Anda di halaman 1dari 24

Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob

(V. Darsono)
Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob
V. Darsono
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jay
a Yogyakarta
Jl. Babarsari 43 Yogyakarta 55281
E-mail: cinde@mail.uajy.ac.id.
Abstract
There are many soybean curd small scale industries in Yogyakarta which have no w
aste
water treatment system. Since medium and small scale industries correlated with
small
capital and low technology, the need of simple waste water treatment system is o
bvious.
The aim of this researh is to produce cheap waste water treatment system. The ch
eap waste
water treatment system is carried out in anaerobic aerobic process. The proposed
waste
water treatment system need 80.5 hours to treat the water.
Keywords: soybean curd waste, anaerobic, aerobic
1. Pendahuluan
a. Latar belakang masalah
Industri tahu merupakan industri rakyat, yang sampai saat ini masih banyak yang
berbentuk usaha perumahan atau industri rumah tangga. Walaupun sebagai industri
rumah
tangga dengan modal kecil, industri ini memberikan sumbangan perekonomian negara
dan
menyediakan banyak tenaga kerja. Namun pada sisi lain dihasilkan limbah cair yan
g sangat
berpotensi merusak lingkungan.
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu merupakan limbah organik yang
degradable atau mudah diuraikan oleh mikroorganisme secara alamiah. Namun karena
sebagian
besar pemrakarsa yang bergerak dalam industri tahu adalah orang-orang yang hanya
mempunyai modal terbatas, maka perhatian terhadap pengolahan limbah industri ter
sebut sangat
kecil, dan bahkan ada beberapa industri tahu yang tidak mengolah limbahnya sama
sekali dan
langsung dibuang ke lingkungan. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan dan harus
mendapat
perhatian yang serius.
Pengolahan limbah cair industri tahu sampai saat sekarang kebanyakan hanya
menampung limbah cair kemudian didiamkan beberapa saat lalu dibuang ke sungai. C
ara ini
memerlukan kapasitas penampungan limbah cair yang sangat besar. Terlebih lagi ap
abila
kapasitas industri tahu cukup besar, maka dihasilkan limbah cair industri tahu y
ang sangat
banyak.

Penguaraian polutan tersebut dilakukan oleh mikroorganisme yang tidak memerlukan


oksigen bebas atau secara anaerob. Memang hal tersebut dapat berjalan walaupun m
emerlukan
waktu yang cukup lama. Supaya proses pengolahan dapat berjalan lebih efektif, ma
ka perlu
dicari kondisi yang paling baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme
dapat
hidup dengan baik pada kondisi pH limbah cair sekitar 7 atau pada keadaan normal
.
Limbah cair industri tahu bersifat asam sehingga sebelum diolah perlu dinetralka
n terlebih
dahulu dengan kapur agar kerja mikroorganisme berlangsung dengan baik.
Mengingat waktu yang cukup panjang dalam proses pengolahan limbah cair tahu seca
ra
anaerob, maka perlu dicari jalan ke luar untuk mendapatkan proses yang singkat n
amun
biayanya tetap murah.

