Makalah SK 1 Blok 13
Makalah SK 1 Blok 13
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat dan sakit adalah suatu kejadian yang merupakan serangkaian proses yang berjalan
terus menerus dan berada dalam kehidupan masyarakat. Terjadinya suatu penyakit akibat
tidak seimbangnya antara kesehatan pejamu/manusia (host), agen (agent), dan lingkungan
(environtment). Ketiga hal tersebut membentuk suatu hubungan segitiga yang saling
berkaitan, disebut dengan triads epidemiology/triagle epidemiology.
Setelah mengetahui epidemiologi suatu masalah, maka program pendekatan dan program
penanggulangan direncanakan. Perencanaan program penanggulangan dan pencegahan
memiliki dua macam metode penyusunan, yakni metode analitik dan deskriptif. Metode ini
tidak terlepas dari variabel-variabel, yaitu variabel orang (person), variabel waktu (time), dan
variabel tempat (place). Jenis-jenis indeks pengukuran derajat kesehatan dan cara
pengukurannya diperlukan dalam menyusun program kesehatan.
3. Etiologi
a. Host, Agent, Environment
4. Jenis-Jenis Indeks Kesehatan Gigi Dan Mulut
5. Perencanaan Program Penanggulangan Dan Pencegahan Penyakit Di
Masyarakat
a. Macam-Macam Metode
1.3 Tujuan
Tujuan dari mempelajari epidemiologi, antara lain:
1. Untuk mengetahui frekuensi, distribusi, dan determinan penyakit pada kelompok yang
diamati.
2. Untuk mengetahui hubungan antara dinamika penduduk dengan penyebaran penyakit.
3. Untuk meningkatkan pemahaman dalam menghadapi masalah kesehatan yang timbul
di masyarakat, sehingga dapat dilakukan pencegahan, penanggulangan, dan kontrol
penyakitnya,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Epidemiologi
2.1.1 Definisi
Istilah epidemiologi berasal dari bahasa yunani, yaitu: epi yang berarti atas, demos
yang berarti rakyat atau penduduk dan logos yang berarti ilmu, sehingga epidemiologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi atau menimpa
penduduk. Epidemiologi ini tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah) saja
tetapi epidemiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya, mencakup juga studi tentang polapola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut.1
Selain itu, ada beberapa definisi lainnya menurut para ahli antara lain:
1. Hirsch (1883); epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis-jenis
penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan
dengan kondisi eksternal.
2. Greenwood (1934); epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang penyakit
dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk.
3. Moris (1964); epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu
penduduk.
4. Brian Mac Mahon (1970); epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab
frekuensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu.
5. Wade Hampton Frost (1972); epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena
massal (Mass Phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (Natural History)
penyakit menular.
6. Abdel R. Omran (1974); epidemiologi adalah suatu penyakit mengenai terjadinya suatu
penyakit dan distribusi keadaan kesehatan, panyakit dan perubahan pada penduduk,
begitu juga determinannya serta akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
7. Lilienfeld (1977); epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang
berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan
populasi.
8. Anders Ahlbom & Staffan Norel (1989); epidemiologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai terjadinya penyakit pada manusia.
9. Robert H. Fletcher (1991); epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang
distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.
10. Last (1988); epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan-dterminan dari
keadaan atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan di dalam populasi tertentu,
serta penerapannya untuk mengendalikan masalah-masalah kesehatan.3
Dari berbagai definisi atau pengertian yang telah dikemukakan para ahli epidemiologi
yang pada dasarnya memiliki persamaan pengertian yakni epidemiologi adalah suatu ilmu
yang mempelajari, menganalisis, serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan
maupun masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk
tertentu.
2.1.2 Tujuan
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor
penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka
epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperanan dalam terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan
3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau
telah dilakukan
2.1.3
Jenis-Jenis Pendekatan
Strategi epidemiologi adalah suatu pola pendekatan berupa suatu rangkaian kegiatan
tertentu yang akan diterapkan dalam mengkaji masalah-masalah kesehatan sedemikian rupa
sehingga diperoleh berbagai kejelasan tentang masalah kesehatan tersebut. Kejelasan di sini
banyak macamnya, antara lain: yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan yang dimaksud, baik yang menyangkut frekuensi, penyebaran dan ataupun
penyebab timbulnya masalah kesehatan.1
2. Epidemiologi Analitik
Pendekatan ini dipergunakan untuk menguji data serta informasi-informasi yang
diperoleh.
