Anda di halaman 1dari 41

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

BAB I
PRINSIP- PRINSIP DASAR
1.1.

ANGKA SIGNIFIKAN

Konsep mengenai angka signifikan dan akurasi adalah dasar untuk memahami
data analitis, perumusan prakiraan resiko, pemodelan transport air tanah, maupun
prakiraan biaya
Akurasi, adalah sebuah konsep yang sederhana, di mana semakin akurat suatu
estimasi, maka akan semakin mendekati pada nilai yang sebenanrnya.
Konsep yang diterapkan dalam angka signifikan adalah less intuitive. Hasil
perhitungan seringkali ditampilkan sebagaimana hasil yang ditampilkan pada alat
hitung ataupun lembar kerja, di mana nilai tersebut telah diset untuk menunjukkan
sejumlah angka tertentu di belakang desimal yang seringkali,tidak semua angka
tersebut berarti (dalam hal ini, angka signifkan). Misalnya, sesuai dengan asumsi yang
disepakati clean up level dapat dinyatakan sama dengan 6 mg/kg, atau 6.2 mg/kg atau
6.2389 mg/kg, di mana angka signifikan dari clean up level akan sangat menentukan
perlu tidaknya lahan tersebut diremediasi.
Bagaimana cara menentukan angka signifikan? Jumlah angka signifikan
sedikitnya harus berupa non zero digit. Angka nol dapat menjadi angka signifikan,
kecuali jika digunakan untuk meletakkan nilai desimal. Sebagai contoh, tiga angka
berikut ini kesemuanya mempunyai tiga angka signifikan, yaitu ; 6,24 ; 0,000233;
1,00x10-6 ; 12,700.
Jumlah angka signifikan dari hasil perhitungan, dalam hal ini misalnya pada
hasil perhitungan clean-up level atau prakiraan biaya juga tergantung dari angka
ketidakpastian (uncertainty)

yang digunakan untuk menghitung nilai tersebut. Nilai

ketidakpastian tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu; absolute uncertainty dan relative


uncertainty. Absolute uncertainty merupakan unit tunggal dari pengukuran, sedangkan
relative uncertainty merupakan rasio dari absolute uncertainty dengan jumlah total.
Contoh : harga pompa $1499, memiliki absolute uncertainty = $ 1 dan relative
uncertainty = 1 / 1499.
Apabila angka signifikan digunakan dalam operasi penjumlahan atau
pengurangan, maka nilai ketidakpastian absolut pada hasil operasi tersebut harus
sama dengan nilai ketidakpastian absolut terbesar yang dimiliki oleh komponenkomponen yang terlibat dalam operasi penjumlahan atau pengurangan tersebut.
Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar
Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Sebagai contoh; hasil penjumlahan dari:1200 + 1399,4 + 0,43 adalah sama dengan
2599,83 (tanpa memperhatikan aturan angka signifikan). Seharusnya, dengan
menggunakan aturan angka signifikan, maka hasil harus memiliki nilai absolute
uncertainty yang sama dengan absolute uncertainty terbesar yang dimiliki oleh
komponen penjumlahan, dalam hal ini adalah 1200 (2 angka signifikan), sehingga hasil
dari penjumlahan di atas menjadi sama dengan 2600.
Apabila angka signifikan digunakan dalam operasi perkalian atau pembagian,
maka nilai relative uncertainty pada hasil operasi tersebut harus sama dengan nilai
ketidakpastian relatif terbesar yang dimiliki oleh komponen-komponen yang terlibat
dalam operasi perkalian ataupun pembagian. Sehingga, hasil perkalian antara 0,4375
X 1,0 X 6 tidak sama dengan 3, melainkan sama dengan 2,625.
1.2.

ASPEK KIMIA BAHAN-BAHAN BERBAHAYA


Teknologi remediasi bertujuan :
Memisahkan kontaminan dari tanah, air atau media lain.
Mengisolasi atau imobilisasi kontaminan
Memusnahkan kontaminan
Perilaku dari senyawa kimia yang ada menentukan cara bagaimana senyawa

kimia tersebut diremediasi. Secara umum, kontaminan dibagi ke dalam beberapa


kategori. Pada pembahasan berikut ini akan dijelaskan perilaku kontaminan secara
umum.
Senyawa kimia terdiri atas senyawa kimia organik dan anorganik. Senyawa
kimia organik pada umumnya adalah senyawa kimia berbasiskan atom karbon (dalam
hal ini, kecuali senyawa sianida yang merupakan senyawa anorganik), dapat berupa
senyawa anthropogenik (buatan manusia) ataupun senyawa yang terjadi secara alami.
Senyawa kimia anorganik adalah senyawa kimia berbasiskan atom non karbon (pada
umumnya adalah senyawa-senyawa dari unsur logam). Pada senyawa organik
maupun anorganik, struktur kimia senyawa akan menentukan polaritas muatan,
solubilitas, volatilitas dan abilitas untuk bereaksi dengan substansi lain.
1.2.1. Satuan yang digunakan

Konsentrasi pada umumnya dapat dinyatakan dalam satuan yang bervariasi.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Mol dinyatakan sebagai satuan massa senyawa kimia yang terdiri dari 6,022 x
106 molekul. Satuan mol biasanya digunakan untuk kesetimbangan reaksi kimia dan
untuk karakterisasi konsentrasi di air dan udara.
Berat molekul (formula weight) ditentukan dengan menjumlahkan berat atom
dari atom-atom penyusunnya.
Konsentrasi kontaminan dalam air dinyatakan dalam satuan mg/L (ppm), g /L
(ppb). Untuk sampel air terkontaminasi

sangat tinggi kadang-kadang dinyatakan

dalam prosentase (%). Konsentrasi dapat dikonversikan dalam mol/liter (M =


molaritas) atau fraksi mol (Xi). Fraksi mol (Xi) adalah rasio antaramol substansi I
dengan total mol dari semua komponen.
Konsentrasi kontaminan dalam padatan (tanah, sedimen, lumpur) dinyatakan
dalam mg/kg, g/kg dan %. Konsentrasi juga dapat digunakan untuk menyatakan berat
kering atau berat basah (termasuk berat air dalam sampel)
Konsentrasi kontaminan di udara dinyatakan dalam ppm by volume (ppmv),
ppb by volume (ppbv), fraksi mol (Yi) dan tekanan parsial (Pi). Kontaminan dengan
konsentrasi tinggi dapat pula dinyatakan dalam %.
1.2.2. Muatan dan Polaritas

Muatan dan polaritas dapat digunakan untuk membantu menentukan solubilitas


dari senyawa dan kemampuannya untuk diadsorb ke dalam padatan.
Ion merupakan atom atau bagian dari molekul yang bermuatan. Hampir
sebagian besar senyawa kimia anorganik yang terlarut dalam air tanah adalah berupa
ion.
Kation merupakan ion dengan muatan positif, akibat kehilangan satu elektron
atau lebih dari strukturnya. Ca

2+

, Cr 3+ dan Cr 6+ adalah contoh dari kation. Sedangkan

anion merupakan ion dengan muatan negatif, misalnya; Cl- dan Cr2O3-2. Nilai valensi
sebuah ion menyatakan nilai muatannya, misalnya; 2+ atau 3+. Nilai valensi ini dapat
berubah pada saat terjadi reaksi redoks.
Senyawa non-ionik dapat bersifat polar ataupun non-polar. Pada molekul polar,
elektron tidak terbagi secara setimbang diantara atom-atom. Akibatnya, ada beberapa
ato yang mempunyai nilai elektronegatif lebih tingi dari atom lain. Electronegativity
beberapa atom dinyatakan sebagai berikut:
F > O > Cl, dan N > Br > C, H

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Dalam hal solubilitas, senyawa non polar

mempunyai sifat lebih soluble

daripada senyawa non polar.

1.2.3. Solubilitas

Solubilitas didefinisikan sebagai jumlah senyawa yang larut dalam air. Secara
umum, solubilitas akan semakin menurun dengan semakin meningkatnya ukuran untuk
molekul organik yang sama.
Pada senyawa ionik, solubilitas dinyatakan dengan konstanta solubilitas produk
(Ksp). Sebagai contoh, pada reaksi kesetimbangan berikut:
AxBy

A+y+ B-x

(di mana A dan B adalah ion serta x dan y adalah pangkat / integer), maka nilai KSp :
Ksp = [ A]x . [B]y...............................................................................................(1.1)
Solubilitas suatu senyawa tergantung pada suhu dan tekanan, tipe dan
konsentrasi senyawa lain di dalam air, serta pH air. Keberadaan suatu senyawa
organik dalam konsentrasi yang relatif tinggi dapat meningkatkan solubilitas senyawa
lain melalui gejala kosolvasi. Kosolvasi dapat didefinisikan sebagai meningkatnya
solubilitas suatu senyawa

karena kehadiran senyawa organik dengan konsentrasi

relatif tinggi . Derajat keasaman (pH) air dapat mempengaruhi solubilitas senyawa
ionik. Disamping itu, kompleksasi senyawa juga dapat meningkatkan solubilitas
senyawa melebihi konsentrasi yang diperkirakan dengan konstanta solubilitas produk,
misalnya merkuri dapat membentuk senyawa yang lebih kompleks dengan Chloride
menjadi Hg Cl-24 yang lebih soluble.
Beberapa tipe senyawa tertentu yang memiliki solubilitas relatif rendah dapat
muncul sebagai fase terpisah dalam akuifer. Light Non Aqueous Phase Liquid
(LNAPL) atau sering disebut sebagai floater adalah fase cairan terpisah yang memiliki
densitas / kepadatan lebih kecil dari air dan Spesific gravity lebih kecil dari satu.
Sedangkan senyawa lainnya, yaitu Dense Non Aqueous Phase Liquid (DNAPL) atau
sering disebut sinker memiliki densitas lebih besar dari air dan Spesific gravity lebih
besar dari satu. DNAPL dan LNAPL akan dibahas lebih lanjut pada sub bagian
berikutnya.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.2.4. Sorpsi

