Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat dan sakit adalah suatu kejadian yang merupakan serangkaian proses yang berjalan
terus menerus dan berada dalam kehidupan masyarakat. Terjadinya suatu penyakit akibat
tidak seimbangnya antara kesehatan pejamu/manusia (host), agen (agent), dan lingkungan
(environtment). Ketiga hal tersebut membentuk suatu hubungan segitiga yang saling
berkaitan, disebut dengan triads epidemiology/triagle epidemiology.

Penyusunan program penelitian memerlukan pengetahuan mengenai dan distribusi


penyakit beserta determinannya atau faktor-faktor yang berhubungan atau mempengaruhi
distribusi itu. Ilmu yang mempelajari hal demikian disebut epidemiologi.

Sasaran penelitian di bidang epidemiologi adalah populasi manusia. Sebuah populasi


dapat dibatasi menurut wilayah geografis atau cara-cara lainnya; sebagai contoh, sebuah
kelompok khusus dari pasien-pasien rumah sakit atau pekerja-pekerja pabrik dapat saja
menjadi unit dari penelitian epidemiologi. Populasi yang biasa digunakan dalam
epidemiologi adalah populasi yang berada dalam wilayah atau desa yang tertentu serta pada
waktu yang tertentu pula. Hal ini merupakan dasar untuk mendefinisikan subgrup-subgrup
dalam kaitannya dengan jenis kelamin, kelompok umur, etnis, dan sebagainya. Struktur dari
populasi-populasi tersebut bervariasi di antara wilayah-wilayah geografik dan periodeperiode waktu. Analisis epidemiologi harus mempertimbangkan variasi-variasi semacam itu
sebagai sebuah bahan pertimbangan.
Di bidang kesehatan masyarakat yang lebih luas lagi, epidemiologi digunakan untuk
pelbagai keperluan. Penelitian-penelitian di bidang epidemiologi yang dilakukan pada masa
lampau banyak berkaitan dengan kausa-kausa (etiologi) penyakit-penyakit menular, dan
kegiatan tersebut masih tetap esensial, karena dapat mengarahkan kepada identifikasi dari
metode-metode pencegahan penyakit. Dalam hal ini, epidemiologi adalah ilmu kedokteran
dasar yang mempunyai tujuan meningkatkan kesehatan populasi masyarakat.

Setelah mengetahui epidemiologi suatu masalah, maka program pendekatan dan program
penanggulangan direncanakan. Perencanaan program penanggulangan dan pencegahan
memiliki dua macam metode penyusunan, yakni metode analitik dan deskriptif. Metode ini
tidak terlepas dari variabel-variabel, yaitu variabel orang (person), variabel waktu (time), dan
variabel tempat (place). Jenis-jenis indeks pengukuran derajat kesehatan dan cara
pengukurannya diperlukan dalam menyusun program kesehatan.

1.2 Batasan Topik


Adapun batasan topik dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Epidemiologi
a. Definisi
b. Tujuan
c. Jenis-Jenis Pendekatan
d. Time, Place, Person
2. Survey
a. Macam-Macam Survey
b. Tahapan Survey

3. Etiologi
a. Host, Agent, Environment
4. Jenis-Jenis Indeks Kesehatan Gigi Dan Mulut
5. Perencanaan Program Penanggulangan Dan Pencegahan Penyakit Di
Masyarakat
a. Macam-Macam Metode

1.3 Tujuan
Tujuan dari mempelajari epidemiologi, antara lain:
1. Untuk mengetahui frekuensi, distribusi, dan determinan penyakit pada kelompok yang
diamati.
2. Untuk mengetahui hubungan antara dinamika penduduk dengan penyebaran penyakit.
3. Untuk meningkatkan pemahaman dalam menghadapi masalah kesehatan yang timbul
di masyarakat, sehingga dapat dilakukan pencegahan, penanggulangan, dan kontrol
penyakitnya,

4. Untuk memahami tentang proses penyakit di masyarakat sehingga dapat


dikembangkan upaya-upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan pada status kesehatan oral
masyarakat atau komunitas tertentu ditinjau dari aspek Host-Agent-Environment
(HAE).
6. Untuk mengetahui indeks-indeks untuk menilai status kesehatan oral serta kebutuhan
perawatan penyakit periodontal, karies dan kelainan gigi lainnya yang berbasis
masyarakat atau komunitas.
7. Untuk memahami disain survei.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Epidemiologi

