Disususn Oleh :
Fauziah Nisa Tanjung
3351121021
3351121030
Andri Setiawan
3351121032
Khrisdiany Hidayah
3351121055
Cahyati Purbasari
3351111420
Irwan Hilmy
3351111418
Mei frisda
3351111427
Kelas A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami
proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang
untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang. Berbeda dengan pergantian kulit
pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat
minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat
yaitu sekitar 24 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang
banyak dan menebal.
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan
(insidens rate)yang berbeda. Segi umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia,
namun biasanya lebih kerap dijumpai pada dewasa.
Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen
penduduk. Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui.
Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001,
insiden psoriasis mencapai 2,3 persen. Penyakit ini tidak mengenal usia, semua
umur dapat terkena. Tapi puncak insidensinya di usia dua puluhan dan lima
puluhan.
Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan
menyerang salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang yang
sama untuk terserang penyakit ini.
B.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
yang nyata tentang penyakit psoriasis dan tentang pelaksanaan Askep pada klien
dengan psoriasis dengan menggunakan metode keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 definisi
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini
secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005)
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis
berwarna putih mengkilat.(Siregar, 2005).
2.2 Prevalensi
Psoriasis merupakan salah satu peradangan kulit yang sering terjadi dan
terdapat di seluruh dunia, prevalensi penyakit ini bervariasi pada setiap negara di
dunia, hal ini mungkin dikarenakan adanya faktor ras, geografi dan lingkungan.
Prevalensinya mulai dari 0,1% hingga 11,8%. Di literatur lain ada yang
menyebutkan 1-3% dari penduduk di negara-negara Eropa dan Amerika Utara
pernah menderita psoriasis. Dan ada lagi literatur yang melaporkan 1,5-3%
populasi di Eropa dan Amerika Utara pernah menderita psoriasis dan jarang
dijumpai pada Negara Afrika dan Jepang. Angka kejadian pada laki-laki dan
perempuan sama. Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi dari pada orang yang
memiliki kulit berwarna, kasus psoriasis jarang dilaporkan pada bangsa Indian di
Amerika maupun bangsa Afrika. Karena kebanyakan penderita psoriasis memiliki
lesi-lesi yang tak hilang seumur hidupnya. Data nasional prevalensi psoriasis di
Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama
tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen.
Psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang
dewasa muda. Awitan penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda
dan orang tua. Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 30
tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 60 tahun. Psoriasis lebih
banyak dijumpai pada daerah dingin dan terjadi pada musim hujan.
2.3 kulit
Kulit dalah bagian tubuh paling luar. Segala kotoran, sinar matahari, asap
kendaraan yang menempel, akan berpengaruh. Kulit terdiri atas tiga bagian utama,
yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis terdiri dari stratum korneum
yang kaya akan keratin, stratum lucidum, stratum granulosum yang kaya akan
keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal yang mitotik. Dermis terdiri dari
serabut-serabut penunjang antara lain kolagen dan elastin. Sedangkan hipodermis
terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah
bening. pada kesehatan kulit.
lapisan
sel-sel
pada
lapisan
korneum.
Lapisan
Malpighi
onset dan durasi lesi, adanya riwayat keluarga psoriasis, adanya faktor
pemicu, adanya faktor terapi antipsoriasis terdahulu (jika ada) yang
dilengkapi dengan data efikasi serta efek samping paparan terhadap senyawa
kimia dan toksin, serta riwayat alergi (makanan, obat, dan lingkungan).
Biopsi kulit terhadap lesi juga berguna dalam mengkonfirmasi diagnosis.
2.5 Gejala Klinis
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin
melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu di
seluruh bagian kulit tubuh, kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat
tertentu saja, karena pergiliran sel-sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Lesi
kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat-tempat yang mudah terkena
trauma antara lain : siku, lutut, sakrum, kepala dan genitalia, berupa makula
eritematus dengan batas jelas, tertutup skwama tebal dan transparan yang lepas
pada bagian tetapi dan lekat di bagian tengah. Skwama ini selalu menunjukkan
gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya kendor.
Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk makula yaitu berupa
bercak yang dapat bulat atau oval dengan diameter satu sampai beberapa
sentimeter. Bentuk ini akan statis dalam jangka waktu yang lama yang apabila
terjadi eksaserbasi dapat memberikan perubahan bentuk klinik yang bermacammacam antara lain : bentuk anular, gyrata folikularis, gutara dan punktata.
Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe. Penyakit psoriasis dapat
disertai dengan atau tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik seperti kulit normal
lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman bekas psoriasis.
Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi
serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi,
psoriasis bernanah (psoriasis pustulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi
merah disertai badan menggigil (eritroderma). Selain itu psoriasis dapat
menyerang kuku dimana permukaan kuku menjadi keruh, kekuning-kuningan dan
terdapat cekungan-cekungan/pitting atau titik-titik/punctate, menebal dan terdapat
subungual hiper keratosis sehingga kuku terangkat dari dasarnya. Dalam hal ini
kuku tangan lebih sering diserang daripada kuku kaki. Psoriasis dapat menyerang
mukosa dan sendi-sendi terutama sendi kecil.
Vlek phernomena (phenomena bercak lilin) yaitu bila skuama psoriasis
dikerok akan terlihat warna keruh seperti kerokan lilin. Koebner phernomena :
bila pada kulit yang masih normal terkenal trauma maka akan timbul lesi baru
yang bersifat sama dengan lesi yang telah ada. Sifat seperti ini juga ditemukan
pada lichen planus, lichen nitidus, veruka plana dan eksematoid dermatitis.
2.6 Etiologi
Penyebab psoriasis adalah auto imun, terdapat predisposisi genetik tetapi
secara pasti diturunkannya tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu
penyakit keturunan dan juga berhubungan dengan kekebalan dan respon
peradangan. Diketahui faktor utama yang menunjang penyebab psoriasis adalah
2.
3.
5.
pada cuaca dingin. Lesi psoriasis dapat berkembang pada daerah luka (seperti
bekas menggosok, pengambilan darah, gigitan serangga, operasi) pada kulit yang
nampak normal (respon Koebner). Litium karbonat, inhibitor ACE, tetrasiklin,
serta interferon dilaporkan dapat memperparah psoriasis.
2.9 Bentuk Klinis
Psoriasis dibagi menjadi bebrapa macam sesuai dengan gejala yang di timbulkan.
1. Plak Psoriasis ( Psoriasis Vulgaris )
Seorang penderita psoriasis vulgaris, umumnya terlihat kulit ketika sedang
terkelupas, merah dan mengelupas, kemudian mendapatkan menangis lesi dan
skala pada daerah yang terkena. Plak psoriasis, atau psoriasis vulgaris, merupakan
jenis yang paling umum terjadi pada hampir 80% pasien psoriasis. Hal ini ditandai
dengan merah, keras, patch mengangkat dan benjolan kecil yang memiliki tebal,
plak putih dan bersisik keperakan.
Para plak sering berkembang pada, kulit kepala punggung bawah, siku dan
lutut. Mereka juga dapat muncul pada lengan dada, dan kaki tetapi jarang pada
wajah. Dalam beberapa kasus, mereka berada di daerah terisolasi atau terpisah
dari tubuh, atau bentuk bersama.
Karena banyak kasus psoriasis dirugikan sebagai ketombe pada kulit
kepala, psoriasis kulit kepala diciptakan sebagai bentuk psoriasis plak. Psoriasis
kulit kepala memberikan ketidaknyamanan fisik seperti gatal tak tertahankan,
dengan lesi mengangkat dan membangun-up dari skala yang mengelupas seperti
ketombe, membuat kulit kepala meradang dan bengkak.
2. Psoriasis Gutata (Guttate)
Psoriasis Guttate (GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari psoriasis yang
mulai timbul sejak waktu anak-anak atau remaja. kata guttate berasal dari bahasa
Latin yang berarti jatuh.(drop). Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik
merah kecil di kulit. bercak (lesions) guttate biasanya timbul pada badan dan kaki.
Bintik-bintik ini biasanya tidak setebal atau bersisik seperti bercak-bercak
(lesions) pada psoriasis plak.
kaki. Psoriasis Pustular juga dapat ditemukan menutupi hampir seluruh tubuh,
dengan kecenderungan membentuk suatu siklus - reddening yang diikuti oleh
pembentukan pustules dan scaling.
Psoriasis pustular berkembang terutama pada orang dewasa dan
disebabkan oleh mengambil beberapa obat seperti kortison dan lithium. Hal ini
terjadi kepada orang-orang yang telah diagnozed dengan infeksi strep throat dan
wanita hamil. Hal ini ditandai dengan benjolan diisi cairan pada kulit yang gatal
dan merah. Patch kulit, ditaburi dengan jerawat atau pustula, dapat menyebar di
seluruh tubuh atau lokal hanya untuk kuku, telapak, jari kaki tangan dan telapak
kaki.
5. Psoriasis Eritroderma
Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi merah
matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehingga penderita mudah
terkena infeksi. Hanya 1-2% dari orang yang menderita psoriasis memiliki
psoriasis eritroderma. Jenis psoriasis dapat dihitung sebagai yang terburuk dari
semua. Hasilnya kemerahan luas, gatal parah, nyeri dan ketidaknyamanan,
dehidrasi dan demam. Ini biasanya dipicu oleh kortikosteroid, kulit terbakar parah
atau sensitivitas terhadap cahaya selama pengobatan fototerapi, atau jenis lain dari
psoriasis yang tidak terkontrol.
Jangan meremehkan psoriasis eritroderma karena infeksi yang fatal dan
mengancam nyawa juga. Hal ini dapat menutupi seluruh tubuh Anda dengan ruam
merah yang dapat mengupas gatal atau terbakar intens. Peradangan kulit yang
ekstrim dan pengelupasan kulit mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur
suhu dan melakukan fungsi lainnya penghalang normal.
6. Psoriasis Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada
bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.
7. Psoriasis Seboroik
Psoriasis seboroik merupakan kelainan kulit berupa perdangan superfisial
dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah
seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenhar sebasea, seperti pada kulit kepala,
alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus,
selangkangan, dan glutea. Pada dermatitis seboroik kelainan kulit yang berupa
eritem, edema, serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning
kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.
Dermatitis seboroik disebabkan oleh adanya peningkatan produksi sebum
pada daerah kulit kepala dan daerah wajah yang terdapat banyak folikel sebasea.
Meskipun, demikian penyebab pasti dari dermatitis seborik belum diketahui tetapi
seringkali dihubungkan antara reaksi inflamasi pada kulit dengan Pityrosporum
oval. Beberapa faktor lain turut menjadi predisposisi sebagai pemicu dermatitis
seboroik seperti faktor genetic dan lingkungan, hormonal, kelainan imun dan
neurologik.
Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak umur yakni
pada kelompok anak dan dewasa. Pada kelompok anak sering didapatkan pada 3
bulan pertama kehidupan dan kelompok dewasa dalam decade keempat hingga
ketujuh. Dermatitis seboroik pada anak khusunya pada kelompok bayi, dapat
sembuh spontan dalam usia 6 hingga 12 bulan, sementara dermatitis seboroik
pada orang dewasa dapat bersifat kronik dan membutuhkan perawatan seumur
hidup.
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis
dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak
dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada
tempat seboroik.
8. Psoriasis Lain
A. Psoriasis kuku
B. Psoriasis Artritis
Timbul dengan peradangan sendi, sehingga sendi terasa nyeri,
membengkak dan kaku, sama persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini,
penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai terjadi
kropos.
BAB III
PENGOBATAN PSORIASIS
3.1 Terapi Non Farmakologi
Penyakit kronik seperti psoriasis tidak dapat sembuh total, pengobatan
secara farmakologi dilakukan untuk mengurangi gejala (rasa gatal, kemerahan)
yang timbul akibat psoriasis. Terapi Non Farmakologi dilakukan untuk mencegah
kemungkinan munculnya penyakit lain karena psoriasis seperti diabetes, depresi,
dan penyakit jantung. Orang dengan psoriasis disarankan untuk melakukan gaya
hidup yang sehat seperti :
1) Seimbang antara aktivitas fisik reguler dan istirahat.
2) Menjaga berat badan yang ideal
3) Tidak merokok
4) Sebisa mungkin tidak mengkonsumsi alkohol, jika perlu mengkonsumsi
minuman beralkohol hanya boleh meminum dalam jumlah yang sedikit.
Karena mengkonsumsi banyak alkohol dapat memperburuk kondisi
psoriasis. Yang dapat berarti psoriasis tidak merespon baik terhadap
beberapa pengobatan atau beberapa obat tidak dapat digunakan.
5) Menghindari stress
6) Makan makanan yang sehat seperti buah dan sayur, menghindari makanan
berlemak.
Selain itu, orang dengan psoriasis juga sebisa mungkin menghindari
faktor-faktor pemicu yang diketahui dapat menimbulkan psoriasis pada dirinya.
Untuk ini sebaiknya menghubungi dokter karena pemicu psoriasis pada orang
berbeda-beda.
Regimen
Efek Samping
Emolien
2-3 x sehari
Iritasi,
reaksi
salisilism
(nausea, muntah, tinitus atau
hiperventilasi)
Kortikosteroid
Kalsipotrien
2-4 x sehari
Asam salisilat
Atropi
jaringan
lokal,
degenerasi, dan stria; penipisan
epidermal; erupsi menyerupai
akne; infeksi bakteri atau
jamur pada kulit; efek sistemik
glukokortikoid
Anthralin
Tazarotene
perih
dan
Asam salisilat merupakan salah satu senyawa keratolitik yang paling sering
digunakan. Senyawa tersebut menyebabkan kerusakan pada kohesi antar
korneosit-korneosit yang berada pada lapisan kulit pasien psoriasis yang
keras dan abnormal. Efek keratolitik tersebut meningkatkan penetrasi dan
efikasi beberapa zat topikal lain, seperti kortikosteroid.
Obat ini tersedia dalam bentuk 2% hingga 10% gel atau losio dan digunakan
2-3 kali perhari.
