BAB I
PRINSIP- PRINSIP DASAR
1.1.
ANGKA SIGNIFIKAN
Konsep mengenai angka signifikan dan akurasi adalah dasar untuk memahami
data analitis, perumusan prakiraan resiko, pemodelan transport air tanah, maupun
prakiraan biaya
Akurasi, adalah sebuah konsep yang sederhana, di mana semakin akurat suatu
estimasi, maka akan semakin mendekati pada nilai yang sebenanrnya.
Konsep yang diterapkan dalam angka signifikan adalah less intuitive. Hasil
perhitungan seringkali ditampilkan sebagaimana hasil yang ditampilkan pada alat
hitung ataupun lembar kerja, di mana nilai tersebut telah diset untuk menunjukkan
sejumlah angka tertentu di belakang desimal yang seringkali,tidak semua angka
tersebut berarti (dalam hal ini, angka signifkan). Misalnya, sesuai dengan asumsi yang
disepakati clean up level dapat dinyatakan sama dengan 6 mg/kg, atau 6.2 mg/kg atau
6.2389 mg/kg, di mana angka signifikan dari clean up level akan sangat menentukan
perlu tidaknya lahan tersebut diremediasi.
Bagaimana cara menentukan angka signifikan? Jumlah angka signifikan
sedikitnya harus berupa non zero digit. Angka nol dapat menjadi angka signifikan,
kecuali jika digunakan untuk meletakkan nilai desimal. Sebagai contoh, tiga angka
berikut ini kesemuanya mempunyai tiga angka signifikan, yaitu ; 6,24 ; 0,000233;
1,00x10-6 ; 12,700.
Jumlah angka signifikan dari hasil perhitungan, dalam hal ini misalnya pada
hasil perhitungan clean-up level atau prakiraan biaya juga tergantung dari angka
ketidakpastian (uncertainty)
Sebagai contoh; hasil penjumlahan dari:1200 + 1399,4 + 0,43 adalah sama dengan
2599,83 (tanpa memperhatikan aturan angka signifikan). Seharusnya, dengan
menggunakan aturan angka signifikan, maka hasil harus memiliki nilai absolute
uncertainty yang sama dengan absolute uncertainty terbesar yang dimiliki oleh
komponen penjumlahan, dalam hal ini adalah 1200 (2 angka signifikan), sehingga hasil
dari penjumlahan di atas menjadi sama dengan 2600.
Apabila angka signifikan digunakan dalam operasi perkalian atau pembagian,
maka nilai relative uncertainty pada hasil operasi tersebut harus sama dengan nilai
ketidakpastian relatif terbesar yang dimiliki oleh komponen-komponen yang terlibat
dalam operasi perkalian ataupun pembagian. Sehingga, hasil perkalian antara 0,4375
X 1,0 X 6 tidak sama dengan 3, melainkan sama dengan 2,625.
1.2.
Mol dinyatakan sebagai satuan massa senyawa kimia yang terdiri dari 6,022 x
106 molekul. Satuan mol biasanya digunakan untuk kesetimbangan reaksi kimia dan
untuk karakterisasi konsentrasi di air dan udara.
Berat molekul (formula weight) ditentukan dengan menjumlahkan berat atom
dari atom-atom penyusunnya.
Konsentrasi kontaminan dalam air dinyatakan dalam satuan mg/L (ppm), g /L
(ppb). Untuk sampel air terkontaminasi
2+
anion merupakan ion dengan muatan negatif, misalnya; Cl- dan Cr2O3-2. Nilai valensi
sebuah ion menyatakan nilai muatannya, misalnya; 2+ atau 3+. Nilai valensi ini dapat
berubah pada saat terjadi reaksi redoks.
Senyawa non-ionik dapat bersifat polar ataupun non-polar. Pada molekul polar,
elektron tidak terbagi secara setimbang diantara atom-atom. Akibatnya, ada beberapa
ato yang mempunyai nilai elektronegatif lebih tingi dari atom lain. Electronegativity
beberapa atom dinyatakan sebagai berikut:
F > O > Cl, dan N > Br > C, H
1.2.3. Solubilitas
Solubilitas didefinisikan sebagai jumlah senyawa yang larut dalam air. Secara
umum, solubilitas akan semakin menurun dengan semakin meningkatnya ukuran untuk
molekul organik yang sama.
Pada senyawa ionik, solubilitas dinyatakan dengan konstanta solubilitas produk
(Ksp). Sebagai contoh, pada reaksi kesetimbangan berikut:
AxBy
A+y+ B-x
(di mana A dan B adalah ion serta x dan y adalah pangkat / integer), maka nilai KSp :
Ksp = [ A]x . [B]y...............................................................................................(1.1)
Solubilitas suatu senyawa tergantung pada suhu dan tekanan, tipe dan
konsentrasi senyawa lain di dalam air, serta pH air. Keberadaan suatu senyawa
organik dalam konsentrasi yang relatif tinggi dapat meningkatkan solubilitas senyawa
lain melalui gejala kosolvasi. Kosolvasi dapat didefinisikan sebagai meningkatnya
solubilitas suatu senyawa
relatif tinggi . Derajat keasaman (pH) air dapat mempengaruhi solubilitas senyawa
ionik. Disamping itu, kompleksasi senyawa juga dapat meningkatkan solubilitas
senyawa melebihi konsentrasi yang diperkirakan dengan konstanta solubilitas produk,
misalnya merkuri dapat membentuk senyawa yang lebih kompleks dengan Chloride
menjadi Hg Cl-24 yang lebih soluble.