Jurnal Teknologi Industri Vol. XI No.1 Januari 2007: 9-20


b.
Tujuan penelitian
1) Mengetahui waktu yang diperlukan untuk penurunan BOD secara anaerob.
2) Mengetahui waktu yang diperlukan untuk penurunan BOD secara aerob (setelah
limbah diproses secara anaerob selama 3 hari).
c.
Batasan masalah
Banyak indikator yang menentukan apakah suatu limbah cair telah memenuhi persyar
atan
untuk dibuang ke lingkungan atau belum. Persyaratan bagi berbagai jenis limbah c
air berbedabeda.
Persyaratan parameter limbah cair untuk industri tahu pun banyak sekali, antara
lain:
Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD), dan Total Suspende
d
Solid (TSS). Karena adanya hubungan yang dekat antara ke tiga parameter tersebut
, dalam
penelitian ini hanya parameter BOD yang akan diamati. Hal tersebut dapat diperta
nggung
jawabkan karena apabila BOD suatu limbah kecil, maka kandungan COD dan TSS juga
biasanya kecil. Demikin sebaliknya apabila kandungan BOD suatu limbah tinggi, ma
ka
kandungan COD dan TSS limbah tersebut biasanya juga tinggi.
2.
Landasan Teori
a.
Baku mutu
Baku mutu dapat dibedakan menjadi 2 yaitu baku mutu limbah dan baku mutu
lingkungan. Baku mutu limbah mengatur persyaratan limbah yang boleh dibuang ke
lingkungan, sedangkan baku mutu lingkungan mengatur kondisi lingkungan agar sesu
ai dengan
kebutuhan manusia.
Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan: Untuk menjamin pelestarian fungsi lingk
ungan
hidup, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria
baku
kerusakan lingkungan . Untuk melindungi lingkungan hidup yang paling mudah adalah
membuat aturan, dan aturan tersebut berupa baku mutu. Tetapi walaupun pada satu
sisi baku
mutu dipergunakan untuk melindungi lingkungan, tetapi pada sisi yang lain harus
memungkinkan beroperasinya suatu kegiatan dan/atau usaha. Apabila baku mutu itu
terlalu
berat, maka sangat sulit bagi suatu usaha untuk melangsungkan usahanya. Baku mut
u harus
disesuaikan dengan tempat dan teknologi yang telah dimiliki.
Baku mutu limbah cair dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1)
Efluent standard
Eflluent standard adalah batas kadar maksimum atau minimum parameter limbah yang
diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan. Ada 4 jenis yaitu: golongan I, II, II

I, dan IV.
Golongan I merupakan standar limbah yang paling baik, sehingga pengolahannyapun
paling
sulit, dan golongan IV adalah golongan limbah yang paling jelek, sehingga apabil
a suatu
kegiatan dituntut untuk mengolah limbah sesuai dengan golongan IV, maka tuntutan
itu
adalah yang paling ringan.
2)
Stream standard
Stream standard adalah batas kadar maksimum atau minimum parameter suatu badan a
ir.
Badan air seperti sungai dibedakan menjadi
a) Badan air golongan A: yaitu badan air yang airnya digunakan sebagai air minum
tanpa
pengolahan yang berarti.
b)
Badan air golongan B: yaitu badan air yang airnya dapat digunakan sebagai air ba
ku
untuk diolah sebagai air minum, dan dapat digunakan untuk keperluan lain, tetapi
tidak
memenuhi golongan A

Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob


(V. Darsono)
c)
Badan air golongan C: yaitu badan air yang airnya digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan, dan dapat digunakan untuk keperluan lain, tetapi tidak
memenuhi golongan A dan B
d) Badan air golongan D: yaitu badan air yang airnya digunakan untuk keperluan p
ertanian
dan untuk keperluan lain, tetapi tidak memenuhi golongan A, B, dan C
e) Badan air golongan E yaitu badan air yang airnya tidak memenuhi kualitas air
golongan
A, B, C, dan D (Anonimus, 2000).
b.
Limbah Cair
Limbah adalah sesuatu yang tidak berguna, tidak memiliki nilai ekonomi dan akan
dibuang, apabila masih dapat digunakan maka tidak disebut limbah.
Proses pembersihan mesin-mesin di berbagai percetakan kebanyakan menggunakan min
yak
tanah, bensin dan terpentin sebagai pelarut tinta. Mesin-mesin harus selalu dibe
rsihkan karena
penggunaan tinta dengan berbagai macam warna. Apabila pelarut tinta tersebut tid
ak memiliki
nilai ekonomis sama sakali, maka pelarut tersebut disebut limbah. Tetapi apabila
pelarut
tersebut dapat diolah kembali dengan cara distilasi, maka pelarut bukan merupaka
n limbah.
Jenis limbah cair pada dasarnya ada 2 yaitu limbah industri dan limbah rumah tan
gga.
Limbah cair yang termasuk limbah rumah tangga pada dasarnya hanya mengandung zat
-zat
organik yang dengan pengolahan yang sederhana atau secara biologi dapat menghila
ngkan
poluten yang terdapat di dalamnya (Ginting, 1992)
Poluten yang terdapat limbah cair ada berbagai jenis, dan jenis polutan tersebut
menentukan
bagaimana limbah cair tersebut harus diolah. Berdasarkan polutan yang terkandung
di dalam
limbah cair, maka limbah cair dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
1) Mengandung bahan yang mudah menguap
Bila limbah mengandung bahan yang mudah menguap, harus ada unit aerasi untuk
mengeluarkan bahan-bahan yang mudah menguap, atau ditempatkan pada lokasi
penampungan dengan luas permukaan besar agar terjadi penguapan.
2)
Mengandung bahan yang mudah membusuk
Limbah cair yang mengandung bahan yang mudah membusuk (degradable) diolah secara
bakterologi baik secara aerob maupun anaerob.
3)
Limbah yang mengandung logam berat atau bahan-bahan kimia yang lain, relatif leb
ih sulit,

sebab harus diketahui karakter dari masing-masing polutan.