Mekanisme sorpsi meliputi adsorpsi dan absorpsi. Adsorpsi adalah penarikan


senyawa kimia ke permukaan padatan, sedangkan absorpsi adalah penetrasi polutan
ke dalam padatan. Sorpsi merupakan reaksi reversible (dalam hal ini, desorpsi). Gejala
sorpsi mempengaruhi pengangkutan dan kondisi kontaminan air tanah, ekstraksi
kontaminan dalam air tanah atau tanah, dan bentuk pengolahan yang dilakukan untuk
tanah, udara maupun air tanah yang terkontaminasi.
Mekanisme sorpsi dipengaruhi oleh sifat polutan (solubilitas dan sifat ionik atau
polaritas) dan padatan (homogenitas, permeabilitas dan porositas, luas permukaan,
muatan permukaan dan kandungan organik karbon). Karakteristik padatan yang
diperlukan di sini antara lain adalah; homogenitas, permeabilitas dan porositas, luas
permukaan, muatan permukaan dan kandungan karbon organik.
Unsur atau senyawa yang bermuatan dan polar cenderung terserap ke
permukaan yang bermuatan dan polar. Senyawa non polar cenderung terserap ke
padatan non polar, terutama yang memiliki kandungan karbon organik tinggi.
Sebagian besar senyawa non polar bersifat hydrophobic. Untuk mengetahui
tingkat hydrophobisitas suatu molekul, digunakan Koefisien octanol air (Kow). Nilai Kow
ditentukan dengan cara mengukur konsentrasi senyawa yang dipartisi ke dalam fase
oktanol dan fase air setelah pengadukan, di mana nilai Kow dirumuskan sebagai
berikut:

Kow = Konsentrasi oktanol ..............................................................................(1. 2)


Konsentrasi air
Semakin besar nilai Kow , maka sifat hidrofobik senyawa tersebut makin besar. Untuk
senyawa-senyawa yang berada dalam golongan yang sama (misalnya; chlorobenzena,
dichlorobenzena, dll), nilai Kow

akan meningkat dengan semakin besarnya ukuran

molekul. Disamping itu, sifat fisik dan kimia padatan juga mempengaruhi mekanisme
sorpsi, yaitu :
1. Variasi sifat dari padatan, di mana kandungan organik karbon yang berbeda
dalam lapisan pasir dan silt di dalam aquifer akan mempengaruhi distribusi
bahan terserap
2. Permeabilitas dan porositas meningkat sehingga meningkatkan aliran fluida
melalui padatan dan kesempatan untuk sorpsi dan desorpsi dari padatan

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

3. Peningkatan luas permukaan padatan akan meningkatkan luas area untuk


sorpsi
4. Muatan permukaan (biasanya dinyatakan dengan CEC). CEC dari padatan
menyatakan sifat / kemampuan untuk menarik dan menahan ion bermuatan
positif ke kelompok muatan negatif pada padatan
5. Kandungan organik karbon dari tanah akan menyerap kontaminan/polutan,
terutama polutan hidrofobik

Mekanisme sorpsi polutan organik non polar ke dalam


dinyatakan dengan

Coefficient Partition (Kp) dan

padatan dapat

Carbon Normalized partition

coefficient (Koc), yang dirumuskan sebagai berikut:


Kp = Konsentrasi fase padat..........................................................................(1. 3)
Konsentrasi fase larutan

Di mana nilai Kp dinyatakan dalam satuan L/Kg


Koc =

Kp

....................................................(1.4)

Fase organik karbon dalam padatan

Parameter-parameter

tersebut

sering

digunakan

dalam

pemodelan

pengangkutan polutan dalam aliran air tanah. Nilai Kp dapat diestimasi dari Kow atau
diukur dengan percobaan di laboratorium. Nilai Kp juga dapat digunakan untuk
memperkirakan massa polutan yang terserap ke dalam padatan dengan Freundlich
Isoterm, yang dirumuskan sebagai berkut:
S = Kp . C1/n.....................................................................................................(1.5)
Atau,

log S = log Kp + (1/n) log C............................................................................(1.6)


di mana:
S = massa polutan yang terserap per massa padatan
(lebih sering disebut rasio x/m) dalam mg / kg
n = faktor yang diperoleh dari hasil percobaan untuk jenis polutan dan padatan

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

tertentu
C = konsentrasi kontaminan, dalam mg / L

Freundlich Isoterm dapat digunakan pada konsentrasi yang relatif rendah


(misal; < 10-5 M atau kurang dari setengah dari solubilitas. Harus diingat bahwa
Freundlich Isoterm menunjukkan hubungan kesetimbangan sementara mekanisme
sorpsi polutan dari aliran air tanah seringkali tidak berada dalam kondisi
kesetimbangan.
1.2.5. Volatilitas

Volatilitas adalah kecenderungan senyawa untuk pindah dari fase padat atau
fase cair ke dalam fase gas. Secara umum, volatilitas akan menurun dengan semakin
meningkatnya ukuran molekul organik. Logam (kecuali bentuk tertentu dari Hg, Pb dan
As) tidak bersifat volatil dalam kondisi lingkungan tertentu.
Konstanta Hukum Henry menyatakan volatilitas suatu senyawa dalam air pada
suhu dan tekanan tertentu. Pada kondisi lingkungan secara umum, Hukum Henry
menyatakan bahwa dalam kondisi kesetimbangan, konsentrasi senyawa volatil dalam
air ( Xi ) adalah sebanding dengan tekanan parsial senyawa di udara ( pi ), yang
dirumuskan sebagai berikut:

KH,i = i

.................................................................................................(1. 7)

Xi
di mana:
KH,i = Konstanta Henry
i

Xi

= konsentrasi senyawa volatil dalam air

tekanan udara parsial

Semakin besar nilai konstanta Henry, berarti kesiapan suatu senyawa untuk
mengalami volatilisasi dari air ke udara akan semakin besar. Nilai Konstanta Henry
dapat diperoleh dari tabulasi yang terdapat dalam beberapa literatur, atau dari hasil
penghitungan solubilitas dan tekanan uap pada suhu dan tekanan tertentu
Pada perilaku polutan yang terlarut dalam air pada konsentrasi rendah, Hukum
Henry tidak mampu menjelaskan gejala volatilisasi dengan akurat, misalnya untuk

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

menerangkan gejala volatilisasi benzena dalam lapisan bensin yang mengapung pada
permukaan air.
Hukum Roult menyatakan kesetimbangan yang terjadi pada campuran gas
dengan mengacu pada hukum gas ideal dan larutan ideal, di mana kesetimbangan
fraksi mol senyawa volatil (Xi) dalam suatu larutan ideal dikalikan dengan tekanan uap
(i*) akan sama dengan tekanan parsial dari senyawa di udara. Secara matematis,
Hukum Roult dapat dirumuskan sebagai berikut:

i *

1.2.6.

Xi = i..................................................................................................(1.8 )

Reaksi-Reaksi Umum

Reaksi-reaksi yang umum terjadi dalam lingkungan dan sistem pengolahan


meliputi; oksidasi, reduksi dan presipitasi
Oksidasi dan reduksi merupakan reaksi yang bersifat komplementer, reaksi
yang satu akan selalu diikuti dengan reaksi yang lain, sehingga seringkali disebut
sebagai satu reaksi yang dinamakan reaksi redoks (reduksi - oksidasi), di mana satu
senyawa dioksidasi dan senyawa lain direduksi. Dalam reaksi redoks, dikenal istilah
oksidator atau agen pengoksidasi (elektron akseptor) yaitu unsur kimia yang menerima
elektron, sebaliknya, agen pereduksi atau reduktor adalah unsur kimia yang mendonor
elektron. Besarnya oksidasi relatif dari larutan aqueous dinyatakan dengan potensial
redoks (Eh).
Reaksi Oksidasi yang sering terjadi dalam lingkup pengolahan limbah B3
antara

lain

yaitu; pembakaran,

ozonisasi, dam biodegradasi aerobik. Pada

pembakaran methana, misalnya, methana dioksidasi sementara oksigen direduksi,


sebagai berikut:
CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O
Pada pengolahan air tanah yang tercemar, reaksi reduksi yang umum dijumpai adalah
dehalogenisasi reduktif dan reduksi Cr+6 menjadi Cr+3
Reaksi presipitasi merupakan reaksi yang menghasilkan padatan melalui
pencampuran dua substansi terlarut yang bereaksi untuk membentuk endapan tidak
terlarut, biasanya digunakan untuk menghilangkan logam-logam dari air tanah.
Sebagai contoh, besi terlarut dapat dihilangkan dari air tanah melalui reaksi oksidasi

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

dan presipitasi dengan hidroksida. Reaksi oksidasi dan presipitasi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Fe2+ + 2 H+ + O2 Fe3+ + H2O
Fe3+ + 3 OH- Fe (OH)3
1.3.

Kontaminan

Kontaminan-kontaminan

umum

antara

lain

meliputi;

alkana,

VOCs

(hidrokarbon, ethan dan ethen terklorinasi dan keton), senyawa organik semivolatil /
SVOCs (polinuklir aromatik hidrokarbon / PAH, poliklorinated bipenil / PCB), inorganik
polutan (logam dan cyanida).
1.3.1. Alkana

Alkana merupakan komponen utama produk-produk petroleum (bensin dan


gasolin) yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen, di mana rantai atom-atom karbon
berikatan dengan ikatan tunggal. Sebagai kontaminan lainnya, alkana berada di
lingkungan karena tumpahan dari tangki penyimpanan. Hidrokarbon tertentu, seperti
hexana (C6H14) digunakan dalam bentuk murni sebagai solvent. Apabila jumlah atom
karbon dalam rantai hidrkarbon bertambah, maka titik didih akan menjadi lebih tinggi,
solubilitas menurun dan konstanta Henry menjadi semakin kecil. Ukuran molekul yang
semakin besar akan menaikkan densitas. Beberapa senyawa hidrokarbon rantai
pendek dapat menjadi LNAPL ( Light Non Aqueous Phase Liquid ), sedangkan
senyawa hidrokarbon yang mempunyai rantai lebih panjang dapat menjadi DNAPL
(Dense Non Aqueous Phase Liquid ) dapat teroksidasi.

1.3.2. Hidrokarbon Aromatik

Senyawa hidrokarbon aromatik, meliputi; benzen, toluen, ethyl benzen, xylen


(sebagai BTEX), fenol dan kresol. Senyawa senyawa ini berbasiskan pada gugusan
cincin yang tersusun oleh enam atom karbon. Senyawa aromatik ditandai dengan sifat
ikatan antar atom karbon dalam cincin, yaitu ikatan tunggal dan ikatan ganda. Struktur
aromatik disusun dengan cara menggambarkannya dalam

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

satu lingkaran, yang

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

menujukkan ikatan-ikatan antar atom karbon dalam heksagon, sebagaimana


ditunjukkan pada gambar 1.1.