2.1.1 Definisi
Istilah epidemiologi berasal dari bahasa yunani, yaitu: epi yang berarti atas, demos
yang berarti rakyat atau penduduk dan logos yang berarti ilmu, sehingga epidemiologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi atau menimpa
penduduk. Epidemiologi ini tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah) saja
tetapi epidemiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya, mencakup juga studi tentang polapola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut.1

Pengertian lainnya, epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk


menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk
tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk
tujuan pencegahan maupun penanggulangan. Epidemiologi merupakan filosofis dasar disiplin
ilmu-ilmu kesehatan termasuk kedokteran, yakni suatu proses login untuk menganalisis serta
memahami hubungan interaksi antara proses fisik, biologis, dan fenomena sosial yang
berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian penyakit maupun gangguan kesehatan
lainnya.2

Selain itu, ada beberapa definisi lainnya menurut para ahli antara lain:
1. Hirsch (1883); epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis-jenis
penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan
dengan kondisi eksternal.
2. Greenwood (1934); epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang penyakit
dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk.
3. Moris (1964); epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu
penduduk.
4. Brian Mac Mahon (1970); epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab
frekuensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu.

5. Wade Hampton Frost (1972); epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena
massal (Mass Phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (Natural History)
penyakit menular.
6. Abdel R. Omran (1974); epidemiologi adalah suatu penyakit mengenai terjadinya suatu
penyakit dan distribusi keadaan kesehatan, panyakit dan perubahan pada penduduk,
begitu juga determinannya serta akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
7. Lilienfeld (1977); epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang
berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan
populasi.
8. Anders Ahlbom & Staffan Norel (1989); epidemiologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai terjadinya penyakit pada manusia.
9. Robert H. Fletcher (1991); epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang
distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.
10. Last (1988); epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan-dterminan dari
keadaan atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan di dalam populasi tertentu,
serta penerapannya untuk mengendalikan masalah-masalah kesehatan.3

Dari berbagai definisi atau pengertian yang telah dikemukakan para ahli epidemiologi
yang pada dasarnya memiliki persamaan pengertian yakni epidemiologi adalah suatu ilmu
yang mempelajari, menganalisis, serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan
maupun masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk
tertentu.
2.1.2 Tujuan
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor
penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka
epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperanan dalam terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan
3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau
telah dilakukan

4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam


upaya untuk mengatasi atau mnanggulanginya
5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang
perlu dipecahkan.4

2.1.3

Jenis-Jenis Pendekatan

Strategi epidemiologi adalah suatu pola pendekatan berupa suatu rangkaian kegiatan
tertentu yang akan diterapkan dalam mengkaji masalah-masalah kesehatan sedemikian rupa
sehingga diperoleh berbagai kejelasan tentang masalah kesehatan tersebut. Kejelasan di sini
banyak macamnya, antara lain: yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan yang dimaksud, baik yang menyangkut frekuensi, penyebaran dan ataupun
penyebab timbulnya masalah kesehatan.1

Di sini ada 3 pendekatan yang digunakan dalam epidemiologi, antara lain:


1. Epidemiologi Deskriptif
Pendekatan ini dapat memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi
tertentu dengan membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan
populasi yang sama pada waktu yang berbeda. Pendekatan ini banyak digunakan dalam
mencari keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun masalah kesehatan dalam
suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Di samping itu
epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan
menggunakan analisis data epidemiologi serta data informasi lain yang bersumber dari
berbagai disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial
ekonomi, dan sumber keterangan lainnya.1

2. Epidemiologi Analitik
Pendekatan ini dipergunakan untuk menguji data serta informasi-informasi yang
diperoleh.
Ada 3 studi tentang epidemiologi ini, antara lain:

a. Studi riwayat kasus (case history studies); dalam studi ini akan dibandingkan antara
dua kelompok orang, yakni kelompok yang terkena penyebab penyakit dengan
kelompok orang yang tidak terkena penyakit.
b. Studi kohort (kohort studies); dalam studi ini sekolompok orang dipaparkan pada
suatu penyebab penyakit. Kemudian diambil sekelompok orang yang mempunyai ciriciri yang sama dengan kelompok pertama tetapi tidak dipaparkan atau tidak
dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol.
Kemudian dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut, bermakna atau tidak.

3. Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok
subjek, kemidian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenakan percobaan.1

2.1.4

Time, Place, Person

a. Waktu (time)
Banyak penyakit yang berpengaruh pada tempat tertentu. Misalnya penyakit
demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh
adanya reservoir infeksi (manusia atau kera), vektor (Aedes aegypty), penduduk yang
rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit.
Daerah di mana vektor dan persyaratan iklim ditemukan, tetapi tak ada sumber infeksi,
disebut receptive area untuk demam kuning.
Contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah di mana
terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang); gondok endemik (endemic
goiter) di daerah yang kekurangan
b. Tempat (place)
Perubahan penyakit dalam masyarakat menurut waktu dapat dibedakan:

fluktuasi jangka pendek, di mana perubahan angka kesakitan berlangsung


beberapa jam, hari, minggu, dan bulan.

perubahan-perubahan secara siklus di mana perubahanperubahan angka


kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.

perubahan-perubahan angka kesakitan

c. Orang (person)
Di sini akan dijelaskan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
d. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan
mudah dan melihat pola kesakitan menurut golongan umur.
e. Jenis Kelamin
Di luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita
sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria.
Perbedaan angka kematian disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik:

faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal

karena berperannya faktor-faktor lingkungan, mis: lebih banyak pria menghisap


rokok, minum-minuman keras, bekerja keras, berhadapan dengan pekerjaanpekerjaan berbahaya, lebih suka pada hal-hal yang menantang atau yang beresiko
tinggi, dst.
Perbedaan angka kesakitan yang lebih tinggi di kalangan wanita, di Amerika

Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari
perawatan.
Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka
kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang.
Kelas sosial ini ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, penghasilan, juga tempat

tinggal. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana pemeliharaan kesehatan


seseorang.
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan, yakni:
o Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, dsb.
o Situasi pekerjaan yang penuh dengan stess (yang telah dikenal sebagai
faktor yang berperan pada timbulnya hypertensi, ulcus lambung).
o Ada tidaknya gerak badan di dalam pekerjaan; di AS ditunjukkan bahwa
penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang
mempunyai pekerjaan di mana kurang adanya gerak badan.
o Karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit, maka dapat
terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.
o Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang.
Penghasilan
Yang sering kita nilai adalah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan

pelayanan

kesehatan

maupun

pencegahan.

Seseorang

kurang

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai
cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dsb.1
Golongan Etnik
Golongan etnik meliputi kelompok homogen berdasarkan kebiasaan hidup maupun
homogenitas biologis/genetik.

Ras; ada penyakit yang tampak karena perbedaan ras tetapi lebih dipengaruhi
oleh lingkungan dan kebiasaan hidup, mis: perbedaan insidensi penyakit pada
ras Cina dengan Indonesia asli.

Agama; adanya perbedaan makanan yang terlarang (trichinosis)

Hubungan garis keturunan dan antarkeluarga; adanya penyakit dengan garis


keturunan yang jelas seperti gondok, diabetes, asma yang dipengaruhi gaya
hidup, genetik atau sosial. Adanya penyakit menular yang berpusat pada rumah
tangga seperti tuberkulosis, scabies, dll.

Status Perkawinan

Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang
tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih
sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam
gaya hidup yang berhubungan secara klausal dengan penyebab penyakit-penyakit
tertentu.
Besarnya Keluarga
Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit
menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga
yang besar karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka
mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bergizi.
Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun si anak. Kecenderungan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu
seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis, dst.1

2.2 Survey

2.2.1

Macam-Macam Survey

a. Survei Deskritif
Survei deskritif dilakukan terhadap sekelumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang
terjadi di dalam populasi tertentu. Pada umumnya survei deskritif
digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan
penyelenggaraa suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya
digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
c. Survei Analitik
Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian
10

melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor


resiko dengan faktor efek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat
dari adanya faktor resiko, sedangkan faktor efek resiko adalah suatu
fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh).