4)
Mengandung bakteri patogen
Limbah yang mengandung bakteri patogen, harus ada unit untuk membunuh bakteri,
misalnya mengunakan kaporit (Darsono, 1995).
c.
Pengolahan limbah cair
Berdasarkan sifat limbah cair, proses pengolahan limbah cair dapat dibedakan men
jadi 3
yaitu:
1) Proses fisika
Proses ini dilakukan secara mekanik tanpa penambahan bahan-bahan kimia.
Proses ini meliputi: penyaringan, pengendapan, dan pengapungan.
2) Proses kimia
Proses ini menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan bahan pencemar.
3) Proses biologi.
Menghilangkan polutan menggunakan kerja mikroorganisme.
Pada kenyataannya proses pengolahan ini tidak berjalan sendiri-sendiri, tapi ser
ing harus
dilaksanakan dengan cara kombinasi.

Jurnal Teknologi Industri Vol. XI No.1 Januari 2007: 9-20


12
Proses pengolahan limbah cair berdasarkan tingkatan perlakuannya dapat digolongk
an
menjadi 5 golongan. Akan tetapi dalam suatu instalasi pengolahan limbah, tidak h
arus ke lima
tingkatan ini ada atau dipergunakan.
1) Pengolahan pendahuluan
Pengolahan pendahuluan (pre treatment), dilakukan apabila di dalam limbah cair t
erdapat
banyak padatan terapung atau melayang, misalnya berupa ranting, kertas, dan pasi
r. Dapat
digunakan saringan kasar, bak penangkap lemak, bak pengendap pendahuluan (misaln
ya
untuk menangkap pasir), dan septic tank.
2) Pengolahan tahap pertama
Pengolahan tahap pertama (primary treatment), untuk memisahkan bahan-bahan padat
tercampur (ukuran cukup kecil). Netralisasi termasuk juga dalam tahap pengolahan
tahap
pertama. Dapat dilakukan cecara kimia ( netralisasi, koagulasi), dan fisika (sed
imentasi,
flotasi atau pengapungan).
3) Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua (secondary treatment), pengolahan ini biasanya melibatkan
proses biologi antara lain: lumpur aktif, bak aerob, dan bak anaerob.
4) Pengolahan tahap ke tiga
Pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment) digunakan apabila ada beberapa zat
yang
membahayakan. Pengolahan tahap ke tiga merupakan bentuk pengolahan khusus sesuai
dengan polutan yang akan dihilangkan, misalnya: pengurangan besi dan mangan. Con
toh
lain misalnya penggunaan karbon aktif, menghilangkan amoniak.
5) Pengolahan tahap keempat
Pembunuhan kuman (desinfection) adalah pengolahan tahap keempat, dilakukan apabi
la
limbah cair mengandung bakteri patogen. Bahan yang sering digunakan adalah:
a) Gas klor
Cl2 . H2O . H O Cl . H . . Cl .
H O Cl . H . . O Cl .
b) Garam natrium hipoklorida
Na O Cl . Na.O Cl .
c) Kaporit
O Cl H H O Cl
Ca O Cl Ca O Cl
. .
. .
. .
( )2 . 2 .
H O Cl dan O Cl . disebut klor bebas free available chlorin dengan daya bunuh H
O Cl 40
kali sampai 80 kali lebih besar daripada OCl .
Pengolahan limbah cair secara biologi pada dasarnya menggunakan kerja mikroorgan
isme
untuk menguraikan limbah menjadi bahan-bahan yang sederhana. Pengolahan limbah c
ecara
biologi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: anaerob dan aerob.

