Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TALK SHOW FOOD DAY


Memanfaatkan Hasil Agrikultur Keluarga Untuk Ketahanan
Pangan
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pengawetan

Oleh :
Nama
NRP

: Nurul Hikmah
: 123020181

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya, penyusun dapat
menyelesaikan makalah Talk Show Food Day dengan tema Memanfaatkan Hasil
Agrikultur Keluarga Untuk Ketahanan Pangan
Meskipun dalam penyusunannya tak jarang menemui rintangan,
tapi berkat bantuan semua pihak makalah ini akhirnya bisa selesai. Maka
penyusun juga tak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terutama
kepada :
1. Dr. Ir. Leni. H. Afrianti, MP selaku dosen mata kuliah Teknologi
Pengawetan.
2. Orang tua yang telah mendukung baik moral maupun materil penyelesaian
makalah ini.
3. Teman-teman yang turut serta membantu penyelesaian makalah ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penyusun sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Masih
terdapat kekurangan dalam pengerjaannya. Oleh karena itu, penyusun harapkan
saran dan kritik dari para pembaca. Dan akhirnya mudah-mudahan makalah ini
bisa bermanfaat untuk kita semua, Amin.

Bandung, Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
1.1.

Latar belakang ................................................................................................ 3

1.2.

Rumusan masalah ........................................................................................... 3

1.3.

Tujuan ............................................................................................................. 3

BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................ 4


2.1.

Pengertian Agrikultur Keluarga ..................................................................... 4

2.2.

Pengertian Ketahan Pangan ............................................................................ 4

2.3.

Pengertian Tanaman Organik ......................................................................... 5

2.4.

Rumah Pangan Lestari .................................................................................... 5

2.5.

Masyarakat Urban .......................................................................................... 5

2.6. Perbandingan Jenis Komoditas Yang Ditanam Dalam Agrikutur


Keluarga .................................................................................................................... 6
2.7.

Pilar Ketahanan Pangan .................................................................................. 6

a.

Ketersediaan ................................................................................................... 6

b.

Akses .............................................................................................................. 6

c.

Pemanfaatan ................................................................................................... 7

d.

Stabilitas ......................................................................................................... 7

2.8.

Diversivikasi Makanan Dari Makanan Lokal................................................. 8

2.9.

Konsep energy hingga tahun 2050 ............................................................... 10

2.10.

Pola Pangan Harapan ................................................................................ 11

2.11.

Kebutuhan Teknologi ............................................................................... 11

BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 12


3.1.

Kesimpulan ................................................................................................... 12

3.2.

Saran ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pertanian berbasis keluarga demikian eratnya dengan ketahanan pangan
global. Karena itu, peranan pertanian berbasis keluarga harus diperhatikan dunia,
di antaranya untuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan. Hal itu disampaikan
FAO berkaitan dengan ditetapkannya 2014 sebagai Tahun Internasional Pertanian
Keluarga. penetapan tahun ini bertujuan untuk mengangkat profil pertanian
berbasis keluarga dan pertanian skala kecil dengan memfokuskan peran
pentingnya. Pertanian berbasis keluarga dan skala kecil demikian erat
hubungannya dengan ketahanan pangan global. Segala peraturan telah tertuang di
UU No. 18 Tahun 2012.
1.2. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan agrikultur keluarga
2. Apa saja yang dapat dilakukan dalam agrikultur keluarga
3. Hubungan ketahanan pangan dengan agrikultur
4. Mewujudkan mandiri pangan
5. Makanan diversifikasi karbohidrat
6. Teknologi dalam agrikultur keluarga
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah adalah :
1. Untuk menjelaskan agrikultur keluarga
2. Penerapan agrikultur keluarga
3. Memaksimalkan bahan makanan lokal
4. Mengetahui teknologi yang digunakan

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Agrikultur Keluarga
Agrikultur keluarga adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan
pertanian melalui unti terkecil yaitu keluarga.
Tujuan dari agrikultur keluarga adalah untuk mewujudkan masyarakat
yang sehat karena produk pangan yang ditaman merupakan tanaman yang mereka
tanam, maksudnya adalah makanan yang ditanam sehat atau organik karena tanpa
adanya pengawetan secara kimia ataupun pemberian pupuk kimia serta pestisida.
2.2. Pengertian Ketahan Pangan
Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang
untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan
jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui
ancaman kelaparan. Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap
gangguan di masa depan atau ketiadaan suplai pangan penting akibat
berbagai faktor seperti kekeringan, gangguan perkapalan, kelangkaan bahan
bakar, ketidakstabilan ekonomi, peperangan, dan sebagainya.
Penilaian

