Tentang
PEDOMAN PERENCANAAN
DAFTAR ISI
halaman
Prakata........................................................................................................................ i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
Daftar Tabel ................................................................................................. .............. iv
Daftar Gambar ................................................................................................. .......... v
1
Deskripsi ...........................................................................................................
1.1 Ruang Lingkup .........................................................................................
1.2 Acuan Normatif ........................................................................................
1.3 Istilah dan Definisi ....... ............................................................................
1.3.1. Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat..........................
1.3.2. Sistem Terpisah........................... .................................................
1.3.3. Zona Off - Site.......................... .....................................................
1.3.4. Pipa Persil.......................... ...........................................................
1.3.5. Private Box.......................... ..........................................................
1.3.6. House Inlet.......................... ..........................................................
1.3.6. Lubang Inspeksi......................... ...................................................
1.3.7. Pipa Service.......................... ........................................................
1.3.8. Pipa Lateral.......................... .........................................................
1.3.9. Pipa Cabang.......................... ........................................................
1.3.10. Pipa Induk......................... ............................................................
1.3.11. Seksi Pipa......................... ............................................................
1.3.12. Bangunan Pelengkap/Penunjang......................... .........................
1.3.13. Manhole......................... ................................................................
1.3.14. Ventilasi Udara......................... .....................................................
1.3.15. Terminal Clean Out......................... ..............................................
1.3.16. Siphon (Inverted)......................... ..................................................
1.3.17. Stasiun Pompa......................... .....................................................
1.3.18. Populasi Ekivalen......................... .................................................
1.3.19. Invert Pipa......................... ............................................................
1.3.20. Black Water......................... ..........................................................
1.3.21. Grey Water......................... ...........................................................
1.3.22. Shop Drawing......................... .......................................................
1.3.23. As Built Drawing......................... ...................................................
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
Ketentuan-Ketentuan ........................................................................................
2.1 Umum .......................................................................................................
2.1.1. Perencanaan Sistem Jaringan Air Limbah.......................... ..........
2.1.2. Pelaksanan Perencanaan......................... ....................................
2.1.3. Pembahasan Isi Laporan.......................... ....................................
2.1.4. Pelaporan.......................... ............................................................
2.2 Teknis .......................................................................................................
2.2.1. Data Yang Digunakan.......................... .........................................
2.2.2. Standar Kriteria......................... ....................................................
2.2.3. Cakupan Pelayanan.......................... ............................................
2.2.4. Pelaporan.......................... ............................................................
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
15
15
15
15
17
17
17
18
20
21
22
22
24
25
26
26
26
29
30
30
30
36
39
40
40
40
41
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
13
21
25
25
27
29
37
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Alur Perencaan..................................................
Metoda Analisa .................................................
Batas Sambungan Rumah...................................................
18
19
37
PRAKATA
Tatacara Perencanaan Jaringan Perpipaan air Limbah Terpusat ini dimaksudkan
sebagai petunjuk bagi pelaksana yang terlibat dalam perencanaan Jaringan perpipaan
Air Limbah Sistem Terpusat.
Dengan menggunakan acuan ini diharapkan dapat mengujudkan suatu pekerjaan
perencanaan Jaringan Perpipaan air Limbah Terpusat yang memenuhi ketentuan
minimum serta mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
BAB I
DESKRIPSI
1.1.
Ruang lingkup
Tata cara ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai prosedur perencanaan jaringan
perpipaan air limbah system perpipaan mulai sambungan rumah sampai saluran
pembawa air limbah menuju Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL)
1.2.
Acuan normatif
PP RI No. 82 Tahun 2001, Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
PP RI No. 16 Tahun 2005, Sistem Penyediaan Air Minum
SNI 03-2847-1992, Tatacara perhitungan beton untuk bangunan gedung
1.3.
Istilah dan definsi
1.3.1. Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat
Adalah seluruh fasilitas pengelolaan air limbah mulai dari sistem jaringan pipa (public
sewer) hingga instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
1.3.2. Sistem Terpisah
Adalah sistem jaringan pipa air limbah yang hanya menyalurkan black water dan grey
water dalam satu pipa air limbah, mulai dari pipa service hingga IPAL.
1.3.3. Zona Off-Site
Adalah suatu daerah pelayanan yang cocok diterapkan dengan sistem terpusat atas
kajian topografi, kepadatan penduduk, elevasi muka air tanah dan sosial ekonomi.
1.3.4. Pipa Persil
Adalah pipa di dalam pekarangan rumah yang langsung menerima air limbah dari
bangunan (sitem plambing) hingga ke house inlet (HI). Pipa persil disebut juga
Sambungan Rumah (SR) atau House Connection (HC).
1.3.5. Private box
Adalah bak kontrol yang dipasang setelah sistem plambing hingga HI.
1.3.6. House inlet (HI)
Bak kontrol akhir di dalam Sambungan Rumah (SR) yang ditempatkan di dalam pagar
atau di luar pagar masih di dalam lahan kepemilikan sumber Air Limbah.
1.3.7. Lubang Inspeksi
Adalah Lubang kontrol yang menerima satu atau beberapa sambungan rumah dan
menyalurkannya ke pipa service. Bak Inspeksi merupakan boks awal sewerage sistem.
1.3.7. Pipa Service
Adalah jaringan pipa yang merupakan pipa awal dari sistem perpipaan air limbah
terpusat yang mengalirkan air limbah dari bak inspeksi ke pipa lateral.
1.3.8
Pipa Lateral
Adalah bagian dari jaringan perpipaan pipa air limbah sistem terpusat yang menerima
air limbah dari pipa-pipa service di sepanjang daerah perumahan/sumber air limbah.
Pipa Lateral merupakan pipa awal public sewer. Pipa ini sering disebut juga pipa tersier.