1) Secara anaerob
Pengolahan limbah cair secara anaerob berarti yang bekerja atau yang hidup adala
h bakteri
anaerob yang tidak memerlukan oksigen bebas. Bakteri ini dapat bekerja dengan ba
ik pada
suhu yang semakin tinggi sampai 40 derajat celcius, pada pH sekitar 7. Bakteri i
ni juga akan
bekerja dengan baik pada keadaan yang gelap dan tertutup.
2) Secara aerob
Pengolahan limbah secara aerob berarti yang dipergunakan adalah bakteri aerob ya
ng
memerlukan oksigen bebas. Bakteri ini akan bekerja dengan baik pada pH sekitar 7
dengan
suhu yang semakin tinggi sampai pada 40 derajat celcius. Oleh karena itu dalam p
engolahan

Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob


(V. Darsono)
limbah secara aerob harus dimasukkan oksigen dari udara secara kontinyu (Sugiart
o,
1987)
d. Biological Oxygen Demand
Pentingnya jumlah oksigen yang berada dalam air, menyebabkan perlunya disediakan
ukuran kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk merombak limbah. Sal
ah satu
ukuran tersebut adalah Biological Oxygen Demand (BOD, kebutuhan oksigen untuk pr
oses
biologi). BOD adalah jumlah oksigen dalam ppm yang diperlukan selama proses stabi
lisasi
dari pemecahan bahan organik oleh bakteri aerob . Walaupun ada yang tidak setuju n
amun ada
yang memberi kepanjangan BOD sebagai Biochemical Oxygen Demand, dengan pengertia
n
banyaknya oksigen yang diperlukan untuk proses biokimia.
BOD secara lengkap ditulis dengan BOD 5 hari 20 0C, ini menyatakan banyaknya
oksigen bebas yang diperlukan oleh bakteri aerob selama 5 hari dengan kondisi su
hu 20 oC.
Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk proses stabilisasi untuk waktu yang berb
eda, pasti
akan berbeda, demikian juga untuk suhu yang berbeda, juga berbeda. Karena cukup
merepotkan
untuk menulis BOD 5 hari 20 0C maka disetujui bersama dengan memberi simbol BOD.
Apabila BOD diartikan pada waktu dan suhu yang berbeda maka harus disebutkan sec
ara jelas,
misalnya BOD 3 hari 20 0C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah:
1) jenis limbah
2) suhu air
3) derajat keasaman (pH)
4) kondisi air secara keseluruhan
Jenis limbah akan menentukan besar kecilnya BOD, apakah limbah tersebut mudah
membusuk atau tidak. Semakin mudah terjadi pembusukan / perombakan, maka BOD aka
n
semakin besar.
Proses dekomposisi sangat dipengaruhi oleh suhu air. Sebagai gambaran bahwa dagi
ng yang
diletakkan dalam suhu 0 0C sulit terdekomposisi, karena aktivitas mikroorganisme
sangat
rendah. Aktivitas mikroorganisme semakin tinggi pada suhu yang semakin meningkat
(sampai
60 0C).
Derajat keasaman pH air akan sangat menentukan aktivitas mikroorganisme, pada pH
antara 6,5 8,3 aktivitas mikroorganisme sangat baik. Pada pH yang sangat kecil a
tau sangat
besar, mikroorganisme tidak aktif, atau bahkan akan mati.

Selain faktor tersebut yang sudah dijelaskan, aktivitas mikroorganisme ditentuka


n oleh
kondisi air secara keseluruhan. Kondisi air secara keseluruhan yang mendukung be
rkembang
biaknya mikroorganisme akan menyebabkan BOD besar. Mikroorganisme akan sangat
terganggu oleh adanya sabun atau bahkan mati bila ada racun misalnya kaporit.
Sesuai dengan definisi BOD maka limbah itu semakin jelek apabila BOD semakin tin
ggi.
Sehingga BOD dapat dipergunakan untuk menentukan kepekatan limbah atau baik buru
knya
limbah. Limbah yang mempunyai BOD tinggi pada dasarnya (tidak selalu) lebih jele
k daripada
limbah yang mempunyai BOD rendah. BOD itu dapat digunakan sebagai ukuran kualita
s
limbah cair atau air apabila tidak ada gangguan terhadap aktivitas mikroorganism
e.
Bila limbah dibuang ke lingkungan harus dalam kondisi yang baik, sebab proses
pengolahan limbah akan terjadi di lingkungan apabila kandungan polutan masih ban
yak.
Sebagai contoh kotoran manusia dimasukkan ke dalam septic tank akan terjadi pros
es yang
sangat efektif dan tidak mengganggu lingkungan, tetapi apabila kotoran manusia d
ibuang
langsung ke perairan, akan sangat mengganggu, baik dari segi estetika, kandungan
oksigen, dan
lain-lain.