Asam salisilat menghasilkan iritasi lokal. Penggunaan pada area yang luas
dan inflamasi dapat menginduksi reaksi salisilism yang ditandai oleh gejala
nausea, muntah, tinitus atau hiperventilasi.
menghaluskan
kulit,
dan
mengurangi
hiperkeratosis.
Mekanisme kerja asam salisilat, sebagai salah satu keratolitik yang biasa
digunakan, ialah mengganggu kohesi antara korneosit-korneosit pada
lapisan kulit abnormal dan pasien psoriasis. Secara khusus, asam salisilat
bermanfaat pada area dimana terdapat sisik yang tebal.
Ketika diaplikasikan pada area inflamasi yang luas, asam salisilat dapat
menginduksi reaksi salisilism. Pada reaksi tersebut, terjadi nausea, muntah,
tinitus, dan hiperventilasi. Keracunan salisilat pada anak kecil berpotensi
jauh lebih serius dibandingkan apabila terjadi pada orang yang lebih tua
sebab anak kecil beresiko lebih besar mengalami metabolik asidosis. Kasus
fatal mengenai keracunan salisilat secara perkutan telah dilaporkan terjadi
baik pada anak maupun dewasa.
Efek keratolitik dari asam salisilat dapat meningkatkan penetrasi dan efikasi
beberapa agen topikal, seperti kortikosteroid. Asam salisilat, baik dalam
bentuk gel ataupun losio, biasanya digunakan 2 sampai 3 kali sehari dalam
konsentrasi 2-10%.
Produk yang berpotensi sangat tinggi dapat digunakan untuk lesi psoriasis
yang tebal dan kronis, tetapi hanya untuk waktu yang singkat dan pada area
permukaan yang kecil.
Krim merupakan sediaan yang paling disukai oleh beberapa pasien sebab
produk tersebut dapat digunakan pada area yang bersentuhan meskipun
kandungan minyak yang rendah membuat krim lebih kering daripada salep.
Efek samping meliputi atropi jaringan lokal, degenerasi kulit serta striae.
Jika dideteksi secara dini, efek samping tersebut dapat reversibel dan hilang.
Penipisan epidermis dapat menyebabkan kapiler tampak menggelembung
(telangiectasias) serta purpura. Telah dilaporkan adanya erupsi akneiform
dan gejala menyerupai infeksi kulit akibat bakteri atau jamur. Efek sistemik
meliputi supresi dari hipotalamus-pituitari-adrenal aksis, hiperglikemi dan
berkembangnya gejala cushingoid. Takifilaksis dan munculnya kembali lesi
psoriasis setelah penghentian terapi tiba-tiba dapat terjadi.
2. Kortikosteroid topikal
Indikasi :
Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan
disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan
serangga, dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid
menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid sama
sekali tidak menyembuhkan dan bila pengobatan dihentikan, kondisi semula
mungkin muncul kembali. Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan
gejala dan penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain seperti pemberian
emolien tidak efektif.
Kortikosteroid topikal tidak berguna dalam pengobatan urtikaria dan
dikontraindikasikan untuk rosasea dan kondisi ulseratif karena kortikosteroid
memperburuk keadaan. Kortikosteroid tidak boleh digunakan untuk sembarang
gatal dan tidak direkomendasikan untuk akne vulgaris.
Cara pakai:
Kortikosteroid sistemik atau topikal yang kuat sebaiknya dihindari atau
diberikan pada psoriasis hanya di bawah pengawasan dokter spesialis karena
walaupun obat ini dapat menekan psoriasis dalam jangka pendek, bisa timbul
berikut:
a. Gigitan dan sengata serangga kortikosteroid dengan potensi ringan,
seperti krim hidrokortison 1%.
b. Ruam kulit yang disertai inflamasi berat akibat penggunaan popok pada
bayi di atas 1 bulan kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti
hidrokortison 0,5 atau 1% selama 5-7 hari (dikombinasikan dengan
antimikroba jika terjadi infeksi).
c. Eksim ringan hingga sedang, fleksural, dan eksim wajah atau psoriasis
kortikosteroid ringan, seperti hidrokortison 1%.
d. Eksim berat di sekitar badan dan lengan pada anak usia di atas 1 tahun
kortikosteroid dengan potensi kuat atau kuat-sedang selama hanya 1-2
minggu, segera ganti ke sediaan dengan potensi lebih ringan pada saat
kondisi membaik.
e. Eksim di sekitar area kulit yang mengeras, misal telapak kaki, kortikosteroid topikal dengan potensi kuat dalam kombinasi dengan urea
atau asam salisilat untuk meningkatkan penetrasi kortikosteroid.
