Analisa RTRW Kota Pangkalan Kerinci
Analisa RTRW Kota Pangkalan Kerinci
Disusun Oleh :
AMARULLAH (1307114659)
ANDHINI GETHA K. (1307113105)
DIANA APRILA (1307113077)
NESA ZAFIRA (1307113061)
NURI ANZA (1307114648)
SANDY JULIANA S. (1307112989)
Dosen
WAHYU HIDAYAT ST.,MURP
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas
Tata Ruang dan Perencanaan Lingkungan ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam tugas ini kami membahas mengenai Analisa Tata Ruang
Wilayah Kota Pangkalan Kerinci
Tugas ini kami buat berdasarkan informasi-informasi yang di dapat dari
berbagai sumber terkait baik itu dari media internet ataupun media buku dan
tinjuan ke lapangan yang berhubungan dengan judul tugas ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
tugas ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang membangu. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Pelalawan adalah kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang RI Nomor 53 Tahun 1999, tentang pembentukan kabupaten
baru di Propinsi Riau yang ditindaklanjuti Surat Keputusan Bupati KDH TK.
II Kabupaten Pelalawan Nomor 263 a Tanggal 6 Juni l999, tentang
Pembentukan Kecamatan Pembantu dan Surat Dirjen PUOD Nomor
138/1775/PUOD
Tanggal
2l
Juni
1999,
tentang
Pembentukan
memiliki jumlah penududuk sebanyak 66.300 jiwa dan pada tahun 2010
mengalami peningkatan penduduk sehingga menimbulkan kepadatan
penduduk di bagian kota Pangkalan Kerinci sebanyak 166.000 jiwa .
Kecamatan ini memiliki potensi pengembangan karena terletak di Jalan
Raya Lintas Sumatera. Kawasan perkantoran baru di Pangkalan Kerinci ini
telah dikembangkan dan dibangun di kawasan Bukit Seminai yang terletak di
arah timur dari kota lama Pangkalan Kerinci tersebut.
Kota lama Pangkalan Kerinci semenjak awal perkembangannya telah
terpola untuk berkembang secara linier sepanjang tepi kiri kanan jalan yang
mengarah ke utara-selatan. Di sebelah barat dari kota lama Pangkalan Kerinci
terdapat kawasan perumahan dan industri PT. Riau Andalan Pulp and Paper
(RAPP)
yang
merupakan
industri
Kabupaten
Petalawan
dibandingkan
dengan
Pusat
dalam
masyarakat
danpertahanan
keamanan,
pemanfaatan
ruang
di
wilayah
kabupaten,
mewujudkan
1.2 Tujuan
Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No. 16 Th 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, tujuan penataan ruang
wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten
yang ingin dicapai pada masa yang akan datang selama 20 tahun kedepan.
Adapun tujuan evaluasi RTRW Kabupaten Pelalawan adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran umum Kabupaten Pelalawan
2. Untuk mengetahui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Kuantan Singingi
3. Untuk analisa hasil studi lapangan Kota Pangkalan Kerinci dan
mengetahui solusi terhadap masalah-masalah yang ada
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup permasalahan dalam mengevaluasi RTRW Kota Pangkalan
Kerinci yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai keadaan fisik
wilayah dan prasarana lingkungan Kota Pangkalan Kerinci. Keadaan fisik
wilayah meliputi kondisis hidrologi dan sumber daya alam. Serta prasarana
lingkungan meliputi air bersih, air buangan atau limbah dan drainase.
1.4 Metode Studi
Metode studi yang dilakukan adalah studi kepustakaan dan studi survey
lapangan secara langsung.
BAB 2
LAPORAN DAN ANALISA STUDI LAPANGAN
2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Pelalawan
Peta Geografis
Luas kabupaten Pelalawan adalah 12.490,42 Km2. Secara geografis, Pelalawan berada
di 00 46,24' LU sampai 00 24,34 LS dan 101 30,37' BT sampai dengan 103 21,36'.
Sebagian besar wilayahnya adalah daratan dan hanya sebagian kecil yang berupa
perairan. Pelalawan memeiliki beberapa pulau yang relatif besar, diantaranya Pulau
Mendul, Pulau Serapung, Pulau Lebuh, Pulau Muda dan beberapa pulau kecil seperti
Pulau Ketam, Pulau Tugau dan Pulau Labu.