1.3.9 Pipa cabang
Adalah bagian dari jaringan perpipaan pipa air limbah sistem terpusat yang menerima
air limbah dari pipa-pipa lateral. Pipa ini sering disebut juga pipa sekunder.
1.3.10 Pipa Induk
Adalah bagian dari jaringan perpipaan pipa air limbah sistem terpusat yang menerima
air limbah dari pipa-pipa cabang dan mengalirkannya ke lokasi Instalasi Pengolahan Air
Limbah.
1.3.11 Seksi Pipa
Adalah bagian dari jaringan perpipaan pipa air limbah sistem terpusat yang terletak
diantara dua Manhole terdekat.
1.3.12 Bangunan Pelengkap/Penunjang
Adalah semua bangunan/peralatan yang diperlukan untuk menunjang kelancaran
penyaluran dan kemudahan pemeliharaan sistem jaringan air limbah seperti Manhole
(MH), ventilasi udara, terminal clean out, bangunan penggelontor, syphon dan stasiun
pompa.
1.3.13 Manhole
Adalah bak kontrol berupa sumuran yang berfungsi sebagai tempat memelihara dan
memperbaiki pipa AL secara periodik, terutama bila ada penyumbatan. Manhole
dipasang dengan jarak tertentu mulai dari pipa lateral hingga pipa induk.
1.3.14 Ventilasi Udara
Adalah Manhole khusus yang dilengkapi pipa ventilasi untuk melepas H2S.
1.3.15 Terminal Clean Out
Adalah Manhole yang berlokasi pada awal pipa lateral.
1.3.16 Siphon (Inverted)
Adalah bangunan perlintasan pipa di bawah sungai.
1.3.17 Stasiun Pompa
Adalah rumah pompa, pompa, sumur pompa dan motor penggeraknya.
1.3.18 Populasi Ekivalen (PE)
Adalah suatu jumlah penduduk ekivalen (dengan debit spesifik 80-150 L/Org/hr) yang
seluruhnya setara dengan debit rata-rata dari suatu sumber air limbah, yang dilayani
oleh suatu seksi pipa atau IPAL.
1.3.19 Invert Pipa
Adalah dasar pipa sebelah dalam.
1.3.20 Black Water
Adalah Air Limbah yang mengandung fekal (feses) manusia umumnya berasal dari
Closet.
BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN
2.1
Umum
2.2
Teknis
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS
3.1
Pipa beton
1. Aplikasi
1) Pada pengaliran gravitasi (lebih umum) dan bertekanan
2) Untuk pembuatan sifon
3) Untuk saluran drainase dengan diameter (300-3600) mm akan lebih
ekonomis mengingat durabilitasnya jauh lebih baik diban-dingkan dengan
bahan saluran lainnya
4) Hindari aplikasi sebagai sanitary sewer dengan dimensi kecil terutama
bila ada air limbah industri atau generasi H2S berlebih. Untuk dimensi
kecil hingga diameter 45 mm biasanya dipakai pipa bahan PVC atau
lempung.
5) Juga dipakai pada sanitary trunk sewer (beton bertulang) dengan
diameter lebih besar daripada diameter VCP maksimal, dengan lining
plastik atau epoksi (diproses monolit di pabrik); atau pengecatan
bitumas-tik atau coal tar epoxy (dilakukan setelah instalasi di lapangan).
2. Ukuran dan Panjang Pipa
1) Pipa pracetak dengan diameter di atas 600 mm harus dipasang dengan
tulangan, meskipun pada diameter yang lebih kecil juga dibuat beton
bertulang
2) Untuk konstruksi beton bertulang (pracetak), diameter dan panjang yang
tersedia di lapangan
(a). Diameter
: [(300)-600-2700] mm
(b). Panjang
:
- 1,8 m untuk diameter < 375 mm
- 3 m untuk diameter > 375 mm
(c). Tersedia 5 klas didasarkan pada strength beban eksternal
3) Untuk konstruksi beton tidak bertulang (pracetak)
(a) Diameter
: (100-600) mm
(b) Panjang
: (1,2-7,3 m)
3. Sambungan
a. Tongue dan groove (khusus beton bertulang)
(a). Untuk diameter > 760 mm
(b). Dengan menggunakan sambungan senyawa mastic atau gasket
karet yang membentuk seal kedap air dengan plastik atau tar
panas mastik, clay tile, atau senyawa asphatik
b. Spigot dan soket dengan semen
(a). Untuk diameter (305-760) mm
(b). Ekonomis
(c). Mudah pemasangannya
(d). Aman dan memuaskan
c. Cincin karet fleksibel
4.
Lining
Penerapan lining dilakukan bila pipa yang bersangkutan menyalurkan air
3.2
5.
Komponen bahan
Komponen bahan pipa beton menggunakan agregat limestone atau
dolomite dengan semen tipe 5.
6.
7.
8.
Spesifikasi
Untuk pelaksanaan konstruksi dilapangan yang perlu diminta atau diketahui
adalah spesifikasinya, minimal mencakup :
a. Diameter
b. Klas dan/atau kekuatan
c. Metode manufaktur
d. Metode sambungan
e. Lining
f. Komposisi bahan (macam agregat bila limestone)
9.
Aplikasi
a. Bangunan layang di atas tanah (perlintasan sungai, jembatan dan
sebagainya)
b. Di stasiun pompa
c. Transport lumpur
d. Pipa bertekanan
e. Situasi yang sulit (misal pondasi jelek)
f. Ada masalah akar
g. Bukan pada :
- daerah payau yang selalu ada aksi elektrolit.
- sambungan rumah karena mahal
3.3
3.
4.
Sambungan
a. Flanged dan spigot
b. Flanged dan soket
c. Tarred gasket dengan cauled lead
5.
Sistem Pelapisan
Pelapisan semen dengan mantel aspal pada interior pipa.
6.