Gambar 1 Struktur Hidrokarbon aromatik

Senyawa BTEX terbentuk dalam produk-produk petroleum seperti; gasolin dan


dalam batubara serta wood tar dan juga digunakan sebagai solven. Senyawa BTEX
dapat membentuk LNAPL dalam air tanah. Fenol banyak digunakan sebagai
desinfektan dan digunakan di pabrik bahan kimia. Kresol banyak digunakan sebagai
wood tar dan desinfektan serta aplikasi lain.
Secara umum, sifat ikatan cincin aromatik menjadikan senyawa hidrokarbon
aromatik lebih stabil daripada alkana. Selain itu, senyawa hidrokarbon aromatik
mempunyai solubilitas rendah dalam air dan volatilitas yang tinggi. Meskipun demikian,
dengan adanya polaritas gugus hidroksil (-OH) pada fenol dan kresol

dapat

menjadikan senyawa hidrokarbon aromatik lebih polar, lebih solubel dan kurang
volatile daripada senyawa BTEX analog.
Pada tabel 1, dapat dilihat beberapa contoh senyawa hidrokarbon aromatik dan
karakteristiknya, perhatikan pengaruh adanya gugus-gugus fungsional, seperti OH
dan Cl pada senyawa analog.
1.3.3. Methana, Ethana dan Ethene Terklorinasi

Methana terklorinasi tersusun atas satu atom karbon dan satu atau lebih atom
klor. Ethana terkorinasi, atau sering disebut etilen, tersusun atas satu rantai yang terdiri
dari dua atom karbon yang berikatakan rangkap dua. Senyawa-senyawa ini umumnya
juga

memiliki satu hingga empat atom karbon. Senyawa-senyawa tersebut pada

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

10

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

umumnya digunakan sebagai agen degreasing dan solven pada fasilitas dry cleaner
dan elektroplating. Senyawa-senyawa ini dikenali dari sifat volatilitas dan solubilitas
dalam air yang relatif rendah. Pada tabel 2 dapat dilihat beberapa contoh senyawa
methana, ethana dan ethene terklorinasi beserta karakteristiknya. Secara umum,
ethana dan ethene terklorinasi mempunyai densitas lebih tingi daripada air dan dapat
membentuk DNAPL pada saat tertumpah di lingkungan. Senyawa-senyawa ini relatif
lebih stabil, meskipun dapat dioksidasi maupun direduksi.
Struktur ethana dan ethene terklorinasi dapat dilihat pada gambar 2

Gambar 2 Struktur Ethena dan Ethene terklorinasi

1.3.4. Keton

Keton tersusun atas satu atom oksigen yang berikatan rangkap dengan satu
atom karbon, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.3

Gambar 3 Struktur Keton

Aceton, methyl ethyl keton, dan methyl isobutilketon merupakan contoh


senyawa keton yang digunakan sebagai solven. Oleh karena sifat polaritasnya, maka
semakin bertambah senyawa keton, akan semakin

soluble dalam air dan kurang

volatil dibandingkan alkana. Disamping itu, senyawa-senyawa keton dapat teroksidasi.


Pada tabel 1, dapat dilihat beberapa contoh senyawa methana, ethana dan ethene
terklorinasi beserta karakteristiknya

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

11

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.3.5. Polinuklir Aromatik Hidrokarbon (PAH)

Senyawa PAH tersusun atas gugusan cincin-cincin aromatik. Senyawa ini


dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna dari kayu, gasolin, batu bara dan
minyak, serta banyak ditemukan di tanah dalam area industri.
Volatilitas akan menurun, begitu juga dengan solubilitas air dan reaktifitas yang
akan menurun sebanding dengan bertambahnya jumlah cincin (meningkatnya ukuran
molekul).
Struktur kimia PAH dapat dilihat pada gambar 4

Gambar 4 Struktur Kimia Poly aromatic Hidrocarbon

1.3.6. Poliklorinated Bipenil (PCB)

Molekul biphenyl yang merupakan struktur dasar semua PCB, tersusun atas 2
cincin benzen yang berikatan dengan ikatan tunggal. PCB meliputi semua jenis
congener dan molekul-molekul biphenyl dengan jumlah atom klor yang berbeda-beda
dalam posis yang berlainan pula, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 5.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

12

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Gambar 5 Struktur Kimia Poliklorinated Bipenil (PCB)

PCB sering digunakan sebagai fluida dielektrik dalam transformer dan sebagai
flame reterdant. Sifat molekulnya sangat stabil sehingga tidak dapat bereaksi dengan
senyawa lain. Solubilitas dan Volatilitas akan menurun dengan seiring meningkatnya
derajat klorinasi.
1.3.7.

Logam dan Bahan anorganik Lain

Logam dan bahan anorganik lain dapat mencemari lingkungan melalui berbagai
sumber, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2. Kecuali Hg ; Pb dan As, logam tidak
bersifat volatil. Solubilitas senyawa ini tergantung pada jenis logam, muatan ionik, pH
larutan dan kehadiran dari ion atau senyawa lain. Sebagai elemen, logam tidak dapat
dihancurkan.
1.4.

TINJAUAN HIDROGEOLOGI

Kontaminan yang tumpah atau dibuang ke tanah seringkali mengalir melalui


media tanah dan mencemari air tanah. Nasib polutan di air tanah tergantung pada
sifat kimiawi polutan dan hidrogeologi aquifer yang akan menentukan apakah air tanah
dapat didegradasi atau tidak. Sifat kimiawi polutan akan menghasilkan kecenderungan
terdegradasi, terlarut atau terserap di dalam tanah.
1.4.1. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air di tanah, di atmosfir dan di laut yang
menggambarkan pergerakan atau perpindahan air dan juga mekanisme distribusi
polutan di lingkungan. Pada saat presipitasi jatuh ke bumi, sebagian airnya mengalir
melalu permukaan tanah menuju ke badan air permukaan, seperti; danau, kolam dan
sungai yang mengalir ke laut. Sebagian lainnya meresap ke dalam tanah, diserap oleh
akar-akar tanaman dan berperan dalam pengisian ulang air tanah. Air tanah mengalir

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

13

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

menuju ke badan air permukaan melalui discharge point. Air kembali ke atmosfer
melalui evaporasi badan air permukaan serta melalui evapotranspirasi tanaman. Siklus
inilah yang disebut dengan siklus hidrologi atau water balance.
Secara matematis, water balance ini dapat dirumuskan dalam persamaan 1.9 :

P = Q+ E + Ss + Sg..................................................................................(1. 9)
Di mana:
P

= presipitasi

= run-off

= evapotranspirasi

Ss = perubahan jumlah air permukaan


Sg = perubahan jumlah air tanah
Siklus hidrologi dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Atmosfer
Hujan

Evaporasi
surface water

Masuk ke dalam tanah


tanah

Evaporasi

danau, kolam. sungai


pengisian air tanah

laut
aliran air

Gambar 6 Siklus Hidrologi

1.4.2. Formasi Geologis

Laju aliran tanah sangat bergantung pada tipe susunan batuan yang
mempengaruhi kimiawi air tanah (terutama dissolusi dari batuan) dan perpindahan
polutan melalui aquifer. Aliran air tanah mengalir melalui pori dan retakan/pecahan
dalam susunan batuan.
Porositas (n) merupakan rasio volume pori dalam tanah/batu dengan volume
bagian padatan,

di mana porositas itu sendiri terdiri atas porositas primer dan

porositas sekunder. Porositas primer berhubungan dengan pori-pori di antara butianbutiran dalam tumpukan tidak tertekan dan batuan sedimen. Porositas sekunder
berhubungan dengan retakan dalam batuan. Retakan dapat terjadi di tanah semacam
lempung.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

14

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Formasi geologis mempengaruhi perilaku kimiawi air tanah, terutama dalam hal
dissolusi batuan. Air tanah secara alami mempunyai kandungan konstituen berupa;
besi, mangan, kalsium dan magnesium (kesadahan), sodium, karbonat dan bikarbonat
(alkalinitas), sulfat, klor, fluor dan nitrat, yang

dalam konsentrasi tinggi akan

membatasi penggunaan air untuk air minum maupun keperluan industri (terutama
berkaitan dengan nilai Total Disolved Solids (TDS) dan kesadahan). Adanya batasan
dalam penggunaan air untuk berbagai keperluan ini adalah

tujuan yang hendak

dicapai dalam remediasi. Keberadaan konstituen tertentu dalam konsentrasi yang


relatif tinggi dapat merusak peralatan pada sistem pengolahan air tanah atau menjadi
pemicu terbatasnya pengaliran air tanah hasil olahan. Sehingga, karakteristik alami air
tanah itu sendiri yang akan menentukan jenis pengolahan yang diperlukan.
1.4.3. Aliran Air Tanah

Air tanah mengalir melalui lapisan tanah atau bebatuan yang disebut dengan
aquifer. Aquifer dapat berada dalam kondisi bertekanan maupun tidak. Zona tak jenuh
atau vadose zone terletak di bawah aquifer yang tidak bertekanan. Pada beberapa
area, akuifer tidak bertekanan terletak di bawah serangkaian akuifer bertekanan pada
kedalaman yang meningkat secara progresif. Air tanah dapat pula mengalir melalui
retakan lensa dalam zona tak jenuh.
Aquifer yang tidak bertekanan sering disebut juga dengan aquifer muka air
(water table aquifer). Sesuai dengan namanya, air tanah ini tidak berada di bawah
lapisan dengan permeabilitas rendah yang bertekanan, karena tidak memperoleh
tekanan, maka muka air, atau permukaan yang ada di atasnya menjadi berfluktuasi
sebagai respon terhadap infiltrasi presipitasi atau aliran air tanah menuju ke badan air
permukaan. Air tanah mengalir dari muka air tanah menuju lapisan tanah yang ada di
atasnya dengan bantuan gaya kapiler untuk membentuk capillary fringe.
Zona tak jenuh atau vadose zone merupakan lapisan tanah yang lembab tetapi
tidak basah, contoh; tanah di atas sumur. Zone jenuh merupakan muka air tanah
(m.a.t), yaitu permukaan di mana tekanan air dalam pori-pori tanah/batuan sebanding
dengan tekanan atmosfer.
Aquifer terjebak merupakan bentuk terbatas dari aquifer tidak tertekan, di mana
aquifer ini dapat terjadi pada zona tak jenuh yang berada di bawah lapisan dengan
permeabilitas rendah seperti lempung. Muka air tanah terjebak terjadi apabila air yang
meresap ke bawah dihalangi oleh lapisan dengan permeabilitas rendah dan