Sebagian besar daratan wilayah Kabupaten Pelalawan merupakan dataran rendah dan
sebagian merupakan daerah perbukitan yang bergelombang. Secara umum ketinggian
beberapa daerah/kota berkisar antara 3 ~ 6 meter, dengan kemiringan lahan rata-rata 0
~ 15% dan 15 ~ 40%. Daerah/kota yang tinggi adalah Sorek I dengan ketinggian 6
meter dan yang terendah adalah Teluk Dalam (Kecamatan Kuala Kampar) dengan
ketinggian 3.5 meter.
Luas seluruh wilayah kabupaten Pelalawan adalah sebesar: 12.647,29 Km2 (Luas
Kecamatan-kecamatan ini diukur berdasarkan peta batas wilayah kecamatan dan telah
ditetapkan melalui Surat Bupati No.050/Bappeda-B/2000/212, tentang batas dan luas
wilayah kabupaten dan kecamatan).
10
11
12
13
2.
3.
dilengkapi dengan 2 (dua) buah kran yaitu untuk mengalirkan air ke bak
penyaring dan untuk ke saluran penguras.
Untuk memudahkan pengurasan apabila menggunakan drum, bagian
sebelah dalam drum perlu diplester dengan semen sehingga berbentuk
seperti kerucut. Tangki ini berfungsi sebagai tempat menampung air
baku, tempat proses aerasi atau penghembusan dengan udara, tempat
proses koagulasi dan flokulasi serta proses pengendapan.
Pompa Aerasi
Pompa aerasi terdiri dari pompa tekan (pompa sepeda) dengan
penarnpang 5 cm dan tinggi tabung 50 cm. Fungsi pompa adalah untuk
menghembuskan udara ke dalam air baku agar zat besi atau mangan yang
terlarut dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada di dalam udara
membentuk oksida besi atau oksida mangan yang dapat diendapkan.
Pompa tersebut dihubungkan dengan pipa aerator untuk menyebarkan
udara yang dihembuskan oleh pompa ke dalam air baku. Pipa aerator
terbuat dari selang plastik dengan penampang 0,8 cm, yang dibentuk
seperti spiral dan permukaannya dibuat berlubang-lubang dengan jarak
tiap lubang 2 cm.
Bak Penyaring
Bak penyaring terdiri dari bak plasik berbentuk kotak dengan tinggi 40
cm dan luas penampang 25x25 cm serta dilengkapi dengan keran di
sebelah bawah. Untuk media penyaring digunakan pasir, kerikil, arang,
dan ijuk.
b.
c.
14
15
terutama
ketika
memasuki
lapangan
juga
menunjukan
fasilitas sumur bor yang mereka berdayakan sendiri. Selain disebabkan kualitas
air sumur bor yang cukup baik dan kontinuitas yang terjaga, pendistribusian air
bersih melalui PDAM juga masih belum bisa menjangkau rumah penduduk
secara maksimal. Masih banyak daerah yang tidak jauh dari pusat kota akan
tetapi tidak mendapat suplai air bersih yang cukup.
2. Masalah Limbah Kota
Seperti kebanyakan kota-kota di
Indonesia dan Riau khususnya, kota
Pangkalan Kerinci juga belum memiliki
sistem pengolahan limbah rumah tangga
yang terpadu. Limbah rumah tangga
seperti air kamar mandi dan dapur masih
dialirkan
Gambar : Saluran drainase sekaligus tempat
pembuangan limbah masyarakat
menuju
saluran
drainase
16
ini tentu saja akan menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan.
Pembuangan limbah rumah tangga tanpa pengolahan akan mengakibatkan
penumpukan zat-zat kimia berbahaya. Zat ini selanjutnya akan diserap oleh
tanah dan memasuki badan air. Kemudian dikonsumsi oleh masyarakat dan akan
membahayakan bagi kesehatan manusia. Kebanyakan saluran drainase yang ada
di kota Pangkalan Kerinci hanya dirancang untuk penyaluran air disaat volume
air mulai tinggi disebabkan hujan. Pihak kota Pangkalan Kerinci belum memiliki
akses yang memadai untuk penanganan limbah. Pemerintah disini juga belum
memiliki konsep untuk mengumpulkan limbah tersebut untuk selanjutnya diolah
sebelum dilepaskan kembali ke lingkungan.