Spesifikasi
a. Diameter
b. Tebal
c. Klas atau strength
d. Tipe sambungan
e. Tipe lining
f. Tipe coating eksterior
4.
5.
6.
7.
3.4
f. Durabel
Kerugian
Tidak tahan terhadap korosi asam dan H2S
(100-1050)
mm
(100-375)
mm
b. Panjang : (0,6-1,5) m
c. Tersedia dalam bentuk standar dan ekstra strength
4.
5.
Keuntungan
a. Tahan korosi asam dan basa
b. Tahan erosi dan gerusan
Kerugian
a. Kekuatan terbatas (perlu kehati-hatian pada saat transport dan
laying)
b. Dapat pecah
c. Pendek
d. Sambungan banyak, karena pendek
e. Potensi infiltrasi tinggi
f. Waktu pemasangan lebih lama daripada pipa PVC, karena pendek
6.
Sambungan
a. Sambungan karet fleksibel
b. Sambungan senyawa poured bituminous
c. Sambungan slip seal
7.
Lining
Tidak perlu
3.5
Pipa Plastik
1.
Bahan
a.
PVC (polyvinyl chloride)
b.
PE (polyethylene)
2.
Aplikasi
a.
PVC : untuk sambungan rumah dan pipa cabang
b.
PE : untuk daerah rawa atau persilangan di bawah air
3.
Klasifikasi
a. Standar JIS K 6741-1984
(a). Klas D/VU dengan tekanan 5 kg/cm2
(b). Klas AW/VP dengan tekanan 10 kg/cm2
b. Standar SNI 0084-89-A/SII-0344-82
(a). Seri S-8 dengan tekanan 12,5 kg/cm2
(b). Seri S-10 dengan tekanan 10 kg/cm2
(c). Seri S-12,5 dengan tekanan 8 kg/cm2
(d). Seri S-16 dengan tekanan 6,25 kg/cm2
Pemilihan klas di atas tergantung pada beban pipa dan tipe beddingnya
dan dalam kondisi pengaliran secara grafitasi atau dengan adanya pompa
(tekanan).
4.
5.
Sambungan
a. Solvent (lem) : untuk diameter kecil
b. Cincin karet : untuk diameter lebih besar
6.
Keuntungan
a. Ringan
b. Sambungan kedap
c. Laying panjang
d. Beberapa hal tahan korosi
7.
3.6
Kerugian
a. Kekuatannya mudah terpengaruh sinar matahari dan temperatur
rendah
b. Ukuran tersedia terbatas
c. Pengalaman terbatas
d. Perlu lateral support
Manhole
1.
Persyaratan sumuran pemeriksa
a.
Dinding dan pondasi harus kedap air
b.
Cukup kuat dari gaya-gaya dari luar
c.
Cukup luas agar petugas dapat masuk kedalam manhole
d.
Terbuat dari beton atau pasangan batu bata dan batu kali. E
e.
Jika pipa cukup besar dengan kedalaman 2,50 meter maka
digunakan beton bertulang.
f.
2.
Bagian atas manhole ditutup dengan rangka penutup (frame & cover)
yang kuat menahan beban.
Rangka dan Penutup Manhole
a.
Bahan rangka dan tutup manhole harus terbuat dari bahan cast iron
(a).
Kekuatan yang memadai untuk menopang beban yang tidak
terduga.
(b).
Pemasangan yang baik untuk mengantisipasi adanya aliran
permukaan atau air hujan.
(c).
Pemasangan engsel pintu dan atau kunci dari penutup untuk
mencegah kerusakan atau hal-hal yang tidak diinginkan
masuk ke dalam manhole.
b.
Berat dan dimensi dari rangka dan penutup manhole.
No.
1.
Kelas Ringan
460 mm x 620 mm
54 lbs
2.
Kelas Menengah
250 lbs
Kelas Berat
530 lbs
3.
Penggunaan
Dipakai untuk pelayanan
domestik yang majemuk
Melayani
daerah
domestik dan daerah
dengan beban roda tidak
lebih dari 1 ton
Dipakai untuk pelayanan
pada jalan kereta
3.
Tangga MH
Ada 2 (dua) macam bahan manhole step yaitu cast iron step atau wrough
iron step
4.
Dinding manhole
a.
Bentuk bundar atau persegi
b.
Bahan dari pasangan batu bata, batu kali atau beton dengan adukan
kedap air (untuk mengurangi infiltrasi).
c.
Bila diameter saluran cukup besar dengan kedalaman > 2,5 m, bahan
dinding manhole memakai konstruksi beton (buis beton).
d.
Sebelah dalam manhole dapat dilining dengan epoxy bila ada resiko
korosi sulfida
e.
Ketebalan :
(a).
20 cm untuk kedalaman sampai dengan 1,5 m
(b).
30 cm untuk kedalaman > 1,5 m
atau dengan formula :
t = 6h
di mana :
t = tebal dinding manhole, cm
h = kedalaman manhole, m
BAB IV
PERSIAPAN PERENCANAAN
Sosialisasi
1. Sosialisasi harus terus dilakukan pada calon konsumen (masyarakat) di
sepanjang rencana jalur pipa. Sosialisasi sudah bisa dilakukan sejak proses
penyusunan studi lingkungan, desain hingga menjelang pelaksanaan fisik.
2. Materi sosialisasi
a. Menginformasikan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah
b. Memberikan pengertian tentang maksud/tujuan/manfaat proyek
perpipaan air limbah.
c. Kemungkinan adanya kerusakan dan gangguan selama pelaksanaan fisik
3. Sosialisasi pada saat menjelang pelaksanaan fisik harus sudah dapat
disurvey calon konsumen definitif yang berminat untuk memasang
sambungan rumah.
Koordinasi
1. Koordinasi antar-instansi terkait harus dilakukan untuk penetapan jalur pipa
definitif dalam jaringan pipa (lay-out) sebelum pelaksanaan Desain.