Ada 3 studi tentang epidemiologi ini, antara lain:
a. Studi riwayat kasus (case history studies); dalam studi ini akan dibandingkan antara
dua kelompok orang, yakni kelompok yang terkena penyebab penyakit dengan
kelompok orang yang tidak terkena penyakit.
b. Studi kohort (kohort studies); dalam studi ini sekolompok orang dipaparkan pada
suatu penyebab penyakit. Kemudian diambil sekelompok orang yang mempunyai ciriciri yang sama dengan kelompok pertama tetapi tidak dipaparkan atau tidak
dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol.
Kemudian dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut, bermakna atau tidak.
3. Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok
subjek, kemidian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenakan percobaan.1
2.1.4
a. Waktu (time)
Banyak penyakit yang berpengaruh pada tempat tertentu. Misalnya penyakit
demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh
adanya reservoir infeksi (manusia atau kera), vektor (Aedes aegypty), penduduk yang
rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit.
Daerah di mana vektor dan persyaratan iklim ditemukan, tetapi tak ada sumber infeksi,
disebut receptive area untuk demam kuning.
Contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah di mana
terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang); gondok endemik (endemic
goiter) di daerah yang kekurangan
b. Tempat (place)
Perubahan penyakit dalam masyarakat menurut waktu dapat dibedakan:
c. Orang (person)
Di sini akan dijelaskan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
d. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan
mudah dan melihat pola kesakitan menurut golongan umur.
e. Jenis Kelamin
Di luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita
sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria.
Perbedaan angka kematian disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik:
faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal
Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari
perawatan.
Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka
kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang.
Kelas sosial ini ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, penghasilan, juga tempat
pelayanan
kesehatan
maupun
pencegahan.
Seseorang
kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai
cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dsb.1
Golongan Etnik
Golongan etnik meliputi kelompok homogen berdasarkan kebiasaan hidup maupun
homogenitas biologis/genetik.
Ras; ada penyakit yang tampak karena perbedaan ras tetapi lebih dipengaruhi
oleh lingkungan dan kebiasaan hidup, mis: perbedaan insidensi penyakit pada
ras Cina dengan Indonesia asli.
Status Perkawinan
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang
tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih
sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam
gaya hidup yang berhubungan secara klausal dengan penyebab penyakit-penyakit
tertentu.
Besarnya Keluarga
Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit
menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga
yang besar karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka
mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bergizi.
Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun si anak. Kecenderungan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu
seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis, dst.1
2.2 Survey
2.2.1
Macam-Macam Survey
a. Survei Deskritif
Survei deskritif dilakukan terhadap sekelumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang
terjadi di dalam populasi tertentu. Pada umumnya survei deskritif
digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan
penyelenggaraa suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya
digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
c. Survei Analitik
Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian
10
2.2.2
Tahapan Survey
dependen,
independen,
dan
variabel-variabel
yang
2.3 Etiologi
11
1. Host (penjamu)
Keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko untuk terjadinya
suatu penyakit. Faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit
sebagai berikut:
Umur
Jenis kelamin
Ras, suku (etnik) ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang berbeda
kerentanan terhadap suatu penyakit.
Genetik
Fungsi fisiologis
Karakteristik host
12
2. Agent
Disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang oleh mikroorganisme (virus,
bakteri, jamur, parasit, protozoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karna bahan makanan yang tidak
memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karna bahan dari
luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri(karbon monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida)
unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dll.
Karakteristik agent
13
.
3. Environment( lingkungan)
Faktor lingkungan adalah faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit, faktor
datangnya dari luar.
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi:
Lingkungan biologis
Lingkungan fisik
Interaksi multifaktor
Segitiga epidemiologi disebut juga dengan ecological atau epidemiologi triads.
Menurut John Gordon, model ini menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab
penyakit yaitu:
1. Manusia (host)
2. Penyebab (agent)
3. Lingkungan (environment)
Penyakit dapat terjadi karna adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen
tersebut. Model ini dikenal dengan model triangel epidemiologi atau trial epidemiologi dan
cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi. Sebab peran agent (yaitu mikroba)
mudah diisolasikan dengan jelas dari lingkungannya.2
Jika E netral kemudian virulen dari EA
sebagian dinetralkan oleh ketahan tubuh H
simbiosis (subclinical disease).
14
good health.
chronic disease.
15
acute disease.
A. Indeks OHI-S
Kebersihan gigi dan mulut diperiksa dengan menggunakan OHI-S (Oral Hygiene
Index Simplified). OHI-S adalah skor atau nilai pemeriksaan gigi dan mulut (Green and
Vermillion) dengan menjumlahkan Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI).
Debris Index (DI) adalah skor dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa
makanan yang melekat pada gigi penentu. Calculus Index (CI) adalah skor dari endapan keras
(karang gigi) terjadi karena debris mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu.