3. Masalah Penempatan Kebun Sawit di dalam Kota
Secara umum masyarakat Kabupaten Pelalawan bergantung banyak
terhadap perkebunan kelapa sawit. Bahkan didalam kota Pangkalan Kerinci
sendiri masih banyak kita temukan perkebunan kelapa sawit, baik yang masih
baru atau pun sudah cukup lama. Akan tetapi kelapa sawit selain mendatangkan
keuntungan secara ekonomi, juga menghasilkan dampak lingkungan yang tidak
kecil. Penelitian dari T. Ariful Amri MSc, dari Universitas Riau, menyatakan
bahwa tiap batang kelapa sawit mampu menghabiskan sebayak 12 liter air per
harinya.
Bila suatu daerah telah banyak
ditanami oleh tanaman sawit maka unsur
hara akan semakin berkurang. Selain itu
daerah itu lambat laun akan semakin
kering dan gersang dikarenkan air yang
ada banyak dikonsumsi oleh kelapa sawit.
Gambar : Salah satu perkebunan kelapa
sawit di dalam kota
dikarenakan
topografi
daerahnya
yang
kota Pangkalan Kerinci sendiri tidak luput dari masalah banjir. Yang paling
parah adalah disekitar jalan protokol di dekat kompleks perkantoran Bupati
Pelalawan. Daerah ini senantiasa tergenang air saat musim hujan dan air pasang
mulai naik. Wajar saja karena daerah ini sebenarnya memang daerah rawa yang
kemudian disulap menjadi kompleks perkantoran. Setidaknya hampir setiap
tahun pemerintah kabupaten Pelalawan mengeluarkan dana yang tidak sedikit
untuk memperbaiki atau meninggikan jalan protokol di depan kompleks bupati
akibat banjir tiap tahunnya. Air banjir yang bercampur dengan air rawa
menimbulkan karakter air yang relatif asam sehingga membuat aspal menjadi
rentan dan mudah rusak.
Saluran drainase yang ada belum cukup untuk mengatasi masalah banjir
yang telah menjadi langganan ini. Dikarenakan tidak adanya aliran yang jelas
yang mengeluarkan debit air banjir tersebut. Saluran drainase hanya berfungsi
sebagai bak penampung, bukan penyalur
debit air. Inilah yang kemudian menjadi
penyebab banjir. Saluran drainase yang
ada juga kurang terawat dan banyak yang
tersumbat.
Ini
disebabkan
perilaku
sampah
sembarangan
saluran
drainase
yang
menjadi
membuat
tersumbat.
Sehingga tak heran ketika musim banjir datang air sulit dialirkan dan menguap
menjadi banjir yang menggenangi jalan dan rumah masyarakat disekitar. Oleh
18
karena itu, melalui proyek multi years tahun 2014, pemerintah kabupaten
Pelalawan tengah merencanakan pembuatan kanal secara profesional untuk
mengatasi banjir di Pangkalan Kerinci. Melalui kanal tersebut diharapkan ketika
musim banjir, air langsung dapar dialirkan menuju aliran anak sungai Kampar.
19
7. Lakukan pengawasan terhadap kinerja penyediaan air bersih seperti PDAM, agar
semua daerah dapat terlayani air bersih.
8. Seluruh masyarakat harus mengembangkan budaya penggunaan air yang baik
serta budaya penghematan air. Jangan mengonsumsi air secara berlebihan,
karena itu sama saja akan memperparah kondisi permasalahan ketersediaan air
bersih.
20
2. Bagi masyarakat ataupun perusahaan yang ingin membuka lahan kebun sawit,
sebaiknya memikirkan masalah konservasi penggunaan lahannya beserta
dampak lingkungan yang ditimbulkan.