Beberapa tipe senyawa tertentu yang memiliki solubilitas relatif rendah dapat
muncul sebagai fase terpisah dalam akuifer. Light Non Aqueous Phase Liquid
(LNAPL) atau sering disebut sebagai floater adalah fase cairan terpisah yang memiliki
densitas / kepadatan lebih kecil dari air dan Spesific gravity lebih kecil dari satu.
Sedangkan senyawa lainnya, yaitu Dense Non Aqueous Phase Liquid (DNAPL) atau
sering disebut sinker memiliki densitas lebih besar dari air dan Spesific gravity lebih
besar dari satu. DNAPL dan LNAPL akan dibahas lebih lanjut pada sub bagian
berikutnya.
1.2.4. Sorpsi
molekul. Disamping itu, sifat fisik dan kimia padatan juga mempengaruhi mekanisme
sorpsi, yaitu :
1. Variasi sifat dari padatan, di mana kandungan organik karbon yang berbeda
dalam lapisan pasir dan silt di dalam aquifer akan mempengaruhi distribusi
bahan terserap
2. Permeabilitas dan porositas meningkat sehingga meningkatkan aliran fluida
melalui padatan dan kesempatan untuk sorpsi dan desorpsi dari padatan
padatan dapat
Kp
....................................................(1.4)
Parameter-parameter
tersebut
sering
digunakan
dalam
pemodelan
pengangkutan polutan dalam aliran air tanah. Nilai Kp dapat diestimasi dari Kow atau
diukur dengan percobaan di laboratorium. Nilai Kp juga dapat digunakan untuk
memperkirakan massa polutan yang terserap ke dalam padatan dengan Freundlich
Isoterm, yang dirumuskan sebagai berkut:
S = Kp . C1/n.....................................................................................................(1.5)
Atau,
tertentu
C = konsentrasi kontaminan, dalam mg / L
Volatilitas adalah kecenderungan senyawa untuk pindah dari fase padat atau
fase cair ke dalam fase gas. Secara umum, volatilitas akan menurun dengan semakin
meningkatnya ukuran molekul organik. Logam (kecuali bentuk tertentu dari Hg, Pb dan
As) tidak bersifat volatil dalam kondisi lingkungan tertentu.
Konstanta Hukum Henry menyatakan volatilitas suatu senyawa dalam air pada
suhu dan tekanan tertentu. Pada kondisi lingkungan secara umum, Hukum Henry
menyatakan bahwa dalam kondisi kesetimbangan, konsentrasi senyawa volatil dalam
air ( Xi ) adalah sebanding dengan tekanan parsial senyawa di udara ( pi ), yang
dirumuskan sebagai berikut:
KH,i = i
.................................................................................................(1. 7)
Xi
di mana:
KH,i = Konstanta Henry
i
Xi
Semakin besar nilai konstanta Henry, berarti kesiapan suatu senyawa untuk
mengalami volatilisasi dari air ke udara akan semakin besar. Nilai Konstanta Henry
dapat diperoleh dari tabulasi yang terdapat dalam beberapa literatur, atau dari hasil
penghitungan solubilitas dan tekanan uap pada suhu dan tekanan tertentu
Pada perilaku polutan yang terlarut dalam air pada konsentrasi rendah, Hukum
Henry tidak mampu menjelaskan gejala volatilisasi dengan akurat, misalnya untuk
menerangkan gejala volatilisasi benzena dalam lapisan bensin yang mengapung pada
permukaan air.
Hukum Roult menyatakan kesetimbangan yang terjadi pada campuran gas
dengan mengacu pada hukum gas ideal dan larutan ideal, di mana kesetimbangan
fraksi mol senyawa volatil (Xi) dalam suatu larutan ideal dikalikan dengan tekanan uap
(i*) akan sama dengan tekanan parsial dari senyawa di udara. Secara matematis,
Hukum Roult dapat dirumuskan sebagai berikut:
i *
1.2.6.
Xi = i..................................................................................................(1.8 )
Reaksi-Reaksi Umum
lain
yaitu; pembakaran,
dan presipitasi dengan hidroksida. Reaksi oksidasi dan presipitasi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Fe2+ + 2 H+ + O2 Fe3+ + H2O
Fe3+ + 3 OH- Fe (OH)3
1.3.
Kontaminan
Kontaminan-kontaminan
umum
antara
lain
meliputi;
alkana,
VOCs
(hidrokarbon, ethan dan ethen terklorinasi dan keton), senyawa organik semivolatil /
SVOCs (polinuklir aromatik hidrokarbon / PAH, poliklorinated bipenil / PCB), inorganik
polutan (logam dan cyanida).
1.3.1. Alkana
dapat
menjadikan senyawa hidrokarbon aromatik lebih polar, lebih solubel dan kurang
volatile daripada senyawa BTEX analog.
Pada tabel 1, dapat dilihat beberapa contoh senyawa hidrokarbon aromatik dan
karakteristiknya, perhatikan pengaruh adanya gugus-gugus fungsional, seperti OH
dan Cl pada senyawa analog.
