Salinan
Salinan
Salinan
Nomor
Tinggi,
12
Tahun
perlu
2012
menetapkan
tentang
Peraturan
Pendidikan Tinggi
: 1. Pasal
ayat
(2)
Undang-Undang
Dasar
Negara
2012
tentang
Nomor
Tinggi
Tahun
12
Tahun
(Lembaran
2012
Nomor
Negara
158,
Republik
Tambahan
PEMERINTAH
PENDIDIKAN
TENTANG
TINGGI
DAN
BAB I . . .
-2BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1.
Penyelenggaraan
pengaturan,
Pendidikan
Tinggi
perencanaan,
adalah
pengawasan,
Pengelolaan
Perguruan
Tinggi
adalah
kegiatan
menengah
program
yang
sarjana,
mencakup
program
program
magister,
yang
diselenggarakan
oleh
Perguruan
5.
adalah
Perguruan
Tinggi
yang
didirikan
adalah
Perguruan
Tinggi
yang
didirikan
7. Universitas . . .
-37.
Universitas
adalah
Perguruan
Tinggi
yang
pendidikan
berbagai
ilmu
rumpun
vokasi
dalam
pengetahuan
dan/atau
Institut
adalah
Perguruan
Tinggi
yang
pendidikan
sejumlah
ilmu
rumpun
vokasi
pengetahuan
dalam
dan/atau
Sekolah
Tinggi
adalah
Perguruan
Tinggi
yang
ilmu
pengetahuan
dan/atau
teknologi
adalah
Perguruan
Tinggi
yang
memenuhi
syarat,
Politeknik
dapat
adalah
Perguruan
Tinggi
yang
pendidikan
vokasi
setingkat
13. Program . . .
adalah
peraturan
dasar
Pengelolaan
Profesi
adalah
kumpulan
anggota
urusan
pemerintahan
di
bidang
pendidikan.
21. Kementerian Lain adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan pemerintahan di luar bidang
pendidikan.
22. Lembaga . . .
-522. Lembaga
Pemerintah
selanjutnya
disingkat
pemerintah
pusat
Nonkementerian
LPNK
yang
adalah
melaksanakan
yang
lembaga
tugas
pemerintahan tertentu.
23. Menteri
adalah
menteri
yang
menyelenggarakan
Pasal 3
Tanggung
jawab
Menteri
atas
Penyelenggaraan
lebih
lanjut
mengenai
pengaturan
c. mengembangkan . . .
pengembangan
jangka
menengah
mengenai
perencanaan
sebagaimana
Lain
atau
LPNK
yang
lebih
lanjut
mengenai
perencanaan
2. sistem . . .
-82. sistem
penjaminan
dilakukan
mutu
melalui
Akreditasi
eksternal
akreditasi
Nasional
oleh
Perguruan
yang
Badan
Tinggi
lebih
lanjut
mengenai
pengawasan,
dan
pencabutan
izin
pendirian
pendirian
dan
perubahan
PTS
serta
Studi
dan
pembukaan
Program
dan
peningkatan
kapasitas
peningkatan
relevansi,
keterjangkauan,
1. penyelarasan . . .
-91. penyelarasan
Tinggi
pengembangan
dengan
kebutuhan
Pendidikan
pembangunan
biaya
operasional
Pendidikan
kebijakan
pengembangan
Penyelenggara
berbadan
hukum
yang
(3) Pendirian . . .
(2) Ketentuan . . .
(4) Gelar . . .
sesuai
dengan
cara
penulisan
dan
Pasal 18 . . .
-13Pasal 18
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
gelar,
tata
cara
profesi
merupakan
pengakuan
untuk
profesi
pendidikan
diberikan
profesi
sesuai
kepada
dengan
lulusan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Sertifikat
profesi
sebagaimana
dimaksud
pada
Kementerian,
Kementerian
Lain,
LPNK,
sertifikat
profesi
lebih
lanjut
mengenai
a. otonomi . . .
tinggi
sebagaimana
dimaksud
pada
di
bidang
akademik,
yang
meliputi
2. keuangan . . .
-152. keuangan;
3. kemahasiswaan;
4. ketenagaan; dan
5. sarana prasarana,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 23
Otonomi pengelolaan pada PTN meliputi:
a. bidang akademik:
1. penetapan norma, kebijakan operasional, dan
pelaksanaan pendidikan terdiri atas:
a) persyaratan akademik mahasiswa yang akan
diterima;
b) kurikulum Program Studi;
c) proses Pembelajaran;
d) penilaian hasil belajar;
e) persyaratan kelulusan; dan
f)
wisuda;
b) sistem . . .
b)
c)
penugasan
dan
pembinaan
sumber
daya
manusia; dan
b)
b)
c)
sesuai
dengan
perundang-undangan.
ketentuan
peraturan
Pasal 24
(1) Kekayaan awal PTN Badan Hukum berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah.