2. Ijin tertulis diperlukan bila rencana lay-out pipa melewati (memanfaatkan)
utilitas yang berada di bawah pengelolaan Dinas terkait seperti Dinas
Pengairan, Dinas Perhubungan dan PLN. Sebelumnya pemrakarsa harus
menyanggupi untuk mengembalikan/mengganti setiap kerusakan akibat
pelaksanaan proyek.
3. Koordinasi juga dilakukan dalam rangka sosialisasi.
Survey Rinci
1. Pada peta digital (kalau perlu dengan foto udara) perlu ditampilkan rencana
jalur pipa, nama jalan utama dan persimpangannya serta kondisi tata guna
tanahnya. Tandai nama bangunan atau perkantoran, jembatan dan sungai
yang dikenal masyarakat. Data ini biasa digunakan untuk menentukan jalur
pipa, tipe dan jumlah aksesoris, lokasi pengolahan definitif, metode kerja dan
desain rinci tiap seksi saluran.
2. Pendataan seluruh utilitas bawah tanah seperti kabel PLN, Telkom dan
PDAM atau fasilitas lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi proyek pipa air limbah. Data ini diperoleh dari instansi terkait.
3. Survey topografi dan pembuatan profil memanjang dan melintang pada
rencana jalur pipa. Elevasi muka tanah, panjang pipa, posisi pondasi dan
utilitas lain.
4. Survey dan analisa mekanika tanah seperti sondir dan boring dilakukan pada
kedalaman tanah hingga sesuai dengan kedalaman rencana pipa. Pekerjaan
sondir hanya dilakukan pada titik rencana konstruksi berat seperti rumah
pompa atau manhole besar dengan kedalaman di atas 4 m. Jumlah titik
disesuaikan dengan kebutuhan, namun minimal satu titik per 2 km. Data ini
dapat digunakan untuk menentukan tipe bedding, turap, metode kerja dan
tipe tanah urug atau penutup pipa. Data tanah yang dibutuhkan, minimal :
tipe tanah, kadar air, berat jenis, sudut geser dalam, elevasi muka air tanah,
dan data sondir tiap titik uji.
5. Survey klasifikasi sumber air limbah dan pemakaian air spesifik tiap sumber
air limbah. Kegiatan ini bisa dilakukan melalui data pemakaian air PDAM,
atau dari daerah yang telah dilayani dengan sistem perpipaan air limbah.
Data yang diamati sudah termasuk variasi atau fluktuasi debitnya. Lamanya
pengamatan minimal 1 bulan kontinue.
6. Pendataan konsumen (terutama pada saat menjelang pelaksanaan fisik)
a). Kemauan (setuju) memasang sambungan rumah
b). Jumlah penghuni dan tipe sumber air limbah
c). Penggambaran tata-letak rencana sambungan rumah sampai ke titik-titik
sumber air limbah di dalam rumah (pipa persil dan service).
Dari data ini diharapkan dapat diketahui tipe dan jumlah SR serta jumlah
penduduk ekivalen yang dilayani sebagai bahan pemasangan fisik dan data
base pengelola (operator).
7. Survey bahan-bahan yang akan digunakan dan harga-harga pasar (basic
price dan unit price)
BAB V
PERENCANAAN TEKNIS
5.1.
5.2.
KOORDINASI
Lay-out definitiv (review ? )
Perijinan
Persiapan sosialisasi
SURVEY RINCI
Landuse
Utilitas kota
IPAL definitiv
Topografi di jalur pipa
Mektan
Klasifikasi sumber AL
Konsumen (kemauan,
kemampuan, tipe, layout SR)
Bahan dan harga
SOSIALISASI
Perda
Manfaat proyek
Dampak negatif dan
penggantian kerugian
DAERAH/TKT PELAYANAN
Skala kelurahan
Blok pelayanan per seksi
(Klasifikasi AL, luas, PE)
Arah aliran
Jumlah, tipe SR
qr
Loss
(praktis)
(pertemuan)
Elevasi sal
(invert hilir)
Elevasi MH
(invert hilir)
Elevasi MH
(tutup atas)
& tipe MH
Loss
(Manning)
- Elevasi sal
(invert hulu)
- Panjang sal
qi
VF
D
- teoritis
QF
QP
qr
qp
- praktis
S
- muka tanah
- minimal
5.3.
Allowance
fp
Desain Aktual
1. Desain kapasitas pada setiap seksi pipa dengan awal manhole yang
mendapat tambahan debit, di buat khusus dalam lembar perhitungan, seperti
debit rata-rata, debit minimal dan debit puncak dari domestik, industri dan
infilltrasi. Data debit ini digunakan lebih lanjut dalam lembar perhitungan
desain hidrolika.
2. Desain hidrolika dibuat dalam lembar perhitungan tersendiri, dengan
berbagai keluaran seperti diameter, kemiringan, kecepatan, elevasi invert
saluran dan manhole.
3. Desain struktur perlu memperhatikan kualitas media kontak (cairan yang
akan dialirkan, kualitas tanah dan tinggi muka air tanah), beban, keamanan
pekerja dan umur ekonomis struktur. Beberapa konstruksi yang perlu
diperhatikan adalah:
[ m3/hari ]
Debit AL Rata-rata
Rumah sakit
[ m3/(unit.hari ]
[ m3/(bed.hari ]
[ unit/ha ]
[ bed/kmr ]
[ kmr/lt ]
[ lt/unit ]
diklasifikasikan
(tinggi, sedang, rendah)
[ m3/(ha. hari) ]
Debit AL Spesifik
Pengamatan tiap
sumber AL
Komersil, perkantoran
dan highrise building
[ m3/(unit.hari ]
[ L/(org.hari ]
[ unit/ha ]
[ org/lt ]
[ lt/Unit ]
Permukiman
[ L/(org.hari ]
[ org/ha ]
1 Org ~ 1 PE
Luas tangkapan
[ ha ]
[ PE ]
POPULASI
EKIVALEN
5.4.
Debit
Desain
1. Debit rata-rata
a. Debit rata-rata suatu seksi pipa merupakan komulatif debit rata-rata seksi
pipa hulu yang mengkontribusinya
b. Debit rata-rata suatu seksi pipa (qR) bisa terdiri dari debit satu atau
beberapa sumber air limbah dengan debit air limbah spesifik, qr [m3/hr.ha]
dan luas, a [m2] yang berbeda :
qr1 * a1
qr3 * a3
qr2 * a2
qr4 * a4
qr3 * a3
qR-C
qR-B
fp = qp/qR
6
4-6
3
2,5
2
5.5.
qi = 10 % qR
Kecepatan dan kemiringan pipa
1. Kemiringan pipa minimal diperlukan agar di dalam pengoperasiannya
diperoleh kecepatan pengaliran minimal dengan daya pembilasan sendiri
(tractive force) guna mengurangi gangguan endapan di dasar pipa;
2. Koefisien kekasaran Manning untuk berbagai bahan pipa
Tabel 2 Koefisien Kekasaran Pipa
No
1
1.1
1.2
2
3
4
5
6
7
Jenis Saluran
Koefisien Kekasaran
Manning (n )
0.012
0.012
0.011
0.010
0.012
0.012
0.013
0.002
0.011
- 0.015
- 0.013
- 0.017
- 0.015
- 0.017
- 0.016
- 0.017
- 0.012
- 0.015
3. Kecepatan pengaliran pipa minimal saat full flow atas dasar tractive force
_____________________________________________
Kecepatan self cleansing
Diameter, D
[m/dtk]
[mm]
_____________________________
n = 0,013
n = 0,015
_____________________________________________
200
0,47
0,41
250
0,49
0,42
300
0,50
0,44
375
0,52
0,45
450
0,54
0,47
_________________________________________
4. Kemiringan pipa minimal
praktis untuk berbagai diameter atas dasar
Kemiringan minimal
[m/m]
______________________________
n = 0,013
n = 0,015
___________________________________________
200
0,0033
0,0044
250
0,0025
0,0033
300
0,0019
0,0026
375
0,0014
0,0019
450
0,0011
0,0015
Diameter
[mm]
_______________________________________
Smin =
0,01 Q0,667
atau
3D
Kedalaman Pipa
1. Kedalaman perletakan pipa minimal diperlukan untuk perlindungan pipa dari
beban di atasnya dan gangguan lain;
2. Kedalaman galian pipa :
a. Persil > 0.4 m (beban ringan, > 0,8 m (beban berat)
b. Pipa service 0,75 m dan
c. Pipa lateral (1-1.2) m
3. Kedalaman maksimal pipa induk untuk open trench 7 m atau dipilih kedalam
ekonomis atas pertimbangan biaya dan kemudahan/resiko pelaksanaan
galian dan pemasangan pipa;
5.7.
Hidrolika Pipa
1. Metode atau formula desain pipa full flow yang digunakan dalam pedoman ini
adalah Manning;
2. Ada 4 parameter utama dalam mendesain pipa full-flow, dengan kaitan
formula antar-parameter sebagai berikut :
a. Debit, QF (m3/dtk)
3
n VF = 0.785 VF (D/1000)2 =
QF = 12.5505
S1,5
16/3
0.3116 (D/1000)
n
S 0.5
0.397
(D/1000)
2/3
0,5
1.2739 QF
2
(D/1000)
S=
(D/1000)
16/3 =
= (0.5313/n
0.75
5.4454 n2 V
) QF0.25 S3/8
[(D/1000)/4]4/3
8/3
QF 2/3
1.5485 (n Q )3/8
1.1287 Q
0.5
3.9977 n 1.5 V
F
0.75
1.5
S
S3/16
VF0.5
Pemakaian formula-formula diatas dapat juga dengan menggunakan
Nomogram untuk berbagai koefisien Manning.
3. Pengaliran di dalam pipa air limbah adalah pengaliran secara gravitasi (tidak
bertekanan), kecuali pada bangunan perlintasan (sifon) dan bila ada
pemompaan.
4. Pada pengaliran secara gravitasi air limbah hanya mengisi penampang pipa
dengan kedalaman air hingga < (70 80) % terhadap diameter pipa, atau
debit puncak = (70 80) % terhadap debit full atau allowance = (20 30)
%.
5. Dari hasil perhitungan debit puncak (dengan infiltrasi) pada 5.4. no. 6, maka
debit full dapat diperoleh, QF = QP + allowance.
Allowance
Debit puncak
(QP)
Debit Full
(QF)
6. Dari data kemiringan pipa rencana (S) dan debit full (QF), dengan
menggunakan formula [3] dan [1] di atas dapat dihitung diameter (D) dan
kecepatan pipa (VF).
7. v/VF dan d/D dihitung dengan formula
(1/) * [1/ArcCos]0,6667 * [ArcCos-Sin(ArcCos)*Cos(ArcCos)]1,667
di mana = (1-2*d/D) dalam radian
Partially flow
q, v, d
D
Full flow
Q, V, D
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
(0.80-1.50) [ m3/(org/hr) ]
Jumlah PE di sini kemungkinan tidak sama dengan jumlah penduduk yang
dilayani.
4. Jumlah PE untuk masing-masing SR atau pipa
Tabel 4.Konversi Nilai PE Terhadap Diameter Pipa
5.9.
PE
DIAMETER
(mm)
< 150
150 - 300
300 - 500
500 - 1000
1000 - 2000
100
125
150
180
200
MIRING
MINIMAL
(m/m)
0,020
0,017
0,015
0,013
0,012
5.11.
5.12.
Manhole
1.
Lokasi MH
a.
Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung
diameter saluran, seperti pada tabel 4, tapi perlu disesuaikan juga
terhadap panjang peralatan pembersih yang akan dipakai.
b.
Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter, dan
perubahan arah aliran, baik vertikal maupun horizontal.
c.
Diameter
(mm)
(20 - 50)
(50 - 75)
(100 - 150)
(150 - 200)
1000
Jarak antar MH
(m)
50 - 75
75 - 125
125 - 150
150 - 200
100 -150
Referensi
Materi Training + Hammer
Materi Training + Hammer
Materi Training + Hammer
Materi Training + Hammer
Bandung (Jl. Soekarno - Hatta)
2.
Klasifikasi manhole
a.
Manhole dangkal : kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover kedap
b.
Manhole normal : kedalaman 1,5 m, dengan cover berat
c.
Manhole dalam : kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat
Khusus MH dalam dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan kedalaman,
ketebalan dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan lain-lain
sesuai dengan kebutuhan.
3.
Manhole khusus
a. Junction chamber
b. Drop manhole
c. Flushing manhole
d. Pumping manhole
4.
Eksentrisitas
a. Eksentrisitas manhole pada suatu jalur sistem perpipaan tergantung
pada diameter salurannya
b. Untuk pipa dimensi besar (D > 1,20 m), manhole diletakkan secara
eksentrik agar memudahkan operator turun ke dasar saluran.
c. Untuk pipa dimensi kecil [D (0,2-1,2) m], manhole diletakkan secara
sentrik, langsung di atas pipa.
5.
Bentuk MH
Pada umumnya bentuk manhole empat persegi panjang, kubus atau bulat.
6.
Dimensi MH
a.
Dimensi horizontal harus cukup untuk melakukan pemeriksaan dan
pembersihan dengan masuk ke dalam saluran. Dimensi vertikal
tergantung pada kedalamannya.
b.
Lubang masuk (acces shaft), minimal 50 cm x 50 cm atau diameter
60 cm
c.
Dimensi minimal di sebelah bawah lubang masuk
(a). Untuk kedalaman sampai 0,8 m : 75 cm x 75 cm
(b). Untuk kedalaman (0,8-2,1) m : 120 cm x 90 cm atau diameter
1,2 m
(c).
7.
8.
Bottom invert
Dasar manhole pada jalur pipa dilengkapi saluran terbuka dari beton
berbentuk U (cetak di tempat) dengan konstruksi dasar setengah bundar
menghubungkan invert pipa masuk dan ke luar. Ketinggian saluran U dibuat
sama dengan diameter saluran terbesar dan diberi benching ke kanan/kiri
dengan kemiringan 1 : 6 hingga mencapai dinding manhole.
9.
Notasi
a. MH yang ada, dengan no. urut 9, contoh :
MH 9
MHR 9
b.
5.13.
Bangunan Penggelontor
1. Aplikasi
Di setiap garis pipa di mana kecepatan self-cleaning tidak tercapai akibat
landainya kemiringan tanah/pipa atau kurangnya kapasitas aliran. Ini bisa
dilihat pada tabel kalkulasi dimensi pipa.
2. Cara Penggelontoran
1. Dengan periode Waktu Tetap
a.
Dipilih pada waktu keadaan debit aliran minimum tiap harinya, di
mana pada saat itu kedalam renang air limbah tidak cukup untuk
membersihkan tinja/endapan-endapan.
b.
Cara ini dapat memakai air sungai terdekat, dipilih airnya yang
cukup bersih, debit penggelontorannya dimasukkan ke dalam
perhitungan dimensi pipa.
c.
Bila menggunakan tangki gelontor
- Dioperasikan secara otomatis
- Pelaksanaan cara ini pada tengah malam, di mana bangunan
penggelontor dengan peralatan syphon diatur pada kran
pengatur, tepat penuh mengisi bak penggelontor sesuai jadwal
waktu periodik penggelontoran tiap harinya. Kapasitas tangki
minimal 1 m3 dan/atau 10 % dari kapasitas pipa yang disuplai
sesuai dengan kebutuhan, seperti tabel berikut :
20 cm
2240
1540
1260
560
420
25 cm
2520
1820
1540
840
560
30 cm
2800
2240
1960
930
672
5.14.
Syphon
1. Fungsi / Aplikasi
Sebagai bangunan perlintasan, seperti pada sungai/kali, jalan kereta, api,
atau depressed highway.
2.
Komponen Struktur
(a). Inlet dan outlet (boks)
Berfungsi sebagai pengendalian debit dan fasilitas pembersihan pipa.
(b). Depressed sewer (pipa sifon)
- Berfungsi sebagai perangkap, sehingga kecepatan peng-aliran
harus cukup tinggi, di atas 1 m/detik pada saat debit rata-rata
- Terdiri dari minimal 3 unit (ruas) pipa sifon dengan dimensi yang
berbeda, minimal 150 mm. Pipa ke 1 didesain dengan Qmin, pipa
ke 2 didesain dengan (Qr-Qmin) dan pipa ke 3 didesain dengan
(Qp-Qr)
5.15.
5.16.
Stasiun Pompa
1. Aplikasi
a. Sebagai lift station, dipasang pada setiap jarak tertentu pada sistem
perpipaan yang sudah cukup dalam.
b. Sebagai booster station, untuk penyaluran yang tidak memerlukan
pengaliran secara gravitasi. Misal dari zona rendah ke zona yang lebih
tinggi atau pada conveyance sewer ke instalasi. Di sini dapat digunakan
manhole pompa.