2.2.2

Tahapan Survey

a. Tahapan survei deskritif


1. Memilih masalah yang akan diteliti
2. Merumuskan dan mengadakan pemberantasan masalah
3. Mengindebtifikasi variabel-variabel yang akan diamati atau
dikumpulkan
4. Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data
5. Menentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi
data
6. Menentukan teknik dan alat pengumpul data yang akan diginakan
7. Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data
8. Melakukan pengolahan dan analisis data
9. Menarik kesimpulan dan generalisasi
10. Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian
b. Tahapan survei analitik
1. Mengindentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti
2. \menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya
3. Melakukan pengumpulan data observasi atau pengukuran terhadap
variabel

dependen,

independen,

dan

variabel-variabel

yang

dikendalikan secara bersamaan.


4. Mengolah dan menganalisis data.7

2.3 Etiologi

2.3.1 Host, Agent, Environment


Segitiga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan
konsep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit
terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ketiganya.

11

Segitiga epidemiologi yang saling terkait satu sama lain:

1. Host (penjamu)
Keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko untuk terjadinya
suatu penyakit. Faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit
sebagai berikut:

Umur

Jenis kelamin

Ras, suku (etnik) ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang berbeda
kerentanan terhadap suatu penyakit.

Genetik

Status kesehatan umum termasuk status gizi.

Bentuk anatomis tubuh.

Fungsi fisiologis

Keadaan imunitas dan respon imun

Kemampuan interaksi antara host dan agent

Penyakit yang diderita sebelumnya.

Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri.

Karakteristik host

12

Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit yang


bisa berupa:

Resistensi: kemampuan dari host untuk bertahan terhadap suatu infeksi.


Terhadap suatu infeksi kuman terentu maka manusia mungkin mempunyai
mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.

Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis


dapat secara alamiah maupun diperoleh sehingga tubuh kebal terhadap suatu
penyakit tertentu.

Infektioness: potensi host yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada


orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh
seseorang berpindah pada orang lain disekitarnya.

2. Agent
Disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang oleh mikroorganisme (virus,
bakteri, jamur, parasit, protozoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karna bahan makanan yang tidak
memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karna bahan dari
luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri(karbon monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida)
unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dll.
Karakteristik agent

Infektivitas: kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap


lingkungan dari host untuk mampu tinggal dan berkembang biak dalam jaringan
host.

Patogenesis: kesanggupan untuk organisme untuk menimbulkan suatu reaksi


klinis khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada host yang diserang.

Virulensi: kesanggupan untuk organisme tertentu menghasilkan reaksi patologis


berat yang mungkin hingga menyebabkan kematian. Virulensi kuman
menunjukkan beratnya penyakit.

Tosisitas: kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksin


oleh substansi kimia yang dibuatnya.

Invasitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologi dalam


host.

13

Antigensitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologi


dalam host. Beberapa organisme mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding
yang lain. Jika menyerang pada aliran darah akan lebih merangsang
imunorespone dari pada yang menyerang permukaan membran.

.
3. Environment( lingkungan)
Faktor lingkungan adalah faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit, faktor
datangnya dari luar.
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi:

Lingkungan biologis

Lingkungan fisik

Lingkungan sosial ekonomi.

Interaksi multifaktor
Segitiga epidemiologi disebut juga dengan ecological atau epidemiologi triads.
Menurut John Gordon, model ini menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab
penyakit yaitu:
1. Manusia (host)
2. Penyebab (agent)
3. Lingkungan (environment)
Penyakit dapat terjadi karna adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen
tersebut. Model ini dikenal dengan model triangel epidemiologi atau trial epidemiologi dan
cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi. Sebab peran agent (yaitu mikroba)
mudah diisolasikan dengan jelas dari lingkungannya.2
Jika E netral kemudian virulen dari EA
sebagian dinetralkan oleh ketahan tubuh H
simbiosis (subclinical disease).