(2) Nilai kekayaan awal sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)
ditetapkan
oleh
menteri
yang
(3) Penatausahaan . . .
diselenggarakan
oleh
menteri
yang
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
norma,
kebijakan
operasional,
dan
perubahan,
dan
penutupan
Program Studi;
c) kurikulum Program Studi;
d) proses Pembelajaran;
e) penilaian hasil belajar;
f) persyaratan kelulusan; dan
g) wisuda;
2. penetapan norma, kebijakan operasional, serta
pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat;
b. bidang nonakademik:
1. penetapan
norma,
kebijakan
operasional, dan
c) sistem . . .
norma,
kebijakan
operasional, dan
perjanjian
dengan
pihak
ketiga
norma,
kebijakan
operasional, dan
norma,
kebijakan
operasional, dan
5. penetapan . . .
kebijakan
operasional, dan
pengelolaan
Penyelenggara
pada
sesuai
PTS
dengan
diatur
oleh
ketentuan
Badan
peraturan
perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Pola Pengelolaan Perguruan Tinggi
Pasal 27
(1) Pola pengelolaan PTN:
a. PTN dengan pola pengelolaan keuangan negara
pada umumnya;
b. PTN dengan pola pengelolaan keuangan badan
layanan umum; atau
c. PTN sebagai badan hukum.
(2) Penetapan dan perubahan pola pengelolaan PTN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri terhadap
PTN.
(3) Penetapan PTN dengan pola pengelolaan keuangan
badan layanan umum dilakukan dengan penetapan
menteri
yang
menyelenggarakan
urusan
(4) Penetapan . . .
kinerja
dimaksud
pada
independen
terhadap
ayat
(2)
yang
PTN
sebagaimana
dilakukan
dibentuk
oleh
oleh
tim
dan
pengelolaan
PTS
ditetapkan
oleh
Badan
Universitas/Institut/Sekolah
Tinggi/
penyusun
dalam
kebijakan
Pasal
28
sebagaimana
huruf
a,
yang
b. Pemimpin . . .
dibantu
oleh paling
a. wakil . . .
(7)
di
bidang
(9)
b. Pemimpin . . .
di
bidang
b. identitas . . .
-25b. identitas;
c. penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi;
d. sistem pengelolaan;
e. sistem penjaminan mutu internal;
f. bentuk dan tata cara penetapan peraturan;
g. pendanaan dan kekayaan;
h. ketentuan peralihan; dan
i. ketentuan penutup.
(2)
Substansi
dan
tata
urut
substansi
Statuta
bagi
PTN
Badan
Hukum
yang
telah
2.
3. Badan . . .
-263.
Badan
Penyelenggara
ketentuan
peraturan
sesuai
dengan
perundang-undangan
Nasional
Pendidikan
Tinggi
melalui
Badan
Penyelenggara
sesuai
dengan
(4)
Ketentuan
Perguruan
mengenai
Tinggi
akuntabilitas
sebagaimana
publik
dimaksud
pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam Statuta
masing-masing.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
a. semua
peraturan
pemerintah
dan
peraturan
dengan
Peraturan
Pemerintah
ini
b. semua . . .
-27b. semua
peraturan
pelaksanaan
dari
peraturan
Lembaran
5105),
Negara
sebagaimana
Republik
telah
diubah
Indonesia
dengan
tentang
Pengelolaan
dan
Penyelenggaraan
Agar . . .
-28Agar
setiap
orang
pengundangan
mengetahuinya,
Peraturan
penempatannya
dalam
memerintahkan
Pemerintah
Lembaran
ini
Negara
dengan
Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Januari 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Februari 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 16
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN
PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI
I.
UMUM
Misi utama Pendidikan Tinggi adalah mencari, menemukan,
diwujudkan,
maka
Perguruan
Tinggi
sebagai
penyelenggara
Perguruan
kepada
Tinggi,
yaitu
masyarakat,
pendidikan,
dapat
penelitian,
dilaksanakan
dan
berdasarkan
menjamin
mutu
Pendidikan
Tinggi
sehingga
kepentingan
Pasal 2 . . .
-2Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15 . . .
-3Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
-4Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Huruf a)
Cukup jelas.
Huruf b)
Cukup jelas.
Huruf c)
Cukup jelas.
Huruf d)
Dalam hal sumber daya manusia tersebut
berstatus pegawai negeri sipil, pemberhentian
yang dimaksud bukan pemberhentian yang
bersangkutan sebagai pegawai negeri sipil,
tetapi pemberhentian sebagai pegawai PTN
Badan Hukum. Wewenang memberhentikan
yang bersangkutan dari statusnya sebagai
pegawai negeri sipil ada pada Pemerintah.
Angka 5
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27 . . .
-5Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan ketentuan peraturan perundangundangan antara lain peraturan perundang-undangan
mengenai yayasan, wakaf, atau perkumpulan.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan fungsi komplementer adalah
fungsi melengkapi unsur lain yang sudah diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini.
Ayat (4) . . .
-6Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6) . . .
-7Ayat (6)
Yang dimaksud dengan fungsi komplementer adalah
fungsi melengkapi unsur lain yang sudah diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan antara lain peraturan perundangundangan mengenai yayasan, wakaf, atau perkumpulan.
Pasal 32
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c . . .
-8Huruf c
Penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi yang
dimuat Statuta Perguruan Tinggi adalah sistem
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi di Perguruan
Tinggi yang bersangkutan berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan Tinggi.
Huruf d
Yang dimaksud dengan sistem pengelolaan adalah
sistem Pengelolaan Perguruan Tinggi, termasuk antara
lain organisasi tata kelola Perguruan Tinggi dan
organisasi kemahasiswaan.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35 . . .
-9Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5500