1.3.3. Methana, Ethana dan Ethene Terklorinasi
Methana terklorinasi tersusun atas satu atom karbon dan satu atau lebih atom
klor. Ethana terkorinasi, atau sering disebut etilen, tersusun atas satu rantai yang terdiri
dari dua atom karbon yang berikatakan rangkap dua. Senyawa-senyawa ini umumnya
juga
10
umumnya digunakan sebagai agen degreasing dan solven pada fasilitas dry cleaner
dan elektroplating. Senyawa-senyawa ini dikenali dari sifat volatilitas dan solubilitas
dalam air yang relatif rendah. Pada tabel 2 dapat dilihat beberapa contoh senyawa
methana, ethana dan ethene terklorinasi beserta karakteristiknya. Secara umum,
ethana dan ethene terklorinasi mempunyai densitas lebih tingi daripada air dan dapat
membentuk DNAPL pada saat tertumpah di lingkungan. Senyawa-senyawa ini relatif
lebih stabil, meskipun dapat dioksidasi maupun direduksi.
Struktur ethana dan ethene terklorinasi dapat dilihat pada gambar 2
1.3.4. Keton
Keton tersusun atas satu atom oksigen yang berikatan rangkap dengan satu
atom karbon, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.3
11
Molekul biphenyl yang merupakan struktur dasar semua PCB, tersusun atas 2
cincin benzen yang berikatan dengan ikatan tunggal. PCB meliputi semua jenis
congener dan molekul-molekul biphenyl dengan jumlah atom klor yang berbeda-beda
dalam posis yang berlainan pula, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 5.
12
PCB sering digunakan sebagai fluida dielektrik dalam transformer dan sebagai
flame reterdant. Sifat molekulnya sangat stabil sehingga tidak dapat bereaksi dengan
senyawa lain. Solubilitas dan Volatilitas akan menurun dengan seiring meningkatnya
derajat klorinasi.
1.3.7.
Logam dan bahan anorganik lain dapat mencemari lingkungan melalui berbagai
sumber, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2. Kecuali Hg ; Pb dan As, logam tidak
bersifat volatil. Solubilitas senyawa ini tergantung pada jenis logam, muatan ionik, pH
larutan dan kehadiran dari ion atau senyawa lain. Sebagai elemen, logam tidak dapat
dihancurkan.
1.4.
TINJAUAN HIDROGEOLOGI
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air di tanah, di atmosfir dan di laut yang
menggambarkan pergerakan atau perpindahan air dan juga mekanisme distribusi
polutan di lingkungan. Pada saat presipitasi jatuh ke bumi, sebagian airnya mengalir
melalu permukaan tanah menuju ke badan air permukaan, seperti; danau, kolam dan
sungai yang mengalir ke laut. Sebagian lainnya meresap ke dalam tanah, diserap oleh
akar-akar tanaman dan berperan dalam pengisian ulang air tanah. Air tanah mengalir
13
menuju ke badan air permukaan melalui discharge point. Air kembali ke atmosfer
melalui evaporasi badan air permukaan serta melalui evapotranspirasi tanaman. Siklus
inilah yang disebut dengan siklus hidrologi atau water balance.
Secara matematis, water balance ini dapat dirumuskan dalam persamaan 1.9 :
P = Q+ E + Ss + Sg..................................................................................(1. 9)
Di mana:
P
= presipitasi
= run-off
= evapotranspirasi
Evaporasi
surface water
Evaporasi
laut
aliran air
Laju aliran tanah sangat bergantung pada tipe susunan batuan yang
mempengaruhi kimiawi air tanah (terutama dissolusi dari batuan) dan perpindahan
polutan melalui aquifer. Aliran air tanah mengalir melalui pori dan retakan/pecahan
dalam susunan batuan.
Porositas (n) merupakan rasio volume pori dalam tanah/batu dengan volume
bagian padatan,
porositas sekunder. Porositas primer berhubungan dengan pori-pori di antara butianbutiran dalam tumpukan tidak tertekan dan batuan sedimen. Porositas sekunder
berhubungan dengan retakan dalam batuan. Retakan dapat terjadi di tanah semacam
lempung.
14
Formasi geologis mempengaruhi perilaku kimiawi air tanah, terutama dalam hal
dissolusi batuan. Air tanah secara alami mempunyai kandungan konstituen berupa;
besi, mangan, kalsium dan magnesium (kesadahan), sodium, karbonat dan bikarbonat
(alkalinitas), sulfat, klor, fluor dan nitrat, yang
membatasi penggunaan air untuk air minum maupun keperluan industri (terutama
berkaitan dengan nilai Total Disolved Solids (TDS) dan kesadahan). Adanya batasan
dalam penggunaan air untuk berbagai keperluan ini adalah
Air tanah mengalir melalui lapisan tanah atau bebatuan yang disebut dengan
aquifer. Aquifer dapat berada dalam kondisi bertekanan maupun tidak. Zona tak jenuh
atau vadose zone terletak di bawah aquifer yang tidak bertekanan. Pada beberapa
area, akuifer tidak bertekanan terletak di bawah serangkaian akuifer bertekanan pada
kedalaman yang meningkat secara progresif. Air tanah dapat pula mengalir melalui
retakan lensa dalam zona tak jenuh.
