Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar teori
II.1.1 Thinner
Thinner merupakan keton hasil didrolisis dari thinner yang digunakan sebagai pelarut
polar. Thinner dikenal juga sebaga metil isobutyl keton. Thinner adalah senyawa berbentuk
cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar, digunakan sebagai bahan tambahan pada
proses pencampuran cat yang berfungsi melarutkan atau mengencerkan cat sesuai dengan
kebutuhan (Stoye & Freitag 1998).
II.1.2 Kegunaan Thinner
Bahan kimia thinner biasanya di gunakan di pabrik - pabrik di bidang manufaktur.
Kegunaan Thinner adalah sebagai bahan campuran (contohnya sebagai campuran cat), sebagai
pembersih (contohnya besi berkarat di bersihkan dengan amplas dan ditambahkan thinner)
(Mulyono, 2009).

II.1.3 Data Sifat Kimia dan Fisika Thinner


a. Sifat Fisika dan Kimia Thinner
Menurut MSDS yang dikeluarkan oleh PT. Omega International Coating, 2011, sifat fisika
-

dan kimia dari thinner sebagai berikut:


Rumus Molekul
: C6H12O
Berat molekul, g/mol
: 100,16
Kenampakan
: cairan tidak berwarna (clear)
3
Vapor density, g/cm
: 2 (cair)
Specific gravity(20oC)
: 0,802
o
Vapour pressure (20 C),kPa
: 15,7
Boiling Point
: 115.9C (240.6F)
Melting Point
: -84C (-119.2F)
Flash Point
:1

Flammability

: Mudah terbakar

Produk thinner seharusnya digunakan pada area yang mempunyai cukup ventilasi dan
dalam pendistribusiannya menggunakan ground metal container dan tertutup rapat.
(coating, 2008)

II.1.4 Bahaya Thinner


Thinner adalah bahan berbahaya, mudah terbakar dan biasanya merupakan bahan yang
mudah menguap. Uap tersebut dapat menyebabkan percikan api dan berbahaya apabila tertelan
atau terhirup. Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata dan gangguan pernafasan. Selain itu juga
dapat mempengaruhi kerja sistem syaraf. Menurut MSDS PT. Omega International Coating, 2011
apat dilihat pada Gambar II.1 Hazard Diomand sebagai berikut:

II-1

Modul Recovery Limbah B3 (Aseton dari Limbah Percetakan)


dengan Menggunakan Proses Batch Distilation

Gambar II.1 Hazard Diamond untuk Thinner


Berdasarkan Hazard Diamond (HD), sifat thinner dapat dilihat dalam hazard diamond
(HD) di atas. Warna merah pada hazard diamond menunjukkan fire hazard. Fire hazard
menunjukkan bahwa bahan digolongkan tingkat bahaya berdasarkan flash point. Semakin rendah
flash point, maka bahan tersebut akan semakin berbahaya. Untuk thinner termasuk dalam skala 3,
dengan flash point kurang dari 100 oF. Kotak dengan warna biru menunjukkan health hazard.
Health hazard menunjukkan efek bahan berbahaya tersebut terhadap kesehatan manusia. Thinner
termasuk dalam skala 2, dengan tingkat hazardnya adalah berbahaya. Warna kuning pada
diamond hazard menunjukkan reactivity, yaitu tingkat reaktivitas bahan kimia dan jenis hazard
yang ditimbulkan. Thinner termasuk dalam reactivity skala 1, sehingga tipe reaktivitasnya adalah
sedikit reaktif (Hawley, G. G).
II.2 Kandungan Umum Cat
Menurut (Widodo, 2013), cat berupa cairan yang kental, cat terdiri dari beberapa
komponen yaitu resin, pigment, solvent, dan bahan tambah lainnya. Cat biasanya dilarutkan
dengan thinner, agar mudah penggunaannya, dalam hal cat tipe dua komponen cat ditambahkan
dengan hardener.
Cat tipe 2 komponen biasanya dicampur dengan hardener sebagai pelekat antar molekul
di dalam resin, thinner sebagai pengencer, maka dalam sub-bab ini akan dibahas tentang
komponen cat, hardener dan thinner. Cat memiliki beberapa komponen yaitu:
a. Resin
Resin adalah unsur utama cat yang berbentuk cairan kental yang dapat membentuk lapisan
yang padat dan transparan yang membentuk film atau lapisan setelah diaplikasi pada suatu obyek
dan mengering. Kandungan resin mempunyai pengaruh langsung pada kemampuan cat seperti
misalnya: kekerasan, ketahanan solvent serta ketahanan cuaca. Demikian pula berpengaruh atas
kualitas akhir misalnya tekstur, kilap (gloss), daya rekat suatu cat, serta kemudahan penggunaan
diantaranya waktu pengeringan. Resin yang digunakan pada cat, secara garis besar terbagi
menjadi tipe-tipe sebagai berikut :
1) Klasifikasi menurut material:
a. Resin Netral, diekstrak terutama dari tumbuh-tumbuhan, digunakan untuk membuat
vernish dan lacquer.
b. Resin Sintetik, resin buatan manusia, karena tersedia dalam jumlah banyak, maka cat
modern sebagian besar dibuat dari resin sintetik
2) Klasifikasi menurut tipe lapisan (film):

Laboratorium Teknik Pengolahan Limbah

DIII Teknik Kimia


II-2

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi sepuluh Nopember Surabaya
2014

Modul Recovery Limbah B3 (Aseton dari Limbah Percetakan)


dengan Menggunakan Proses Batch Distilation

a. Thermoplastik Resin, pengerasan thermoplastic resin adalah melalui penguapan solvent,


tanpa melibatkan reaksi kimia. Apabila dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan akhirnya
mencair. Thermoplastic resin sangat fleksibel dan sangat mudah larut dalam solvent.
b. Thermosetting Resin, thermosetting resin bila dipanaskan akan mengeras melalui reaksi
kimia. Apabila telah mengeras tidak akan melunak lagi oleh pemanasan kembali.
b. Pigment
Pigment adalah zat pewarna yang tidak bercampur dengan air, oli, atau solvent. Pigment
tidak dapat melekat pada obyek lain, akan tetapi pigment dapat melekat pada obyek lain apabila
telah tercampur dengan resin dan komponen lain dalam bentuk cat. Pigment dibagi menjadi
beberapa tipe yaitu :
1. Pigment warna, untuk menambah warna pada cat dan meningkatkan daya sembunyi
(hiding power) cat
2. Pigment terang, menambah wana-warni metalik pada coat.
3.

Pigment extender, menambah kekuatan dan body pada coat, meningkatkan viskositas dan
mencegah sedimentasi.

4. Pigment pencegah karat, digunakan pada cat dasar untuk mencegah karat.
5. Pigment flatting, digunakan untuk mengurangi kilap pada coat. Pigment ini dicampur
dengan cat apabila dikehendaki kurang kilap.
c. Zat pengencer (Solvent/Thinner)
Solvent adalah suatu cairan yang dapat melarutkan resin dan memungkinkan
pencampuran pigment dan resin dalam proses pembuatan cat. (Herminanto Sofyan, 2011).
Solvent dan thinner adalah sama-sama zat pengencer atau pelarut, bedanya dengan thinner adalah
solvent digunakan ketika dalam pembuatan cat sedangkan thinner digunakan untuk menentukan
tingkat kekentalan cat sebelum cat tersebut diaplikasikan. Menurut Herminanto Sofyan (tth: 41)
komponen pembentuk solvent meliputi:
1. Diluent, merupakan larutan yang membantu melarutkan resin lacquer.
2. Laten solvent, juga digunakan untuk mencampur pelarut yang baik, hasilnya sama dengan
pelarut yang berkualitas baik.
3. Solvent murni, adalah larutan yang mampu melarutkan sesuatu yang mengakibatkan
cairan tersebut masuk ke dalam larutan. Solvent murni melarutkan bahan residu dan
binder.
d. Additives
Terdiri dari bermacam-macam bahan kimia yang masing-masing mempunyai sifat dan
fungsi yang berbeda-beda, ditambahkan sesuai dengan keperluannya untuk melengkapi sifat-sifat
Laboratorium Teknik Pengolahan
II-3 Limbah

II-3
DIII Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi sepuluh Nopember Surabaya
2014

Modul Recovery Limbah B3 (Aseton dari Limbah Percetakan)


dengan Menggunakan Proses Batch Distilation

ketahanan cat. (Kir Haryana, 1997: 40). Beberapa fungsi aditives yang ditambahkan pada cat
adalah menambah daya lentur, membantu penyebaran pigment, mencegah terjadinya buih pada
saat penyemprotan, mencegah timbulnya kantong udara, dll.
e. Hardener
Pada cat tipe dua komponen maka ada hardener yang harus ditambahkan. Hardener
ditambahkan pada komponen utama cat dua komponen, hardener bereaksi dengan molekul dari
komponen utama untuk membentuk molekul yang lebih besar. (Anonim, 2011).
II.2.1 Poliakrilat
Dalam thinner bekas yang telah digunakan untuk menghapus salah cetak hanya
mengandung sebagian besar resin polimer dan pewarna. Resin polimer yang umumnya
digunakan dan yang mudah larut dalam thinner adalah poliakrilik.
Serat-serat poakrilat selalu mengandung kopolimer yang sangat berguna dalam
mekanisme pencelupannya. Sebagai contoh serat acrilan 1656 mengandung kopolimer bersifat
basa yang mempunyai afinitas terhadap zat warna asam; sedangkan Courtelle dan serat-serat
poliakrilat yang lain mengandung kopolimer dengan gugusan negatif sehingga serat poliakrilat
tersebut mempunyai afinitas yang besar terhadap zat warna basa atau zat warna kation meskipun
serat-serat tersebut bersifat hidrofob (nadyalestari, 2012).
Sifat Kimia
Ketahanan terhadap Zat Kimia
Serat poliakrilat pada umumnya memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap asamasam mineral dan pelarut, minyak, lemak dan garam netral. Serat poliakrilat tahan terhadap alkali
lemah tetapi dalam larutan alkali kuat panas akan rusak dengan cepat.
Ketahanan terhadap Panas
Serat poliakrilat memiliki sifat tahan panas yang baik. Serat poliakrilat tahan pada
pemanasan 150oC selama dua hari tanpa menunjukkan penurunan kekuatan tarik. Serat dapat
mengalami perubahan warna menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan diteruskan.
Setelah pemanasan 60 jam pada suhu 200oC, meskipun serat berwarna hitam, kekuatan tarik lebih
dari setengah kekuatan awal. Selain itu serat menjadi sangat stabil terhadap pemanasan lebih
lanjut meskipun dibakar dalam Bunsen.
Serat poliakrilat yang dipanaskan dalam keadaan kering tidak akan membuat membuat rantairantai molekul putus, namun pada kondisi tersebut dapat menyebabkan penyusunan kembali
molekul-molekul menjadi senyawa lingkar, warna berubah, ikatan hydrogen lepas, dan timbul
gugus-gugus basa. Dari pembentukan molekul baru juga membuat serat tidak larut dalam pelarutLaboratorium Teknik Pengolahan Limbah

DIII Teknik Kimia


II-4

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi sepuluh Nopember Surabaya
2014

Modul Recovery Limbah B3 (Aseton dari Limbah Percetakan)


dengan Menggunakan Proses Batch Distilation

pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan serat poliakrilat. Reaksi pembentukan senyawa
lingkar digambarkan dalam berikut:
Sifat Fisika
Serat poliakrilat bersifat rua/bulky akibat dari sifat ketidakstabilan terhadap panas. Serat
poliakrilat tidak dapat dilakukan set permanen seperti halnya poliester dan nilon. Sifat fisika serat
poliakrilat yang paling penting adalah berat jenis yang kecil yaitu 1.17 dan sifat rua. Pada kondisi
standar, RH (Relative Humidity) 65% dan suhu ruangan 21oC, serat poliakrilat memiliki kekuatan
tarik 4,2-2,5 g/denier. Pada keadaan basah kekuatan tark serat poliakrilat sama dengan kondisi
standar. Mulur dalam keadaan standar 20-55% sedangkan dalam keadaan basah 26-72%.
Elastisitas serat dengan penarikan 5-10% adalah 40-58%. Struktur poliakrilat yang rapat
menyebabkan serat ini bersifat hidrofob. MR (Moisture Regain) serat poliakrilat adalah 1,0-2,5%.

Gambar II.1 Penampang Melintang dan Membujur Serat Poliakrilat. *


*Sumber :Sagaara, 2012.

II.3 Distilasi
Distilasi merupakan salah satu metode pemisahan campuran 2 komponen atau lebih
berdasarkan titik didihnya. Distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan komponen bertitik
didih tinggi dalam campuran yang mengandung sedikit impurities (non volatil). Beberapa
komponen mungkin terdekomposisi pada suhu tinggi (campuran cairan bertitik didih tinggi
mengandung komponen lain yang tidak tahan suhu tinggi) (Geankoplis, 1993).