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

15

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

menjadikan pasir yang di atasnya jenuh. Lapisan pasir yang ada di bawahnya menajdi
tak jenuh, akibatnya air tanah yang terjebak di atas lapisan lempung tidak dapat
mengalir melalui aquifer.
Pada kondisi alami, zona muka air tanah pada umumnya (tidak selalu)
mengikuti kontur permukaan tanah. Pada kawasan yang memiliki kelembaban tinggi,
muka air tanah umumnya berada pada 0-20 feet di bawah permukaan tanah. Elevasi
muka air tanah dapat ditentukan dari tinggi air dalam penggalian, badan air permukaan
seperti danau atau sungai, dan dalam sumur-sumur yang berada pada akuifer tidak
bertekanan. Pengukuran tinggi muka air mengindikasikan hidraulik head pada aquifer
tidak bertekanan pada titik pengukuran, di mana; Hidraulik head mencerminkan baik
hidraulik pressure (pressure head) maupun

Elevation head (berhubungan dengan

elevasi di atas permukaan laut/datum). Dalam kondisi tanpa pemompaan, aquifer tidak
bertekanan memiliki pressure head = 0 dan hidraulik head = elevation head.
Aquifer bertekan merupakan zona di antara 2 lapisan permeabilitas rendah
seperti lempung/silt, di mana air akan keluar ke dalam sumur pompa melalui lapisan
bertekanan ke aquifer atau keluar ke permukaan tanah dalam bentuk sumur artesis.
Ketinggian di mana air dapat keluar dalam sumur menunjukkan nilai hydraulic head, di
mana hydraulic head

di sini telah mencakup presure head dan elevation head.

Berbeda dengan aquifer tidak bertekanan, presure head pada aquifer bertekanan tidak
sama dengan nol.
Data elevasi air tanah biasanya akan diplot pada site plan untuk memetakan
muka air tanah aquifer tidak bertekanan, atau untuk mendapatkan permukaan
potensiometris akuifer bertekanan. Tinggi air terukur dicatat di lokasi sumur monitoring,
sedangkan equipotential lines (sering disebut juga garis kontur air tanah untuk aquifer
tidak bertekanan) digambar sesua dengan titik-titik yang telah diketahui (atau hasil
estimasi) yang berada pada elevasi yang sama. Untuk keperluan tersebut, diperlukan
sedikitnya data dari tiga sumur monitoring.
Aliran air tanah mengalir karena adanya perbedaan tekanan/ head. di mana
perubahan tekanan disebabkan perbedaan hidraulic head antara 2 titik atau dapat
pula terjadi sebagai akibat dari pemompaan yang dilakukan dalam sistem ekstraksi air
tanah. Gradien hidraulik menunjukkan perubahan tekanan dalam aquifer yang
menghasilkan aliran air tanah, yang dinyatakan dalam slope muka air tanah atau
permukaan potensiometri.
Secara matematis, gradien hidraulik dapat dirumuskan sebagai berikut:

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

16

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

I = d H..........................................................................................................(1.10)
dL
Di mana:
I

= gradien hidraulik

dH / dL = perubahan head pada jarak

Gradien hidraulik suatu tempat dapat ditentukan dengan mengunakan peta


muka air tanah atau peta permukaan potensiometrik. Meskipun demikian, metode
penggunaan peta tersebut menjadi tidak akurat jika; ditemukan adanya komponen
vertikal tertentu pada aliran air tanah aquifer bertekanan, adanya NAPL, atau pada air
tanah yang mengalir melalui retakan. Air tanah mengalir dari hidraulik head tinggi ke
hidraulik head rendah sepanjang garis aliran yang tegak lurus dengan garis
equipotensial, yang

disebut flownet. Air tanah juga dapat mengalir akibat adanya

perbedaan gradien temperatur dan elektrikal.


Aliran air tanah yang mengalir melalui aquifer mengikuti aturan Hukum Darcy.
Secara matematis, Hukum Darcy dapat dirumuskan dalam persaman 2.

sebagai

berikut :

Q = K . I . A..................................................................................................(1. 11)

Di mana:
Q = Debit air (m3/detik)
K = Konduktivitas hidrolik (m/detik)
I

= Gradien hidrolik

A = Luas penampang melintang (m2)

Hukum Darcy hanya berlaku untuk aliran laminer, karena tidak akurat jika
diterapkan pada aliran turbulent yang berkecepatan tinggi. Konduktivitas hidrolik, atau
disebut juga dengan permeabilitas dipengaruhi oleh jenis fluida yang mengalir.
Konduktivitas hidraulik (permeabilitas) air tanah juga dapat dinyatakan dalam satuan;
(cm/detik), (ft/hari), (gal/hari/ft2).
Selain konduktivitas hidrolik, parameter yang juga digunakan dalam melakukan
karakterisasi air tanah yaitu Ttransmisivitas (T) dan Storativitas (S).

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

17

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Transmisivitas (T) adalah laju perpindahan air melalui suatu satuan lebar
aquifer/aquitard di bawah suatu unit gradien hidraulik satuan, yang dinyatakan dalam ;
(m2/hari), (ft2/hari), (gal/hari/ft).
Secara matematis, Transmisivitas dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut :

T = K . b.......................................................................................................(1.12 )

Di mana:
T = Transmisivitas (m2/hari)
K = Konduktivitas hidrolik (m /detik)
b = ketebalan jenuh lapisan batuan

Storativitas (S) adalah volume air yang dilepaskan oleh aquifer atau diambil
untuk disimpan per unit luas area aquifer per satuan perubahan head, di mana aquifer
tertekan mempunyai nilai S = 0.0001-0.00001 sedangkan aquifer tidak tertekan
mempunyai nilai S = 0.1-0.3 dan leaky confined aquifer mempunyai nilai S = 0.001.
Transmisivitas dan Storativitas digunakan untuk mengevaluasi respon akuifer terhadap
tekanan, misalnya pemompaan yang akan digunakan sebagai input pada pemodelan
aliran air tanah.
Slug test, pumping test, dan pressure test digunakan untuk mengetahui
karakteristik air tanah. Slug test dilakukan pada aquifer tidak tertekan yang dangkal, di
mana sejumlah volume air ditambahkan atau dikeluarkan dari sumur untuk kemudian
diukur perubahan muka air tanah untuk selanjutnya dilakukan estimasi transmisivitas.
Pumping test dilakukan dengan cara melakukan pemompaan air tanah dari
sumur untuk periode tertentu (umumnya 8 jam), khusus pada bagian lahan tercemar
bahan berbahaya, air yang dipompa selama uji ini dilakukan harus diolah, selanjutnya
tinggi muka air di sekitar sumur observasi diukur untuk ditentukan perubahan
permukaan potensiometrinya dari aquifer akibat pemompaan.
Pressure test dilakukan untuk menentukan konduktifitas hidraulik pada aquifer
lapisan batu retak. Pada zona aquifer terisolasi, uji ini dilakukan dengan memasukkan
inflatable packer ke dalam sumur gali. Udara atau air bertekanan diinjeksikan untuk
melakukan slug test di bagian terisolasi dan sumur gali.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

18

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.4.4. Perpindahan polutan

Perpindahan polutan terlarut tergantung pada apakah polutan tersebut non


aqueous fase liquid (kontaminan tidak larut) atau polutan terlarut.

a.

Non Aqueous Phase Liquid ( NAPL )


Beberapa senyawa tertentu dengan solubilitas yang relatif rendah dapat berada
pada fase terpisah dalam aquifer, misalnya senyawa-senyawa yang termasuk
dalam golongan LNAPL atau floaters, yaitu senyawa yang memiliki densitas
lebih kecil dari air, misalnya bensin. DNAPL (sinkers) di air memiliki densitas
lebih besar dari air, misalnya ; solvent terklorinasi, seperti, trichloroethylene
(TCE) dan perchloroethylene (PCE), kayu tar, creosot dan PCB.
Fase

organik

terpisah

akan

muncul

ketika

massa

polutan

melebihi

solubilitasnya dalam air. LNAPL dapat terkumpul di atas muka air tanah,
sementara DNAPL terkumpul di lapisan atau lensa dari bahan berpermeabilitas
rendah.
Menurut Kueper, LNAPL yang terkumpul merupakan distribusi fluida kontinyu
dan potensial untuk berpindah di lapisan subsurface, yang merupakan sumber
kontinyu dari kontaminasi terlarut dalam air tanah.
Residu NAPL akan tertinggal pada saat fase terpisah mengalir melalui tanah
atau bebatuan dan juga merupakan sumber kontaminan air tanah untuk jangka
panjang. Residu NAPL terdiri atas blob dan ganglia NAPL yang tertinggal
dalam media batu yang dialiri oleh NAPL.
Tiga kekuatan yang mengontrol migrasi NAPL subsurface, yaitu; gravitasi,
kekuatan viskos, dan interfacial NAPL-air. Definisi dari ketiga istilah tersebut
akan diberkan di bawah ini:
Viskositas merupakan ukuran resistensi aliran fluida.
Interfacial tension menyatakan kekuatan tensile yang berada di interface

yang membagi dua fluida immiscible, di mana kekuatan ini meningkat seiring
dengan meningkatnya daya tarik-menarik antara molekul-molekul di visinitas
interface dan seperti molekul-molekul di cairan bulk.
Capillary force menahan fluida di dalam pori-pori tanah dan dapat menahan

masuknya NAPL ke dalam pori-pori tanah yang terisi air atau air ke dalam
pori-pori tanah yang berisi NAPL.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

19

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

NAPL displace air dan udara pada saat melewati tanah/batuan, di mana
pressure head NAPL mengatasi capillary force yang menahan air atau udara
di dalam pori-pori tanah atau retakan batuan.
NAPL cenderung mengalir melalui aquifer lebih lambat dari air murni karena
NAPL lebih kental dari air dan air menempati ruang pori, menahan aliran
NAPL. Dengan menurunnya fraksi NAPL di ruang pori, maka permeabilitas
relatif terhadap air meningkat dan permeabilitas terhadap NAPL juga akan
menurun. Pada saat NAPL di dalam ruang pori mencapai tingkat jenuh, maka
permeabilitas relatif NAPL = 0 dan NAPL tidak bergerak sebagai fase
terpisah.
Sifat-sifat

tertentu

yang

juga

mempengaruhi migrasi NAPL adalah

heterogenitas, permeabilitas, geometri pori dan ukuran pori.