14

Jika resistensi H>E selalu menguntungkan H dan


kemudian H mengalahkan EA (etiological agent) dan
menang

good health.

Jika virulensia EA sangat tinggi, ketahanan H sangat


rendah dan E sangat menguntungkan EA
death of host.

Jika E hanya sedikit menguntungkan H dan EA kurang


virulen serta ketahanan H sedang

chronic disease.

Jika EA lebih virulen dan host lemah E menguntungkan


EA maka EA mengatakan H

15

acute disease.

2.4 Jenis-Jenis Indeks Kesehatan Gigi Dan Mulut

A. Indeks OHI-S
Kebersihan gigi dan mulut diperiksa dengan menggunakan OHI-S (Oral Hygiene
Index Simplified). OHI-S adalah skor atau nilai pemeriksaan gigi dan mulut (Green and
Vermillion) dengan menjumlahkan Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI).
Debris Index (DI) adalah skor dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa
makanan yang melekat pada gigi penentu. Calculus Index (CI) adalah skor dari endapan keras
(karang gigi) terjadi karena debris mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu.
Status kebersihan gigi dan mulut diperoleh dari pemeriksaan OHI-S yaitu dengan
menjumlahkan Debris Index (DI) dengan Calculus Index (CI) (Depkes, 1995). Menurut
Koyama dan Yasui (1990) OHI-S merupakan cara untuk mengevaluasi keadaan kebersihan
gigi dan mulut.
Langkah-langkah pelaksanaan pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut / OHI-S adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan Debris Index (DI)
Skor
0

Kriteria
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak dan tidak ada
perwarnaan ekstrinsik

a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas sepertiga permukaan atau kurang dari sepertiga
permukaan.
b. b. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, akan tetapi
ada perwarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau
seluruhnya.

Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan
tersebut, seluas lebih dari sepertiga permukaan gigi tetapi kurang dari dua
pertiga permukaan gigi.

Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan

16

tersebut seluas lebih dari dua pertiga permukaan atau seluruh permukaan gigi.

Jumlah nilai
Jumlah gigi yang diperiksa
2. Menentukan Calculus Index (CI)
Skor

Kriteria

Tidak ada karang gigi.

Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supragingival yang
menutupi permukaan gigi kurang dari sepertiga permukaan gigi.

a. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang supragingival menutupi


permukaan gigi lebih dari dua sepertiga permukaan gigi.
b. Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi subgingival.

a. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang supragingival menutupi


permukaan gigi lebih dari dua sepertiga atau seluruh permukaan gigi.
b. Sekitar bagian servikal gigi ada karang gigi sub gingival yang menutupi dan
melingkari seluruh bagian servikal.
Jumlah nilai
Jumlah gigi yang diperiksa

3. Menghitung OHI-S dengan menjumlahkan DI dan CI

4. Menentukan tingkat kebersihan gigi mulut


Kriteria OHI-S menurut standar WHO adalah sebagai berikut:
0,0 - 1,2 = kriteria baik
1,2 - 3,0 = kriteria sedang
3,1 - 6,0 = kriteria buruk
B. Indeks Periodontal
17

Indeks yang dikembangkan oleh Russel ini berguna untuk mengukur keparahan inflamasi
gingiva maupun destruksi periodontal dengan kriteria skor:6

Kriteria dan skor untuk penelitian

Kriteria radiografis sebagai

lapangan

tambahan yang dilakukan

kemudian di klinik

r
0

Negatif. Tidak terlihat inflamasi pada

Gambaran radiografis

gingiva maupun kehilangan fungsi

biasanya normal

akibat destruksi struktur periodontal


pendukung
1

Gingivitis ringan. Terlihat daerah


inflamasi ringan pada daerah gingiva
bebas, tapi perluasannya tidak sampai
mengelilingi gigi

Gingivitis. Inflamasi telah meluas


mengelilingi gigi, tapi perlekatan epitel
belum mengalami kerusakan

Digunakan apabila ada fasilitas

Adanya resorpsi awal pada

radiograf

krista tulang alveolar

Gingivitis dengan pembentukan pocket.