3. Pemerintah harus mengupayakan pengendalian laju perluasan lahan sawit,
setidaknya hingga bisa menyediakan pengawasan yang memadai. Jangan sampai
ada kongkalikong antara pengusaha dan pemerintah pusat serta daerah untuk
memberikan izin pembukaan lahan sawit.
21
pengisian bahan bakar umum, dan taman kota, bukan menjadikan lahan-lahan
tersebut sebagai bangunan ataupun jalan.
8. Pemerintah juga harus dengan tegas menindak lanjuti orang-orang yang tidak
bertanggung jawab seperti pembuangan sampah sembarangan, membangun
rumah atau perumahan
sebagainya.
Jika pemerintah mampu melakukan hal-hal tersebut, otomatis permasalahan banjir
bukan hal yang susah untuk ditangani. Solusi penanganan banjir dapat terlaksana
dengan baik dengan adanya kesadaran masyarakat tentang masalah banjir. Dengan
membuang sampah pada tempatnya, membuat tempat drainase di pekarangan rumah,
menanam pohon di pekarangan rumah, secara rutin mengangkat lumpur dari aliran air di
sekeliling rumah dan tidak selalu menyalahkan pemerintah merupakan beberapa aspek
yang perlu di tanamkan pada setiap masyarakat.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan dilaksanakannya studi lapangan ke Kota Pangkalan Kerinci,
didapat kesimpulan bahwa:
1. Penerapan dari Rancangan Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalan Kerinci
harus dilakukan pembenahan lagi karena dapat kita lihat masih kurangnya
ketersediaan air bersih bagi masyarakat, limbah rumah tangga yang belum
diolah secara tepat, penempatan kebun kelapa sawit di wilayah perkotaan
dan juga sistem drainase yang tidak sehat.
2. Kurangnya ketersediaan air bersih di Kota Pangkalan Kerinci disebabkan
oleh rendahnya teknologi dan kecilnya anggaran pemerintah untuk
meningkatkan pelayanan di bidang air bersih kepada masyarakat, baik dari
segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas.
3. Sistem pengolahan limbah rumah tangga di Kota Pangkalan Kerinci juga
belum menerapkan sistem pengolahan yang terpadu. Diperlukan peran
serta pemerintah untuk melakukan pembenahan sistem pengolahan limbah
di lingkungan kota Pangkalan Kerinci untuk mewujudkan pertumbuhan
kota yang sehat dan indah.
4. Masih banyak ditemukan penempatan kebun kelapa sawit di daerah
perkotaan. Jika hal ini dibiarkan berlanjut terus menerus, tidak tertutup
kemungkinan daerah ini akan menjadi kering dan tandus serta ketersediaan
air akan semakin berkurang
5. Saluran drainase di Kota Pangkalan Kerinci belum cukup untuk mengatasi
masalah banjir yang menjadi langganan setiap tahunnya. Saluran drainase
hanya berfungsi sebagai bak penampung, bukan penyalur debit air. Selain
itu, saluran drainase yang ada juga kurang terawat dan banyak yang
tersumbat. Ini disebabkan perilaku masyarakat yang belum mencerminkan
perilaku hidup yang sehat dan teratur
6. Pemerintah Kabupaten Pelalawan melalui proyek multi years tahun 2014
tengah merencanakan pembuatan kanal secara profesional untuk mengatasi
banjir di Pangkalan Kerinci.
3.2 Saran
Berikut beberapa saran dalam pembuatan makalah dan studi lapangan:
1. Perlu keseriusan dalam pembuatan makalah ini agar tercapai tujuan yang
telah di tetapkan.
2. Pengaturan jadwal pelaksanaan studi lapangan harap diperhatikan supaya
waktu lebih banyak digunakan untuk pemantauan sehingga didapatkan
hasil data lapangan yang diharapkan
23
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Prisca. 2010. Solusi Penanganan Pencemaran Lingkungan.
http://priscaameliapica.blogspot.com/2010/06/solusi-penanganan-pencemaranlingkungan.html
BAPPENAS. 2000. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pelalawan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan.
SolusibanjirIndonesia. 2011. Data-data dan Fakta-fakta Permasalahan Banjir di
Indonesia. http://solusibanjirindonesia.wordpress.com/
LAMPIRAN