Aquifer yang tidak bertekanan sering disebut juga dengan aquifer muka air
(water table aquifer). Sesuai dengan namanya, air tanah ini tidak berada di bawah
lapisan dengan permeabilitas rendah yang bertekanan, karena tidak memperoleh
tekanan, maka muka air, atau permukaan yang ada di atasnya menjadi berfluktuasi
sebagai respon terhadap infiltrasi presipitasi atau aliran air tanah menuju ke badan air
permukaan. Air tanah mengalir dari muka air tanah menuju lapisan tanah yang ada di
atasnya dengan bantuan gaya kapiler untuk membentuk capillary fringe.
Zona tak jenuh atau vadose zone merupakan lapisan tanah yang lembab tetapi
tidak basah, contoh; tanah di atas sumur. Zone jenuh merupakan muka air tanah
(m.a.t), yaitu permukaan di mana tekanan air dalam pori-pori tanah/batuan sebanding
dengan tekanan atmosfer.
Aquifer terjebak merupakan bentuk terbatas dari aquifer tidak tertekan, di mana
aquifer ini dapat terjadi pada zona tak jenuh yang berada di bawah lapisan dengan
permeabilitas rendah seperti lempung. Muka air tanah terjebak terjadi apabila air yang
meresap ke bawah dihalangi oleh lapisan dengan permeabilitas rendah dan
15
menjadikan pasir yang di atasnya jenuh. Lapisan pasir yang ada di bawahnya menajdi
tak jenuh, akibatnya air tanah yang terjebak di atas lapisan lempung tidak dapat
mengalir melalui aquifer.
Pada kondisi alami, zona muka air tanah pada umumnya (tidak selalu)
mengikuti kontur permukaan tanah. Pada kawasan yang memiliki kelembaban tinggi,
muka air tanah umumnya berada pada 0-20 feet di bawah permukaan tanah. Elevasi
muka air tanah dapat ditentukan dari tinggi air dalam penggalian, badan air permukaan
seperti danau atau sungai, dan dalam sumur-sumur yang berada pada akuifer tidak
bertekanan. Pengukuran tinggi muka air mengindikasikan hidraulik head pada aquifer
tidak bertekanan pada titik pengukuran, di mana; Hidraulik head mencerminkan baik
hidraulik pressure (pressure head) maupun
elevasi di atas permukaan laut/datum). Dalam kondisi tanpa pemompaan, aquifer tidak
bertekanan memiliki pressure head = 0 dan hidraulik head = elevation head.
Aquifer bertekan merupakan zona di antara 2 lapisan permeabilitas rendah
seperti lempung/silt, di mana air akan keluar ke dalam sumur pompa melalui lapisan
bertekanan ke aquifer atau keluar ke permukaan tanah dalam bentuk sumur artesis.
Ketinggian di mana air dapat keluar dalam sumur menunjukkan nilai hydraulic head, di
mana hydraulic head
Berbeda dengan aquifer tidak bertekanan, presure head pada aquifer bertekanan tidak
sama dengan nol.
Data elevasi air tanah biasanya akan diplot pada site plan untuk memetakan
muka air tanah aquifer tidak bertekanan, atau untuk mendapatkan permukaan
potensiometris akuifer bertekanan. Tinggi air terukur dicatat di lokasi sumur monitoring,
sedangkan equipotential lines (sering disebut juga garis kontur air tanah untuk aquifer
tidak bertekanan) digambar sesua dengan titik-titik yang telah diketahui (atau hasil
estimasi) yang berada pada elevasi yang sama. Untuk keperluan tersebut, diperlukan
sedikitnya data dari tiga sumur monitoring.
Aliran air tanah mengalir karena adanya perbedaan tekanan/ head. di mana
perubahan tekanan disebabkan perbedaan hidraulic head antara 2 titik atau dapat
pula terjadi sebagai akibat dari pemompaan yang dilakukan dalam sistem ekstraksi air
tanah. Gradien hidraulik menunjukkan perubahan tekanan dalam aquifer yang
menghasilkan aliran air tanah, yang dinyatakan dalam slope muka air tanah atau
permukaan potensiometri.
Secara matematis, gradien hidraulik dapat dirumuskan sebagai berikut:
16
I = d H..........................................................................................................(1.10)
dL
Di mana:
I
= gradien hidraulik
sebagai
berikut :
Q = K . I . A..................................................................................................(1. 11)
Di mana:
Q = Debit air (m3/detik)
K = Konduktivitas hidrolik (m/detik)
I
= Gradien hidrolik
Hukum Darcy hanya berlaku untuk aliran laminer, karena tidak akurat jika
diterapkan pada aliran turbulent yang berkecepatan tinggi. Konduktivitas hidrolik, atau
disebut juga dengan permeabilitas dipengaruhi oleh jenis fluida yang mengalir.
Konduktivitas hidraulik (permeabilitas) air tanah juga dapat dinyatakan dalam satuan;
(cm/detik), (ft/hari), (gal/hari/ft2).
Selain konduktivitas hidrolik, parameter yang juga digunakan dalam melakukan
karakterisasi air tanah yaitu Ttransmisivitas (T) dan Storativitas (S).
