Anda di halaman 1dari 32

MODUL 1

PENGUKURAN KONSENTRASI FOSFAT TERLARUT

OLEH :
BAYU MUNANDAR
26020212130066

ASISTEN :
ARINTIKA WIDHAYANTI
26020211130064

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Zat hara fosfat, nitrat, dan silikat merupakan senyawa kimia yang memiliki
peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan biota laut (Patriquin, 1972,
Dennison and Short, 1987). Ketiga zat hara ini, berperan penting terhadap
pembentukan sel jaringan jasad hidup organisme laut.
Fosfor merupakan salah satu unsur hara (nutrien) yang dibutuhkan oleh
organisme perairan (Nybakken, 1985 dalam ahmad, 2004). Fosfor yang berada di
alam tidak dijumpai dalam keadaan bebas, akan tetapi dapat kita jumpai dalam bentuk
terikat dengan unsur lain membentuk senyawa. Di laut, fosfor di jumpai dalam
keadaan terlarut dan tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air (ahmad,
2004).
Sumber alami fosfor di perairan adalah pelapukan batuan mineral seperti
fluorapatite [Ca(PO4)3F], hydroxylapatite [Ca5(PO4)3OH], strengite [Fe(PO4)2H
2O], whitlockite [Ca3(PO4)2], dan berlinite [AlPO4], disamping itu juga berasal dari
dekomposisi bahan organik (Effendi, 2003).
Pada masa sekarang banyak manusia yang membuang limbah rumah tangga,
limbah pabrik ke sungai. Dan akhirnya sungai-sungai tersebut bermuara di lau dengan
membawa limbah-limbah tersebut. Limbah yang terbawa akan meningkatkan kadar
pospat yang ada di lautan, karena limbah seperti diterjen merupakan sumber dari
pospat. Apabila kandungan pospat yang ada di laut meningkat akan
menyebabkanterjadinya red tide.
Pada

praktikum

ini

kita

menggunakan

instrumen

Spektrofotometer.

Spektrofotometer yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa
baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorbansi
dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Konsentrasi fosfat dihitung
berdasarkan persamaan garis regresi menggunakan Ms. Excel. Semakin nilai regresi
mendekati 1 maka nilainya semakin akurat.

1.2 Tujuan
1. Membuat analisis larutan yang dibutuhkan dalam analisis Posfat
2. Menganalisis kandungan posfat inorganik terlarut dalam sampel air dengan
menggunakan spektofotometer

1.3 Waktu dan Tempat Praktikum


Hari/ Tanggal

: Minggu, 18 Mei 2014

Waktu

: 07.30- 13.00

Tempat

: Laboratorium Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK,


Universitas Diponegoro

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fosfat
2.1.1 pengertian fosfat
Fosfor merupakan salah satu unsur hara (nutrien) yang dibutuhkan oleh
organisme perairan (nybakken, 1985 dalam ahmad, 2004). Fosfor yang berada
di alam tidak dijumpai dalam keadaan bebas, akan tetapi dapat kita jumpai
dalam bentuk terikat dengan unsur lain membentuk senyawa. Di laut, fosfor di
jumpai dalam keadaan terlarut dan tersuspensi atau terikat di dalam sel
organisme dalam air (ahmad, 2004).
Fosfat merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan tanaman dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Indranuda (1994) fosfor
merupakan bagian integral tanaman di bagian penyimpanan (storage) dan
pemin-dahan (transfer) energi.
Sifat Kimia Unsur Fosfor pada unsure fosfat adalah :
Fosfor putih bersifat sangat reaktif, memancarkan cahaya, mudah terbakar
di udara, beracun. Fosfor putih digunakan sebagai bahan baku pembuatan
asam fosfat di industri.
Fosfor merah bersifat tidak reaktif, kurang beracun. Fosfor merah
digunakan sebagai bahan campuran pembuatan pasir halus dan bidang gesek
korek api.
(Millero, 1996 dalam Fonny dan Hanif, 2011)

Kegunaan fosfat menurut Sharpley, 2000 adalah :


a)

Kegunaan fosfor yang paling umum ialah pada ragaan tabung sinar katode (CRT)
dan lampu pendar, sementara fosfor dapat ditemukan pula pada berbagai jenis
mainan yang dapat berpendar dalam gelap (glow in the dark).

b)

Fosfor dapat digunakan untuk pembuatan korek api setelah dicampur dengan
karbon dan belerang.

c)

Digunakan militer sebagai petunjuk menentukan target atau sasaran Selain di


lingkup militer.

d)

Fosfor putih ternyata digunakan dalam barang konsumsi yang kita gunakan seharihari, seperti minuman bersoda dan pasta gigi. Secara luas, fosfor putih dipakai
dalam industri untuk membuat asam fosfat atau bahan kimia lain untuk dijadikan
pupuk, bahan pengawet makanan, dan zat pembersih.