ketahanan

pangnan

dibagi

menjadi

keswadayaan

atau

keswasembadaan perorangan (self-sufficiency) dan ketergantungan eksternal yang


membagi

serangkaian

faktor

menginginkan keswadayaan secara

risiko.
perorangan

Meski
untuk

berbagai negara sangat


menghindari

risiko

kegagalan transportasi, namun hal ini sulit dicapai di negara maju karena profesi
masyarakat yang sudah sangat beragam dan tingginya biaya produksi bahan
pangan jika tidak diindustrialisasikan. Kebalikannya, keswadayaan perorangan
yang tinggi tanpa perekonomian yang memadai akan membuat suatu negara
memiliki kerawanan produksi.

2.3. Pengertian Tanaman Organik


Tanaman yang ditanam tanpa menggunakan pupuk buatan atau anorganik.
Tanaman organik menggunakan pupuk organik berupa kompos. Biasanya
tanaman organik lebih subur daripada tanaman anorganik. Tanaman organik
tersebut seperti sayuran organik dan tanah organik. Sayuran organik lebih
bermanfaat daripada sayuran biasa. Hal ini karena sayruan organik lebih sehat dan
aman bagi tubuh. Sayuran organik tampak segar dan sehat untuk dikonsumsi,
sayuran sayuran tersebut bermanfaat untuk kesehatan. Sayuran organik tersebut
seperti bayam, brokoli, cabai, kol, wortel, kangkung, dan kacang panjang.
Sayuran organik memiliki nilai lebih, yaitu cita rasa, kandungan
nutrisinya, aroma, dan elbih tahan lama. Misalnya, kangkung organik kangkung
dapat ditanam di pot dari drum atau pipa pralon besar. Kangkung disiram setiap
hari. Sementara itu, setiap tiga hari sekali disiram MOL (Mikro Organisme Lokal)
cair. Daun-daun kangkung muda tumbuh berwarna hijau segar. Ukuran daun pun
lebih besar dan segar. Begitu juga dengan padi organik. Padi yang diberi pupuk
organik seperti kompos tumbuh lebih sbur dibandingkan dengan menggunakan
pupuk organik. Selain itu, hasilnya pun lebih baik.
Bukan hanya sayuran, buah organik juga lebih sehat dan aman bagi tubuh.
Buah organik memiliki kandungan gizi yang lebih baik, lebih tahan lama,
mengurangi tingkat kerusakan lingkungan, dan menghemat proses produksi.
Buah-buahan oragnik tersebut, seperti alpukat, tomat, apel, melon dan stoberi.
2.4. Rumah Pangan Lestari
Rumah pangan lestari

adalah rumah atau keluarga yang mempunyai

pertanian keluarga yang diperuntukkan dikonsumsi sendiri hasil dari pertaniannya,


jika hasil pertanian keluarga lebih maka produk dapat disimpan atau
dikomersilkan. Cara penyimpanan bisa dengan cara pendinginan, pembekuan,
pemanasan, maupun pengeringan.
2.5. Masyarakat Urban
Permasalahan yang timbul dari pertanian keluarga ini adalah lahan yang
tidak mencukupi, masyrakat urban perkotaan adalah salah satunya. Tidak

memiliki lahan lebih untuk melakukan pertanian keluarga namun ada solusi yaitu
dengan menanam sayuran atau buah didalam pot, polybag, konsep tanaman
hidrofonik dan hidrofobik. Media tanaman tersebut dapat diaplikasikan oleh
masyarakat urban untuk mewujudkan pertanian keluarga.
2.6. Perbandingan Jenis Komoditas Yang Ditanam Dalam Agrikutur
Keluarga
Jenis komoditas yang ditanam pada pertanian keluarga misalnya tomat,
cabai, stroberi. Hal tersebut tidak dapat dibandingkan berdasarkan hasil
komoditasnya karena kita tidak dapat menentukan mana yang lebih baik
komoditasnya karena