Status kebersihan gigi dan mulut diperoleh dari pemeriksaan OHI-S yaitu dengan
menjumlahkan Debris Index (DI) dengan Calculus Index (CI) (Depkes, 1995). Menurut
Koyama dan Yasui (1990) OHI-S merupakan cara untuk mengevaluasi keadaan kebersihan
gigi dan mulut.
Langkah-langkah pelaksanaan pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut / OHI-S adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan Debris Index (DI)
Skor
0
Kriteria
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak dan tidak ada
perwarnaan ekstrinsik
a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas sepertiga permukaan atau kurang dari sepertiga
permukaan.
b. b. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, akan tetapi
ada perwarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau
seluruhnya.
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan
tersebut, seluas lebih dari sepertiga permukaan gigi tetapi kurang dari dua
pertiga permukaan gigi.
Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan
16
tersebut seluas lebih dari dua pertiga permukaan atau seluruh permukaan gigi.
Jumlah nilai
Jumlah gigi yang diperiksa
2. Menentukan Calculus Index (CI)
Skor
Kriteria
Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supragingival yang
menutupi permukaan gigi kurang dari sepertiga permukaan gigi.
Indeks yang dikembangkan oleh Russel ini berguna untuk mengukur keparahan inflamasi
gingiva maupun destruksi periodontal dengan kriteria skor:6
lapangan
kemudian di klinik
r
0
Gambaran radiografis
biasanya normal
radiograf
akar gigi
18
dalam soket
Berdasarkan skor Indeks Periodontal dapat ditetapkan kondisi klinis dan stadium
penyakit dan individu sebagai berikut:
Kondisi klinis
Rentangan skor
Tahapan
IP
penyakit
0,0-0,2
normal
Gingivitis sederhana
0,3-0,9
0,7-1,9
Reversibel
awal
Penyakit periodonta destruktif
1,6-5,0
lanjut
Penyakit pada tahap akhir
3,8-8,0
Irreversibel
1. Indeks Gingiva
Indeks yang dikenalkan oleh Loe and Silness digunaka untuk menilai derajat keparahan
inflamasi. Pengukuran dilakukan pada gingiva di empat sisi gigi-geligi yang diperiksa; papila
vestibular, tepi gingiva vestibular, papila mesiovestibular dan tepi gingiva oral. 6
Kriteria untuk penentuan skornya adalah sebagai berikut:
19
0
1
: Gingiva normal.
: Inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan perubahan warna, sedikit
oedema, pada palpasi tidak terjadi perdarahan.
: Inflamasi gingiva sedang. Gingiva berwarna merah, oedema, dan berkilat, pada
palpasi terjadi perdarahan.
Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor indeks gingiva
dengan kriteria sebagai berikut:
Kondisi Gingiva
0,1-1,0
Gingivitis ringan
1,1-2,0
Gingivitis sedang
2,1-3,0
Gingivitis parah
C. Indeks DMF
Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk
mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan
pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga
karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini
tidak menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies),
M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode.
Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan pemberian kode DMFT
(decayed missing filled tooth) atau DMFS (decayed missing filled surface) sedangkan deft
(decayed extracted filled tooth) dan defs (decayed extracted filled surface) digunakan untuk
gigi susu. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang
diperiksa.1,5
21
a. DMFT
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D
2. Karies
sekunder
yang
terjadi
pada
gigi
dengan
tumpatan
permanen
kategori
M.
5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan
ortodonti TIDAK dimasukkan dalam kategori M.
6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.
7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam
kategori F.
8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi TIDAK dimasukkan dalam
kategori M.1,5
b. DMFS
1.
Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat , fasial, lingual,
distal dan mesial sedangkan gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial,
lingual, distal, mesial dan oklusal.
2.
Kriteria untuk D sama dengan DMFT 3. Bila gigi sudah dicabut karena karies,
maka pada waktu menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan
sehingga untuk gigi posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi
anterior. 4. Kriteria untuk F sama dengan DMFT
c.
deft, defs
Pengukuran ini digunakan untuk gigi susu. E dihitung bila gigi susu dicabut
karena karies.
23
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat
dua
pendekatan
epidemiologi
yaitu
epidemiologi
deskriptif
dan
epidemiologi analitik.
Data yang diperoleh dari penelitian epidemiologi akan berguna untuk menyusun
program penanggulangan, pencegahan, dan kontrol penyakit gigi dan mulut yang
banyak diderita masyarakat.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
2. Noor, Nasri Noor. 1997. Dasar Epidemiologi. Ujung Pandang: PT. Rineka Cipta
3. Beaglehole, R., dkk. 1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
4. Bustan.2006. Pengantar epidemiologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
5. Green JC,Vermilion JR.The Oral Hygiene Indeks,a method for classifying oral hygiene
indeks
6. Saidina Hamzah Daliemunthe Periodonsia. FKG USU, edisi revisi 2008
7. Budiharto, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC. 2008
25