2. Kriteria Lokasi
a. Tidak banjir dan mudah menerima air limbah secara gravitasi
b. Dapat memompa air limbah hingga ke elevasi yang direncanakan
c. Dapat memompa seluruh air limbah, meskipun dalam keadaan darurat
d. Fleksibel, dan kompak
e. Biaya investasi dan pemeliharaannya rendah
f. Desain pompa harus dapat mengikuti fluktuasi debit
g. Bahan yang dipilih tidak mudah korosi oleh air limbah
h. Sedikit mungkin adanya pengaruh bising pada masyarakat sekitarnya
i. Kebutuhan space tidak banyak
j. Tidak membutuhkan keahlian tinggi
3. Komponen Station Pompa
a. Rumah pompa (termasuk pondasi)
b. Pompa
c. Mesin penggerak atau motor
d. Ruang pompa atau dry well
e. Sump atau wet well
f. Screen dan grit chamber
g. Perpipaan, valve, fitting, pencatat debit, dan overflow darurat
h. Sumber power, dan pengendali pompa (panel)
4. Rencana Rinci Stasiun Pompa
a. Konstruksi beton bertulang rumah pompa
b. Tipe masing-masing unit pompa dan karakteristiknya
c. Proteksi penyumbatan pompa
d. Lokasi pompa dan jarak antarpompa
e. Wet well dan dry well, dimensi dan konstruksi rinci
f. Valve-valve
g. Level control untuk permukaan air limbah
h. Overflow (by pass)
i. Sistem alarm dan ventilasi
j. Penyaring untuk inflow dan by pass
k. Pipa tekan : diameter, bahan dan pembaca tekanan
l. Pagar dan pengaman lainnya
m. Panel listrik
5. Pumping (wet) well
a. Manfaat
Air limbah yang akan dipompa masuk terlebih dahulu ke stasiom pompa,
ditampung sementara di dalam tangki yang disebut wet well. Unit ini
diperlukan kerena debit pompa sulit disamakan dengan debit inflow.
b. Interior
a).
Terdiri dari kompartemen WET (untuk menampung sementara air
limbah) dengan pompa selam atau terpisah dalam kompartemen
DRY (sebagai tempat pompa)
b). Paling baik memasang pompa di dalam dry pit dengan pipa isap
berada di bawah muka air terendah pada pumping well terdekat
agar dapat meniadakan priming. Pengoperasian pompa secara
otomatis diatur dengan pelampung pada wet well.
c). Semua bagian wet well, aksesnya harus mudah, dilengkapi manhole dan tangga
d). Slope dasar wet well dibuat 1 : 1 ke arah pipa isap agar dapat
dicegah akumulasi solid
e). Kedalaman wet well (1,5-2) m, dan tergantung pada posisi pipa
yang masuk
f).
Sebuah gate-valve dipasang pada pipa masuk untuk menutup
aliran bila terjadi perbaikan di dalam wet well.
c. Lay-out
Paling baik memasang pompa di dalam dry well/pit dengan pipa isap
berada di bawah muka air terendah pada wet well terdekat agar dapat
meniadakan priming. Pengoperasian pompa secara otomatis diatur dengan
pelampung pada wet well.
d. Kapasitas Wet Well
a). Kapasitas wet well tergantung pada waktu pengoperasian, jumlah
pompa dan waktu siklus
b). Waktu siklus > 4 menit, berarti dalam 1 jam terjadi < 15 x start
c). Waktu pengoperasian pompa > (15-20) menit
d). Kapasitas efektif wet well guna memberikan periode holding
sebaiknya tidak lebih daripada 10 menit pada desain rata-rata
e). Volume atas dasar waktu siklus
900 Qp
V =
S
di mana :
V
= volume antara level switch-on dan switch-off, m3
S
= waktu siklus
6 kali untuk dry pit motor 20 kW
= 4 kali untuk dry pit motor (25-75) kW
= 2 kali untuk dry pit motor (100-200) kW
10 kali untuk pompa selam
Qp = debit pompa, m3/detik
= debit jam puncak inflow
6. Jenis Pompa
Pompa centrifugal merupakan jenis yang umum digunakan untuk memompa
AL karena tidak mudah tersumbat . Penggunaan Pompa rendam
(submersible) untuk AL lebih baik, karena mencegah terjadinya kavitasi,
sebagaimana sering terjadi pada penggunaan pompa non submersibel
dengan posisi head negativ (posisi pompa berada diatas permukaan air).
7. Kapasitas (Debit)
Kapasitas atau debit pompa adalah volume cairan yang dipompa dalam
satuan m3/detik, atau L/detik. Debit desain pompa adalah debit jam puncak.
8. Hidrolika pompa
a. Data yang Dibutuhkan
a). Elevasi pipa tekan (discharge)
b). Elevasi garis pusat pompa
c). Elevasi muka air wet well saat pompa off (volume air minimal)
d). Elevasi muka air wet well saat pompa on (volume air maksimal)
e). Pada pipa isap dan tekan, masing-masing diameter pipa, bahan
pipa, panjang pipa, jumlah dan macam fitting (aksesoris)
f.
Debit desain
b. Daya pompa
Pip
Pim
Pip
Pim
Q
=
=
=
=
=
=
di mana :
H
Hstat
hf
=
=
=
=
=
hm
=
=
hv
=
=
ep
em
=
=
Q T g H /ep
Pip / em
10,3 L (n Q)2
minor loss
K
v2
2g
sisa head kecepatan
v2
2g
efisiensi pompa, desimal
efisiensi motor, decimal
ditutup
c). Digunakan secara teratur
c. Sluice gate
Dipasang pada tempat masuk ke wet well, atau sekat kompartemen
untuk pengeringan saat inspeksi, pembersihan atau perbaikan.
13. B i a y a
a. Biaya perpipaan dan aksesoris pada station pompa skala besar
merupakan bagian terbesar dari biaya total. Sehingga diperlukan
ketelitian pemilihan dimensi dan bahan pipa
b. Dimensi besar berakibat biaya fisik mahal, sedangkan dimensi kecil
akan meningkatkan power atau biaya pemeliharaan, sehingga diperlukan
pertimbangan pemilihan.