17
Transmisivitas (T) adalah laju perpindahan air melalui suatu satuan lebar
aquifer/aquitard di bawah suatu unit gradien hidraulik satuan, yang dinyatakan dalam ;
(m2/hari), (ft2/hari), (gal/hari/ft).
Secara matematis, Transmisivitas dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut :
T = K . b.......................................................................................................(1.12 )
Di mana:
T = Transmisivitas (m2/hari)
K = Konduktivitas hidrolik (m /detik)
b = ketebalan jenuh lapisan batuan
Storativitas (S) adalah volume air yang dilepaskan oleh aquifer atau diambil
untuk disimpan per unit luas area aquifer per satuan perubahan head, di mana aquifer
tertekan mempunyai nilai S = 0.0001-0.00001 sedangkan aquifer tidak tertekan
mempunyai nilai S = 0.1-0.3 dan leaky confined aquifer mempunyai nilai S = 0.001.
Transmisivitas dan Storativitas digunakan untuk mengevaluasi respon akuifer terhadap
tekanan, misalnya pemompaan yang akan digunakan sebagai input pada pemodelan
aliran air tanah.
Slug test, pumping test, dan pressure test digunakan untuk mengetahui
karakteristik air tanah. Slug test dilakukan pada aquifer tidak tertekan yang dangkal, di
mana sejumlah volume air ditambahkan atau dikeluarkan dari sumur untuk kemudian
diukur perubahan muka air tanah untuk selanjutnya dilakukan estimasi transmisivitas.
Pumping test dilakukan dengan cara melakukan pemompaan air tanah dari
sumur untuk periode tertentu (umumnya 8 jam), khusus pada bagian lahan tercemar
bahan berbahaya, air yang dipompa selama uji ini dilakukan harus diolah, selanjutnya
tinggi muka air di sekitar sumur observasi diukur untuk ditentukan perubahan
permukaan potensiometrinya dari aquifer akibat pemompaan.
Pressure test dilakukan untuk menentukan konduktifitas hidraulik pada aquifer
lapisan batu retak. Pada zona aquifer terisolasi, uji ini dilakukan dengan memasukkan
inflatable packer ke dalam sumur gali. Udara atau air bertekanan diinjeksikan untuk
melakukan slug test di bagian terisolasi dan sumur gali.
18
a.
organik
terpisah
akan
muncul
ketika
massa
polutan
melebihi
solubilitasnya dalam air. LNAPL dapat terkumpul di atas muka air tanah,
sementara DNAPL terkumpul di lapisan atau lensa dari bahan berpermeabilitas
rendah.
Menurut Kueper, LNAPL yang terkumpul merupakan distribusi fluida kontinyu
dan potensial untuk berpindah di lapisan subsurface, yang merupakan sumber
kontinyu dari kontaminasi terlarut dalam air tanah.
Residu NAPL akan tertinggal pada saat fase terpisah mengalir melalui tanah
atau bebatuan dan juga merupakan sumber kontaminan air tanah untuk jangka
panjang. Residu NAPL terdiri atas blob dan ganglia NAPL yang tertinggal
dalam media batu yang dialiri oleh NAPL.
Tiga kekuatan yang mengontrol migrasi NAPL subsurface, yaitu; gravitasi,
kekuatan viskos, dan interfacial NAPL-air. Definisi dari ketiga istilah tersebut
akan diberkan di bawah ini:
Viskositas merupakan ukuran resistensi aliran fluida.
Interfacial tension menyatakan kekuatan tensile yang berada di interface
yang membagi dua fluida immiscible, di mana kekuatan ini meningkat seiring
dengan meningkatnya daya tarik-menarik antara molekul-molekul di visinitas
interface dan seperti molekul-molekul di cairan bulk.
Capillary force menahan fluida di dalam pori-pori tanah dan dapat menahan
masuknya NAPL ke dalam pori-pori tanah yang terisi air atau air ke dalam
pori-pori tanah yang berisi NAPL.
19
NAPL displace air dan udara pada saat melewati tanah/batuan, di mana
pressure head NAPL mengatasi capillary force yang menahan air atau udara
di dalam pori-pori tanah atau retakan batuan.
NAPL cenderung mengalir melalui aquifer lebih lambat dari air murni karena
NAPL lebih kental dari air dan air menempati ruang pori, menahan aliran
NAPL. Dengan menurunnya fraksi NAPL di ruang pori, maka permeabilitas
relatif terhadap air meningkat dan permeabilitas terhadap NAPL juga akan
menurun. Pada saat NAPL di dalam ruang pori mencapai tingkat jenuh, maka
permeabilitas relatif NAPL = 0 dan NAPL tidak bergerak sebagai fase
terpisah.
Sifat-sifat
tertentu
yang
juga
20
LNAPL menekan muka air tanah, dan LNAPL yang terakumulasi menyebar
secara lateral di atas capillary fringe dan meninggalkan residu NAPL di pori-pori
tanah. Apabila muka air tanah berfluktuasi akibat adanya pemompaan atau hal
lain, maka LNAPL akan naik-turun sesuai mengikuti muka air tanah dan
meninggalkan NAPL dalam bentuk residu jenuh di dalam tanah. Untuk residu
NAPL jenuh di bawah muka air tanah, sebagian besar LNAPL mengunakan
15% 20% dari total volume pori yang ada.