Jurnal Teknologi Industri Vol. XI No.1 Januari 2007: 9-20


14
d. Peramalan
Model peramalan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu smoothing dan regresi.
Peramalan dengan regresi akan memilih persamaan yang sesuai dengan data yang
tersedia. Persamaan yang sesuai adalah persamaan yang memberikan ukuran kesalaha
n
peramalan yang terkecil. Ukuran kesalahan peramalan yang digunakan antara lain
adalah: SEE (Standard Error of Estimate), MAD (Mean Absolute Deviation), MSE
(Mean Square Error), dan MAPE (Mean Absolute Percent Error). Konstanta yang
terdapat dalam persamaan dicari dengan data yang tersedia sehingga diperoleh
persamaan yang dapat digunakan untuk meramal atau memperkirakan.
Dalam bentuk rumus ukuran kesalah tersebut adalah sebagai berikut:
n f
Y F
SEE
n
t
t t
.
.
.
. .1
( )2
(1)
Keterangan:
Y : data aktual
F : hasil peramalan
n : jumlah data
f : derajat kebebasan (Biegel, 1963)
Persamaan regresi yang dipergunakan yaitu regresi logaritmis
F . A . Bln x (2)
. .
. . .
. .
. . .
. ..
.
. ..
.
.
.
.
n
i
n
i
i i
n
i
n
i
i i
n
i
i
n x x
n y x x y
B

1
2
1
2
1 1 1
ln ln
ln ln
(3)
n
y B x
A
n
i
i
n
i
. i .
. .
.
. 1 1
ln
(Walpole, 1997) (4)
3. Metodologi penelitian
a. Asal Limbah.
Untuk penelitian ini digunakan limbah tahu yang berasal dari Bumijo, Jetis Yogya
karta,
dan data yang dipergunakan adalah data primer.
b. Data yang diperlukan
Untuk keperluan ini diperlukan data BOD dengan derajat keasaman (pH) dijaga seki
tar 7
agar bakteri dapat bekerja dengan baik. Untuk mendapatkan pH limbah cair sekitar
7
dipergunakan kapur.
c. Jalanya percobaan
1) Persiapan
a) Menyiapkan media untuk meletakkan bakteri berupa 2 buah ember dengan kapasita
s 10
liter untuk proses anaerob dan aerob.
b) Limbah cair dinetralkan pada pH sekitar 7
c) Limbah cair sebanyak 5 liter diletakkan pada ember anaerob. Setiap hari (sela
ma 15
hari) diambil 1 liter limbah dari ember anaerob kemudian ditambah limbah segar 1
liter
ke dalam ember anaerob, sehingga volume limbah dalam ember tersebut konstan.

Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob


(V. Darsono)
d)
Ember aerob diisi air sungai sebanyak 3,9 liter dan diisi limbah cair segar seba
nyak 100
cm3. Ember ini diaerasi dan setiap hari diambil 100 cm3 dan ditambah limbah cair
segar
sebanyak 100 cm3, sehingga volumenya konstan.
2) Pengambilan data BOD
a) Data BOD untuk proses anaerob diambil setiap hari selama 7 hari, sedangkan BO
D
semula (awal) diambil dari limbah segar sebelum diproses.
b)
Data BOD untuk proses aerob diambil dari reaktor 2 sebanyak 7 kali, dan dilakuka
n
setiap jam. Data BOD awal untuk proses aerob diambil merupakan BOD dari proses
anaerob pada hari ke tiga.
3)
Peralatan dan bahan yang diperlukan
a) ember kapasitas 10 liter 2 buah
b) pH stik
c) peralatan pemeriksaan BOD
d) limbah segar
e) kapur
f) bahan-bahan untuk keperluan pemeriksaan BOD
4.
Data dan Pembahasan
a.
Data
Data proses anaerob dan data aerob disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1: Penurunan BOD secara anaerob
Waktu proses
(hari)
BOD (ppm) secara
anaerob
0 2759
1 1992
2 1496
3 1166
4 918
5 732
6 620
7 422
Tabel 2: Penurunan BOD secara aerob
Waktu proses (jam) BOD (ppm)
0 1166
1 753
2 480
3 317
4 202

