Anda di halaman 1dari 2

ISOPRENA SEBAGAI PEREKAT

Pendahuluan
Perekat (adhesive) menurut ASTM adalah suatu zat atau bahan yang memiliki
kemampuan untuk mengikat dua buah benda berdasarkan ikatan permukaan (Blomquist et al
1983). Beberapa istilah lain dari perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage,
paste, dan cement (Blomquist et al 1983). Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein
hewan. Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan air, diperuntukkan untuk
merekatnkan kertas. Paste merupakan perekat pati yang dibuat melalui pemanasan campuran
pati dan air dalam bentuk pasta. Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang
bahan dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut.
Perekat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu perekat alami dan perekat sintetik. Perekat
alami merupakan perekat yg berasal dari alam (tumbuhan, protein) dan dapat diperbaharui
(renewable), dengan sumber daya yang melimpah dan ramah lingkungan. Bahan perekat
alami yang umum digunakan antara lain lignin, tanin dan elastomer (bahan karet). Bahan
perekat alami biasanya bersumber dari getah pohon. Salah satu elastomer yang ramah
lingkungan, renewable dan biodegradable adalah karet trans-1,4-isoprena atau dikenal
dengan getah perca (gutta percha) (Febrianto et al. 1999).

Gambar 1 Struktur trans-1,4-poliisoprena atau getah perca (gutta percha) (Febrianto


et al. 1999).
Perekat sintetis merupakan perekat yang berasal dari sumber daya tak terbarukan
(nonrenewable), umumnya berasal dari minyak bumi yang keberadaannya semakin terbatas
dan dapat habis. Penggunaan perekat sintetis juga berdampak negatif bagi lingkungan karena
tidak terurai di alam (nonbiodegradable). Jenis perekat sintetis yang biasa digunakan ialah
perekat yang berbasis formaldehida seperti urea formaldehida (UF), melamin formaldehida
(MF) dan fenol formaldehida (PF) (Karliati 2012).
Tujuan

Pembahasan
Perekat dapat diaplikasikan pada kayu, sepatu, kertas, aspal, dan lain-lain. Perekat
diaplikasikan sebagai salah satu bahan utama yang penting dalam industri pengolahan kayu
khususnya panel atau komposit kayu. Jenis perekat yang umum digunakan adalah perekat
sintetis berbasis formaldehida seperti urea formaldehida (UF), melamin formaldehida (MF)

dan fenol formaldehida (PF) (Karliati 2012). Bahan baku perekat ini bukan berasal dari
sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable), melainkan minyak bumi yang
keberadaannya semakin terbatas dan dapat habis. Penggunaan perekat sintetis juga
berdampak negatif bagi lingkungan karena tidak terurai di alam (nonbiodegradable). Bahan
perekat alami yang berpeluang untuk terus dikembangkan antara lain lignin, tanin dan
elastomer (bahan karet). Salah satu elastomer yang ramah lingkungan, renewable dan
biodegradable adalah karet trans-1,4-isoprena atau dikenal dengan getah perca (gutta percha)
(Febrianto et al. 1999).
Perekat diaplikasikan untuk sepatu kanvas. Jenis perekat tersebut ialah kompon lateks
alam yang divulkanisasi adanya belerang. Cara membuat kompon lateks ini adalah, lateks
pekat dicampur dengan dispersi belerang (bahan vulkanisator), seng oksida (bahan penggiat
belerang), ZDBC (seng dietil ditio karbamat sebagai bahan pemercepat), kemudian
dipanaskan dalam suhu 40 0Cselama 24-48 jam.Kompon yang sudah dipanaskan dapat
disimpan dalam ruang dengan suhu 25-30 0C selama 1-2minggu [1-2] (Utama 2002)
Dapus
Karliati T, Fauzi F, Wasrin S, Imam W. 2012. Karakterisasi getah perca dan pemanfaatannya
sebagai perekat kayu lapis. J. Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 10 (1).
Febrianto F, Yoshioka M, Nagai Y, Mihara M, Shiraishi N. 1999. Composites of wood and trans1,4 isoprene rubber I: mechanical, physical, and flow behavior. J Wood Sci. 45:38-45.
Utama M, Sudirman, Penny S. 2002. Studi produksi perekat untuk sepatu kanvas dari
kopolimer lateks karet alam metil metakrilat (NRL-g-PMMA). Jurnal Sains Materi
Indonesia Indonesian Journal of Materials Science 4 (1) : 1 8, ISSN : 1411-1098.
Blomquist RF, Christiansen AW,Gillespie RH, dan Myers GE. 1983. Adhesive Bonding of
Wood and Other Structural Materials. Forest Technology USDA Forest Service
Wisconsin : The University of Winconsin-Extension.

Penggunaan urea formaldehida pada produk kayu lapis dan produk olahan kayu lainnya mendapat
reaksi keras dari beberapa Negara pengimpor mengingat emisi yang dikeluarkan oleh formaldehida
sangat tidak ramah lingkungan dan mengganggu kesehatan terutama bila kayu lapis digunakan dalam
ruangan yang relatif tertutup (Palupi et al. 2008)
Palupi NP, Sailah I, Syamsu Y, dan Pandji C. 2008. Karakterisasi perekat siklo karet alam. Jurnal
Teknologi Pertanian 4(1) :19-24. ISSN 1858-2419

Anda mungkin juga menyukai