semuanya merupakan bahan pangan

yang dapat

dimanfaatkan. Kalaupun suatu pertanian keluarga hanya menanam satu komoditas


saja, maka keluarga tersebut dapat bertukar bahan pangan hasil pertanian
keluarnya dengan hasil pertanian keluarga lainnya.
2.7. Pilar Ketahanan Pangan
a. Ketersediaan
Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan melalui produksi,
distribusi, dan pertukaran. Produksi pangan ditentukan oleh berbagai jenis faktor,
termasuk kepemilikan lahan dan penggunaannya; jenis dan manajemen tanah;
pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman pertanian; pemuliaan dan
manajemen hewan ternak; dan pemanenan. Produksi tanaman pertanian dapat
dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan curah hujan. Pemanfaatan lahan, air,
dan energi untuk menumbuhkan bahan pangan seringkali berkompetisi dengan
kebutuhan lain. Pemanfaatan lahan untuk pertanian dapat berubah menjadi
pemukiman atau hilang akibat desertifikasi, salinisasi, dan erosi tanah karena
praktek pertanian yang tidak lestari.
b. Akses
Akses terhadap bahan pangan mengacu kepada kemampuan membeli dan
besarnya alokasi bahan pangan, juga faktor selera pada suatu individu dan rumah
tangga. Kemiskinan membatasi akses terhadap bahan pangan dan juga

meningkatkan kerentanan suatu individu atau rumah tangga terhadap peningkatan


harga bahan pangan. Kemampuan akses bergantung pada besarnya pendapatan
suatu rumah tangga untuk membeli bahan pangan, atau kepemilikan lahan untuk
menumbuhkan makanan untuk dirinya sendiri. Rumah tangga dengan sumber
daya yang cukup dapat mengatasi ketidakstabilan panen dan kelangkaan pangan
setempat serta mampu mempertahankan akses kepada bahan pangan.
Terdapat dua perbedaan mengenai akses kepada bahan pangan. (1) Akses
langsung, yaitu rumah tangga memproduksi bahan pangan sendiri, (2) akses
ekonomi, yaitu rumah tangga membeli bahan pangan yang diproduksi di tempat
lain.
c. Pemanfaatan
Ketika

bahan

pangan

sudah

didapatkan,

maka

berbagai

faktor

mempengaruhi jumlah dan kualitas pangan yang dijangkau oleh anggota keluarga.
Bahan pangan yang dimakan harus aman dan memenuhi kebutuhan fisiologis
suatu individu. Keamanan pangan mempengaruhi pemanfaatan pangan dan dapat
dipengaruhi oleh cara penyiapan, pemrosesan, dan kemampuan memasak di suatu
komunitas atau rumah tangga. Akses kepada fasilitas kesehatan juga
mempengaruhi

pemanfaatan

pangan

karena

kesehatan

suatu

individu

mempengaruhi bagaimana suatu makanan dicerna. Misal keberadaan parasit di


dalam usus dapat mengurangi kemampuan tubuh mendapatkan nutrisi tertentu
sehingga

mengurangi

individu. Kualitas sanitasi juga

kualitas

pemanfaatan

mempengaruhi

keberadaan

pangan
dan

oleh

persebaran

penyakit yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pangan sehingga edukasi


mengenai nutrisi dan penyiapan bahan pangan dapat mempengaruhi kualitas
pemanfaatan pangan.
d. Stabilitas
Stabilitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam
mendapatkan bahan pangan sepanjang waktu tertentu. Kerawanan pangan dapat
berlangsung secara transisi, musiman, ataupun kronis (permanen). Pada ketahanan
pangan transisi, pangan kemungkinan tidak tersedia pada suatu periode waktu

tertentu. Bencana alam dan kekeringan mampu menyebabkan kegagalan panen


dan mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat produksi. Konflik sipil juga
dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan. Ketidakstabilan di pasar
menyebabkan peningkatan harga pangan sehingga juga menyebabkan kerawanan
pangan. Faktor lain misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas yang
disebabkan oleh wabah penyakit. Musim tanam mempengaruhi stabilitas secara
musiman karena bahan pangan hanya ada pada musim tertentu saja. Kerawanan
pangan permanen atau kronis bersifat jangka panjang dan persisten.
2.8. Diversivikasi Makanan Dari Makanan Lokal
a. Jewawut
Jewawut merupakan salah satu jenis serealia yang populer di beberapa
wilayah di Indonesia seperti Sulawesi Barat, Pulau Buru, NTT dan Jawa Tengah.
Jewawut berbentuk biji kecil-kecil dengan diameter sekitar 1 mm. Kelebihan
tanaman jewawut antara lain toleran kekeringan serta beradaptasi baik pada
wilayah yang kurang subur. Hal inilah yang menyebabkan makanan ini banyak
ditanam oleh masyarakat khususnya pada musim kemarau. Namun demikian
seiring membaiknya ekonomi masyarakat Indonesia secara tidak langsung telah
menjadikan komoditas jewawut serta sorgum menjadi komoditas inferior yang
secara ekonomis tidak menguntungkan. Jewawut sebagai sumber protein tinggi
dari protein nabati.