5 112
6 65
7 51

Jurnal Teknologi Industri Vol. XI No.1 Januari 2007: 9-20


16
b. Pembahasan
1) Proses anaerob
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
1 2 3 4 5 6 7 8
waktu proses (hari)
BOD (ppm)
Gambar 1. Penurunan BOD secara anaerob
Gambar 1 yang dibuat berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa BOD semakin menurun
dengan semakin bertambahnya waktu proses. Berdasarkan grafik tersebut peneliti m
enduga
bahwa persamaan regresi yang memenuhi persyaratan adalah persamaan regresi ekspo
nensial
dengan rumus: F . A eB x .
Tetapi dengan menggunakan persamaan tersebut ternyata SEE nya sangat besar. SEE
maksimum adalah 50, hal tersebut disebabkan kandungan BOD maksimum yang boleh di
buang
ke lingkungan adalah 50 mg/l. Kemudian dicoba dengan persamaan regresi yang lain
yaitu
persamaan logaritmis dengan persamaan : F . A . Bln x
Menggunakan persamaan tersebut dilakukan perhitungan sebagai berikut:
F . A . Bln x
. .
. . .
. .
. . .
. ..
.
. ..
.
.
.
.
n
i
n
i
i i
n
i
n
i
i i
n
i
i
n x x
n y x x y
B
1
2
1

2
1 1 1
ln ln
ln ln
n
y B x
A
n
i
i
n
i
. i .
. .
.
. 1 1
ln
Tabel 3: Perhitungan untuk menentukan A dan B pada proses anaerob
x x2 Y lny lnx ln2 x lnx. lny y.lnx F e2
1 1 2759 7,92 0 0 0 0 2742 289
2 4 1992 7,59 0,69 0,48 5,24 1374 1968 576
3 9 1496 7,31 1,09 1,19 7,97 1631 1516 400
4 16 1166 7,06 1,39 1,93 9,81 1620 1145 441
5 25 918 6,82 1,61 2,59 10,98 1478 946 784
6 36 732 6,59 1,79 3,20 11,79 1310 742 100
7 49 620 6,43 1,95 3,81 12,54 1209 570 2500
8 64 422 6,04 2,08 4,33 12,56 878 421 1
36 204 10.105 55,76 10,6 17,53 70,89 9500 5091

Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob


(V. Darsono)
17
Dengan memasukan hasil-hasil perhitungan dalam Tabel 3 ke dalam rumus B dan A
diperoleh harga B dan A.
116
27,88
31113
(8)(17,53) (10,6)
(8)(9500) (10,6)(10.105)
2 . .
.
.
.
.
B .
2.742
8
(10.105) (1116)(10,6) .
.
A .
F = A + B ln x
1116 ln x
= 2742
27
8 1
5091
1
( )
1
2
.
.
.
.
.
.
..
n
X F
SEE
n
t
t t
Persyaratan limbah cair industri tahu bagi parameter BOD untuk dibuang ke lingku
ngan
perairan maksimum adalah 50 mg/l.
Maka untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengolah limbah cair tersebut, kand
ungan
BOD yang diijinkan untuk dibuang ke lingkungan, maksimum adalah 50 mg/l dikurang
standar
error (SEE).
Persamaan yang diperoleh adalah : F = 2742
1116 ln x
SEE yang dihasilkan = 27
Maka BOD maksimum yang diizinkan
= 50 mg/l
27 mg/l
= 23 mg/l
23 = 2742 1116 ln x
ln x = 2,436
1116

2742 23 .
.
x = 11,5 hari
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka limbah cair industri tahu harus diolah mi
nimum 11,5
hari supaya memenuhi persyaratan yang berlaku, apabila pengolahan dilakukan deng
an proses
anaerob. Karena data limbah segar diberi waktu 1 hari, padahal seharusnya 0 hari
, maka waktu
yang diperlukan adalah 10,5 hari.
2) Proses Aerob
Berdasarkan pada tabel 2, dibuat grafik untuk memperkirakan persamaan regresi ya
ng
dapat digunakan.