Kehilangan tulang horizontal

Perlekatan epitel telah mengalami

pada krista tulang alveolar

destruksi dan terjadi pembentukan

sampai setengah panjang

pocket absolut/periodontal. Tidak ada

akar gigi

hambatan pada fungsi pengunyahan;


gigi masih ketat dan tidak bergeser dari
posisinya
8

Destruksi lanjut disertai kehilangan

Kehilangan tulang lanjut

fungsi pengunyahan. Gigi bisa goyah,

melibatkan lebih dari

drifting, pada perkusi tidak berbunyi

setengah panjang akar gigi

nyaring, atau dapat didepresikan ke

atau adanyanya saku

18

dalam soket

infraboni dengan pelebaran


ligamen periodontal. Dapat
juga dijumpai resorpsi akar
gigi

Skor Indeks Periodontal pada individu dihitung dengan:

Berdasarkan skor Indeks Periodontal dapat ditetapkan kondisi klinis dan stadium
penyakit dan individu sebagai berikut:

Kondisi klinis

Periodonsium secara klinis

Rentangan skor

Tahapan

IP

penyakit

0,0-0,2

normal
Gingivitis sederhana

0,3-0,9

Penyakit periodontal destruktif

0,7-1,9

Reversibel

awal
Penyakit periodonta destruktif

1,6-5,0

lanjut
Penyakit pada tahap akhir

3,8-8,0

Irreversibel

1. Indeks Gingiva
Indeks yang dikenalkan oleh Loe and Silness digunaka untuk menilai derajat keparahan
inflamasi. Pengukuran dilakukan pada gingiva di empat sisi gigi-geligi yang diperiksa; papila
vestibular, tepi gingiva vestibular, papila mesiovestibular dan tepi gingiva oral. 6
Kriteria untuk penentuan skornya adalah sebagai berikut:
19

0
1

: Gingiva normal.
: Inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan perubahan warna, sedikit
oedema, pada palpasi tidak terjadi perdarahan.

: Inflamasi gingiva sedang. Gingiva berwarna merah, oedema, dan berkilat, pada
palpasi terjadi perdarahan.

: Inflamasi gingiva parah. Gingiva berwarna merah menyolok, oedematus, terjadi


ulserasi. Gingiva cenderung berdarah spontan.

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor indeks gingiva
dengan kriteria sebagai berikut:

Skor Indeks Gingiva

Kondisi Gingiva

0,1-1,0

Gingivitis ringan

1,1-2,0

Gingivitis sedang

2,1-3,0

Gingivitis parah

2. Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)


IPPD yang dikemukakan oleh Saxer dan Muhlemann didasarkan pada pengamatan
perdarahan gingiva yang timbul setelah probe periodontal diselipkan dari arah vestibular ke
sebelah mesial dari gigi yang diperiksa.6
Kriteria pemberian skor adalah:
0

: Tidak terjadi perdarahan

: Perdarahan berupa titik kecil

: Perdarahan berupa titik yang besar atau berupa garis

:Perdarahan menggenang di interdental


20

Skor IPPD individu dihitung dengan rumus:

3. Indeks Titik-Titik Perdarahan (Bleeding Points Index)


Kopezyx merancang Indeks Titik-titik Perdarahan untuk menilai hasil pemeliharaan
OH oleh pasien. Untuk pengukurannya, probe diselipkan sedalam 1 mm kedalam sulkus pada
permukaan distovestibular gigi. Probe kemudian dijalankan perlahan-lahan epanjang sulkus
ke arah mesial sampai ke permukaan mesiovestibular.Pencatatan dilakukan 30 detik setelah
probing dengan pemberian skor 0 bila tidak ada perdarahan dan skor 1 bila terjadi
perdarahan. Persentase jumlah permukaan dengan perdarahan dihitung dengan rumus:6

C. Indeks DMF
Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk
mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan
pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga
karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini
tidak menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies),
M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode.
Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan pemberian kode DMFT
(decayed missing filled tooth) atau DMFS (decayed missing filled surface) sedangkan deft
(decayed extracted filled tooth) dan defs (decayed extracted filled surface) digunakan untuk
gigi susu. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang
diperiksa.1,5
21

a. DMFT
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D
2. Karies

sekunder

yang

terjadi

pada

gigi

dengan

tumpatan

permanen

dimasukkan dalam kategori D.