e)
f)

Dalam jumlah kecil, zat ini juga digunakan dalam pestisida dan kembang api.
Asam fosfat jenuh, mengandung 70-75% P2O5, yang mana P2O5 merupakan
bahan penting dalam bidang pertanian tembak.

g)

Fosfat juga dipakai dalam pembuatan kaca khusus, seperti yang digunakan dalam
lampu sodium.

h)

Fosfor penting untuk otot-otot. Tanpa fosfor didalam tubuh, anda tidak dapat
mengangkat kening atau menggerakkan jari sekalipun. Fosfor menolong juga
dalam memelihara keseimbangan asam basa yang normal di dalam tubuh dan
perlu sekali dalam pembentukan gigi yang sehat dan tulang yang kuat.

i)

Fosfor bekerja dengan kalsium untuk membangun tulang dan gigi. Zat ini
membantu mempertahankan jaringan otak dan syaraf yang normal. Kekurangan
fosfor dapat menyebabkan berkurangnya berat badan, kehilangan nafsu makan,
pernafasan tidak teratur dan kelelahan. Sumber makanan yang mengandung
fosfor mencakup: jagung, produk-produk susu ( yang rendah lemak ), buahbuahan yang dikeringkan, kuning telur. Tumbuhan polong. Kacang-kacangan,
biji-bijian dan padi-padian.

j)

Mengatur pengalihan energi. Melaui proses fosforilasi fosfor mengaktifkan


berbagai enzim dan vitamin B dalam pengalihan energi dan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. Bila satu gugus fosfat ditambahkan pada ADP
(Adenin Difosfat) maka terbentuk ATP (Adenin Trifosfat) yang menyimpan
energi dalam ikatannya. Bila energi diperlukan, ATP diubah kembali menjadi
ADP. Energi yang mengikat fosfat pada ADP dilepas untuk keperluan berbagai
reaksi di dalam tubuh.

k)

Absorpsi dan transportasi zat gizi. Dalam bentuk fosfat, fosfor berperan sebagai
alat angkut untuk membawa zat-zat gizi menyeberangi membran sel atau di
dalam aliran darah. Proses ini dinamakan fosforilasi dan terjadi pada absorpsi di
dalam saluran cerna, pelepasan zat gizi dari aliran darah ke dalam cairan
interseluler dan pengalihannya ke dalam sel. Lemak yang tidak larut dalam air,

diangkut di dalam

darah dalam bentuk fosfolipida. Fosfolipida adalah ikatan

fosfat dengan molekul lemak, sehingga lemak menjadi lebih larut. Glikogen yang
dilepas dari simpanan hati atau otot berada di dalam darah terikat dengan fosfor.
l)

P2O5 yang dapat bereaksi dengan air membentuk larutan asam dapat digunakan
sebagai bahan pengering

m) Fosfor putih digunakan sebagai bahan racun tikus dan bom asap
n)

Fosfor juga digunakan dalam memproduksi baja, perunggu fosfor, dan produkproduk lainnya. Trisodium fosfat sangat penting sebagai agen pembersih, sebagai
pelunak air, dan untuk menjaga korosi pipa-pipa.

o)

Fosfor juga merupakan bahan penting bagi sel-sel protoplasma, jaringan saraf dan
tulang.

p)

bahan tambahan dalam deterjen, bahan pembersih lantai dan insektisida. Selain
itu fosfor diaplikasikan pula pada LED (Light Emitting Diode) untuk
menghasilkan cahaya putih.

q)

Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme
untuk energi dan pertumbuhan

Kerugian fosfat menurut Sharpley, 2000 antara lain :


a) Penyalahgunan

fosfor

menjadi

Bom

yang

sangat

mengerikan.

Fosfor

bom memiliki sifat utama membakar. Zat fosfornya biasanya akan menempel di
kulit, paru-paru, dan usus para korban selama bertahun-tahun, terus membakar
dan menghanguskan serta menyebabkan nyeri berkepanjangan. Para korban bom
ini akan mengeluarkan gas fosfor hingga nafas terakhir
b) membentuk fosfor pentaoksida (P2O5). Walaupun fosfor berbahaya namun yang
paling berbahaya yaitu terletak pada proses pembakaran fosfor dan hasil
pembakaran fosfor bukan pada ledakannya
c) Pembakaran fosfor di udara berlangsung sangat eksotermis yaitu menghasilkan
suhu sekitar 800C. Suhu yang tinggi inilah yang akan merusak jaringan tubuh
seperti luka bakar ketika mengenai organ-organ tubuh. Sedangkan hasil
pembakaran fosfor putih yaitu berupa P2O5 dalam bentuk asap. Asap yang
dihasilkan sangat berbahaya karena selain beracun asap inipun bersifat korosif
atau dapat pula bereaksi dengan organ-organ tubuh manusia. Oleh sebab itu jika
fosfor ditembakan atau yang digunakan sebagai bom ketika terbakar akan