DNAPL mengalir ke bawah karena gravitasi melalui tanah dan air tanah. Pada
saat DNAPL mengalir melalui tanah tidak jenuh akan meninggalkan residu
DNAPL yang terjebak di ruang pori-pori oleh capillary force. Pada saat DNAPL
mencapai zona jenuh, ia harus menempati tempat di mana air sudah berada di
pori-pori tanah.. DNAPL dapat mencapai zona jenuh pada saat pressure head
yang dihasilkan oleh akumulasi DNAPL dapat mencapai capillary head. DNAPL
yang memasuki air tanah akan mengalir secara kontinyu melalui aquifer hingga
DNAPL terhambat di barrier dan massa terjebak dalam ruang pori atau retakan
kecil sebagai residu DNAPL.
Barrier atau penghalang aliran DNAPL dapat tersusun atas lapisan bahan
dengan permeabilitas rendah dan padat seperti halnya lempung atau lapisan
dasar aquifer. DNAPL akan mengalir secara lateral ketika menemui
pengahalang, dan jika penghalangnya adalah lapisan lempung maka DNAPL
akan menyebar lateral ke tepi lapisan untuk selanjutnya mengalir ke bawah.
Residu DNAPL dalam tanah jenuh, DNAPL yang terjebak di retakan dan
akumulasi DNAPL dapat menjadi sumber kontaminasi air tanah jangka
panjang. Residu DNAPL dalam tanah jenuh dapat lebih terkonsentrasi daripada
residu DNAPL di tanah tidak jenuh, yang menempati 2 - 40% ruang pori.
b.
Polutan Terlarut
21
Pertukaran ion :
merupakan proses di mana kation ditarik ke permukaan anion pada partikel
tanah, menempati tempat ion yang sudah ada, di mana proses tersebut
bersifat reversibel
Volatilisasi :
disebabkan oleh VOCs yang berpindah ke dalam pori-pori tanah pada zona
vadose
Reaksi oksidasi-reduksi :
degradasi senyawa organik atau mengubah
bentuk yang lebih atau kurang solubel daripada bentuk asli kontaminan
tersebut.
Presipitasi kimiawi :
dapat dihasilkan pada saat logam terlarut membentuk hidroksida tidak larut
sebagai akibat dari pH air tanah
Filtrasi :
Air tanah yang mengalir melalui tanah dapat menghilangkan partikel-partikel
seperti bakteri ataupun logam hidroksida lainnya.
Dengan
berjalannya
waktu,
maka
mekanisme-mekanisme
22
R = v
= 1 + b
vc
. Kp................................................................................(1. 13 )
Di mana:
v
vc
1.5.
= porositas tanah
Kp
Background level
Removal massa
Clean-up level dapat diterapkan di suatu tempat dengan berbagai macam cara
sesuai dengan filosofi dan tujuan yang dimilikioleh pihak pengambil keputusan. Cleanup level dapat ditetapkan berdasarkan nilai NTE (Not to Exceed), yaitu nilai batas
konsentrasi yang tidak boleh dilampaui oleh titik sampl manapun di lokasi tersebut.
23
1.5.2.
Salah satu tujuan remediasi adalah untuk mengembalikan kondisi suatu lokasi
tertentu ke kondisi semula sebelum tercemar, atau latar belakang kondisi. Tanah,
lumpur, dan air tanah secara alamiah menyimpan gejala-gejala alam tertentu. Sebagai
contoh. Kebakaran hutan dapat menghasilkan polutan PolyAromatic Hydrocarbon
(PAH), begitu pula dengan senyawa-senyawa organik klor yang biasanya berada
dalam level yang hampir tidak dapat dideteksi. Beberapa polutan juga ditemukan
sebagai hasil penyebaran pemakaian bahan tertentu, misalnya;
timbal sering
ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam tanah di daerah pinggiran kota sebagai
akibat sampingan dari penggunaan cat timbal dan dari emisi gas buang kendaraan
berbahan bakar bensin bertimbal yang juga menghasilkan PAH. Latar belakang kondisi
dapat diperoleh dari literatur yang ada. Penelitian remediasi pada umumnya meliputi;
sampel-sampel up-gradient lokal untuk menentukan latar belakang kondisi.
ambient untuk beberapa kontaminan yang memiliki toksisitas potensial. Effects range
low (ERL) dan effects range medium (ERM) digunakan untuk evaluasi sedimen. ERL
dan ERM disusun berdasarkan pemberian ranking dari konsentrasi terendah hingga
konsentrasi tertinggi dari data hasil penelitian yang ada.
ERL menyatakan konsentrasi yang berada pada 10 persentil terendah yang
berkaitan dengan efek biologis. Konsentrasi di bawah ERL tidak akan menyebabklan
efek toksik. ERM menyatakan konsentrasi yang berada pada persentil ke-50 yang
juga berkaitan dengan efek biologis. Di samping itu, Ecotox Threshold
(ETs)
memaksa. Pada
24
keselamatan
manusia,
dan
sebagainya.
Sedangkan
perbedaan
antara
keduanya
seringkali
menjadi
kabur.
jarang
25
percentile
dari
pemaparan
aktual
dan
bertujuan
untuk
I = C . CR . EF . ED...........................................................................(1.14 )
W. AT
Di mana:
26
Jumlah yang diserap oleh manusia di lingkungan dapat berbeda dari jumlah
yang diserap hewan di dalam penelitian yang dilakukan untuk menentukan RfD
atau CSF. Perbedaan ini dapat dihitung dengan Absorption Adjustment Factor
(AAF). Pada umumnya, nilai AAF diasumsikan sama dengan satu.
Penghitungan Clean Up Level
Clean-up leve
l=
R. W. AT
...................................................(1.16)
CSF.CR.AAF.EF.ED
Di mana :
R
27
CR
.................................(1.17)
Di mana :
URF = Faktor satuan resiko penghirupan, di mana untuk metilen klorida
= 4,7.10-7 (g/m3)-1
PEF = Faktor Emisi Partikulat ( m3/kg), nilai tipikal = 1,32.109
PEF =
............................................................(1.18)
(0,036)(1-V)(Um/Ut) (F(x))
Di mana:
Q/C = 1/konsentrasi rata-rata sumber partikulat pada radius 0,5 ha, di mana:
nilai tipikal Q/C= 90,8 g/m2 per kg/m3
V
11,32 m/detik
F(x) = nilai tipikal = 0,1943
28
Di mana :
VF = faktor volatilisasi tanah ke air (m3/kg), dapat dihitung dengan persamaan 2.
berikut :
Q/C (3,14 . DA. T)1/2 . 10-4 (m2/cm2) .................................................(1.20)
VF =
2.B.DA
Di mana :
Q/C = 1/konsentrasi rata-rata sumber kontaminan pada radius 0,5 ha, di mana:
nilai tipikal Q/C= 68,81 g/m2 per kg/m3
DA = diffusitas (cm/detik2)
Penghitungan Clean-Up Level Senyawa Non Karsinogenik yang Tercerna di Tanah
pemukiman
Clean-up level (mg/kg) = RfD0. W.AT. 365 hari/tahun................................(1.21)
10-6 kg/mg. EF. ED. IR
Di mana :
AT
EF
29
Penghitungan Clean-Up Level Senyawa Non Karsinogenik yang Terhirup dalam Debu
yang Terlepas di Tanah pemukiman :
Di mana:
RfC = Referensi Konsentrasi Penghirupan, untuk metil klorida = 3 mg/m3
PEF = Faktor Emisi Partikulat , nilai tipikal = 1,32.109
REKAYASA REAKSI
30
volume tangki...............................................(1.24)
Debit
Plug Flow : Reaksi yang terjadi seperti umpan arus berpindah secara kontinyu
di dalam tabung. Pada reaktor ini, diasumsikan terjadi pengadukan
sempurna dengan arah radial sehingga konsentrasi zat di
sepanjang tabung reaktor adalah konstan
1.7.
Pada kondisi tertentu, reaktor dipasang secara seri atau paralel. Rangakaian
reaktor yang disusun seri bertujuan untuk mendapatkan derajat pengolahan
yang cukup atau untuk menyediakan pengolahan fail safe, artinya apabila
terjadi kegagalan pada unit 1, maka dapat diolah di unit 2. Rangkaian reaktor
yang disusun paralel bertujuan untuk menyediakan fasilitas pengolahan yang
fleksibel atau untuk kontinuitas proses pada saat salah satu unit tidak
beroperasi / sedang diperbaiki
1.7.1. Kesetimbangan Massa
31
1.7.2.
Laju Reaksi
Laju reaksi ialah laju terjadinya reaksi yang tergantung pada konsentrasi dari
senyawa-senyawa yang bereaksi dan dipengaruhi oleh temperatur.
Untuk sistem batch, laju perubahan konsentrasi terhadap waktu didefinisikan
sebagai berikut:
C = k. t........................................................................................................(1.26)
C
C t t=0
C t t
.k
t=0
dt
.....................................................................................(1.27)
Ct = C0 e-kt .......................................................................................................(1.28)
ln Ct = ln Ct - ln C0 = - kt..................................................................................(1.29)
C0
Di mana :
Ct = konsentrasi bahan pada waktu -t
C0 = konsentrasi bahan mula-mula
k
= konstanta reaksi
Half-life (t1/2) adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu senyawa untuk
t1/2 = - ln (0,5)......................................................................................................(1.30)
k
Jika laju reaksi sangat bergantung pada suhu, maka nilai konstanta reaksi k dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
k = k0. e-E/RT......................................................................................................(1.31)
Di mana:
k0 = faktor pre-eksponensial atau faktor frekuensi
E = Energi aktivasi
R = Tekanan gas universal
T = Temperatur absolut
32
1.7.3.
Uji Treatabilitas
Uji treatabilitas adalah suatu rangkaian uji yang dilakukan untuk menentukan
apakah teknologi pengolahan yang ada efektif untuk desain sistem remediasi skala
penuh.
Bench scale test dilakukan di laboratorium dan didesain untuk memberikan
jawaban apakah teknologi yang diujikan nantinya dapat dilaksanakan, selain itu, bench
scale test yang lebih kompleks dapat memberikan informasi tentang perpindahan
massa preliminary, serta untuk menentukan apakah teknologi pengolahan yang ada
dapat memenuhi clean-up level. Bench scale test dapat dilakukan dengan
menggunakan reaktor batch kecil, kolom tanah, terutama jenis plug flow dan reaktor
kontinyu
Pilot test merupakan bentuk dari uji treatabilitas dengan skala yang lebih besar
dan lebih rumit daripada bench scale. Tujuan dilakukannya pilot test adalah untuk
melakukan evaluasi tehadap batasan material dan penanganan, batasan transfer
massa dan biaya.