3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D
4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam

kategori

M.
5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan
ortodonti TIDAK dimasukkan dalam kategori M.
6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.
7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam

kategori F.

8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi TIDAK dimasukkan dalam
kategori M.1,5

b. DMFS
1.

Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat , fasial, lingual,
distal dan mesial sedangkan gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial,
lingual, distal, mesial dan oklusal.

2.

Kriteria untuk D sama dengan DMFT 3. Bila gigi sudah dicabut karena karies,
maka pada waktu menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan
sehingga untuk gigi posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi
anterior. 4. Kriteria untuk F sama dengan DMFT

c.

deft, defs
Pengukuran ini digunakan untuk gigi susu. E dihitung bila gigi susu dicabut
karena karies.

2.5 Perencanaan Program Penanggulangan Dan Pencegahan Penyakit Di Masyarakat

2.5.1 Macam-Macam Metode


1. Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut (Promotif)
22

a. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut


Tentang : Gigi berlubang, cara menggosok gigi, pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut
b. Pelatihan Kader Terpadu
Melatih kader kesehatan setempat (guru, dokter cilik, dll) untuk mampu
memberikan penyuluhan, deteksi dini terhadap kelainan gigi dan mulut,
pengobatan darurat sederhana, melakukan kegiatan rujukan.
2. Upaya Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut (Preventif)
Tindakan mengontrol agar penyakit tidak terjadi
a. Kontrol diet : Banyak makan buah
b. Kontrol plak : Menggosok gigi
c. Memperkuat lapisan email dengan pemberian larutan fluor topical
d. Lakukan perawatan fissure sealant
3. Kuratif
Tindakan penyembuhan penyakit (kuratif) sesuai dengan kompetensi:
a. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit
b. Penumpatan dengan ART (Atraumatic Restorative Treatment)
c. Penumpatan dengan Glass Ionomer sehingga membentuk anatomi gigi
asli
d. Penumpatan dengan amalgam
e. Pencabutan gigi susu yang retentive agar tidak menyebabkan rasa sakit1

23

BAB III
KESIMPULAN

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Pengetahuan Ilmu Kesehatan


Masyarakat. epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai metode pendekatan yang
banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan.

Epidemiologi tidak terlepas dari faktor-faktor Host-Agent-Environment yang saling


mempengaruhi satu sama lainnya dan bila salah satu dari ketiganya ada yang tidak
seimbang, maka akan menyebabkan suatu gangguan kesehatan atau penyakit.

Epidemiologi juga berperan sebagai suatu pendekatan untuk pemecahan suatu


permasalahan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat.

Terdapat

dua

pendekatan

epidemiologi

yaitu

epidemiologi

deskriptif

dan

epidemiologi analitik.

Epidemiologi deskriptif mempelajari frekuensi suatu penyakit yang berubah sesuai


dengan perubah variabel-variabel epidemiologi yaitu orang, tempat, dan waktu.

Epidemiologi analitik digunakan untuk menguji data-data yang telah diperoleh


epidemiologi deskriptif.

Untuk melihat distribusi penyakit dan kematian di suatu populasi diperlukan


pengukuran indeks, dengan adanya indeks maka akan memudahkan merencakan
program yang dapat mengurangi angka penyakit dan kematian.

Data yang diperoleh dari penelitian epidemiologi akan berguna untuk menyusun
program penanggulangan, pencegahan, dan kontrol penyakit gigi dan mulut yang
banyak diderita masyarakat.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
2. Noor, Nasri Noor. 1997. Dasar Epidemiologi. Ujung Pandang: PT. Rineka Cipta
3. Beaglehole, R., dkk. 1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
4. Bustan.2006. Pengantar epidemiologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
5. Green JC,Vermilion JR.The Oral Hygiene Indeks,a method for classifying oral hygiene
indeks
6. Saidina Hamzah Daliemunthe Periodonsia. FKG USU, edisi revisi 2008
7. Budiharto, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC. 2008

25

Anda mungkin juga menyukai