Psap 01
Psap 01
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul Penyajian Laporan Keuangan ini disusun untuk memudahkan
pemahaman terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 01
tentang Penyajian Laporan Keuangan. Modul ini disusun sebagai bahan
pelatihan untuk pelatih Standar Akuntansi Pemerintahan, sehingga dengan
mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat belajar mandiri (self study)
atas materi Penyajian Laporan Keuangan pada pemerintah pusat maupun
daerah. Modul ini menguraikan kembali paragraf-paragraf SAP maupun
penjelasan disertai dengan contoh-contoh yang aplikatif sehingga diharapkan
dapat dijadikan rujukan dalam implementasi SAP yang berkaitan dengan
penyajian laporan keuangan.
Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 01
adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan
laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar
entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh
pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur
laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. PSAP
Nomor 01 ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan
keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan
keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Peserta memahami tujuan penyajian laporan keuangan;
2. Peserta memahami pengertian dan unsur-unsur laporan keuangan;
3. Peserta memahami pengertian dan pos-pos dalam neraca;
4. Peserta memahami pengakuan aset dan kewajiban;
5. Peserta memahami pengukuran aset dan kewajiban;
6. Peserta memahami penyajian dan pengungkapan aset dan kewajiban
dalam laporan keuangan;
7. Setelah memahami sebagaimana dimaksud pada angka 1 s.d 6 di
atas, peserta diharapkan mampu menerapkannya dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan pemerintah.
PSAP 01
C. Deskripsi Ringkas
Materi Modul Penyajian Laporan Keuangan disusun sesuai dengan PSAP
01 dengan susunan tujuan laporan keuangan, basis akuntansi, jenis laporan
keuangan, periode pelaporan, hubungan antar komponen laporan keuangan,
unsur-unsur neraca, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas dana, serta soal
latihan.
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi
soal-soal latihan dan contoh kasus yang berkaitan dengan Penyajian Laporan
Keuangan. Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada
partisipasi aktif dari para peserta pelatihan dalam aktivitas diskusi, latihan,
dan tanya jawab.
PSAP 01
BAB II
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN DAN BASIS AKUNTANSI
A. Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu
entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,
tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya, dengan:
a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya;
e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan
prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk
memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang
berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan,
serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga
menyajikan informasi bagi pengguna mengenai:
a) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai
dengan anggaran;
b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan
ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.
Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai entitas pelaporan dalam hal: aset; kewajiban; ekuitas dana;
pendapatan; belanja; transfer; pembiayaan; dan arus kas.
Menurut PSAP 01 Paragraf 13, tanggung jawab penyusunan dan
penyajian laporan keuangan berada pada pimpinan entitas. Dalam lingkup
pemerintah daerah yang dimaksud dengan pimpinan entitas adalah setiap
kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pada sebagai entitas akuntansi
dan setiap gubernur/bupati/walikota sebagai entitas pelaporan. Kewajiban dan
tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk setiap
kepala SKPD juga dinyatakan dalam Pasal 56 ayat (2) huruf a Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang berbunyi:
PSAP 01
Kepala
satuan
kerja
perangkat
daerah
selaku
Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan
catatan atas laporan keuangan
B. Basis Akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan
kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan
pelaporan keuangan. Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas
(cash basis of accounting) dan basis akrual (accrual basis of accounting).
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain
diakui ketika kas diterima oleh kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum
Daerah) atau dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum
Daerah). Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis
akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lain diakui dan
dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam periode laporan
keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas atau
ekuivalen kas diterima atau dibayarkan. Contoh transaksi yang membedakan
basis kas dan basis akrual adalah dalam peristiwa pada saat pemerintah
menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Pajak (SKPP). Dalam basis kas, saat
terbitnya SKPP tersebut belum diakui sebagai pendapatan, karena pemerintah
belum menerima kas. Namun, dalam basis akrual, terbitnya SKPP tersebut
oleh pemerintah sudah diakui sebagai pendapatan, walaupun pemerintah
belum menerima kas atas pendapatan pajak tersebut.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi
akrual secara penuh atas pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
negara paling lambat tahun anggaran 2008. Sedangkan basis akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah pada saat ini
menurut PSAP Nomor 01 adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana. Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar. Sedangkan basis akrual adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi
dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis
akrual (fully accrual basis), baik dalam pengakuan pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap menyajikan Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari LRA
berbasis akrual ke LRA berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
PSAP 01
BAB III
STRUKTUR DAN ISI LAPORAN KEUANGAN
A. Jenis Laporan Keuangan
Dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD setiap entitas baik pemerintah
pusat, kementerian negara/lembaga, pemerintah daerah, dan satuan kerja di
tingkat
pemerintah
pusat/daerah
wajib
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sesuai dengan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, laporan keuangan
pemerintah pokok setidak-tidaknya terdiri atas:
a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
b) Neraca,
c) Laporan Arus Kas (LAK),
d) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan disajikan oleh setiap entitas pelaporan. Hal ini berarti
setiap gubernur/bupati/walikota wajib menyusun dan menyajikan keempat
laporan keuangan di atas. Sedangkan Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh
unit
yang
mempunyai
fungsi
perbendaharaan
(Bendahara
Umum
Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dan Bendahara Umum Daerah/Kuasa
Bendahara Umum Daerah. Dengan demikian kepala SKPD sebagai entitas
akuntansi tidak menyusun dan menyajikan Laporan Arus Kas.
Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas
pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis
akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja Keuangan adalah
laporan yang menyajikan pendapatan dan beban serta surplus/defisit selama
suatu periode yang disusun berdasarkan basis akrual. Laporan Perubahan
Ekuitas adalah laporan yang menyajikan mutasi atau perubahan saldo ekuitas
dana pemerintah selama suatu periode.
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan realisasi pendapatan,
belanja, dan pembiayaan selama suatu periode.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan
keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBN/APBD dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam
satu periode pelaporan. LRA menggambarkan perbandingan antara
anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
LRA menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
PSAP 01
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode
tahun
anggaran
bersangkutan
yang
tidak
akan
diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c. Transfer
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Surplus/defisit
Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan
belanja selama satu periode pelaporan.
e. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD
selama satu periode pelaporan.
Unsur-unsur dari LRA dapat digambar dalam tabel di bawah ini:
a. Pendapatan
b. Belanja
c. Transfer
d. Surpus (Defisit) = (a (b+c))
e. Pembiayaan (Neto)
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran = (d f)
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Akuntansi LRA ini lebih detail diatur dalam PSAP Nomor 02 tentang
Laporan Realisasi Anggaran.
2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
dana pada tanggal tertentu.
Mengenai neraca lebih detail dibahas dalam Bab III modul ini.
3. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) adalah laporan yang menyajikan informasi
mengenai sumber, penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama
satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan
PSAP 01
PSAP 01
PSAP 01
pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan. Faktorfaktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan
bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan yang tepat
waktu.
Selain laporan keuangan tahunan, setiap entitas pelaporan juga
diwajibkan menyusun laporan keuangan interim, yaitu setidak-tidaknya setiap
semester sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
C. Hubungan antar Komponen Laporan Keuangan
Pos-pos yang terdapat dalam masing-masing laporan keuangan adalah
saling terkait satu sama lain.
1. Laporan Realisasi Anggaran dengan Laporan Arus Kas.
Pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada dasarnya sama dengan pos-pos
yang disajikan dalam Laporan Arus Kas (LAK), karena Laporan Realisasi
Anggaran disusun berdasarkan basis kas. Perbedaan utama antara LRA
dan LAK adalah disajikannya transaksi nonanggaran di LAK tetapi tidak
disajikan di LRA. Disamping itu juga terdapat perbedaan klasifikasi
anggaran karena perbedaan tujuan pelaporannya.
2. Laporan Realisasi Anggaran dengan Neraca
Keterkaitan antara Laporan Realisasi Anggaran dengan Neraca
adalah dalam penghitungan Saldo Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA). SiLPA /SiKPA dalam Laporan Realisasi Anggaran yang
merupakan selisih antara surplus/defisit dan total pembiayaan akan
dimasukkan pada perkiraan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
dalam Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar. Perkiraan Sisa Lebih/Kurang
Pembiayaan Anggaran dalam Neraca tersebut merupakan akumulasi
SiLPA/SiKPA dalam LRA dari tahun-tahun sebelumnya.
3. Neraca dengan Laporan Arus Kas
Keterkaitan antara Neraca dan LAK adalah dalam penyajian saldo
kas. Selisih antara saldo awal dan akhir Kas di Bendahara Umum
Negara/Kas di Kas Daerah dalam Neraca merupakan kenaikan/penurunan
kas sebagaimana yang disajikan dalam LAK. Dengan kata lain selisih saldo
awal dan akhir kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan
kenaikan/penurunan kas dalam Laporan Arus Kas. Selain itu saldo akhir
kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan saldo akhir kas di Kas
Umum Negara/Daerah dalam Laporan Arus Kas.
4. Catatan atas Laporan Keuangan dengan
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas
Laporan
Realisasi
PSAP 01
BAB IV
NERACA
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada
tanggal pelaporan. Neraca disusun dengan sistem sentralisasi dan
desentralisasi. Dengan Sistem sentralisasi, neraca disusun secara terpusat
oleh bagian akuntansi suatu entitas pelaporan. Sedangkan dengan
desentralisasi neraca disusun oleh entitas-entitas akuntansi yang kemudian
digabung oleh entitas pelaporan. Pada pemerintah daerah, SKPD merupakan
entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan keuangan yang akan
digabungkan oleh SKPKD menjadi Neraca Daerah. Penggabungan tersebut
dilakukan dengan menjumlahkan akun-akun neraca SKPD dan SKPKD serta
mengeliminasi akun-akun timbal balik.
Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net asset).
Ekuitas dana merupakan selisih dari aset setelah dikurangi kewajiban, atau
dalam persamaan akuntansi dapat dirumuskan:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
Hubungan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dapat digambarkan sebagai
berikut:
Neraca
Aset
Total
Rp XXX
Rp XXX
Kewajiban
Rp XXX
Ekuitas Dana
Rp XXX
Total
Rp XXX
A. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah. Jika suatu entitas memiliki aset moneter dalam
mata uang asing maka harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset
nonlancar.
1. Aset Lancar
PSAP 01
10
Rp XXX
Kredit
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PFK
Ekuitas Dana Lancar
SILPA
Rp XXX
Rp XXX
Kredit
Kewajiban
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
11
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
Rp XXX
SILPA
Rp XXX
Perkiraan pasangan
(balancing account) Kas di Bendahara
Penerimaan dalam neraca SKPD adalah Pendapatan yang Ditangguhkan,
yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Debet
Aset Lancar
Kas di Bendahara
Penerimaan
Rp XXX
Kredit
Kewajiban
Pendapatan yang
Ditangguhkan
Rp XXX
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
Pendapatan yang
Ditangguhkan
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
12
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
*)
**)
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
SILPA
Rp XXX
c). Piutang
Pos-pos piutang antara lain terdiri dari piutang pajak, piutang
retribusi, bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar
tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Piutang
dicatat sebesar nilai nominalnya.
Penjualan aset, seperti rumah dinas kepada pegawai negeri sipil
biasanya diangsur lebih dari 12 bulan. Penjualan tersebut oleh
pemerintah disebut sebagai Tagihan Penjualan Angsuran (TPA). Dalam
neraca, TPA akan disajikan sebagai aset lainnya, sedangkan TPA yang
akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam aset
lancar sebagai Bagian Lancar TPA. Reklasifikasi TPA ini dilakukan hanya
untuk tujuan penyusunan neraca karena pembayaran atas tagihan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 01
13
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
Cadangan Piutang*
Rp XXX
Rincian jenis piutang pajak, retribusi, bagian lancar TPA dan TP/TGR
dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
d). Persediaan
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan
disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat
tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan
pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. Jenis-jenis
persediaan beserta nilainya perlu diungkap dalam catatan atas laporan
keuangan.
Pada umumnya metode pencatatan persediaan ada 2 metode,
yaitu metode periodik dan metode perpetual. Dalam metode periodik,
persediaan dicatat berdasarkan penghitungan/ inventarisasi fisik
persediaan yang dilakukan pada akhir periode pelaporan. Sedangkan
dalam metode perpetual, persediaan dicatat setiap terjadi transaksi
yang mengakibatkan penambahan atau pengurangan persediaan.
PSAP 01
14
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
Cadangan Persediaan*
Rp XXX
Cadangan
Persediaan
yang
disajikan di Neraca sebagai
Ekuitas Dana Lancar.
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
15
2. Aset Nonlancar
Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset
tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk
kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Yang termasuk
dalam aset nonlancar adalah aset yang tidak memenuhi kriteria sebagai aset
lancar sebagaimana diuraikan terdahulu.
Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset
tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
a). Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan
untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka
panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan
lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas
investasi tersebut. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi
nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah
investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan. Investasi nonpermanen terdiri dari:
1. Pinjaman kepada perusahaan negara/daerah;
2. Pembelian Obligasi Daerah atau Surat Utang Negara;
3. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat
dialihkan kepada pihak ketiga; dan
4. Investasi nonpermanen lainnya.
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen
terdiri dari:
1. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/
perusahaan daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum
milik negara, badan internasional dan badan hukum lainnya
bukan milik negara.
2. Investasi permanen lainnya.
Perkiraan pasangan (balancing account) Investasi Jangka
Panjang dalam neraca Daerah adalah Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Debet
Investasi Jangka Panjang
Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Investasi Obligasi
Investasi Nonpermanen Lainnya
Penanaman Modal Pemerintah
Investasi Permanen Lainnya
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Kredit
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka Panjang*
Rp XXX
PSAP 01
16
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
PSAP 01
17
Debet
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Kredit
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam
Aset tetap*
Rp XXX
Diinvestasikan
dalam
Aset
Tetap disajikan di Neraca
sebagai
Ekuitas
Dana
Investasi.
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
(Rp XXX)
Rp XXX
PSAP 01
18
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam
Dana Cadangan
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Software komputer
Lisensi dan franchise
PSAP 01
19
3.
4.
5.
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
Kredit
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya*
Rp XXX
* Diinvestasikan
dalam
Aset
Lainnya disajikan di Neraca
sebagai Ekuitas Dana Investasi.
PSAP 01
20
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran
sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban
tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban
timbul.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral (Bank Indonesia) pada
tanggal neraca.
Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
1.
PSAP 01
21
PT Taspen sebesar Rp8 juta selama tahun 2005. Utang PFK yang
dilaporkan adalah sebesar Rp2 juta.
Perkiraan pasangan (balancing account) Kewajiban Jangka Pendek
(kecuali Utang PFK) dalam neraca adalah Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek, yang dapat digambarkan dalam diagram
sebagai berikut:
Debet
Kredit
Kewajiban Jangka Pendek
Bagian Lancar Utang Jangka Pendek
Utang Bunga
Utang Jangka Pendek Lainnya
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
(Rp XXX)
Apabila terdapat pungutan PFK yang belum disetor berarti saldo uang
tersebut masih berada di Kas Daerah. Oleh karena itu, perkiraan pasangan
(balancing account) Utang PFK dalam neraca adalah Kas di Kas Daerah, yang
dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Debet
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Rp XXX
Kredit
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PFK
Rp XXX
Khusus pada SKPD terdapat akun Uang Muka dari BUD sebagai akun lawan
dari Kas Di bendahara Pengeluaran, dan Akun Pendapatan yang ditangguhkan
sebagai akun lawan dari Kas Di Bendahara penerimaan.
Penyajian Kewajiban Jangka Pendek dalam neraca adalah:
Kewajiban Jangka Pendek
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Utang Bunga
Utang PFK
Utang Jangka Pendek Lainnya
Total Kewajiban Jangka Pendek
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Informasi lebih rinci mengenai jenis dari kewajiban jangka pendek dapat
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
PSAP 01
22
2.
PSAP 01
23
Kredit
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri-Perbankan
Utang Dalam Negeri-Obligasi
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
PSAP 01
24
menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana
Cadangan.
1. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban
jangka pendek. Ekuitas Dana Lancar terdiri dari:
Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA), yang merupakan akun
pasangan yang menampung kas dan setara kas serta investasi jangka
pendek.
Pendapatan yang Ditangguhkan, yang merupakan akun pasangan untuk
menampung Kas di Bendahara Penerimaan.
Cadangan Piutang, yang merupakan akun pasangan yang dimaksudkan
untuk menampung piutang lancar.
Cadangan Persediaan, yang merupakan akun pasangan dari persediaan.
Dana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek,
merupakan akun pasangan dari kewajiban jangka pendek lainnya.
Penyajian Ekuitas Dana Lancar di neraca adalah:
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA
Pendapatan yang Ditangguhkan
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek
Total Ekuitas Dana Lancar
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
25
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
26
SOAL LATIHAN
1. Soal Pilihan Ganda
Soal untuk nomor 1-3 :
Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa:
Kas Daerah
Rp 50 juta
Persediaan
Rp 45 juta
Piutang Pajak
Rp 60 juta
Investasi Jangka Panjang
Rp100 juta
Aset Tetap
Rp200 juta
Aset Lainnya
Rp 85 juta
Dana Cadangan
Rp300 juta
Utang Jangka Pendek
Rp 30 juta (termasuk PFK Rp5
juta)
Utang Jangka Panjang
Rp150 juta
1. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Lancar per 31
Desember 2005?
a. 155 juta
b. 120 juta
c. 125 juta
d. 255 juta
2. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Investasi per
31 Desember 2005?
a. 255 juta
b. 235 juta
c. 385 juta
d. 285 juta
3. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Cadangan per
31 Desember 2005?
a. 300 juta
b. 150 juta
c. 270 juta
d. 385 juta
4. Dalam neraca Pemda A akun Kas di Kas disajikan sebesar Rp600 juta,
akun Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp35 juta, dan akun SILPA
sebesar Rp585 juta. Selisih sebesar Rp50 juta merupakan:
a. Utang PFK
b. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek
c. Utang Bunga
d. Cadangan Piutang
5. Pasangan akun Kas di Bendahara Penerimaan adalah:
a. SILPA
b. Utang PFK
c. Pendapatan yang Ditangguhkan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 01
27
d. Dana Cadangan
2. Soal Essay
Dari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31
Desember 2005 adalah Rp1.000 juta, setelah ditelusuri ternyata terdapat kas
sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas
Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta
tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006.
Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran statu SKPD ditemukan adanya
sisa uang persediaan sebesar Rp50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah
sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal
5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk TA 2005 baru diselesaikan
dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006.
Bagaimana penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005?
PSAP 01
28
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
PP No. 2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah
serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
19.
20.
21.
22.
23.
PSAP 01
29
PSAP 01
30
31