Residual saturation merupakan tingkat saturasi maksimum dimana NAPL terdiri
dari gumpalan tidak kontinyu dan ganglia di dalam pori-pori tanah dan retakan.
Pada tingkat saturasi di atas saturasi residual, NAPL berubah menjadi massa
kontinyu dan dapat mengalir melalui tanah.
Dalam zona tidak jenuh, residu NAPL akan terlarut dalam aliran air tanah
sehingga dapat memberi kontribusi polutan terlarut dalam air tanah. Residu
NAPL pada tekanan uap tinggi membentuk vapor plumedi udara, sementara
pada pori-pori tanah dalam zona vadose akan mengkontaminasi air infiltrasi.
LNAPL tidak masuk jauh di bawah muka air tanah, di mana senyawa tidak
berpindah secara vertikal sejauh DNAPL dan lebih mudah dideteksi maupun
diremoval. Senyawa LNAPL pada umumnya lebih biodegradable daripada
senyawa DNAPL
LNAPL yang tumpah ke tanah akan mengalir ke bawah melalui pusat pori-pori
tanah dan meninggalkan residu NAPL yang terperangkap di antara pori-pori
dengan bantuan gaya kapiler (capillary force). Untuk hampir semua LNAPL,
residu jenuh terjadi di zona tak jenuh ketika LNAPL mengggunakan 10% - 20%
dari total volume pori yang ada. Jika seluruh massa LNAPL tersimpan di dalam
zona vadose sebagai residu, maka LNAPL tidak akan mencapai muka air tanah
dan akan menjadi sumber kontaminan air tanah jangka panjang, sebagai
infiltrasi dari permukaan terlarut residu LNAPL atau senyawa LNAPL dalam
vapor plume. Jika sejumlah besar LNAPL tumpah atau bocor ke tanah, LNAPL
akan mengalir melalui zona tak jenuh menuju ke puncak capillary fringe untuk
membentuk kumpulan NAPL yang mengapung di capillary fringe. Berat jenis

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

20

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

LNAPL menekan muka air tanah, dan LNAPL yang terakumulasi menyebar
secara lateral di atas capillary fringe dan meninggalkan residu NAPL di pori-pori
tanah. Apabila muka air tanah berfluktuasi akibat adanya pemompaan atau hal
lain, maka LNAPL akan naik-turun sesuai mengikuti muka air tanah dan
meninggalkan NAPL dalam bentuk residu jenuh di dalam tanah. Untuk residu
NAPL jenuh di bawah muka air tanah, sebagian besar LNAPL mengunakan
15% 20% dari total volume pori yang ada.
DNAPL mengalir ke bawah karena gravitasi melalui tanah dan air tanah. Pada
saat DNAPL mengalir melalui tanah tidak jenuh akan meninggalkan residu
DNAPL yang terjebak di ruang pori-pori oleh capillary force. Pada saat DNAPL
mencapai zona jenuh, ia harus menempati tempat di mana air sudah berada di
pori-pori tanah.. DNAPL dapat mencapai zona jenuh pada saat pressure head
yang dihasilkan oleh akumulasi DNAPL dapat mencapai capillary head. DNAPL
yang memasuki air tanah akan mengalir secara kontinyu melalui aquifer hingga
DNAPL terhambat di barrier dan massa terjebak dalam ruang pori atau retakan
kecil sebagai residu DNAPL.
Barrier atau penghalang aliran DNAPL dapat tersusun atas lapisan bahan
dengan permeabilitas rendah dan padat seperti halnya lempung atau lapisan
dasar aquifer. DNAPL akan mengalir secara lateral ketika menemui
pengahalang, dan jika penghalangnya adalah lapisan lempung maka DNAPL
akan menyebar lateral ke tepi lapisan untuk selanjutnya mengalir ke bawah.
Residu DNAPL dalam tanah jenuh, DNAPL yang terjebak di retakan dan
akumulasi DNAPL dapat menjadi sumber kontaminasi air tanah jangka
panjang. Residu DNAPL dalam tanah jenuh dapat lebih terkonsentrasi daripada
residu DNAPL di tanah tidak jenuh, yang menempati 2 - 40% ruang pori.
b.

Polutan Terlarut

Nasib dan perpindahannya kontaminasi terlarut tergantung pada kombinasi


kompleks dari hidrogeologi dan faktor-faktor kimia yang menyertainya. Adveksi,
dispersi dan sorpsi secara partikular merupakan fungsi-fungsi penting dalam
mekanisme perpindahan polutan terlarut.
Adveksi merupakan perpindahan dari kontaminan dalam aliran air tanah. Oleh
karena konduktivitas hidrolik material dalam aquifer dapat bervariasi melalui
suatu jarak yang relatif kecil, maka air tanah dapat berpindah pada laju yang

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

21

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

berbeda dalam plume. Dispersi hidrodinamik menyebabkan kontaminan terlarut


menyebar dalam aquifer, yang secara esensial menjadi terdilusi oleh air tanah
yang tidak terkontaminasi sebagai akibat dari mechanical mixing dan difusi
molekular. Adsorpsi merupakan tarikan dan adhesi dari molekul kontaminan ke
permukaan tanah seperti partikel lempung, metal oksida dan hidroksida dan
bahan organik. Bahan kimia teradsorp dapat dilepaskan kembali ke air tanah.
Adapun mekanisme fisik / kimia lainnya meliputi :

Pertukaran ion :
merupakan proses di mana kation ditarik ke permukaan anion pada partikel
tanah, menempati tempat ion yang sudah ada, di mana proses tersebut
bersifat reversibel

Volatilisasi :
disebabkan oleh VOCs yang berpindah ke dalam pori-pori tanah pada zona
vadose

Reaksi oksidasi-reduksi :
degradasi senyawa organik atau mengubah

senyawa logam menjadi

bentuk yang lebih atau kurang solubel daripada bentuk asli kontaminan
tersebut.

Presipitasi kimiawi :
dapat dihasilkan pada saat logam terlarut membentuk hidroksida tidak larut
sebagai akibat dari pH air tanah

Filtrasi :
Air tanah yang mengalir melalui tanah dapat menghilangkan partikel-partikel
seperti bakteri ataupun logam hidroksida lainnya.

Mekanisme-mekanisme yang disebutkan di atas, seringkali merujuk pada istilah


pemulihan.

Dengan

berjalannya

waktu,

maka

mekanisme-mekanisme

tersebut akan mereduksi konsentrasi polutan di aquifer. Pemulihan alami,


mengacu pada definisi yang diberikan oleh US EPA adalah biodegradasi,
dispersi, pengenceran, sorpsi, volatilisasi, dan atau stabilisasi polutan secara
kimia/biokimia untuk mereduksi toksisitas, pergerakan ata volume kontaminan
hingga mencaai tingkat yan tidak membahayakan keselamatan manusia dan
ekosistem.
Faktor retardasi yaitu faktor yang mereduksi laju perpindahan kontaminan
terlarut ke aliran air tanah karena sorpsi. Secara matematis, faktor retardasi
dirumuskan sebagai berikut:

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

22

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

R = v

= 1 + b

vc

. Kp................................................................................(1. 13 )

Di mana:
v

= Kecepatan linear rata-rata air tanah

vc

= Kecepatan kontaminan pada titik di mana konsentrasinya sama dengan


konsentrasi semula

1.5.

= densitas massa bulk tanah

= porositas tanah

Kp

= koefisien partisi tanah-air

HOW CLEAN IS CLEAN

Tujuan remediasi limbah berbahaya adalah untuk menjaga kesehatan manusia


dan lingkungan. Target yang ingin dicapai dalam remediasi, didasarkan pada :

Batas deteksi analitikal,

Background level

Standar regulatori/kriteria, umumnya ditentukan dari asumsi resiko

Potensial resiko yang diperkirakan untuk kesehatan manusia atau ekosistem,

Proteksi air tanah dari sumber kontinyu kontaminan

Removal massa
Clean-up level dapat diterapkan di suatu tempat dengan berbagai macam cara

sesuai dengan filosofi dan tujuan yang dimilikioleh pihak pengambil keputusan. Cleanup level dapat ditetapkan berdasarkan nilai NTE (Not to Exceed), yaitu nilai batas
konsentrasi yang tidak boleh dilampaui oleh titik sampl manapun di lokasi tersebut.

1.5.1. Batas Deteksi

Beberapa senyawa, prakiraan resikonya tidak dapat dideteksi didasarkan atas


Clean-up level menggunakan metode analitis.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

23

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.5.2.

Latar Belakang Kondisi

Salah satu tujuan remediasi adalah untuk mengembalikan kondisi suatu lokasi
tertentu ke kondisi semula sebelum tercemar, atau latar belakang kondisi. Tanah,
lumpur, dan air tanah secara alamiah menyimpan gejala-gejala alam tertentu. Sebagai
contoh. Kebakaran hutan dapat menghasilkan polutan PolyAromatic Hydrocarbon
(PAH), begitu pula dengan senyawa-senyawa organik klor yang biasanya berada
dalam level yang hampir tidak dapat dideteksi. Beberapa polutan juga ditemukan
sebagai hasil penyebaran pemakaian bahan tertentu, misalnya;

timbal sering

ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam tanah di daerah pinggiran kota sebagai
akibat sampingan dari penggunaan cat timbal dan dari emisi gas buang kendaraan
berbahan bakar bensin bertimbal yang juga menghasilkan PAH. Latar belakang kondisi
dapat diperoleh dari literatur yang ada. Penelitian remediasi pada umumnya meliputi;
sampel-sampel up-gradient lokal untuk menentukan latar belakang kondisi.