Jurnal Teknologi Industri Vol. XI No.1 Januari 2007: 9-20


18
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8
waktu proses (jam)
BOD (ppm)
Gambar 2. Penurunan BOD secara aerob
Berdasarkan gambar 2, peneliti memperkirakan bahwa persamaan regresi yang apat
digunakan adalah persamaan regresi logaritmis dan eksponensial. Persamaan regres
i yang
dipilih adalah yang memberikan kesalahan yang terkecil.
Berdasarkan pengalaman perhitungan pada proses anaerob maka dicoba terlebih dahu
lu
menggunakan persamaan regresi logaritmis. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ke
salahan
(SEE) sangat besar, jauh lebih besar dari 50, maka tidak dapat digunakan.
Kemudian dicoba menggunakan persamaan regresi fungsi eksponensial, dan perhitung
annya
dapat diuraikan dalam uraian berikut.
F . A eB x
. .
. . . ..
.
. ..
.
. ..
.
. ..
.
. . ..
.
. ..
.
.
.
. . .
.
. . .
n
i
i
n
i
i
n
i
i
n
i
i i
N x
N x y y x

A
1
2
1 1 1
. ln ln
N
A x
N
y
B
n
i
n
i
i . ..
.
. ..
.
. .
. .
.1 .1
ln
ln
Tabel 4: Perhitungan untuk menentukan A dan B pada proses aerob
x x2 y lny lnx ln2 x y.lnx x ln y F e2
1 1 1166 7.06 0 0 0 7.06 1202 1296
2 4 753 6.62 0,69 0,48 519 13.24 802 2401
3 9 480 6.17 1,09 1,19 523 18.51 475 25
4 16 317 5.76 1,39 1,93 441 23.04 299 324
5 25 202 5.31 1,61 2,59 325 26.55 187 225
6 36 112 4.72 1,79 3,20 200 28.32 118 36
7 49 65 4.17 1,95 3,81 127 29.19 74 81
8 64 51 3.93 2,08 4,33 106 31.44 77 676
36 204 3146 43.74 10,6 17,53 2241 177.35 5064

Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob


(V. Darsono)
19
Dengan memasukan hasil-hasil perhitungan dalam Tabel 4 ke dalam rumus B dan A di
peroleh
harga B dan A.
0,464
336
155,84
(8)(204) (36)
(8)(177,35) (36)(43,74)
2 . .
.
.
.
.
B .
7,5555
8
ln 43,74 0,464(36) .
.
A .
A = 1911
F . A eB x . 1911e.0,464 x
27
8 1
5064 1
2
( 1)
.
.
. . .
. ..
n f
F y
n
i
i
SEE
Persyaratan limbah cair industri tahu bagi parameter BOD untuk dibuang ke lingku
ngan
perairan maksimum adalah 50 mg/l.
Maka untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengolah limbah cair tersebut, kand
ungan
BOD yang diijinkan untuk dibuang ke lingkungan, maksimum adalah 50 mg/l dikurang
standar
error (SEE).
Persamaan yang diperoleh adalah : F . 1911 e.0,464 x
SEE yang dihasilkan = 27
Maka BOD maksimum yang diizinkan
27 mg/l
1911 e.0,464 x = 50 mg/l
= 23 mg/l
e.0,464 x =
1911
23
= 0,012035583
ln e.0,464 x = ln 0,012035583
- 0,464 x = - 4,4198878
x =

0,464
4,4198878
.
.
= 9,5
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka limbah cair industri tahu harus diolah mi
nimum 9,5
jam, supaya memenuhi persyaratan yang berlaku, apabila pengolahan dilakukan deng
an proses
aerob. Karena data limbah segar diberi waktu 1 hari, padahal seharusnya 0 hari,
maka waktu
yang diperlukan adalah 8,5 hari.
3). Proses anaerob dan aerob
Untuk menentukan waktu proses minimum, maka limbah cair industri tahu harus dipr
oses
secara anaerob dan aerob.
Waktu yang diperlukan
= 3 hari + 8,5 jam
= 80,5 jam

Jurnal Teknologi Industri Vol. XI No.1 Januari 2007: 9-20


Daftar Pustaka
Anonimus,2000,Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Biegel,J.E., 1963, Production Control A Quantitative Approach , Prentice-Hall.,
Englewood Cliffts, New Jersey.
Darsono, V., 1995, Pengantar Ilmu Lingkungan

Edisi Revisi, Universitas Atma Jaya

Yogyakarta, Yogyakarta.
Ginting, P., 1992, Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri , Muliasari, Jaka
rta
Sugiarto, 1987, Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah , Universitas Indonesia, Jakarta
.
Walpole, E. W., 1997, Pengantar Statistika PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai