TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar teori
II.1.1 Thinner
Thinner merupakan keton hasil didrolisis dari thinner yang digunakan sebagai pelarut
polar. Thinner dikenal juga sebaga metil isobutyl keton. Thinner adalah senyawa berbentuk
cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar, digunakan sebagai bahan tambahan pada
proses pencampuran cat yang berfungsi melarutkan atau mengencerkan cat sesuai dengan
kebutuhan (Stoye & Freitag 1998).
II.1.2 Kegunaan Thinner
Bahan kimia thinner biasanya di gunakan di pabrik - pabrik di bidang manufaktur.
Kegunaan Thinner adalah sebagai bahan campuran (contohnya sebagai campuran cat), sebagai
pembersih (contohnya besi berkarat di bersihkan dengan amplas dan ditambahkan thinner)
(Mulyono, 2009).
Flammability
: Mudah terbakar
Produk thinner seharusnya digunakan pada area yang mempunyai cukup ventilasi dan
dalam pendistribusiannya menggunakan ground metal container dan tertutup rapat.
(coating, 2008)
II-1
Pigment extender, menambah kekuatan dan body pada coat, meningkatkan viskositas dan
mencegah sedimentasi.
4. Pigment pencegah karat, digunakan pada cat dasar untuk mencegah karat.
5. Pigment flatting, digunakan untuk mengurangi kilap pada coat. Pigment ini dicampur
dengan cat apabila dikehendaki kurang kilap.
c. Zat pengencer (Solvent/Thinner)
Solvent adalah suatu cairan yang dapat melarutkan resin dan memungkinkan
pencampuran pigment dan resin dalam proses pembuatan cat. (Herminanto Sofyan, 2011).
Solvent dan thinner adalah sama-sama zat pengencer atau pelarut, bedanya dengan thinner adalah
solvent digunakan ketika dalam pembuatan cat sedangkan thinner digunakan untuk menentukan
tingkat kekentalan cat sebelum cat tersebut diaplikasikan. Menurut Herminanto Sofyan (tth: 41)
komponen pembentuk solvent meliputi:
1. Diluent, merupakan larutan yang membantu melarutkan resin lacquer.
2. Laten solvent, juga digunakan untuk mencampur pelarut yang baik, hasilnya sama dengan
pelarut yang berkualitas baik.
3. Solvent murni, adalah larutan yang mampu melarutkan sesuatu yang mengakibatkan
cairan tersebut masuk ke dalam larutan. Solvent murni melarutkan bahan residu dan
binder.
d. Additives
Terdiri dari bermacam-macam bahan kimia yang masing-masing mempunyai sifat dan
fungsi yang berbeda-beda, ditambahkan sesuai dengan keperluannya untuk melengkapi sifat-sifat
Laboratorium Teknik Pengolahan
II-3 Limbah
II-3
DIII Teknik Kimia
ketahanan cat. (Kir Haryana, 1997: 40). Beberapa fungsi aditives yang ditambahkan pada cat
adalah menambah daya lentur, membantu penyebaran pigment, mencegah terjadinya buih pada
saat penyemprotan, mencegah timbulnya kantong udara, dll.
e. Hardener
Pada cat tipe dua komponen maka ada hardener yang harus ditambahkan. Hardener
ditambahkan pada komponen utama cat dua komponen, hardener bereaksi dengan molekul dari
komponen utama untuk membentuk molekul yang lebih besar. (Anonim, 2011).
II.2.1 Poliakrilat
Dalam thinner bekas yang telah digunakan untuk menghapus salah cetak hanya
mengandung sebagian besar resin polimer dan pewarna. Resin polimer yang umumnya
digunakan dan yang mudah larut dalam thinner adalah poliakrilik.
Serat-serat poakrilat selalu mengandung kopolimer yang sangat berguna dalam
mekanisme pencelupannya. Sebagai contoh serat acrilan 1656 mengandung kopolimer bersifat
basa yang mempunyai afinitas terhadap zat warna asam; sedangkan Courtelle dan serat-serat
poliakrilat yang lain mengandung kopolimer dengan gugusan negatif sehingga serat poliakrilat
tersebut mempunyai afinitas yang besar terhadap zat warna basa atau zat warna kation meskipun
serat-serat tersebut bersifat hidrofob (nadyalestari, 2012).
Sifat Kimia
Ketahanan terhadap Zat Kimia
Serat poliakrilat pada umumnya memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap asamasam mineral dan pelarut, minyak, lemak dan garam netral. Serat poliakrilat tahan terhadap alkali
lemah tetapi dalam larutan alkali kuat panas akan rusak dengan cepat.
Ketahanan terhadap Panas
Serat poliakrilat memiliki sifat tahan panas yang baik. Serat poliakrilat tahan pada
pemanasan 150oC selama dua hari tanpa menunjukkan penurunan kekuatan tarik. Serat dapat
mengalami perubahan warna menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan diteruskan.
Setelah pemanasan 60 jam pada suhu 200oC, meskipun serat berwarna hitam, kekuatan tarik lebih
dari setengah kekuatan awal. Selain itu serat menjadi sangat stabil terhadap pemanasan lebih
lanjut meskipun dibakar dalam Bunsen.