1.5.3. Standar Peraturan, Kriteria dan Level Screening

Soil Screening Level (SSLs) ditetapkan berdasarkan pada residu potensial


untuk kesehatan manusia. SSL digunakan untuk menentukan apakah suatu kondisi
layak untuk dievaluasi lebih lanjut. Sediment quality criteria (SQC) digunakan untuk
PAHs tertentu. Kriteria-kriteria tersebut dikembangkan

dari kriteria kualitas udara

ambient untuk beberapa kontaminan yang memiliki toksisitas potensial. Effects range
low (ERL) dan effects range medium (ERM) digunakan untuk evaluasi sedimen. ERL
dan ERM disusun berdasarkan pemberian ranking dari konsentrasi terendah hingga
konsentrasi tertinggi dari data hasil penelitian yang ada.
ERL menyatakan konsentrasi yang berada pada 10 persentil terendah yang
berkaitan dengan efek biologis. Konsentrasi di bawah ERL tidak akan menyebabklan
efek toksik. ERM menyatakan konsentrasi yang berada pada persentil ke-50 yang
juga berkaitan dengan efek biologis. Di samping itu, Ecotox Threshold

(ETs)

merupakan standar yang disusun berdasarkan SQC. Meskipun demikian, tidak


satupun dari standar-standar yang tersebut, yang bersifat

memaksa. Pada

parakteknya, standar-standar tersebut lebih merupakan level screening atau guideline


daripada standar peraturan yang memaksa.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

24

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.5.4. Prakiraan Resiko Spesifik


a. Clean Up Level Berdasarkan Resiko Kesehatan Manusia
Program remediasi meliputi; manajemen resiko dan perkiraan resiko. Secara
ideal, perbedaan di antara keduanya sangat jelas. Prakiraan resiko bersifat
lebih ilmiah daripada manajemen resiko. Sebagai contoh, dalam prakiraan
resiko, pihak pengambil keputusan harus mengetahui seberapa toksik suatu
senyawa mencemari lingkungan, pada paparan dosis berapa polutan dapat
membahayakan

keselamatan

manusia,

dan

sebagainya.

Sedangkan

manajemen resiko lebih berorientasi pada langkah-langkah kebijakan yang


harus diambil., misalnya; pada level berapa resiko pencemaran masih dapat
diterima oleh masyarakat, berapa dana yang harus dikeluarkan untuk
mengurangi resiko yang ada, dan sebagainya. Namun demikian, pada
kenyataanya,

perbedaan

antara

keduanya

seringkali

menjadi

kabur.

Pembahasan berikut ini akan menjelaskan metode yang digunakan dalam


menghitung resiko berdasarkan clean up level dan digolongkan menurut
pemilihan sasaran level resiko.
Jenis Resiko Kesehatan
Tipe resiko kesehatan terdiri atas : karsinogenik (4 kelas) dan non
karsinogenik
Karsinogenik kelas A : diketahui sebagai karsinogen manusia,

jarang

ditemukan karena tidak ada uji yang dilakukan terhadap manusia.


Karsinogenik kelas B : kemungkinan karsinogen manusia. Kelas B dibagi 2,
yaitu; B1 untuk data manusia dan B2 untuk data uji hewan.
Karsinogen kelas C : dapat bersifat karsinogen pada manusia, berdasarkan
hasil data uji laboratorium terhadap hewan.
Karsinogenik kelas D : tidak dapat diklarifikasi
Karsinogenik kelas E : terbukti non karsinogenik untuk manusia.
Cancer slope factor (CSF) menyatakan seberapa potensial bahan kimia
menyebabkan kanker apabila dihirup atau ditelan. Semakin besar CSF
maka semakin potensial bahan tersebut menyebabkan. Nilai CSF
dinyatakan dalam satuan mg/kg/hari
Kontaminan non karsinogenik mempengaruhi sistem kesehatan dengan
menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, misalnya kerusakan pada
organ hati, ginjal sistem syaraf, gangguan reproduksi dan keguguran janin.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

25

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Hubungan antara dosis bahan non karsinogenik dengan respon yang


ditimbulkannya dinyatakan dalam RfDs (referensi dosis). Kronik RfDs
merupakan estimasi tingkat pemaparan harian yang kelihatannya tidak
beresiko namun mengakibatkan efek seumur hidup.
Resiko Yang Dapat Diterima
Resiko yang dapat diterima didefinisikan sebagai tingkat di mana resiko
sosial dari kontaminan lingkungan dapat diterima. Tingkat resiko target
karsinogen adalah 1x10-4 dan 1x10-6, di mana resiko 1x10-4 adalah 1 dalam
10000 kemungkinan mengidap kanker, dan resiko 1x10-6 adalah 1 dalam
1000000 kemungkinan mengidap kanker.
Non karsinogenik dinyatakan berdasarkan Hazard Quotient (HQ) atau
Hazard Index (HI). HQ adalah rasio dari dosis estimasi polutan tunggal
terhadap RfD. HI jumlah dari HQs untuk setiap kontaminan/polutan bila
terdapat banyak polutan. Jika HI > 1, maka kemungkinan terjadi efek yang
tidak dapat diterima oleh kesehatan manusia.
Asumsi Pemaparan
Pemaparan adalah kontak dari suatu organisme dengan agen kimiawi atau
fisik. Besarnya ditentukan dengan mengukur / membuat estimasi jumlah
dari agen yang ada pada batas perubahan selama periode waktu tertentu.
Perkiraan pemaparan ditentukan secara kualitatif atau kuantitatif dari
besarnya, frekuensi, durasi dan jumlah pemaparan, di mana proses
prakiraan pemaparan ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : karakterisasi
pemaparan, identifikasi jalur penerapan, dan perhitungan pemaparan.
Reasonable maximum exposure (RME) merupakan pemaparan dalam 9095

percentile

dari

pemaparan

aktual

dan

bertujuan

untuk

mengkombinasikan batas atas dan rentang tengah faktor-faktor seperti;


media lingkungan dan bentuk bahan kimia. Secara matematis, RME
dinyatakan dalam persamaan berikut:

I = C . CR . EF . ED...........................................................................(1.14 )
W. AT

Di mana:

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

26

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

= kontaminan yang terambil oleh tubuh (mg/kg berat tubuh /hari)

= konsentrasi bahan kimia yang dikontakkan selama periode paparan


(mg/kg atau mg/L)

CR = Laju kontak, jumlah medium tercemar yang dikontakkan per satuan


waktu
EF = Frekuensi paparan ( hari/tahun)
ED = Durasi paparan (jumlah tahun selama jumlah umur)
W = Berat badan selama periode paparan (Kg)
AT = Waktu rata-rata, periode rata-rata paparan

Jumlah yang diserap oleh manusia di lingkungan dapat berbeda dari jumlah
yang diserap hewan di dalam penelitian yang dilakukan untuk menentukan RfD
atau CSF. Perbedaan ini dapat dihitung dengan Absorption Adjustment Factor
(AAF). Pada umumnya, nilai AAF diasumsikan sama dengan satu.
Penghitungan Clean Up Level

Konsentrasi bahan kimia yang secara teoritis berkaitan dengan resiko


penyebab kanker tergantung dari asumsi yang digunakan dalam menentukan
frekuensi dan jumlah paparan, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, serta
dalam kaitannya dalam efek respon dosis. Secara umum, dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Level resiko = CSF . 1........................................................................(1. 15)

Di mana jumlah kontaminan yang diambil dihitung selama periode rata-rata.


Secara umum, penghitungan Clean-up level dapat dirumuskan sebagai berikut:

Clean-up leve

l=

R. W. AT

...................................................(1.16)

CSF.CR.AAF.EF.ED

Di mana :
R

= level resiko target

CSF = Cancer Slope Factor


AAF = Absorption Adjustment Factor

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

27

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

CR

= Jumlah medium tercemar yang dikontakkan per satuan waktu

EF = Frekuensi paparan ( hari/tahun)


ED = Durasi paparan (jumlah tahun selama jumlah umur), nilai tipikal =30 tahun
W = Berat badan selama periode paparan (Kg)
AT = Waktu rata-rata, periode rata-rata paparan, nilai tipikal = 70 tahun
Clean-up level dinyatakan dalam mg/kg

Penghitungan Clean-Up Level Senyawa Karsinogenik yang Terhirup dalam Debu


Padat di Tanah pemukiman :
Clean-up level (mg/kg) =

R. AT. 365 hari/tahun

.................................(1.17)

URF. 1000g/mg. EF. ED. 1/PEF

Di mana :
URF = Faktor satuan resiko penghirupan, di mana untuk metilen klorida
= 4,7.10-7 (g/m3)-1
PEF = Faktor Emisi Partikulat ( m3/kg), nilai tipikal = 1,32.109

Nilai PEF dapat dihitung dengan persamaan 2.18 :

PEF =

(Q/C) (3600 detik/jam)

............................................................(1.18)

(0,036)(1-V)(Um/Ut) (F(x))
Di mana:
Q/C = 1/konsentrasi rata-rata sumber partikulat pada radius 0,5 ha, di mana:
nilai tipikal Q/C= 90,8 g/m2 per kg/m3
V

= Fraksi vegetasi penutup, di mana nilai tipikal = 0,5, tanpa satuan

Um = Kecepatan rata-rata angin tahunan, nilai tipikal = 4,69 m/detik


Ut

= Nilai batas ekuivalen kecepata angin pada jarak 7 m, nilai tipikal =

11,32 m/detik
F(x) = nilai tipikal = 0,1943

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

28

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Penghitungan Clean-Up Level Senyawa Volatil Karsinogenik yang Terhirup di


Tanah pemukiman

Clean-up level (mg/kg) =

R. AT. 365 hari/tahun ..................................(1. 19)


URF. 1000g/mg. EF. ED. 1/VF

Di mana :
VF = faktor volatilisasi tanah ke air (m3/kg), dapat dihitung dengan persamaan 2.
berikut :
Q/C (3,14 . DA. T)1/2 . 10-4 (m2/cm2) .................................................(1.20)

VF =

2.B.DA
Di mana :

Q/C = 1/konsentrasi rata-rata sumber kontaminan pada radius 0,5 ha, di mana:
nilai tipikal Q/C= 68,81 g/m2 per kg/m3
DA = diffusitas (cm/detik2)
Penghitungan Clean-Up Level Senyawa Non Karsinogenik yang Tercerna di Tanah
pemukiman
Clean-up level (mg/kg) = RfD0. W.AT. 365 hari/tahun................................(1.21)
10-6 kg/mg. EF. ED. IR
Di mana :

RfD0 = RfD oral, 0.06 mg/kg.hari


HI

= Indeks Bahaya Target = 1 (tanpa satuan)

= Berat badan, nilai tipikal 15 kg

AT

= Waktu rata-rata, nilai tipikal = 6 tahun

EF

= Frekuensi paparan, nilai tipikal = 350 hari/tahun

ED = Durasi paparan, nilai tipikal = 6 tahun


IR

= Laju penyerapan tanah = 200 mg/hari

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

29

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Penghitungan Clean-Up Level Senyawa Non Karsinogenik yang Terhirup dalam Debu
yang Terlepas di Tanah pemukiman :

Clean-up level (mg/kg) =

HI.AT.365 hari/tahun ............................................(1.22)


EF.ED. [(/RfC).(1/PEF)]

Di mana:
RfC = Referensi Konsentrasi Penghirupan, untuk metil klorida = 3 mg/m3
PEF = Faktor Emisi Partikulat , nilai tipikal = 1,32.109

Penghitungan Clean-Up Level Senyawa Volatil Non Karsinogenik yang Terhirup di


Tanah pemukiman :
Clean-up level (mg/kg) = HI.AT.365 hari/tahun ................................................(1.23)
EF.ED. [(/RfC).(1/VF)]
1.6.