merusak sebagian besar jaringan tubuh. Misalnya jika mengenai mata maka akan
menyebabkan kebutaan, jika dihirup akan merusak kerongkongan bahkan paruparu jika dalam jumlah yang lebih banyak, jika mengenai kulit maka akan
menyebabkan luka bakar dan akan lebih parah lagi jika terkena dalam jumlah
banyak.
d) Biji fosfat mentah mengandung 2 4 % F. Sewaktu bijih fosfat diubah menjadi
fosfat yang larut dalam air, fluorida dilepas ke udara sehingga menyebabkan
rusaknya tanaman dan keracunan pada ternak. Proses juga menghasilkan limbah
fosfogipsum putih yang bersifat radioaktif karena bijih fosfat mengandung
uranium dari produk peluruhnya.
e) Pemanfaatan unsur P pada detergen dan pupuk telah menyebabkan eutrofikasi,
yakni suburnya tanaman air fitoplankton. Hal ini menyebabkan kadar dalam air
berkurang, sehingga organisme air lainnya akan mati.

2.1.2 Sumber fosfat di laut


Sumber alami fosfor di perairan adalah pelapukan batuan mineral
seperti fluorapatite [Ca(PO4)3F], hydroxylapatite [Ca5(PO4)3OH], strengite
[Fe(PO4)2H 2O], whitlockite [Ca3(PO4)2], dan berlinite [AlPO4], disamping
itu juga berasal dari dekomposisi bahan organik (Effendi, 2003).
Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton dan seterusnya masuk kedalam
rantai makanan. Senyawa fosfat dalam perairan berasal daari sumber alami
seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan, dan dari
laut sendiri. Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan menyebabkan
terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk
pertumbuhan plankton adalah 0,27 5,51 mg/liter (Harper, 1992).
Senyawa fosfor di alam terbagi dalam dua yaitu, senyawa fosfat
organik (pada hewan dan tumbuhan) dan senyawa fosfat anorgani (pada air
dan tanah). fosfat organik yang terdapat dalam hewan dan tumbuhan yang
mati akan di uraikan oleh decomposer dan menjadi fosfat anorganik. Lalu
fosfat yang terlarut di air tanah atau di air laut akan mengendap di di sedimen

laut. Setelah itu fosfat yang dari batuan itu akan terkikis lalu akan terserap lagi
oleh tumbuhan (Harper, 1992).
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat
organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air
dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh
decomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang
terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut.
Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari
batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah
dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi.
Siklus ini berulang terus menerus. Fosfor dialam dalam bentuk terikat sebagai
Ca-fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat atau protein. Bakeri yang berperan dalam
siklus fosfor : Bacillus, Pesudomonas, Aerobacter aerogenes, Xanthomonas,
dll. Mikroorganisme (Bacillus, Pseudomonas, Xanthomonas, Aerobacter
aerogenes) dapat melarutkan P menjadi tersedia bagi tanaman (Indranuda,
1994).

2.1.3 Siklus fosfat di laut


Banyak sumber fosfat yang di pakai oleh hewan, tumbuhan, bakteri,
ataupun makhluk hidup lain yang hidup di dalam laut. Misalnya saja fosfat
yang berasal dari feses hewan (aves). Sisa tulang, batuan, yang bersifat
fosfatik, fosfat bebas yang berasal dari proses pelapukan dan erosi, fosfat yang
bebas di atmosfer, jaringan tumbuhan dan hewan yang sudah mati. Di dalam
siklus fosfor banyak terdapat interaksi antara tumbuhan dan hewan, senyawa
organik dan inorganik, dan antara kolom perairan, permukaan, dan substrat.
Contohnya beberapa hewan melepaskan sejumlah fosfor padat di dalam
kotoran mereka. Dalam perairan laut yang normal, rasio N/P adalah sebesar
15:1. Ratio N/P yang meningkat potensial menimbulkan blooming atau
eutrofikasiperairan, dimana terjadi pertumbuhan fitoplankton yang tidak
terkendali. Eutrofikasi potensial berdampak negatif terhadap lingkungan,
karena berkurangnya oksigen terlarut yang mengakibatkan kematian
organisme akuatik lainnya (asphyxiation), selain keracunan karena zat toksin

yang diproduksi oleh fitoplankton (genus Dinoflagelata). Fitoplankton


mengakumulasi N, P, dan C dalam tubuhnya, masing masing dengan nilai
CF (concentrationfactor) 3 x 104 untuk P, 16(3 x 104) untuk N dan 4 x 103
untuk C (Sanusi 2006).