Serat poliakrilat yang dipanaskan dalam keadaan kering tidak akan membuat membuat rantairantai molekul putus, namun pada kondisi tersebut dapat menyebabkan penyusunan kembali
molekul-molekul menjadi senyawa lingkar, warna berubah, ikatan hydrogen lepas, dan timbul
gugus-gugus basa. Dari pembentukan molekul baru juga membuat serat tidak larut dalam pelarutLaboratorium Teknik Pengolahan Limbah
pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan serat poliakrilat. Reaksi pembentukan senyawa
lingkar digambarkan dalam berikut:
Sifat Fisika
Serat poliakrilat bersifat rua/bulky akibat dari sifat ketidakstabilan terhadap panas. Serat
poliakrilat tidak dapat dilakukan set permanen seperti halnya poliester dan nilon. Sifat fisika serat
poliakrilat yang paling penting adalah berat jenis yang kecil yaitu 1.17 dan sifat rua. Pada kondisi
standar, RH (Relative Humidity) 65% dan suhu ruangan 21oC, serat poliakrilat memiliki kekuatan
tarik 4,2-2,5 g/denier. Pada keadaan basah kekuatan tark serat poliakrilat sama dengan kondisi
standar. Mulur dalam keadaan standar 20-55% sedangkan dalam keadaan basah 26-72%.
Elastisitas serat dengan penarikan 5-10% adalah 40-58%. Struktur poliakrilat yang rapat
menyebabkan serat ini bersifat hidrofob. MR (Moisture Regain) serat poliakrilat adalah 1,0-2,5%.
II.3 Distilasi
Distilasi merupakan salah satu metode pemisahan campuran 2 komponen atau lebih
berdasarkan titik didihnya. Distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan komponen bertitik
didih tinggi dalam campuran yang mengandung sedikit impurities (non volatil). Beberapa
komponen mungkin terdekomposisi pada suhu tinggi (campuran cairan bertitik didih tinggi
mengandung komponen lain yang tidak tahan suhu tinggi) (Geankoplis, 1993).
Gambar II.1.3
Distilasi sederhana
Metode
sangat cocok untuk memisahkan campuran thinner dengan cat dikarenakan titik didih kedua
Laboratorium Teknik Pengolahan
II-5 Limbah
II-5
DIII Teknik Kimia
campuran tersebut mempunyai perbedaan yang cukup jauh. Karena titik didih thinner 115,9 oC,
ketika campuran thinner diuapkan maka thinner akan menguap lebih dulu sehingga pada ditillate
akan didapatkan thinner sedangkan pada bottom product didapatkan komponen cat dan sedikit
thinner.
II.4. Analisa Thinner
Analisa thinner untuk mengetahui karakteristik dan cara penyimpanan yang aman
meliputi berikut ini :
1. Specific Gravity dan API Gravity
Specific gravity adalah densitas bahan bakar dibagi dengan densitas air pada
temperatur yang sama. Atau dapat didefinisikan sebagai perbandingan berat dari bahan bakar
minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur yang sama.
Umumnya, bahan bakar minyak memiliki specific gravity 0,74- 0,96, dengan kata lain bahan
bakar minyak lebih ringan daripada air. Pada beberapa literatur digunakan American
Petroleum Institute (API) gravity. Specific grafity dan API gravity adalah suatu pernyataan
yang nenyatakan densitas (kerapatan) atau berat per satuan volum dari suatu bahan. Specific
gravity diukur pada suhu 60F (15,6C), kecuali asphalt yang diukur pada suhu 77F (25C).
Hubungan antara specific gravity (sg) dan API gravity (G) adalah sebagai berikut :
Besarnya harga dari API gravity berkisar dari 0-100, sedangkan specific gravity
merupakan harga relatif dari densitas suatu bahan terhadap air. Hubungan antara density dan
specific gravity adalah sebagai berikut :
Temperatur Auto-
Flash point dan temperatur auto-ignition dari bahan bakar gas dan cair yang terpilih
diberikan pada Tabel II.1. dari tabel dapat dilihat propanon (thinner) mempunyai flash point
-104C, yang berarti sangat mudah menguap sehingga terlalu mudah untuk terbakar.
3. Analisa Kadar Thinner dengan Uji Gas Kromatografi
Gas Kromatografi adalah proses pemisahan campuran menjadi komponenkomponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan
serapan (sorben) yang diam. Kromatografi gas fase gerak dan fase diamnya diantaranya :
a) Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan
partisi sampel antara fase gas bergerak.
b) Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat
pada zat padat penunjangnya.
Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat digunakan untuk
menganalisa senyawa-senyawa organic. Kita telah mengetahui bahwa ada dua jenis kromatografi
gas, yatiu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas cair (KGC). Dalam kedua hal ini
sebagai fasa bergerak adalah gas (hingga keduanya disebut kromatografi gas), tetapi fasa
diamnya berbeda. Meskipun kedua cara tersebut mempunyai banya persamaan. Perbedaan antara
kedunya hanya tentang cara kerja.
II-7
DIII Teknik Kimia