REKAYASA REAKSI

Kontaminan dapat berpindah dari satu media ke media lainnya, ataupun


berekasi dengan persenyawaan kimia lainnya untuk membentuk senyawa kimia lain.
Pembahasan berikut akan dititikberatkan pada prinsip-prinsip dasar yang digunakan
untuk melakukan karakterisasi perpindahan dan transformasi massa.

1.6.1. Jenis Reaktor


Ada tiga jenis reaktor ideal yang digunakan untuk merepresentasikan reaktor
yang sebenarnya, yaitu ; batch, pengadukan kontinyu dan aliran plug
Batch : Reaktor ini diisi dengan reaktan, kemudian kondisi-kondisi yang
penting untuk reaksi diterapkan (misalnya: mixing, suhu, dll). Bila
reaksi sudah selesai atau sempurna, reaktor kosong.
CSTR : Seperti halnya namanya, reaksi yang terjadi dalam reaktor kontinyu
teraduk sempurna (Continuous Stirred Tank Reactor) sama seperti
aliran cairan melalui tangki teraduk sempurna dalam reaktor kontinyu
(CSTR) yang sering disebut reaktor back mix.
Dalam reaktor ini, waktu retensi hidraulik (HRT) dapat dinyatakan sebagai
berikut :

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

30

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Waktu retensi hidraulik =

volume tangki...............................................(1.24)
Debit

Dalam reaktor ini, diasumsikan bahwa pengadukan dan reaksi berlangsung


sempurna dan instan, sehinga konsentrasi senyawa yang ada dalam reaktor
CSTR akan sama dengan volume effluen

Plug Flow : Reaksi yang terjadi seperti umpan arus berpindah secara kontinyu
di dalam tabung. Pada reaktor ini, diasumsikan terjadi pengadukan
sempurna dengan arah radial sehingga konsentrasi zat di
sepanjang tabung reaktor adalah konstan
1.7.

JENIS-JENIS REAKTOR IDEAL

Pada kondisi tertentu, reaktor dipasang secara seri atau paralel. Rangakaian
reaktor yang disusun seri bertujuan untuk mendapatkan derajat pengolahan
yang cukup atau untuk menyediakan pengolahan fail safe, artinya apabila
terjadi kegagalan pada unit 1, maka dapat diolah di unit 2. Rangkaian reaktor
yang disusun paralel bertujuan untuk menyediakan fasilitas pengolahan yang
fleksibel atau untuk kontinuitas proses pada saat salah satu unit tidak
beroperasi / sedang diperbaiki
1.7.1. Kesetimbangan Massa

Kesetimbangan massa / kesetimbangan material merupakan perhitungan


massa dari tiap material yang masuk dan keluar dari sistem yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat pembersihan untuk tanah, dan juga sering
digunakan dalam evaluasi teknologi remediasi.
Secara umum, kesetimbangan masa dalam suatu sistem adalah sebagai
berikut:

Akumulasi = Input Output + Produk yang dihasilkan + Penggunaan........(1.25 )

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

31

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.7.2.

Laju Reaksi

Laju reaksi ialah laju terjadinya reaksi yang tergantung pada konsentrasi dari
senyawa-senyawa yang bereaksi dan dipengaruhi oleh temperatur.
Untuk sistem batch, laju perubahan konsentrasi terhadap waktu didefinisikan
sebagai berikut:
C = k. t........................................................................................................(1.26)
C
C t t=0

C t t

.k

t=0

dt

.....................................................................................(1.27)

Ct = C0 e-kt .......................................................................................................(1.28)
ln Ct = ln Ct - ln C0 = - kt..................................................................................(1.29)
C0
Di mana :
Ct = konsentrasi bahan pada waktu -t
C0 = konsentrasi bahan mula-mula
k

= konstanta reaksi
Half-life (t1/2) adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu senyawa untuk

mereduksi konsentrasi menjadi -nya

t1/2 = - ln (0,5)......................................................................................................(1.30)
k

Jika laju reaksi sangat bergantung pada suhu, maka nilai konstanta reaksi k dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
k = k0. e-E/RT......................................................................................................(1.31)
Di mana:
k0 = faktor pre-eksponensial atau faktor frekuensi
E = Energi aktivasi
R = Tekanan gas universal
T = Temperatur absolut

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

32

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.7.3.

Uji Treatabilitas

Uji treatabilitas adalah suatu rangkaian uji yang dilakukan untuk menentukan
apakah teknologi pengolahan yang ada efektif untuk desain sistem remediasi skala
penuh.
Bench scale test dilakukan di laboratorium dan didesain untuk memberikan
jawaban apakah teknologi yang diujikan nantinya dapat dilaksanakan, selain itu, bench
scale test yang lebih kompleks dapat memberikan informasi tentang perpindahan
massa preliminary, serta untuk menentukan apakah teknologi pengolahan yang ada
dapat memenuhi clean-up level. Bench scale test dapat dilakukan dengan
menggunakan reaktor batch kecil, kolom tanah, terutama jenis plug flow dan reaktor
kontinyu
Pilot test merupakan bentuk dari uji treatabilitas dengan skala yang lebih besar
dan lebih rumit daripada bench scale. Tujuan dilakukannya pilot test adalah untuk
melakukan evaluasi tehadap batasan material dan penanganan, batasan transfer
massa dan biaya.
1.8.

PERATURAN LINGKUNGAN

Orang yang bekerja dalam proses remediasi bahan berbahaya harus dibekali
dengan hukum, peraturan, kebijakan, dan pedoman lingkungan.
Hukum ditetapkan melalui badan legislatif dan memuat antara lain; peraturan,
kebijakan, dan dokumen pedoman. Tiap-tiap bentuk peraturan tersebut memiliki saksi
da tingkat fleksibilitas yang berlainan.
Peraturan :
merupakan ketentuan yang ditetapkan sebagai interpretasi dan implementasi hukum.
Kebijakan :
merupakan suatu pedoman pengambilan keputusan untuk tujuan lingkungan (tertulis
maupun tidak tertulis)
Dokumen pedoman :
menggambarkan prosedur-prosedur yang diharapkan manusia untuk digunakan dalam
mengisi regulasi yang diijinkan.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

33

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.8.1.

Remediasi Lokasi Limbah

Lahan remediasi limbah ditetapkan berdasarkan prioritas pengelolaan, sebagai


contoh : Hazard Ranking System / HRS (US-EPA) digunakan sebagai pedoman untuk
menentukan lahan mana yang harus ditempatkan pada NPL untuk kegiatan di bawah
CERCLA (Comprehensive Environmental Response, Compensation

and Liability

Act).
HRS (Hazard Ranking System) merupakan model numerik yang digunakan
untuk menghitung score lahan, jika score cukup tinggi maka ditempatkan di NPL, di
mana : score 1 adalah potensial untuk pembuangan tidak terkontrol dari substansi
tidak berbahaya, score 2 : Karakteristik dari substansi seperti; toksisitas, kuantitas dan
perilaku bahan kimia dan score 3 : Efek potensial pada pemaparan manusia dan
lingkungan.
Mekanisme pentahapan dalam menetapkan Hazard Ranking System (HRS)
yaitu:
setting priorities removal action remedial investigation/feasibility study remedial
design enforcement public involvementdelegation of authority broenfield

1.8.2. Pengolahan, Penyimpanan dan Pembuangan Bahan Buangan Berbahaya


(B3)

a. Limbah dibedakan menjadi 3, yaitu:


1. Limbah berbahaya dari sumber tidak spesifik
2. Limbah berbahaya dari sumber spesifik
3. Produk komersial bahan kimia yang dibuang, spesies di luar purifikasi,
residu container dan tumpahan residu (termasuk tanah, air atau puingpuing terkontaminasi sebagai akibat dari tumpahan material ini)
Limbah berbahaya mempunyai satu atau lebih dari empat karakteristik fisik
berikut:
1. Ignatibilitas : liquid dengan titik nyala < 60C (140 F); non liquid yang
dapat menyebabkan api pada suhu standar dan tekanan
melalui friksi, absorpsi kelembaban dan perubahan
spontan bahan kimia; gas terkompres yang mudah
menyala dan pengoksidasi

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

34

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

2. Korosifitas : Material acqueous dengan pH < 2 atau >12,5 atau liquid


yang dapat mengkorosi logam pada laju lebih dari 0,25
in/tahun pada suhu 130F.
3. Reaktifitas : Limbah padat mempunyai karakteristik ini jika termasuk
dalam salah satu dari 8 kategori bahan yang reaktif luar
biasa
4. Karakteristik toksisitas :
Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP test) yaitu uji
toksisitas yang dilakukan dengan menghitung jumlah substansi bahan
berbahaya spesifik yang dapat merembes dari sampah padat di bawah
kondisi sedikit asam, di mana pada lindi dianalisa 8 logam, 6 pestisida
dan 25 senyawa organik.
Tipe-tipe standar pengolahan:
1. Standar pengolahan yang mengekspresikan konsentrasi dalam ekstraksi
limbah
2. Standar pengolahan sebagai konsentrasi limbah
3. Standar pengolahan yang mengekspresikan teknologi spesifik
Konstituen berbahaya underlying adalah konstituen berbahaya (kecuali fluorida,
vanadium dan zinc) yang menyebabkan limbah menunjukkan karakteristik yang
dapat diharapkan berada pada titik generasi pada konsentrasi di atas standar
pengolahan universal.