1.8.
PERATURAN LINGKUNGAN
Orang yang bekerja dalam proses remediasi bahan berbahaya harus dibekali
dengan hukum, peraturan, kebijakan, dan pedoman lingkungan.
Hukum ditetapkan melalui badan legislatif dan memuat antara lain; peraturan,
kebijakan, dan dokumen pedoman. Tiap-tiap bentuk peraturan tersebut memiliki saksi
da tingkat fleksibilitas yang berlainan.
Peraturan :
merupakan ketentuan yang ditetapkan sebagai interpretasi dan implementasi hukum.
Kebijakan :
merupakan suatu pedoman pengambilan keputusan untuk tujuan lingkungan (tertulis
maupun tidak tertulis)
Dokumen pedoman :
menggambarkan prosedur-prosedur yang diharapkan manusia untuk digunakan dalam
mengisi regulasi yang diijinkan.
33
1.8.1.
and Liability
Act).
HRS (Hazard Ranking System) merupakan model numerik yang digunakan
untuk menghitung score lahan, jika score cukup tinggi maka ditempatkan di NPL, di
mana : score 1 adalah potensial untuk pembuangan tidak terkontrol dari substansi
tidak berbahaya, score 2 : Karakteristik dari substansi seperti; toksisitas, kuantitas dan
perilaku bahan kimia dan score 3 : Efek potensial pada pemaparan manusia dan
lingkungan.
Mekanisme pentahapan dalam menetapkan Hazard Ranking System (HRS)
yaitu:
setting priorities removal action remedial investigation/feasibility study remedial
design enforcement public involvementdelegation of authority broenfield
34
35
Peraturan lain:
1. Clean Water Act (CWA)
Peraturan ini bertujuan untuk menyimpan dan memelihara integritas kimiawi,
fisik dan biologis dari air yang dikuasai oleh negara.
Peraturan ini juga membatasi efluen dari keluaran air limbah untuk air
permukaan yang harus didasarkan pada teknologi control praktis terbaik
yang ada atau teknologi polutan konvensional terbaik
Keluaran air limbah yang akan dibuang ke fasilitas pegolahan limbah milik
umum harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan da disetujui oleh Badan
Pengelola Lingkungan
2. Safe drinking water act
Peraturan ini mengatur suplai air untuk umum, yaitu;
- Maximum contaminant level goals:
Standar ini disusun untuk kepetingan kesehatan untuk sistem air umum
-
Level A :
Tingkat tertinggi dari proteksi pribadi, dignakan dalam kondisi sangat
berbahaya. Pekerja memakai pakaian yang sangat tertutup dengan
tekanan positif dan disuplai udara untuk bernafas
- Level B :
Pekerja disuplai udara untuk bernafas melalui respirator, dan juga
memakai pakaian protektif
36
- Level C :
mirip dengan level B, kecuali bahwa pekerja menggunakan respirator
udara yang dimurnikan
- Level D :
tingkat proteksi terendah, sehingga pekerja tidak memakai proteksi
respirator tetapi memakai pakaian protektif sederhana
4. Transportasi
Departement
of
Transportation
(DOT)
mengatur
pengiriman
limbah
ESTIMASI BIAYA
37
konstruksi,
dan
tidak
langsung
untuk
non
konstruksi),
pengoperasian
dan
38
Dengan asumsi bahwa biaya tahunan adalah konstan, maka nilai sekarang (present
worth) dapat dihitung sebagai berikut :
P = { P / A, i %, n } . A............................................................................................. (1.32)
Di mana:
P = Nilai Sekarang
A = Biaya tahunan
i = suku bunga asumsi
n = jumlah tahun
Nilai { P / A, i %, n } adalah faktor yang dapat diperoleh dari tabel referensi atau dapat
pula dihitung dengan persamaan 1.33:
{ P / A, i %, n } = (1 + i)n 1 ...................(1.33)
I . (1 + i)n
P = { P/F, i %, n } . F.....................(1.34)
Di mana, F adalah nilai yang akan datang dan { P/F, i %, n }adalah factor yang akan
dating yang dapat diperoleh dari tabel referesi atau dapat pula diperoleh dari hasil
perhitungan dengan persamaan 1.35 :
{ P/F, i %, n }= (1 + i )-n.....................(1.35)
Pada waktu biaya periodik yang akan terjadi jauh lebih besar daripada biaya suatu
proyek, maka faktor biaya terpisah { P/F, i %, n }harus dihitung tiap kali biaya periodik
terjadi.
39
1.9.4.
Sumber-Sumber Informasi
a.
.................................................................................................(1.36)
Ii
Di mana :
Cp = Biaya sekarang
Ci = Biaya pada tahun i
Ip = Nilai indeks pada tahun sekarang
Ii = Nilai ideks pada saat biaya i didapatkan
Persamaan tersebut berlaku untuk periode waktu kurang dari 10 tahun
b.
40
Sa = kapasitas peralatan A
Sb = kapasitas peralatan B
1.9.6.
Analisa Sensitifitas
mngidentifikasi
41