Anda di halaman 1dari 6

b) Desain Empat Kelompok Solomon

Untuk memperoleh validitas internal yang lebih tinggi dalam desain eksperimen,
disarankan untuk merencanakan dua keompok eksperimen dan dua kelompok kontrol
untuk eksperimen. Satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol bisa diberi
prates dan pascates.

Desain Empat Kelompok Solomon dan Ancaman Terhadap Validitas Internal


Meringkas ancaman terhadap validitas internal yang terdapat dalam desain eksperimen
yangb berbeda. Bila semua subjek ditempatkan secara acak dalam kelompok, maka bias
seleksi dan regresi statistik dihilangkan dalam semua kasus. Ancaman Utama pada
Validitas Internal dalam Desain Eksperimen yang Berbeda jika Anggota Dipilih dan
Ditempatkan secara Acak.

Jenis Desain Eksperimen

Ancaman Utama pada Validitas


Internal

Pra test dan pasca test dengan hanya satu kelompok

Penguji, sejarah mutasi

eksperimen
Pasca test dengan hanya satu kelompok eksperimen dan

Maturasi

satu kelompok kontrol


Pra tes dan pasca test dengan satu kelompok eksperimen

Mortalitas

dan satu kelompok kontrol


Desain empat kelompok solomon

Mortalitas

c) Studi Buta Berganda


Jika ketelitian dan keketatan ekstrem diperlukan dalam desain eksperimen seperti
dalam kasus penemuan obat baru yang dapat berdampak pada kehidupan manusia, studi
buta dilakukan untuk menghindari bias yang mungkin timbul. Misalnya, perusahaan
farmasi yang menyelidiki kemanjuran obat yang baru dikembangkan dalam tahap prototif
memastikan bahwa subjek dalam kelompok eksperimen dan kontrol tetap tidak
menyadari siapa yang memberikan obat,dan siap yang palsu (placebo). Studi semacam
itu disebut studi buta (blind studies).

Jika Aviron menguji dan mengumumkan vaksin flu-mist, subjek dan peneliti yang
memberikan vaksin kepada mereka sama-sama tidak menyadari perlakuan sebenarnya
versus imajiner. Seluruh proses dilakukan oleh agensi peneliti luar yang hanya
mengetahui siapa memperoleh perlakuan apa. Karena, baik peneliti maupun subjek tidak
mengetahui yang sebenarnya, studi tersebut disebut studi buta bertanda (double-blind
studies). Karena tidak ada gangguan perlakuan dalam hal apapun, studi eksperimen ini
merupakan yang paling tidak bisa.
Sebagaimana disebutkan sebalumnya, manajer jarangmelakukan studi hubungan
sebab-akibat dalam organisasi dengan menggunakan desain eksperimen karena
ketidaknyamanan dan gangguan yang ditimbulkannya pada system.
d) Desain Ex Post Fasto
Hubungan sebab-akibat terkadang dibuktikan melalui apa yang disebut desain ex
pos fasto. Di sini,tidak ada manipuasi variabel bebas dalam situasi lab atau lapangan,
namun subjek yang telah diberi stimulus dan mereka yang tidak diberi, dipelajari.
Misalnya, program pelatihan mungkin diperkenalkan dalam sebuah organisasi 2 tahun
lebih awal. Sebagian mungkin telah mengikuti pelatihan, sedangkan lainnya belum.
Untuk mempelajari pengaruh pelatihan terhadap kinerja, data kinerja kedua kelompok
bisa dikumpulkan sekarang. Karena studi tidak segera dilaukan setelah penelitian, tetapi
jauh setelah tersebut, hal tersebut merupakan sebuah desain ex post fasto.
Desain eksperimen yang lebih canggih seperti desain yang sepenuhnya acak,
desain blok acak, desain kuadrat Latin, dan desain faktorial.

3. SIMULASI
Alternatif eksperimentasi lab dan lapangan yang saat ini dipergunakan dalam
penelitian bisnis adalah simulasi. Simulasi terbagi atas simulasi yang menggunakan
teknik membangun model untuk menentukan pengaruh perubahan, dan simulasi berbasis
komputer menjadi populer dalam penelitian bisnis. Simulasi dapat dianggap sebagai
eksperimen yang dilakukan dalam situasi yang diciptakan secara khusus yang sangat
dekat mewakli lingkungan alami dimana kegiatan biasanya berlangsung. Dalam
pengertian tersebut, simulasi berada di antara eksperimen lab dan lapangan, sejauh
lingkungan diciptakan secara artificial tetapi tidak jauh berbeda dari realitas peserta

diberi pengalaman dunia nyata selama suatu periode waktu, berlangsung dari beberapa
jam hingga beberapa minggu, dan mereka dapat ditempatkan secara acak kedalam
kelompok perlakuan yang berbeda. Jika prilaku manajerial sebagai fungsi dari perlakuan
khusus dipelajri, subjek akan diminta untuk bekerja dalam suatu lingkungan yang sangat
mirip dengan kantor, berikut meja, kursi, lemari, telpon, dan sebagainya. Anggota secara
acak akan memerankan direktur, manajer, karawan, dan seterusnya, dan stimulus yang
khusus akan diberikan kepada mereka. Dengan demikian, sementara peneliti akan
mempertahankan kontrol atas tugas dan manupulasi, subjek akan dibiarkan bebas
bekerija seakan dalam sebuah kantor yang nyata. Intinya, beberapa faktor akan dibangun
ke dalam atau digabungkan dalam sistem simulasi dan lainnya dabiarkan bebas berubah
(perilaku peserta,dalam aturan main). Data mengenai variabel terikat bisa diperoleh
melalui, video tape, rekaman audio, wawancara, atau kuesioner.
Hubungan kausal bisa diuji karena manipulasi dan kontrol adalah mungkin dalam
simulasi. Dua jenis simulasu dapat dilakukan yang seru dimana sipat dan waktu peristiwa
simulasi sepenuhnya ditentukan oleh peneliti (disebut simulasi eksperimen), dan lainnya
(disebut simulasi bebas) di mana rangkaian aktivitas setidaknya setengah diatur oleh
reaksi peserta pada beragam stimulus saat mereka berinteraksi satu sama lain. Looking
Glas, simulasi bebas yang dikembangkan oleh Lombardo, McCall, dan De Vries (1983)
untuk mempelajari gaya kepemimpinan, cukup populer dalam bidang manajemen.
Hubungan sebab-akibat paling baik dibuktikan dalam simulasi eksperimen di
mana peneliti memegang kontrol lebih besar. Tetapi,dalam simulasi yang berlangsung
beberpa minggu, bisa terjadi tingkat pengurangan anggota yang tinggi. Simulasi
eksperimen dan bebas sama-sama mahal, karena menyiptakan kondisi dunia nyata dalam
sebuah situasi buatan dan mengumpulkan data selama suatu periode waktu yang panjang
melibatkan penggunaan banyak jenis sumber daya. Simulasi dapat dilakukan dalam
situasi yang diciptakan secara khusus menggunakan subjek, komputer, dan model
matematika. Steufert, Pogash, dan Piasecki (1988), yang menilai kompetensi manajerial
melalui simulasi 6 jam denganbantuan komputer, berpendapat bahwa teknologi simulasi
mungkin merupakan satu-satunya metode yang layak untuk secara simultan mempelajari
beberapa tipe gaya eksekutif. Simulasi berbasis komputer sering dipergunakan dalam
bidang akuntansi dan keuangan. Misalnya, efektivitas berbagai prosedur tinjauan analitis

dalam menedeteksi kesalahan rekening neraca telah diuji lewat simulasi (Knechel,
1986). Dalam bidang keuangan, manejemen resiko dipelajari melalui simulasi. Simulasi
juga dipergunakan untuk memahami hubungan rumit dalam mendanai program pension
dan mengambil keputusan investasi yang penting (Perrier & Kalwarski 1989). Adalah
mungkin untuk mengubah-ubah beberapa varibel (demografi tenaga kerja, tingkat inflasi,
dst.) satu demi satu atau secara serempak dalam model tersebut.
Prototip mesin dan instruman sering merupakan hasil model simulasi. Simulasi
juga digunakan oleh banyak perusahaan untuk menguji keandalan dan kemanjuran
berbagai produk. Kita juga akrab dengan simulator penerbangan,mobil, dan bahkan
reactor nuklir. Dalam hal ini, pola visual yang ditampilkan terus berubah dalam
merespons reaksi indivindu (pilot, pengemidi, atau teknisi darurat)terhadap stimulus yang
diberikan, dan tidak dalam urutan yang ditetapkan sebelumnya. Seluruh kegiatan bisnis,
dari atas ruang kantor hingga profitabilitas, bisa di simulasikan menggunakan scenario
yang berbeda. Dengan meningkatnya skseske teknologi canggih, dan kemajuan model
matematika, simulasi menjadi alat pembuatan keputusan manajerial yang penting. Sangat
mungkin bahwa kita akan melihat simulasi digunakan sebagai alat manajerial untuk
meningkatkan motivasi, kepemimpinan, dan semacamnya, di masa depan. Simulasi juga
dapat diterapkan sebagai sebuah alat manajerial pengambilan keputusan dalam bidang
administratif dan prilaku lainnya. Model simulasi terprogram dan berbasis komputer
dalam bidang prilaku bisa sangat membantu mengambil keputusan manajerial.

4. ISU ETIS DALAM PENELITIAN DESAIN EKSPERIMEN


Tepat pada titik ini untuk membahas secara singkat sedikit dari banyak isu etis
yang terlibat dalam melakukan penelitian, yang beberapa di antaranya sangat relevan
untuk mengadakan eksperimen lab. Praktik berikut ini dianggap tidak etis:

Mendesak orang untuk berpartisipasi dalam eksperimen dengan paksaan, atau


menggunakan tekanan sosial.