Pilihan formulasi :
Yang biasa digunakan adalah krim larut air untuk lesi yang lembab atau
eksudatif dan salep umumnya dipilih untuk lesi yang kering, bersisik, atau bila
efek oklusif diperlukan. Losio mungkin berguna bila aplikasi minimal dibutuhkan
untuk daerah yang luas atau untuk pengobatan luka eksudatif. Perban oklusif
polythene meningkatkan absorpsi, tetapi juga meningkatkan efek samping; karena
itu, dipakai hanya di bawah pengawasan dalam jangka waktu pendek untuk daerah
kulit yang sangat tebal, seperti telapak tangan dan kaki.
Penambahan urea atau asam salisilat meningkatkan penetrasi dari
kortikosteroid. Sediaan yang mengandung kortikosteroid paling ringan dengan
dosis efektif terendah merupakan salah satu pilihan; sedapat mungkin
pengenceran harus dihindari.
Peringatan :
Hindari penggunaan jangka panjang kortikosteroid topikal pada wajah
karena dapat meninggalkan bekas luka dan hindarkan dari mata. Pada anak-anak
hindari penggunaan jangka panjang dan penggunaan kortikosteroid kuat atau
sangat kuat; apabila digunakan, harus di bawah pengawasan dokter spesialis.
Peringatan keras juga ditujukan pada dermatosis pada bayi, termasuk ruam popok,
pengobatan sebaiknya dibatasi 5-7 hari. Pada psoriasis penggunaan kortikosteroid
kuat dan sangat kuat pada psoriasis dapat menyebabkan penyakit muncul lagi,
timbulnya psoriasis pustular yang merata dan toksisitas lokal dan sistemik.
Kontraindikasi :
Lesi kulit akibat bakteri, jamur atau virus yang tidak diobati; jerawat
rosasea dan perioral dermatitis; kortikosteroid kuat dikontraindikasikan untuk plak
psoriasis dengan sebaran yang luas.
Efek Samping :
Kelompok kortikosteroid sedang dan lemah jarang menyebabkan efek
samping. Semakin kuat sediaannya, semakin perlu untuk berhati-hati karena
absorbsi dari kulit dapat menyebabkan penekanan adrenal dan Cushing syndrome
tergantung dari daerah tubuh yang diobati dan lamanya pengobatan. Perlu diingat
bahwa absorbsi terbanyak terjadi dari kulit yang tipis, permukaan kasar, serta
daerah lipatan kulit dan absorpsi ditingkatkan oleh adanya oklusi.
Dermatitis kontak
Dermatitis perioral
Jerawat, perburukan jerawat atau rosasea
Depigmentasi ringan yang mungkin hanya sementara, tetapi bisa menetap
sebagai bercak-bercak putih
Hipertrikosis
Catatan :
Untuk meminimalkan efek samping kortikosteroid topikal, pemakaian
sediaan ini hendaknya dioleskan tipis saja pada daerah yang akan diobati dan
gunakan kortikosteroid yang paling kecil kekuatannya, tapi efektif.
Frekuensi aplikasi :
Sediaan kortikosteroid sebaiknya diberikan sekali atau dua kali sehari saja.
Tidak perlu mengoleskan obat ini lebih sering. Kortikosteroid topikal diratakan
secara tipis pada kulit. Panjang/ banyaknya salep/ krim yang dikeluarkan dari tube
dapat digunakan untuk menentukan banyaknya obat yang dioleskan pada kulit.
Mencampur sediaan topikal pada kulit sedapat mungkin dihindari;
sekurang-kurangnya sebaiknya berselang 30 menit antara pemakaian sediaan yang
berbeda. Penggunaan emolien sesaat sebelum pemakaian kortikosteroid adalah
tidak tepat.
Indikasi
Sediaan Beredar
Aklometason
Dipropionat
Aloderm, Armoclom,
Cloderm, Perderm
Beklametason
Dipropionat
Bernocort, Cleniderm,
Propaderm
Betametason
Dipropionat
Beprosone, Diprosone
OV, Mesonta, Oviskin,
Scanderma
Desoksimetason
Denomix, Esperson,
Dercarson, Topcort
Diflukortolon
valerat
Nerilon, Nerisona,
Valeron, Travacort
Ester betametason
Bethametason,
Allphacort, Betason,
Fucicort, Nisagon
Fluokortolon
Ultralan, Utrapoct N
Flusinolon asetonid
Bravoderm, Cinolon,
Dermasolon
Kelainan
radang
seperti
dermatitis dan eksim yang
Flutikason propionat tidak menunjukkan respon
pada kortikosteroid yang
kurang kuat; psoriasis
Hidrokortison
Hydrocortisone,
Berlicort, Kemicort,
Omnicort
Klobetasol
propionat
Clobetasol, Kloderma,
Primaderm
Triamsinolon
asetonid
Kelainan
radang
seperti
eksim
yang
tidak
menunjukkan respon pada
kortikosteroid yang kurang
kuat; psoriasis
Bufacomb, Kenacort,
Neolone, New
Kenacomb
3. Analog vitamin D
Vitamin D dan analognya menginhibisi diferensiasi dan proliferasi
keratinosit serta memiliki efek antiinflamasi dengan mengurangi IL-8 dan IL2. Penggunaan vitamin D itu sendiri dibatasi sebab adanya kecenderungan
untuk menyebabkan hiperkalsemia.
Kalsipotrien (Dovonex) merupakan analog vitamin D sintetik yang
digunakan untuk plak psoriasis yang ringan hingga sedang. Perbaikan
biasanya nampak dalam 2 minggu setelah terapi dan kurang lebih 70% pasien
menunjukkan perbaikan yang signifikan setelah 8 minggu. Efek samping
terjadi pada kurang lebih 10% pasien dan meliputi lesi dan sensasi terbakar
serta pedih di sekeliling lesi. Kalsipotrien 0,005% baik dalam krim, salep atau
larutan digunakan 1-2 kali sehari, tetapi tidak lebih dari 100 gram/minggu.
Calcitriol dan Tacalcitol merupakan derivat vitamin D yang lain.
Kalsipotriol, Kalsitriol dan Takalsitol biasa digunakan untuk pengobatan
plak psoriasis. Penggunaannya sebaiknya dihindari pada pasien dengan
4. Tazaroten
Tazaroten (Tazorac) ialah retinoid sintetik yang dihidrolisis menjadi
metabolit aktif, yakni asam tazarotenat, yang kemudian memodulasi
proliferasi dan diferensiasi keratinosit.
Tersedia sebagai gel dan krim 0,05% atau 0,1% dan digunakan sekali
sehari (biasanya di sore hari) untuk plak psoriasis yang ringan hingga sedang.
Gel 0,1% sedikit lebih efektif, tetapi gel 0,05% lebih sedikit menyebabkan
iritasi.
Efek samping yang terjadi bergantung pada dosis dan frekuensi; meliputi
pruritis, rasa terbakar, pedihm dan eritema dengan tingkat keparahan yang
ringan hingga sedang.
Penggunaan gel pada kulit yang eksim atau lebih dari 20% area
permukaan tubuh tidak direkomendasikan sebab dapat memicu absorpsi
sistemik secara ekstensif.
Tazaroten sering digunakan bersamaan dengan kortikosteroid topikal
untuk menurunkan efek samping lokal serta meningkatkan efikasi.
karsinogenisitas
rendah,
tetapi
terdapat
kasus
yang
memiliki
aktivitas
antiproliferasi
terhadap
keratinosit,
konsentrasi yang lebih tinggi (1-5%) dalam pembawa yang larut air
merupakan pilihan yang efektif dengan efek samping lokal yang lebih kecil.
Produk antralin harus diaplikasikan hanya pada area yang terinfeksi sebab
kontak dengan bagian kulit yang tidak sakit dapat berdampak pada iritasi dan
pewarnaan yang berlebihan yang biasanya dapat hilang dalam 1 hingga 2
minggu setelah penghentian terapi. Pewarnaan plak, pada dasarnya,
mengindikasikan respon postif sebab perombakan sel telah cukup diperlambat
untuk mengurangi noda/pewarnaan tersebut.
Inflamasi, iritasi dan pewarnaan kulit serta pakaian sering menjadi efek
samping yang membatasi penggunaan terapi.
Table 3.3 Monografi Antralin
Indikasi
Psoriasis kronik
Dosis administrasi
Mekanisme kerja
Kontraindikasi
Peringatan
Hati-hati
Interaksi obat
Kortikosteroid
topikal
kortikosteroid
menyebabkan
rebound psoriasis.
Efek samping
Sediaan Beredar
Anthramed
Regimen Dosis
Efek Samping
Acitretin
(bibir
lesi sembuh/membaik.
Makanan meningkatkan
absorpsi
dan
tolerabilitas.
Psoriasis
Dosis administrasi
Mekanisme kerja
Kontra indikasi
Peringatan
Hati-hati
Efek samping
Hipervitaminosis A
hepatotoksik, perubahan skelet, hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia
1. Siklosporin.
Siklosporin menunjukkan aktivitas imunosupresif dengan mengihibisi fase
pertama aktivasi sel T. Siklosporin juga menginhibisi pelepasan mediator
inflamasi dari sel mast, basofil, dan sel polimorfonuklear
Biasanya digunakan dalam penanganan manifestasi kutan dan artritis
akibat psoriasis yang parah. Terapi secara terus-menerus selama lebih dari 2
tahun dapat meningkatkan resiko kecacatan yang meliputi kanker kulit dan
penyakit limfoproliferatif.
Table 3.6
Senyawa aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
Siklosporin
2,5-4
mg/kg/hari
dalam 2 dosis terbagi;
dapat
ditingkatkan
hingga 5 mg/kg/hari
dalam 1 bulan jika
tidak ada perubahan
Nefrotoksisitas,
keganasan,
hipertensi, hipomagnesemia,
hiperkalemia, perubahan pada
fungsi liver, peningkatan kadar
serum lipid, intoleransi GIT
2. Metotreksat
Diindikasikan untuk psoriasis yang sedang hingga parah begitu juga
dengan psoriasis arthritis.
Merupakan analog sintetik asam folat yang bertindak sebagai inhibitor
kompetitif dari enzim dihidrofolat reduktase yang bertanggungjawab dalam
konversi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat merupakan
kofaktor penting dalam sintetis nukleotida timidilat dan purin yang
dibutuhkan dalam sintetis DNA dan RNA.
Metotreksat menghambat replikasi dan fungsi sel T dan B serta menekan
sekresi berbagai jenis sitokin. Metotreksat juga menekan pembelahan sel
epidermal.
Dosis
Adminitrasi
Mekanisme
Kontra indikasi
Peringatan
Efek Samping
eliminasi
Obat
Ethanol
Pyrimethamine
Trimethoprim-sulfamethoxazole
metroteksat Aminoglycoside
Cephalotin
Colchicines
NSAID (naproxen, ibuprofen)
Penicillins
Phenylbutazone
Probenecid
Salicylates
Sulfonamides
Pemindahan metroteksat dari ikatan Barbiturates
protein
Phenytoin
Probenecid
Retinoids
Salicylates
Sulfonamides
Sulfonylureas
Tetracycline
Hepatotoksisitas
Ethanol
Retinoids
Akumulasi intraselular metroteksat
Dipyridamole
3. Takrolimus
Table 3.9
Senyawa Aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
Takrolimus
Nefrotoksisitas, imunosupresi,
gangguan GIT, diare, nausea,
parestesia, hipertensi, tremor,
insomnia.
Dosis
Kontra Indikasi
Efek Samping
4. Mikofenolat Mofetil
Tabel 3.11
Senyawa Aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
Mikofenolat
mofetil
Dosis
Peringatan
Efek
Samping
5. Sulfasalazin
Agen antiinflamasi yang menginhibisi 5-lipoksigenase.
Digunakan secara selektif sebagai terapi alternatif, terutama pada pasien
Senyawa Aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
Sulfasalazin
Dosis
Mekanisme
Kerja
Kontra Indikasi
Peringatan
Efek Samping
Metroteksat
Sulfonilurea
Tiopurin
Warfarin
6. 6-Tioguanin
Tabel 3.17
Senyawa Aktif Regimen Dosis
6-Tioguanin
Efek Samping
7. Hidroksiurea
Table 3.18
Senyawa Aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
Hidroksiurea
1
gram/hari
dapat Toksisitas sumsum tulang,
ditingkatkan menjadi 2 yang
ditandai
dengan
gram/hari
leukopenia
atau
trombositopenia, reaksi kutan,
ulser pada kaki, anemia
megaloblastik
terapi
biologis,
agen
imunomodulator
dirancang
untuk
Regimen Dosis
Efek Samping
Infliksimab
Etanercept
2x dalam 1 minggu
Alefacept
15
mg
secara Faringitis, gejala menyerupai
intramuskular 1x dalam influenza, menggigil, pusing,
seminggu
nausea, sakit kepala, nyeri pada
daerah injeksi dan inflamasi dan
infeksi non spesifik
Efalizumab
1. Infliksimab (remicade)
Merupakan antibodi monoklonal chimeric yang ditujukan untuk melawan
TNF-.
Memiliki afinitas yang tinggi dalam bentuk yang larut dan transmembran
TNF-, dengan demikian dapat menginhibisi ikatan antara TNF- dengan
reseptornya.
Keuntungan dibanding terapi lain adalah infliksimab tidak secara negatif
berpengaruh terhadap jumlah darah, tingkat enzim liver atau fungsi ginjal.
2. Etenercept
Etanercept (Enbrel) adalah bloker TNF- yang lain berupa protein fusi
imunogenisitas.
diperoleh
dari
manusia
sehingga
meminimalkan
psoriasis kronik yang sedang hingga berat yang menjadi kandidat terapi
sistemik atau fototerapi.
3.4 Fotokemoterapi
Fotokemoterapi umumnya terdiri dari terapi dengan sinar ultraviolet B dan
PUVA. Sinar UVB (290-320 nm) terus menjadi salah satu fotokemoterapi
yang penting dalam intervensi psoriasis. Panjang gelombang UVB yang
paling efektif untuk terapi psoriasis ialah 310-313 nm. Hal tersebut telah
dibuktikan dari berbagai studi klinik pada pasien dengan psoriasis tipe plak.
Fototerapi UVB juga memberikan hasil yang lebih efektif ketika
ditambahkan dengan terapi sistemik, seperti metotreksat dan retinoid.
UV-A yang dikombinasikan dengan metoksalen oral (PUVA) merupakan
pendekatan fotokemoterapi. Kandidat untuk terapi PUVA biasanya
mengalami psoriasis yang melumpuhkan dengan tingkat keparahan sedang
hingga berat yang tidak memberikan respon terhadap terapi konvensional
baik topikal maupun sistemik.
PUVA sistemik terdiri atas obat oral yang berperan sebagai foto sensitizer
seperti 8-metoksipsalen (8-methoxypsoralen).
3.5 Kombinasi, Rotasi serta Urutan Terapi
Jika monoterapi dengan agen sistemmik tidak memberikan hasil optimal,
kombinasi terapi sistemik dengan metode lain mungkin dapat memberikan
manfaat. Kombinasi yang dapat dilakukan meliputi :
Acitretin + UV-B
Acitretin + fotokemoterapi menggunakan sinar UV-A (PUVA)
Metotreksat + UV-B
PUVA + UV-B
Metotreksat + siklosporin
Rotasi terapi melibatkan penggunaan regimen biologi untuk periode
tertentu, lalu berganti pada regimen nonbiologi, dan terus demikian. Salah satu
tujuan pendekatan ini adalah untuk meminimalkan toksisitas obat yang
terakumulasi.
Urutan terapi meliputi menghilangkan lesi psoriasis secara cepat dengan
terapi agresif seperti siklosporin, kemudian diikuti oleh periode transisi dengan
menggunakan obat-obat yang lebih aman, seperti acitretin, yang dimulai dengan
dosis maksimal. Selanjutnya, terapi masuk dalam periode pemeliiharaan dengan
menggunakan acitretin pada dosis rendah atau kombinasi dengan UV-B dan UVA.
BAB IV
STUDI KASUS
4.1 Studi Kasus
Pasien ini berusia perempuan 41 tahun,sudah menikah berasal dari kalimantan dan
sengaja datang ke Surabaya untuk mengobati sakit kulitnya yang tidak kunjung
sembuh. Keluhan utamanya adalah timbul bercak kemerahan yang awalnya hanya
di daerah lengan kedua tangan disertai nanah yang muncul beberapa hari
kemudian sejak 3 bulan yang lalu. Dalam perjalanannya bercak meluas hingga ke
seluruh tubuh juga disertai nanah. Selain itu pasien juga mengeluhkan panas
badan, meriang, mual dan kondisi badan yang lemah. Sebelumnya tidak pernah
menderita penyakit yang serupa. dari keluarga juga tidak pernah sakit seperti ini.
Pada pemeriksaan fisik secara umum kondisinya lemah namun kesadaran masih
baik (GCS 456), didapatkan suhu yang afebris. selain itu vital sign dalam batas
normal.
Status dermatologis :
Regio seluruh tubuh, makula eritematus batas tidak tegas dengan ukuran dan
bentuk yang bervariasi tepi tidak meninggi, diatasnya terdapat pustule yang
sebagian sudah pecah menjadi krusta, pus (+), sebagian makula juga tertutup
skuama.
Pemeriksaan Penunjang:
- Diusulkan pemeriksaan DL,UL,LFT,RFT, dan Albumin.
- Pemeriksaan Gram Staining, dan juga biopsi
Diagnosa :
-Psoriasis Pustulosa
Terapi :
- Paracetamol 3 x 500 mg karena pasien mengeluh panas.
- Mebhidrolin napadisilat 3x50 mg,p.o sebagai anti histamin karena pasien
mengeluh gatal.
- Methotrexate(MTX) 5 mg/12 jam selama 3 kali dalam seminggu karena
lesinya udah luas
- Terapi lain mungkin diberikan : infus albumin
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit psoriasis
merupakan salah satu penyakit/gangguan sistem integumen dimana kulit
mengalami
peradangan
kronis
(sering
kambuh)
Psikik, Infeksi
fokal,
yang
Faktor
disebabkan
Endokrin,
B. Saran
Kepada mahasiswa atau pembaca disarankan agar dapat mengambil
pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar
penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : ECG
Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta : EGC
Effendy, B. 2005. Kualitas dan harapan hidup penderita psoriasis dapat
ditingkatkandengan terapi dini dan tepat.
Siregar, R. 2005. Saripati penyakit kulit edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbitan.
LAMPIRAN
1. Psoriasis Vulgaris
2. Psoriasis Gutata
3. Psoriasis Inversa
4. Psoriasis Eritroderma
5. Psoriasis Pustulosa
6. Psoriasis Seboroik
7. Psoriasis Kuku
8. Psoriasis Artritis