Gambar II.1.3

Distilasi sederhana

Metode

distilasi secara batch

sangat cocok untuk memisahkan campuran thinner dengan cat dikarenakan titik didih kedua
Laboratorium Teknik Pengolahan
II-5 Limbah

II-5
DIII Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi sepuluh Nopember Surabaya
2014

Modul Recovery Limbah B3 (Aseton dari Limbah Percetakan)


dengan Menggunakan Proses Batch Distilation

campuran tersebut mempunyai perbedaan yang cukup jauh. Karena titik didih thinner 115,9 oC,
ketika campuran thinner diuapkan maka thinner akan menguap lebih dulu sehingga pada ditillate
akan didapatkan thinner sedangkan pada bottom product didapatkan komponen cat dan sedikit
thinner.
II.4. Analisa Thinner
Analisa thinner untuk mengetahui karakteristik dan cara penyimpanan yang aman
meliputi berikut ini :
1. Specific Gravity dan API Gravity
Specific gravity adalah densitas bahan bakar dibagi dengan densitas air pada
temperatur yang sama. Atau dapat didefinisikan sebagai perbandingan berat dari bahan bakar
minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur yang sama.
Umumnya, bahan bakar minyak memiliki specific gravity 0,74- 0,96, dengan kata lain bahan
bakar minyak lebih ringan daripada air. Pada beberapa literatur digunakan American
Petroleum Institute (API) gravity. Specific grafity dan API gravity adalah suatu pernyataan
yang nenyatakan densitas (kerapatan) atau berat per satuan volum dari suatu bahan. Specific
gravity diukur pada suhu 60F (15,6C), kecuali asphalt yang diukur pada suhu 77F (25C).
Hubungan antara specific gravity (sg) dan API gravity (G) adalah sebagai berikut :

Besarnya harga dari API gravity berkisar dari 0-100, sedangkan specific gravity
merupakan harga relatif dari densitas suatu bahan terhadap air. Hubungan antara density dan
specific gravity adalah sebagai berikut :

2. Titik Nyala (Flash Point) dan Titik Bakar (Fire Point)


Dalam suatu bahan cair yang mudah tebakar yang perlu diperhatikan adalah besarnya
flash point dan fire point. Flash point adalah suhu pada uap diatas permukaan bahan bakar
minyak yang akan terbakar dengan cepat (meledak/penyalaan api sesaat) apabila nyala api
didekatkan padanya, sedangkan fire point adalah temperatur pada keadaan dimana uap di atas
permukaan bahan bakar minyak terbakar secara kontinyu apabila nyala api didekatkan
padanya.
Tabel II.1 Flash point dan

Temperatur Auto-

ignitionBahan Bakar dalam

Udara pada 1 atm

Laboratorium Teknik Pengolahan Limbah

DIII Teknik Kimia


II-6

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi sepuluh Nopember Surabaya
2014

Modul Recovery Limbah B3 (Aseton dari Limbah Percetakan)


dengan Menggunakan Proses Batch Distilation

Sumber : Gary L. Borman, Kenneth W.Ragland, Combustion Engineering, international Edition,


McGraw-Hill, Singapore, 1998.

Flash point dan temperatur auto-ignition dari bahan bakar gas dan cair yang terpilih
diberikan pada Tabel II.1. dari tabel dapat dilihat propanon (thinner) mempunyai flash point
-104C, yang berarti sangat mudah menguap sehingga terlalu mudah untuk terbakar.
3. Analisa Kadar Thinner dengan Uji Gas Kromatografi
Gas Kromatografi adalah proses pemisahan campuran menjadi komponenkomponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan
serapan (sorben) yang diam. Kromatografi gas fase gerak dan fase diamnya diantaranya :
a) Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan
partisi sampel antara fase gas bergerak.
b) Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat
pada zat padat penunjangnya.
Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat digunakan untuk
menganalisa senyawa-senyawa organic. Kita telah mengetahui bahwa ada dua jenis kromatografi
gas, yatiu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas cair (KGC). Dalam kedua hal ini
sebagai fasa bergerak adalah gas (hingga keduanya disebut kromatografi gas), tetapi fasa
diamnya berbeda. Meskipun kedua cara tersebut mempunyai banya persamaan. Perbedaan antara
kedunya hanya tentang cara kerja.

Laboratorium Teknik Pengolahan


II-7 Limbah

II-7
DIII Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri


Institut Teknologi sepuluh Nopember Surabaya
2014

Anda mungkin juga menyukai