, nilai ratarata push up laki-laki adalah 26,57 sedangkan perempuan sebesar 50,4. Vertical jump
menghasilkan score rata-rata untuk laki-laki sebesar 62,71 sedangkan perempuan
menghasilkan score rata-rata sebesar 25,8.
Dari hasil di atas, nilai yang dihasilkan oleh laki-laki lebih besar dibandingkan
dengan perempuan dalam beberapa aktivitas. Hal ini karena pria pada umumnya
memiliki lebih jaringan otot daripada wanita karena ukuran otot meningkat akibat
adanya hormone testosterone, hormone seks pria. Semakin besar massa otot, semakin
besar kekuatan orang tersebut; hal inilah yang menyebabkan kenapa pria lebih kuat
daripada wanita.
Pada saat sit up, kaki ditekuk 90. Hal ini dimaksudkan karena menekuk lutut
saat sit-up membantu menetralisir tindakan fleksor pinggul dan membuat otot-otot perut
lebih bekerja. Meskipun demikian, otot perut cenderung hanya terlibat dalam fase awal
dari sit-up, setelah itu fleksor pinggul. Sit-up juga dapat berbahaya bagi punggung
bawah, terutama ketika sit up kaki lurus, yang melengkungkan punggung dan dapat
menciptakan overextension dan ketegangan.10

Di tubuh orang normal panjang femoris berbanding tibia fibula sama dengan 1
jadi sudut yang dibentuk Acb dan bca adalah
, kemudian sudut yang dibentuk dcb
adalah
=
. Ini merupakan sudut optimum untuk usaha yang dilakukan
ketika kita sedang melakukan sit up. Keseimbangan ini dicapai berdasarkan 2 sebab,
yaitu asas keseimbangan tubuh terhadap tekanan serta asas usaha yang dilakukan ketika
sit up.
Untuk menahan kestabilan, seseorang harus menjaga proyeksi vertical dari b ke e
di dalam area pertengahan a ke c, karena pada proyeksi ini akan ada tekanan ke bawah

25

akibat dari kontraksi otot perut yang menyebabkan kaki menekan titk a. Jika proyeksi
vertical BE berada pada ketidakseimbangan anatara titk a dan c, ujung kaki anda akan
terangkat, ini akan memerlukan kekuatan yang besar untuk melakukan sit up.
Jika sudut tekukan kurang dari
maka jarak a ke c mendekat dan jarak b ke e
menjauh, yang akan menyebabkan ketidakseimbangan pada kaki ketika sit up.
Usaha adalah gaya yang diperlukan untuk melakukan perpindahan. Dengan
rumus W=F x s. Jika seseorang menekuk kakinya lebih dari
, maka sudut bce akan
menjadi lebih kecil yang menyebabkan sudut bcd akan menjadi lebih besar, hal tersebut
menjadikan jarak antara b dan d menjauh sehingga usaha yang diperlukan akan menjadi
lebih besar.
Jadi untuk mencapai keseimbangan diperlukan sudut tekukan lutut yang optimal
yaitu
. Yang tidak menyebabkan usaha yang terlampau besar serta keseimbangan
tetap terjaga.
Melihat kembali dari tujuan praktikum ini, maka dari hasil yang didapatkan
dapat ditentukan jenis olahraga yang sesuai yang dapat dilakukan oleh masing-masing
mahasiswa. Sebagai contoh untuk Agung Triatmojo lebih cocok untuk melakukan
olahraga yang mengandalkan kekuatan tungkai bawah karena dari hasil yang didapatkan
nilai vertical jump-nya lebih baik dibandingkan dengan nilai sit up ataupun push up.

26

Daftar Pustaka
1. Guyton, Arthur C. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta. EGC.P 74,83
2. Sherwood, Lauralee. 2001.Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem.Jakarta: EGC.P 212
3. Cameron ,john R,dkk.2006.Fisika Kedokteran edisi dua . Jakarta:Medical physics

Publishing
4.
5.
6.
7.
8.

http://www.mamashealth.com/exercise/musstren.asp
Widjaja,Surya. 2002. Kinesiologi. Jakarta: FKUI. P. 25-28,88,142-143.P 73
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC.P 169, 426,439, 561
Ganong, William F.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC.P
www.uns.ac.id

9. http://www.nutristrategy.com/activitylist4.htm
10. McGill. 1997. "Low back loads over a variety of abdominal exercises: Searching for the

safest abdominal challenge". Medicine & Science in Sports & Exercise. New York. New
York Times)

Anda mungkin juga menyukai