14. Perlengkapan pompa
a. Screen dipasang di depan pompa, terutama bila menghandling raw
sewage dan/atau
b. Grit chamber, bila banyak kandungan gritnya.
c. Berbagai perlengkapan untuk pompa centrifugal
a). Sebuah air-release valve pada titik tertinggi di dalam casing untuk
melepaskan udara atau gas
b). Gages pada pipa tekan dan isap
c). Sebuah meter pada pipa tekan
d). Sebuah kurva karakteristik pompa
e). Sebuah check-valve antara gate valve dan pompa pada pipa tekan
d. Alat otomatis (floating switches) sebaiknya digunakan agar pemompaan
dapat dilakukan 24 jam secara otomatis
15. Motor pompa (pump drive equipment)
a. Motor Listrik
a). Aplikasi
- Lebih reliable, murah dan mudah pemeliharaannya
- Dipakai untuk sanitary sewage pump
b). Spesifikasi
- Tipe atau klas
- Phase
- HP
- Tipe bearing
- Speed
- Tipe insulasi
- Voltage
- Tipe penggerak
- Frekuensi
- Konstruksi mekanik
b. Mesin Diesel
a). Dipakai sebagai stand-by unit pada sanitary sewage pump
b). Pemilihannya tetap dipertimbangkan terhadap biaya energy, biaya
konstruksi, kebutuhan O & M, geografis, musim dan sosial
c. Voltage
Akan lebih ekonomis bila memakai voltage berikut untuk suatu power
tertentu :
a). (37 - 45) kW
memakai 230 V
b). (45 - 150) kW memakai 460 V
c). > 150 kW
memakai 23000 V
5.17.
Sambungan Rumah
1.
2.
3.
Lateral
HI
PB
HI
Service
Persil (HC)
PB
PB
SR
alternatif
MH
IC
Pagar
Sewerage system
Gambar 3. Batas Sambungan Rumah
4.
Perangkap Pasir/Lemak
a. Dimaksudkan untuk mencegah penyumbatan akibat masuknya lemak
dan pasir ke dalam pipa persil dan lateral dalam jumlah besar
b. Disarankan dipakai pada dapur, tempat cuci, atau pada daerah dengan
pemakaian air rendah
c. Lokasinya sedekat mungkin dengan sumbernya
5.
5.
Pipa persil ke HI
a.
Dimensi dibuat sama atau lebih besar daripada dimensi pipa plambing
utama. Biasanya sebesar (100-150) mm yang menuju ke IC.
b.
d.
e.
f.
8. Survey SR
a.
Sketsa tata letak bangunan dan titik-titik lokasi sumber air limbah
b.
Catat (rencana) elevasi invert pipa lateral dan/atau invert IC
c.
Plot rencana titik-titik lokasi privat box dan HI
d.
Sket panjang, kemiringan dan diameter private persil
e.
Kebutuhan minimal beda elevasi antara elevasi dasar titik-titik sumber
AL terhadap elevasi dasar IC dengan kemiringan minimal 2 % :
a). Jarak 10 m = 20 cm
b). Jarak 20 m
= 40 cm
c). Jarak 30 m
= 60 cm
f.
Cek berturut-turut elevasi dasar PB, HI dan IC harus menurun dan
masih berada di atas elevasi dasar pipa lateral
g.
pengadaan/pemasangan
5.18.
5.19.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
c)
Kriteria : tinggi renang dan kecepatan saat part-full dan full flow
d)
Lalu masukkan tabel. Sedangkan elevasinya, dihitung berikutnya
Buat lay-out. Pertimbangkan paket-paket fungsional disesuaikan dengan
ketersediaan dana. Misal kawasan A, B atau C, dimulai dari hilir.
Cek beban. Cek lagi tiap seksi jalur saluran, atas dasar jarak antara 2
MH yang berdekatan, yang akan menerima satu atau beberapa blok
pelayanan.
Buat pola pembebanan. Perhitungan debit rata-rata mulai dari pipa cabang
hingga
transmisi, pembebanannya didasarkan pada debit rata-rata
komulatif pipa-pipa sebelumnya sesuai dengan cakupan blok pelayanan.
Sedangkan debit maksimum atau minimum bukan merupakan debit
maksimum atau minimum kumulatif dari kontribusi pipa-pipa sebelumnya.
Tetapi akan bervariasi tergantung pada jumlah penduduk yang dilayani.
Debit maksimum tersebut semakin mendekati debit rata-rata. Sebagai
contoh, debit maksimum pada pipa utama lebih kecil daripada total debit
maksimum pipa pipa cabang yang mengkontribusinya.
Buat working profil. Dengan working profil tetapkan elevasi gradien
hidraulik; sebagai langkah awal dimulai dari ujung downstream pada main
trunk line dengan mempertim- bangkan elevasi badan air penerimanya.
Pilih kemiringan minimal. Kemiringan minimal, atau lebih curam sesuai
dengan miring muka tanah bila memberikan kecepatan sama atau lebih
besar daripada kecepatan minimal.
Hitung diameter. Gunakan formula Manning atas dasar debit full.
Tetapkan elevasi gradien hidraulik tentatif; Pada ujung up-stream untuk
jalur saluran pertama. Demikian pula untuk jalur saluran kedua dan
seterusnya;
Catat pada lembar perhitungan;
Plot pada working profil final
Referensi
1. Terence J. McGhee, Water Supply And Sewerage, McGraw-Hill International
Editions, 1991
2. The Director General, Sewerage Services Departement, Ministry of Housing and
Local Government, Malaysia, Guidelines for Developers on The Design and
Installation of Sewerage Systems.
3. Tjokrokusumo, Pengantar Enjiniring, YLH, 1998
4. Buku DED dan Master Plan Kota Medan, Bandung, Yogyakarta dan Denpasar,
2007