Memberikan tugas kasar dan mengajukan pertanyaan yang merendahkan dan


mengurangi harga diri meraka.

Menipu subjek dengan secara sengaja menyesatkan mereka terkait penelitian yang
sebenarnya.

Menimbulkan stress fisik atau mental bagi peserta.

Tidak membolehkan subjek mengundurkan diri dari penelitian meskipun mereka


ingin.

Menggunakan hasil penelitian untuk merugikan peserta, atau tujuan yang tidak
mereka inginkan.

Tidak menjelaskan prosedur yang berlaku dalam eksperimen.

Menempatkan peserta dalam situasi yang berbahaya dan tidak aman seperti kita
liat sebelimnya dalam kasus Universitas Johns Hopkins.

Tidak mengadakan tanya-jawab dengan peserta secara penuh dan akuratsetelah


eksperimen berakhir.

Tidak menjaga privasi dan rahasia informasi yang diberikan oleh peserta.

Tidak memberi insentif untuk kelompok kontrol.


Poin terakhir agak kontroversial dalam kaitannya dengan apahkah hal tersebut

merupakan dilema etis atau tidak, terutama dalam penelitian organisasi. Jika ada tiga
insentif berbeda yang ditawarkan kepada tiga kelompok eksperimen, dan tidak ada yang
ditawarkan kepada kelompok kontrol, adalah kelompok fakta bahwa kelompok kontrol
telah bepartisipasi dalam eksperimen tanpa insentif sedikit pun. Demikian pula, jika
empat kelompok eksperimen berbeda menerima empat tingkat pelatihan berbedatetapi
kelompok kontrol tidak, keempat kelompok lain memperoleh keahlian yang kelompok
kontrol tidak peroleh. Tetapi, haruskah hal tersebut diangap sebagai dilema etis yang
mencegah desain eksperimen dengan kelompok kontrol dalam penelitian organisasi?
Mungkin tidak, sekurangnya karena tiga alasan. Pertama, adalah bahwa beberapa faktor
dalam sistem yang tidak berpartisipasi dalam eksperimen juga tidak memperoleh insentif.
Kedua, bahkan dalam kelompok eksperimen, beberapa akan lebih menguntungkan
dibanding lainnya (tergantung pada tingkat di mana faktor kausal dimanpulasi). Akhirnya
jika hubungan sebab-akibat ditemukan, cepat atau lambat seluruh sistem akan
mengimplementasikan pengetahuan baru tersebut dan semua orang pada akhirnya akan
mendapatkan manfaat. Asumsi bahwa kelompok kontrol tidak memperoleh manfaat dari
partisipasi dalam eksperimen tidak dapat menjadi alasan untuk tidakmenggunakan
eksperimen lab atau lapangan.

5. IMPLIKASI MANAJERIAL
Sebelum menggunakan desain eksperimen dalam studi penelitian, adalah penting
untuk mempertimbangkan apahkah hal tersebut perlu, dan jika demikian, sampai tingkat
apa. Hal tersebut penting karena desain eksperimen membutuhkan upaya khusus dan
mengubah-ubah tingkat intervensidengan arus kegiatan yang biasa. Beberapa pertanyaan
yang perlu dijawab dalam membuat keputusan tersebut, adalah sebagai berikut:
a. apakah benar-benar perlu untuk mengindentifikasi hubungan kausal, atau apakah
cukup jika korelasi yang berlaku untuk varians dalam variabel terikat diketahui?
b. Jika penting untuk membuktikan bahwa hubungan kausal penting, mana dari dua,
validitas internal dan eksternal, yang lebih diperlukan, atau apakah kedua-duanya
dibutuhkan? Bila hanya validitas internal yang perting, eksperimen lab yang
didesain dengan teliti akan menjadi jawaban; jika generalisasi adalah kriteria yang
lebih penting, maka studi lab adalah yang pertama harus dilakukan, diikuti
eksperimen lapangan, jika hasil yang pertama membenarkan hasil yang kedua.
c. Apakah biaya adalah faktor penting dalam studi? Jika ya, bisakah desain
eksperimen yang kurang canggih tujuan?
Meskipun manajer mungkin sering tidak tertarik dalam hubungan sebab-akibat,
pengetahuan yang baik mengenai desain eksperimen bisa membantu perkembangan
sejumlah studi awal yang dilakukan untuk menguji apakah faktor seperti sistem bonus,
tarif per satuan, waktu istirahat, dan seterusnya membawa pada hasi positif seperti
motivasi yang lebih baik, peningkatan kinerja, dan kondisi kerja lainnya yang diinginkan
di tempat kerja. Manajer pemasaran dapat menggunakan desain eksperimen untuk
mempelajari pengaruh pada iklan penjualan, promosi penjualan, harga, dan sebagainya.
Kesadaran akan manfaat simulasi sebagai alat penelitian juga bisa menghasilkan ikhtiar
penelitian yang kreatif dalam bidang manajemen, sebagai mana hal tersebut terjadi dalam
sisi manufaktur bisnis.

Anda mungkin juga menyukai