Peraturan RCRA yang mengijinkan untuk perkecualian LDRs di bawah kondisi


tertentu, yaitu :
1. Treatability variace
2. Equivalent treatment method petition
3. No migration petition
4. Case by case extension
5. Nationwide capacity variance

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

35

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Peraturan lain:
1. Clean Water Act (CWA)
Peraturan ini bertujuan untuk menyimpan dan memelihara integritas kimiawi,
fisik dan biologis dari air yang dikuasai oleh negara.
Peraturan ini juga membatasi efluen dari keluaran air limbah untuk air
permukaan yang harus didasarkan pada teknologi control praktis terbaik
yang ada atau teknologi polutan konvensional terbaik
Keluaran air limbah yang akan dibuang ke fasilitas pegolahan limbah milik
umum harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan da disetujui oleh Badan
Pengelola Lingkungan
2. Safe drinking water act
Peraturan ini mengatur suplai air untuk umum, yaitu;
- Maximum contaminant level goals:
Standar ini disusun untuk kepetingan kesehatan untuk sistem air umum
-

Maximum contaminant levels :


Standar air minum primer

- Secondary maximum contaminant Level (SMCLs) :


termasuk senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan rasa tidak enak,
warna atau bau pada air minum
3. Occupational safety and Health
- Termasuk peraturan yang ditujukan untuk menjaga kesehatan para
pekerja dalam operasional limbah berbahaya dan respon darurat
- Perencanaan dan penjagaan kesehatan dan kemanan
- Pemeriksaan medis para pekerja
- Training pekerja
Empat tingkatan peralatan penjagaan pribadi, yaitu :
-

Level A :
Tingkat tertinggi dari proteksi pribadi, dignakan dalam kondisi sangat
berbahaya. Pekerja memakai pakaian yang sangat tertutup dengan
tekanan positif dan disuplai udara untuk bernafas

- Level B :
Pekerja disuplai udara untuk bernafas melalui respirator, dan juga
memakai pakaian protektif

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

36

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

- Level C :
mirip dengan level B, kecuali bahwa pekerja menggunakan respirator
udara yang dimurnikan
- Level D :
tingkat proteksi terendah, sehingga pekerja tidak memakai proteksi
respirator tetapi memakai pakaian protektif sederhana

4. Transportasi
Departement

of

Transportation

(DOT)

mengatur

pengiriman

limbah

berbahaya dan bahan berbahaya untuk tujuan transportasi dan mengatur


labelling, packaging, dan batas kuantitas pengiriman bahan berbahaya ke
luar negeri melalui udara dan laut.
1.9.

ESTIMASI BIAYA

1.9.1. Tingkat Akurasi

Estimasi biaya disusun sesuai dengan tingkat akurasi berdasarkan tujuan


estimasi dan level desain yang harus dipenuhi
Tingkat akurasi yang dipergunakan sebagai dasar estimasi, meliputi:
- Screening level :
bersifat sangat pendahuluan, nilai akurasinya hanya berkisar antara 50 %100%, hanya digunakan untuk pilihan yang sangat mahal (tidak umum) selama
evaluasi pendahuluan
-Order of magnitude :
nilai akurasinya sekitar 30% -5% dari biaya akhir, biasanya dipersiapkan
selama evaluasi alternatif dalam feasibility study dan bentuk dasar untuk
seleksi suatu remediasi
-Final project :
berdasarkan rencana desain dan spesifikasi akhir (+ 15-10%) dari biaya
aktual

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

37

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.9.2. Dasar-Dasar Estimasi

Estimasi biaya disusun sesuai dengan desain yang dipergunakan. Bergantung


dari keadaan lokasi dan remediasinya, sebuah desain konseptual yang dibuat untuk
keperluan estimasi biaya, harus meliputi:
- Tujuan remediasi /tingkat pembersihan
- Luas /volume tanah yang diremediasi atau laju pengolahan air tanah
- Kebutuhan persiapan lahan, termasuk ;

pembersihan, survei, pemasangan

kabel listrik, dsb


- Kedalaman penggalian, tipe tanah, kedalaman air tanah dan unit pengeringan
- Layout lapangan, termasuk ; topografi, bangunan, prasarana, wetland sistem
remediasi yang diusulkan, fasilitas sementara
- Unit penyimpanan
- Diagram alir proses
- Kesetimbangan massa, yang mengindikasikan kemampuan untuk mencapai
tujuan remediasi dan estimasi pengolahan residu
- Bench dan pilot scale studi
- Klasifikasi limbah dan rencana pembuangan untuk limbah dan residu
pengolahan
- Kebutuhan monitoring
- Kebutuhan O & M
- Kebutuhan utilitas
- Jadual pendahuluan
- Kebutuhan perijinan
- Pencegahan kesehatan dan keselamatan
1.9.3.

Komponen Estimasi Biaya


Komponen-komponen estimasi biaya, meliputi; biaya modal (langsung untuk

konstruksi,

dan

tidak

langsung

untuk

non

konstruksi),

pengoperasian

dan

pemeliharaan (biaya post-konstruksi yang diperlukan untuk memastikan keefektifan


pekerjaan remediasi masih berlanjut).
Biaya operasi dan pemeliharaan annual (biaya tahunan) dan present worth
(jumlah uang yang dinvestasikan pada tahun tertentu untuk aktifitas remediasi dan
operasi pemeliharaan yang cukup untuk mengcover semua biaya selama proyek).

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

38

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Dengan asumsi bahwa biaya tahunan adalah konstan, maka nilai sekarang (present
worth) dapat dihitung sebagai berikut :

P = { P / A, i %, n } . A............................................................................................. (1.32)

Di mana:
P = Nilai Sekarang
A = Biaya tahunan
i = suku bunga asumsi
n = jumlah tahun

Nilai { P / A, i %, n } adalah faktor yang dapat diperoleh dari tabel referensi atau dapat
pula dihitung dengan persamaan 1.33:
{ P / A, i %, n } = (1 + i)n 1 ...................(1.33)
I . (1 + i)n

Suatu ketika tindakan remediasi akan memerlukan biaya periodik. Misalnya


saja, peralatan dapat diganti secara periodik selama kurun waktu remediasi jangka
panjang (misalnya saja, pompa diganti setiap lima tahun sekali). Nilai sekarang dari
biaya periodik dapat dihitung dengan persamaan 1.34 :

P = { P/F, i %, n } . F.....................(1.34)

Di mana, F adalah nilai yang akan datang dan { P/F, i %, n }adalah factor yang akan
dating yang dapat diperoleh dari tabel referesi atau dapat pula diperoleh dari hasil
perhitungan dengan persamaan 1.35 :
{ P/F, i %, n }= (1 + i )-n.....................(1.35)
Pada waktu biaya periodik yang akan terjadi jauh lebih besar daripada biaya suatu
proyek, maka faktor biaya terpisah { P/F, i %, n }harus dihitung tiap kali biaya periodik
terjadi.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

39

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

1.9.4.

Sumber-Sumber Informasi

Sumber-sumber informasi biaya, diperoleh dari; pengalaman untuk lokasi yang


sama, batas kemampuan atau jatah dari vendor dan laporan atau literatur. Selain itu
biaya juga tergantung pada bagian negara di mana lahan berada.
1.9.5.

a.

Tinjauan Prakiraan Pendahuluan

Penyesuaian Biaya Modal


Biaya dari proyek sebelumnya seringkali dijadikan acuan dalam menyusun
prakiraan biaya. Oleh karena harga berubah pesat melampaui waktu, seringkali
harga pada tahun lalu tidak dapat lagi dijadikan sebagai acuan yang akurat
dalam membuat estimasi biaya untuk saat ini. Untuk itu, penyesuaian harga
dapat dilakukan dengan perhitungan indeks biaya sebagai berikut:
Cp = Ci . Ip

.................................................................................................(1.36)

Ii
Di mana :
Cp = Biaya sekarang
Ci = Biaya pada tahun i
Ip = Nilai indeks pada tahun sekarang
Ii = Nilai ideks pada saat biaya i didapatkan
Persamaan tersebut berlaku untuk periode waktu kurang dari 10 tahun
b.

Pembuatan Skala Biaya Peralatan


Biaya untuk tiap bagian peralatan pengolahan dapat diestimasi dari biaya untuk
bagian peralatan yang sejenis (meskipun berbeda kapasitas) dengan
menggunaka Aturan Faktor 1/6:
Ca = Cb . [ Sa / Sb ]0,6
Di mana :
Ca = biaya peralatan A
Cb = biaya peralatan B

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

40

Prinsip Prinsip Dasar Remediasi

Sa = kapasitas peralatan A
Sb = kapasitas peralatan B
1.9.6.

Analisa Sensitifitas

Persiapan dan estimasi biaya pendahuluan diperlukan oleh estimator untuk


membuat beberapa asumsi.
Analisa sensitifitas menguji efek dari beberapa variasi asumsi yang lebih kritis
pada estimasi biaya total sehingga dapat digunakan untuk

mngidentifikasi

ketidakpastian mana yang sebaiknya dijadikan faktor dalam pengambilan keputusan


Analisa sensitifitas dapat digunakan untuk mengestimasi rentang biaya yang
mungkin untuk alternatif remediasi, dibandingkan dengan estimasi rentang tunggal.
Disamping itu, pada umumnya penting untuk membandingkan dua alternatif yang
biayanya hampir mirip dan tampaknya sama-sama mungkin dilakukan
Analisa sensitifitas dapat pula digunakan dalam identifikasi aspek mana dari
remediasi lahan yang mengakibatkan biaya paling banyak, sehingga aspek tersebut
dapat diperhatikan dalam desain dan optimasi biaya.

Diktat Teknik Remediasi Lingkungan Tercemar


Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS

41

Anda mungkin juga menyukai