Gambar 1. Tanaman jewawut

b. Cantel
Sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang potensial
untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal
dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi
agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input
lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibading tanaman
pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi,
sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan
ternak alternatif. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani
Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal
dengan namaCantel, dan biasanya petani menanamnya secara tumpang sari
dengan tanaman pangan lainnya. Produksi sorgum Indonesia masih sangat rendah,
bahkan secara umum produk sorgum belum tersedia di pasar-pasar.
Di banyak negara biji sorgum digunakan sebagai bahan pangan, pakan
ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan dunia, sorgum berada pada
urutan ke-5 setelah gandum, padi, jagung dan barley (ICRISAT/FAO, 1996). Di
negara maju biji sorgum digunakan sebagai pakan ternak unggas sedang batang
dan daunnya untuk ternak ruminansia. Biji sorgum juga merupakan bahan baku
industri seperti industri etanol, bir, wine, sirup, lem, cat dan modifikasi pati
(modified starch). Terkait dengan energi, di beberapa negara seperti Amerika,
India dan Cina, sorgum telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan
bakar etanol (bioetanol). Secara tradisional, bioetanol telah lebih lama diproduksi
dari molases hasil limbah pengolahan gula tebu (sugarcane). Walaupun harga
molases tebu relatif lebih murah, namun bioetanol sorgum dapat berkompetisi.

Gambar 2. Tanaman Cantel


c. Tengkawang
Tengkawang

adalah

nama

Shorea, suku Dipterocarpaceae,

buah
yang

dan

pohon

menghasilkan

dari

minyak

beberapa

lemak

yang

berharga tinggi. Pohon-pohon tengkawang ini hanya terdapat di Kalimantan.


Dalam bahasa Inggris tengkawang dikenal sebagai illipe nutatau Borneo tallow
nut.

Gambar 3. Tanaman Tengkawang


2.9. Konsep energy hingga tahun 2050
Konsep energy hingga tahun 2050 adalah food, water, and energy.
Dengan menguasai dan terpenuhinya aspek-aspek diatas maka bukan ahanya
ketahanan pangan saja yang dapat terwujud tetapi juga kemandirian pangan dapat
terlaksanakan.

2.10.

Pola Pangan Harapan


Pola pangan harapan adalah susunan beragam pangan atau kelompok

pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun
relative terhadap total energy baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi
pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengan mempetimbangkan aspekaspek social, ekonomi, budaya, agama, cita rasa.
Pola pangan harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran
untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan pendekatan PPH dapat dinilai
mutu pangan berdasarkan skor pangan dari 9 bahan pangan. Konsumsi pangan
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, yang pada tingkat makro ditunjukkan oleh
tingkat produksi nasional dan cadangan pangan yang mencukupi dari pada tingkat
regional dan lokal ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan.
Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan hanya
terjangkau sangatmenentukantingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga.
Selanjutnya pola konsumsi pangan rumah tangga akan berpengaruh pada
komposisi komsumsi pangan (Depkes RI , 2005). Tujuan Secara umum tujuan
Pola pangan harapan adalah untuk menghasilkan suatu komposisi standar pangan.
2.11.

Kebutuhan Teknologi
Teknologi yang dibutuhkan pada pengolahan pangan bertujuan untuk

memperpanajang umur simpan maupun menambah cita rasa. Dalam hal ini
teknologi yang dibutukan dalam pertanian misalnya adalah teknologi pengawetan
yang dapat memperpanjang umur simpan dari suatu bahan pangan supaya dapat
dimanfaatkan lebih maksimal.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah dijelaskan dari bab sebelumnya adalah untuk
mewujudkan ketahanan pangan adalah dengan cara pertanian keluarga. Hal ini
dapat dilakukan dengan mudah dan murah karena kebutuhan pangan keluarga
dapat tercukupi dari segi jumlah maupun gizinya.
3.2. Saran
Masyarakat diwajibkan melakukan pertanian keluarga untuk mendorong
terwujudnya ketahanan pangan dalam suatu Negara.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Jewawut. http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/1763/. Diakses
pada tanggal 18 Oktober 2014.
Suryaningsih. 2007. Mengenal Bumi Seri 2 Untuk Kelestarian Bumi. CV Graha
Mulia : Jakarta.
Soeranto. Cantel. http://www.batan.go.id/patir/_berita/pert/sorgum/sorgum.html .
Diakses pada tanggal 18 Oktober 2014
Zain, Muhammad. Pola pangan harapan. http://polapanganharapanmuhammadzainal.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2014

Bukti mengikuti talk show Food Day

Anda mungkin juga menyukai