Gambar 1. Siklus Fosfat di Laut

2.1.4 Peranan Fosfat di Laut


Zat hara fosfat, nitrat, dan silikat merupakan senyawa kimia yang
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan biota laut
(Patriquin, 1972, Dennison and Short, 1987). Ketiga zat hara ini, berperan
penting terhadap pembentukan sel jaringan jasad hidup organisme laut.
Fitoplankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya
dengan zat hara tersebut (Nybakken, 1988), karena ketiga zat hara tersebut
merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Jones-Lee and Lee (2005) juga
mengatakan bahwa nitrogen dan fosfor merupakan dua parameter yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan biota laut.
Orthofosfat adalah bentuk fosfor yang secara langsung dimanfaatkan
oleh organisme autotrof , sedangkan polifosfat terlebih dahulu harus
mengalami hidrolisis membentuk orthofosfat sebelum dimanfaatkan sebagai
fosfor. Fosfor yang telah diserap oleh sel akan menjadi bagian dari komponen
struktural sel dan berperan dalam proses-proses pengalihan energi dalam sel
(Nontji, 1984).

Menurut Harper (1992), eutrofikasi merupakan salah satu masalah


dunia yang mulai muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai konsekuensi
dari perkembangan masyarakat kota, industri dan pertanian. Berbagai limbah
yang masuk ke perairan menyebabkan terjadinya pengayaan nutrisi perairan.
Eutrofikasi dapat diartikan sebagai efek biologis dari adanya peningkatan
konsentrasi nutrisi sehingga perairan tersebut menjadi perairan eutrofik.
Kondisi perairan eutrofik ditandai dengan adanya blooming Cyanobacteria.

2.1.5 baku mutu fosfat di perairan


Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi 3 yaitu,
1. perairan yang memiliki tingkat kesuburan rendah yang memiliki kadar fosfat total
berkisar antara 0-0.02 mg/liter.
2. Perairan dengan tingkat kesuburan sedang memiliki kadar fosfat total berkisar
antara 0.021-0.05 mg/liter.
3. Perairan dengan tingkat kesuburan tinggi memiliki kadar fosfat total berkisar
antara 0.051-0.1 mg/liter.
(Efendi, 2003)

2.2 Faktor-faktor oseanografi yang mempengaruhi distribusi fosfat dilaut


2.2.1 Arus Laut
Persebaran Fosfat diluar wilayah sungai akan dipengaruhi oleh faktor- faktor
oseanografi, salah satunya adalah arus. Menurut hasil penelitian dari Nixon (1955) dan
Hadikusumah (2011), tingginya kadar fosfat dibagian selatan perairan P.Subi diduga
sumbangan zat hara fosfat dari buangan antropogenik berbagai aktivitas manusia seperti
rumah tangga, permukiman, pertanian dan pertenakan yang masuk keperaian sekitarnya
terbawa oleh arus yang bergerak dari arah utara keselatan.
2.2.2

Gelombang Laut

Pada hakekatnya, fenomena gelombang laut menggambarkan transmisi dari


energi dan momentum. Gelombang laut selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang
bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan
sama sekali diam. Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun
sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan
dimana badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat

mengakibatkan suatu kerusakan di daerah pantai (Aziz, 2006). Gelombang laut pada
umumnya timbul oleh pengaruh angin, walaupun masih ada faktor-faktor lain yang
dapat menimbulkan gelombang di laut seperti aktivitas seismik di dasar laut (gempa),
letusan gunung api, gerakan kapal, gaya tarik benda angkasa (bulan dan matahari)
(Nining, 2002). Gelombang laut juga dapat terjadi di lapisan dalam (pada bidang
antara dari dua lapisan air yang mempunyai densitas berbeda). Gelombang ini disebut
gelombang dalam (internal waves) (Aziz, 2006).

2.2.3

Pasang Surut

Menurut Nontji (1993), pasang surut adalah gerakan naik turunnya muka laut
secara berirama yang di sebabkan gaya tarik bulan dan matahari, adanya gerakan dari
benda- benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi
bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari.
Pada jenis harian tunggal hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap
hari. Pada pasang surut harian ganda terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang
tingginya masing- masing sama. Pada pasang surut campuran condong ke harian
ganda (mixed tide, prevailing semi diurnal) terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dalam sehari, tetapi berbeda dalam tinggi dan waktunya. Terakhir adalah pasang surut
campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevelling diurnal ). Pada jenis ini
tiap hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi kadang- kadang pula untuk
sementara dengan dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan waktu yang
sangat berbeda (Nontji, 1993).
2.2.4

Suhu Perairan

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering disebut
proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif sempit.
Biasanya berkisar antara 00C-40C (Nybakken 1992 dalam sembiring, 2008).
Menurut Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu air
normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
metabolism dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting
di air (Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam Irawan (2009).

2.2.5

DO

Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat
berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO) (SALMIN. 2000).
Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin
baik, jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO
dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi
dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(SALMIN. 2000).

2.3

Spektrofotometer

Gambar 2. spektrofotometer
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi


difraksi dengan detektor fototube ( Underwood,2001).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alat untuk
mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding
(Khopkar, 2002).
Tabel 1. Perkiraan panjang gelombang warna-warna dalam daerah Cahaya Tampak
(SKOOG & WEST, 1971 dalam Triyati, 1985).

Warna

Warna pelengkap

Panjang gelombang (mm)

ungu

hijau kuning

400 - 435

biru

kuning

435 - 480

biru hijau

oranye

480 - 490

hijau biru

merah

490 - 500

hijau

merah lembayung

500 - 560

hijau kuning

ungu

560 - 580

kuning

biru

580 - 595

oranye

biru hijau

595 - 610

merah

hijau biru

610 - 750

Ada 2 jenis spektrofotometer, yaitu:


1. Berdasarkan FUNDS adalah Spektrum yang akan dieksporasi, terdiri dari 2
macam yaitu:

Spektrofotometer sinar Tampak (Vis)


Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu tungsten halogen.
Lampu tungsten halogen menghasilkan cahaya tampak dalam, daerah
adalah panjang gelombang 350-800 nm.
Lampu nihil terbuat bahasa dari tabung yang berisi filamen tungsten
dan sejumlah kecil yodium.

Lampu inisial mirip lampu yang terdapat dalam perumahan dan


perkantoran.

Spektrofotometer sinar tampak (Vis) dan ultraviolet (UV)


Sumber cahaya yang digunakan adalah kombinasi antara lampu
tungsten halogen dan lampu deuterium (D2).
Lampu deuterium (D2) dapat menghasilkan cahaya dalam berkisar
160-380 nm.

2.

Berdasarkan teknik optika sinar, terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Spektrofotometer optika sinar tunggal (single beams optic)


Semua cahaya melewati seluruh sel sampel.
Contoh alat spektrofotometer single beam adalah spektronik 20.
Alat ini merupakan desain paling awal tetapi masih banyak digunakan
baik dalam pengajaran maupun laboratorium industri.

Spektrofotometer optika sinar ganda (double beams optic)


Cahaya terbagi ke dalam dua arah/berkas.
Berkas cahaya pertama melewati sel pembanding, dan cahaya yang
lainnya melewati sel sampel.
Berkas cahaya kemudian bergabung kembali, masuk ke detektor.
Detektor merespon cahaya netto dari kedua arah
Beberapa alat double beam memiliki dua detektor, sampel dan sinar
penghubung diukur pada waktu yang sama
(Roe, 2001)

III.

MATERI METODE

3.1 Materi
3.1.1 Alat
Tabel 2. Alat

Nama

Gambar

Kegunaan

Spektrofotomete

Untuk mengukur

absorbansi larutan
yang dianalisa

Labu Ukur

Sebagai wadah
untuk
mengencerkan
larutan

Pipet Gondok

Untuk mengambil
larutan dalam
jumlah tertentu

Gelas Beaker

Sebagai wadah
larutan sampel
diletakkan

Cuvet

Tempat meletakkan
larutan sampel
yang akan diukur
absorbansinya

Tabung

Sebagai wadah
larutan sampel

Tabung Reaksi

Sebagai
wadah larutan
sampel
diletakkan

Vacum Pump

Untuk
mempercepat
proses
pengeringan

Ember

Untuk tempat
sisa

larutan

yang

sudah

dipakai

Kertas saring

Digunakan
untuk
menyaring
pada

saat

penyaringan
dengan

filter

holder
Kertas tissue

Untuk
membersihka
n alat setelah
dicuci

3.1.2 Bahan
Tabel 3. Bahan

Nama

Gambar

Air sample

Kegunaan
Sebagai

larutan

baku

Larutan

standar

Phosfat

Sebagai

sampel

yang akan dikukur


absorbansinya

Air AC

Untuk
mengencerkan
larutan

dan

mencuci

alat

kimia yang telah


dipakai
Larutan

Mix

Reagen

Untuk
memberikan
warna
larutan

pada
sehingga

absorbansi

dapat

diukur

3.2

Metode
1. Siapkan alat dan bahan
2. Buat mix reagen dengan bahan ; ammonium molibdate, larutan asam sulfat,
larutan sam ascorbit, larutan potassiun antimonyltatrat dengan perbandingan 2 ; 5;
2 ;1
3. Encerkan larutan fosfat 500 ppm menjadi 0.2;0.4;0.6 untuk membuat larutan
standar 1,2,3

4. Masing-masing larutan staandar 1,2,3, blank dan sampel diambil 10 mL dan


dimasukkan kedalam tabung reaksi.
5. Tambahkan 1 Ml mix reagent pada masing-masing tabung reaksi. Kemudian
dikocok agar homogen. Kecuali untuk larutan blank dan sample tidak dikocok.
6. Setelah 15 menit, pindahkan masing-masing larutan kedalam cuvet.
7. Ukur nilai absorbansi larutan dengan gelombang 885nm dengan alat
spektrofotometer.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1

Peta 10 Stasiun
Gambar 3. Peta lokasi pengambilan sample

4.1.2

Kadar Fosfat
Tabel 4. Tabel Kadar Fosfat

No

Lokasi Sampel

Konsentrasi Fosfat (ppm)

1.

Stasiun 1

0.077

2.

Stasiun 2

0.55

3.

Stasiun 3

0.056

4.

Stasiun 4

0.147

5.

Stasiun 5

0.4

6.

Stasiun 6

0.05081

7.

Stasiun 7

0.064

8.

Stasiun 8

0.0063

9.

Stasiun 9

0.00193

10

Stasiun 10

0.178

4.1.3 Perhitungan Fosfat Terlarut

Stasiun 1
Tabel 5. Stasiun 1
Larutan yang diamati

Nilai

Panjang

Konsetrasi

absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.082

885

0.2

Larutan standar 2

0.123

885

0.4

Larutan standar 3

0.167

885

0.6

Larutan Sampel

0.034

885

R2

0.969

Persamaan garis

y = 0.271 x + 0.11

regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :
Y

=0.271x+0.11

0.034 =0.271x+0.11
X

=0.077 ppm

Stasiun 2

Larutan yang diamati

Tabel 6. Stasiun 2
Nilai

Panjang

Konsetrasi

absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.096

885

0.2

Larutan standar 2

0.13

885

0.4

Larutan standar 3

0.201

885

0.6

Larutan Sampel

0.181

885

R2

0.969

Persamaan garis

y = 0.318x + 0.011

regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :
Y

=0.318x+0.011

0.034 =0.318x+0.011
X

=0.55 ppm

Stasiun 3

Larutan yang diamati

Nilai

Panjang

Konsetrasi

Absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.097

885

0.2

Larutan standar 2

0.119

885

0.4

Larutan standar 3

0.178

885

0.6

Larutan Sampel

0.056

885

R2

0.935

Persamaan garis

y = 0.202x + 0.050

regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :
Y

=0.202x+0.050

0.034 =0.202x+0.050
X

Tabel 7. Stasiun 3

=0.147 ppm

Stasiun 4
Tabel 8. Stasiun 4
Larutan yang diamati

Nilai

Panjang

Konsetrasi

Absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.112

885

0.2

Larutan standar 2

0.247

885

0.4

Larutan standar 3

0.375

885

0.6

Larutan Sampel

0.018

885

R2

0.998

Persamaan garis

y = 0.63x - 0.005

regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :
Y

=0.63x-0.005

0.018 =0.63x-0.005
X

= 0.055 ppm

Stasiun 5
Tabel 8. Stasiun 5
Larutan yang diamati

Nilai

Panjang

Konsetrasi

absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.118

885

0.2

Larutan standar 2

0.258

885

0.4

Larutan standar 3

0.378

885

0.6

Larutan Sampel

0.0755

885

R2

0.998

Persamaan garis

y = 1.568x + 0.004

regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :

=1.568x+0.004

0.4

=1.568x+0.004

=0.4 ppm

Stasiun 6
Tabel 9. Stasiun 6
Larutan yang diamati

Nilai

Panjang

Konsetrasi

absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.087

885

0.2

Larutan standar 2

0.233

885

0.4

Larutan standar 3

0.358

885

0.6

Larutan Sampel

0.018

885

R2

0.990

Persamaan garis

y = 0.61x - 0.013

regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :
Y

=0.61x-0.013

0.018 =0.61x-0.013
X

= 0.05081 ppm

Stasiun 7
Tabel 10. Stasiun 7
Larutan yang diamati

Nilai

Panjang

Konsetrasi

absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.095

885

0.2

Larutan standar 2

0.24

885

0.4

Larutan standar 3

0.368

885

0.6

Larutan Sampel

0.006

885

R2

0.998

Persamaan garis

y = 0.682x - 0.038

regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :
Y

=0.682x-0.038

0.006 =0.682x-0.038
X

=0.064 ppm

Stasiun 8
Tabel 11. Stasiun 8
Larutan yang diamati

Nilai

Panjang

Konsetrasi

absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.101

885

0.2

Larutan standar 2

0.245

885

0.4

Larutan standar 3

0.372

885

0.6

Larutan Sampel

0.005

885

Persamaan garis
regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :
Y

=0.63x-0.009

0.005 =0.63x-0.009
X

= 0.0063 ppm

0.995
y = 0.63x - 0.009

Stasiun 9
Tabel 12. Stasiun 9
Larutan yang diamati

Nilai

Panjang

Konsetrasi

(30 m)

Absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.117

885

0.2

Larutan standar 2

0.268

885

0.4

Larutan standar 3

0.294

885

0.6

Larutan Sampel

0.013

885

R2

0.941

Persamaan garis

y = 0.516x + 0.014

regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :
Y

=0.516x+0.014

0.013 =0.516x+0.014
X

= 0.00193 ppm

Stasiun 10
Tabel 13. Stasiun 10
Larutan yang diamati

Nilai

Panjang

Konsetrasi

(30 m)

Absorbansi

gelombang (nm)

(ppm)

Larutan Blank

885

Larutan standar 1

0.102

885

0.2

Larutan standar 2

0.27

885

0.4

Larutan standar 3

0.351

885

0.6

Larutan Sampel

0.003

885

R2

0.983

Persamaan garis

y = 0.610x - 0.002

regresi
Konsentrasi Fosfat Sampel :
Y

=0.610x-0.002

0.003 =0.610x-0.002
X

= 0.178 ppm

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kondisi Perairan Semarang
Pada praktikum kali ini mengenai posfat. Air sample yang digunakan dalam
praktikum ini diambil diddaerah pantai semarang. Dimana sudah kita ketahui bahwa
pantai semarang berada di perairan pantai utara jawa. Dimana di perairan tersebut
memiliki dasar laut yang landai sehingga faktor oseanografi seperti gelombang, arus
energinya relatif kecil. Didaerah pantai utara jawa banyak sungai yang bermuara di
tempat itu, dan banyak limbah pabrik dan rumah tangga yang dibuang di sungai,
karena gelombangnya relatif kecil maka limbah yang masuk pantai akan menumpuk

di suatu daerah karena tidak ada pengadukan yang energinya besar. Dengan adanya
hal tersebut, perairan pantai utara jawa digolongkan perairan yang kurang baik.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa perairan pantai
Semarang memiliki suhu 34.50 - 39.60 C. Dimana suhu terendah terdapat pada titik 1
dan suhu tertinggi terletak pada titik 7. Salinitas pada perairan ini juga bersifat variatif
yaitu dari rentang 5 26. Dimana salinitas terendah terdapat di dekat muara sungai.
Oksigen terlarut (DO) pada perairan tersebut juga sangat bervariatif yaitu 2.6 - 4.9.
Dimana DO terendah terdapat di dekat muara sungai. Hal ini disebabkan oleh adanya
sedimen tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan pada perairan tersebut sehingga
organisme autotrof tidak dapat berfotosintesis dengan baik dan kurang menghasilkan
oksigen. DO menjadi parameter terpenting dalam analisa fosfat dimana semakin
rendah konsentrasi fosfat maka semakin tinggi DO karena fosfat telah digunakan
untuk

fotosintesis

biota

autrotrof

(fitoplankton)

dimana

hasil

fotosintesis

menghasilkan oksigen terlarut.


4.2.2 Perbandingan data antar stasiun
Dari hasil perhitungan Fosfat di dapatkan konsentrasi fosfat di stasiun 1 adalah
0.077 ppm, stasiun 2 adalah 0.55 ppm, stasiun 3 adalah 0.056 ppm, stasiun 4 adalah
0.147 ppm, stasiun 5 adalah 0.4 ppm , stasiun 6 adalah 0.05081 ppm, stasiun 7 adalah
0.064 ppm, stasiun 8 adalah 0.0063 ppm, stasiun 9 adalah 0.00193 ppm, dan stasiun
10 adalah 0.178 ppm.
Dari hasil perhitungan spektrofotometer didapatkan data diatas. Dapat dilihat
bahwa nilai konsentrasi fosfat yang paling besar ada di stasiun 2. Hal tersebut dapat
terjadi dikarenakan fosfat yang ada diperairan tidak dimanfaatkan oleh biota yang ada
diperairan tersebut. Karena suhu dai stasiun 2 relatif lebih rendah dibanding stasiun
lainnya. Sehingga cahaya yang masuk ke perairan lebih sedikit dan proses fotosintesis
menjadi terganggu. Sedangkan nilai fosfat terendah terjadi pada stasiun 9. Hal
tersebut dapat terjadi karena suhu dari perairan stasiun 8 relatif tinggi daripada stasiun
2 dan nilai DO distasiun 9 paling besar dibanding stasiun lainnya. Seperti diterangkan
diatas bahwa, apabila semakin tinggi nilai DO suatu perairan maka nilai konsentrasi
fosfat akan semakin rendah.

4.2.3 kegunaan Pengukuran fosfat di air


Pengukuran fosfat di air digunakan untuk menentukan sifat dari perairan
tersebut, apakah perairan tersebut tergolong subur atau tidak. Selain itu,

pengukuran fosfat disuatu perairan dapat menjadi parameter tentang jumlah limbah
yang dibuang dilaut dan cara mencegah serta membatasi limbah yang masuk ke
perairan agar kualitas perairan terjaga dengan baik.
Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
perairan dengan tingkat kesuburan rendah yang memiliki kadar fosfat total berkisar
antara 0 0.02 mg/liter; perairan dengan tingkat kesuburan sedang memiliki kadar
fosfat 0.021 0.05 mg/liter; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi,
memiliki kadar fosfat total 0.051 0.1 mg/liter.
Dimana dari hasil pengukuran fosfat di pantai Semarang tingkat
kesuburannya sangat bervariatif dimana tingkat kesuburan tertinggi terletak pada
stasiun 2 dan kesuburan terendah terdapat pada stasiun 9 karena DO yang paling
besar.
4.2.4 distribusi fosfat di laut hubungannya dengan data parameter
oseanografi fisika
Distribusi fosfat dilaut sangat berhubungan dengan parameter oseanografi
fisika. Arus dan gelombang sangat berpengaruh dimana pada stasiun 1 dan stasiun
2 terletak di dekat muara yang arusnya cenderung lebih kecil dibanding stasiun
yang terletak menjorok kea rah pantai sehingga fosfat cenderung terakumulasi di
daerah muara. Sedangkan gelombang membawa fosfat dari daerah muara menuju
ke pantai. Hal ini disebabkan oleh adanya lintasan partikel air gelombang perairan
dangkal yang bergerak maju mundur membawa transport air dan sedimen yang
mengandung fosfat.
DO juga mempengaruhi konsentrasi fosfat, dimana semakin tinggi fosfat
maka DO semakin rendah karena fosfat cenderung terdapat di perairan yang
banyak

mengandung

sedimen

tersuspensi,

sehingga

organisme

autotrof

menghasilkan oksigen yang rendah karena terhambatnya fotosintesis karena


adanya kekeruhan dan intensitas sinar matahari yang sedikit.
Semakin tinggi salinitas maka konsentrasi fosfat semakin rendah hal ini
karena semakin tinggi salinitas semakin tinggi pula ion Cl+ yang dihasilkan
sehingga mengurangi reaksi ion orthofosfat HPO4- .

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar nilai DO maka nilai konsentrasi fosfat diperairan akan semakin
kecil.
2. Hasil konsentrasi fosfat tertinggi pada stasiun 2 sebesar 0.55 ppm
3. Hasil konsentrasi fosfat terendah pada stasiun 9 sebesar 0.00193 ppm
4. Semua stasiun tingkat kesuburannya tinggi kecuali stasiun 8 dan 9.

5. semakin kecil pengaruh dari parameter oseanografi maka konsentrasi fosfat akan
terakumulasi pada suatu daerah karena tidak ada pengadukan.
5.2 Saran
1. Hendaknya praktikan teliti dalam preparasi larutan sehingga didapatkan hasil
analisa fosfat yang valid.
2. Hendaknya praktikan praktik langsung dalam pembuatan reagen.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad

F,

Harry.

2004.

Penentuan

Fosfat

Berdasarkan

Panjang

Menggunakan Silika Gel yang Dilapisi Setil Trimetil Amonium

Pita

Warna

Bromida.IPB.

Bogor
Effendi, H. 2003.TelaahKualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. PenerbitKanisius. Yogyakarta.

Dennison, W. C. 1987. Effects of Lights on Seagrass Photosynthesis, Growth and Depth


Distribution. Aquatic Botany, 27 : 15 - 26.
Harper, D. 1992. Eutrofication of Freshwaters. Chapma and Hall. London
Indranuda, H. K. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Cetakan ke-3. Bumi Aksara. Bandung
Jones-Lee, A., & G.F. Lee. 2005. Eutrophication (Excessive Fertilization).Water
Encyclopedia: Surface and Agricultural Water. Wiley, Hoboken, NJ.p 107-114
Khopkar, 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : Jakarta
Millero, F.J. 1996.Chemical Oceanography.Second edition. CRC Press Boca Raton, Boston
London. New York Washington D.C.
Muchtar, Muswerry. 2012. Distribusi Zat Hara Fosfat, Nitrat Dan Silikat Di Perairan
Kepulauan

Natuna. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia: Jakarta
Nontji, A. 1984.BiomassadanProduktivitasFitoplankton di PerairanTeluk Jakarta
sertaKaitannyadenganFaktor-faktorLingkungan.Tesis.Pascasarjana.IPB. Bogor
Roe, S. 2001. Protein Purification Techniquues: A Praactial Approach. Oxford: Oxford
University Press.
SALMIN. 2000. Kadar Oksigen Terlarut diperairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan
Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran, Hasil Studi di
Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan
S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal 42 - 46
Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai