Anda di halaman 1dari 106

Pola Sidik Jari & Karakter Psikologisnya

Whorl

Berorientasi pada tujuan

Gigih dalam mencapai tujuan


Berusaha mencari alasan yang kuat sebelum bertindak
Suka bertanya mengapa dan sering sangat penasaran
Agak ego sentris dan kaku
Tidak puas dengan sistem yang sudah ada dan cenderung menciptakan sistem sendiri

Double Loop Whorl

Memiliki kemampuan yang tinggi untuk meniru

Ramah dan suka bercanda

Tidak suka dibatasi tetapi mungkin mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan
Memiliki banyak tujuan

Ulnar Loop

Patuh, peduli dan ramah


Belejar melalui menyalin atau meniru
Mudah dipengaruhi oleh lingkungan
Mampu beradaptasi dengan mudah
Kooperatif, fleksibel dan cenderung mengikuti sistem

Radial Loop

Model pemikiran yang tidak umum atau terbalik dengan kebanyakan orang

Bisa melihat dan membuka peluang yang tidak dilihat orang lain
Setia kawan
Cara untuk mengekspresikan diri lebih unik

Central Pocket Loop

Memiliki tingkat pengertian dan pemahaman yang tinggi

Memiliki kemampuan berpikir kreatif


Sangat positif dan optimis tentang masa depan dan tentang hidup
Mengambil tindakan praktis sementara
Dapat bermimpi dan berkhayal tentang kesempurnaan

Arch

Mempunyai potensi yang tidak terbatas dan punya kapasitas tinggi untuk berkembang

Dalam hal belajar, akan belajar hingga betul-betul mengerti


Pragmatis, pekerja keras, praktis, kurang fokus dan kurang konsentrasi
Konservatif dan terpengaruh emosi
Tidak menyukai perubahan dan protektif

Cenderung curiga

SIDIKJARIINDONESIA.COM
Jl. H.Baping No. 34, Susukan Ciracas, Jakarta Timur, Indonesia
HP : 0818951070, 087886001973
Fax. (021) 87780611, Email : Info@sidijariindonesia.com

http://www.sidikjariindonesia.com/

PROSEDUR PENDAFTARAN ANALISA SIDIK JARI

Prosedur pendaftaran tes/analisa sidik jari bisa dijelaskan sebagai berikut :


1. Untuk perorangan, proses pengambilan sample sidik jari bisa dilakukan di
kantor kami. Jika pesertanya banyak maka kami bisa diundang ke
sekolah atau lokasi anda dimanapun dengan jumlah peserta minimal
yang nanti ditentukan kemudian.
Jadwal bisa kapan saja sesuai perjanjian/kesepakatan bersama.

2. Peserta di scan sidik jarinya dengan menggunakan fingerprint scanner


yang alatnya bisa dilihat pada gambar diatas. Proses scan sidik jari
hanya membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit per orang. Pengambilan

sample sidik jari mudah dilakukan dan hasilnya tidak terpengaruh oleh
hal-hal seperti bad mood, gangguan psikologis, sakit, grogi, stress dan
lain sebagainya.
Pengambilan sidik jari tidak disertai wawancara maupun test-test tertulis.
Hanya diperlukan 10 sidik jari saja.

3. Hasil analisa maksimal dapat diperoleh dalam 1 JAM atau MAKSIMAL 72


jam tergantung beban pekerjaan kami. Hasil bisa dikirim ke email dalam
format PDF ataupun dikirim dalam bentuk buku cetak ke rumah dengan
tambahan ongkos kirim. Setelah hasil report didapat, anda dapat
berkonsultasi kepada kami jika ada hal-hal yang ingin ditanyakan.

4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan


pengambilan sample sidik jari :
- Proses pengambilan sidik jari bisa dilakukan dengan usia minimal 3
tahun. Dibawah 3 tahun bisa saja namun tergantung pada kejelasan pola
sidik jarinya. Jika terlalu halus, biasanya sulit diambil oleh scanner
sehingga gambarnya tidak jelas.
- Analisa sidik jari hanya bisa dilakukan jika memiliki 10 jari dan tidak
sedang mengalami kerusakan yang parah pada sidik jarinya.
- Kondisi sidik jari yang bisa diambil biasanya tidak terlalu kering dan juga
tidak terlalu basah. Jika terlalu kering bisa dibasahkan dengan sedikit
cairan dan jika terlalu basah bisa dilap terlebih dahulu.

5. Tiap peserta akan mendapatkan laporan hasil analisa + buku


penjelasannya.

25 January, 2013

Pengenalan Sidik Jari

'Sidik Jari'

Tidak ada sidik jari yang identik di dunia ini, sekalipun di antara dua saudara
kembar. Dalam dunia sains pernah dikemukakan; jika ada 5 juta orang di bumi,
kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi
lagi 300
tahun kemudian.
Proses identifikasi manusia masih sulit dilakukan sebelum ditemukannya tanda
pengenal berupa sidik jari. Peradaban Yunani kuno telah mempelajari ilmu sidik
jarialias Daktiloskopi, sebelum akhirnya berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu
yang bernama Dermatoglyphics, yang khusus mempelajari pola karakteristik sidik
jari.
Namun sebenarnya, ajaran Islam melalui Al-Quran sudah terlebih dahulu
menerangkan, menjelaskan, serta merumuskan sistem"biometrik" yang menjadi
keunggulan dan keunikan dari sidik jari tersebut.

Sidik jari yang dalam bahasa inggris disebut Fingerprint; biasanya berbentuk
garis-garis horizontal dan vertikal atau gabungan keduanya namun tetap memiliki

bentuk lengkungan-lengkungannya. Seluruh manusia di dunia diciptakan dengan


sidik
jari
yang
berbeda-beda,
satu
sama
lainnya.
Pengakuan ilmiah adanya keunikan pada sidik jari mulai diperkenalkan oleh ahli
anatomi Jerman bernama Johann Christoph Andreas Mayer (1747-1801) pada
tahun 1788. Menurutnya, setiap sidik jari manusia itu memiliki keunikan tersendiri.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Sir William James Herschel (1833-1918)
pada tahun 1858. Namun, pada saat itu, sidik jari belum dipakai sebagai teori
ilmiah (saintifik) untuk dijadikan sebagai tanda pengenal bagi seseorang.
Sidik jari mulai diteliti secara ilmiah dan akhirnya dijadikan sebagai tanda
pembeda identitas, ketika Sir Francis Galton secara khusus melakukan riset
tentang ini pada tahun 1880. Setelah melakukan risetnya, dia mengatakan bahwa
tidak ada dua orang manusia di dunia ini yang memiliki bentuk sidik jari yang
benar-benar sama persis.
"Pada perkembangannya, munculah berbagai alat teknologi sidik jari dengan
sistem analisa elektronik."
Alat tersebut pertama kali digunakan Federal Bureau Investigation (atau popular
dengan sebutan FBI) di Amerika Serikat sekitar akhir abad ke-19 atau tahun 60-an.
FBI menggunakannya untuk mengetahui jati diri korban atau bahkan seorang
'tersangka' lewat jejak sidik jari yang biasanya tertinggal di dalam tempat kejadian.
Selanjutnya, sidik jari tidak saja digunakan sebagai alat untuk mengungkap
kriminalitas, tapi juga mulai memasuki ranah yang lain, seperti untuk
mesinabsensi, teknologi akses kontrol pintu, finger print data secure, aplikasi
retail,system payment dan belakangan untuk mengungkap kondisi psikologis
seseorang.
Seiring dengan itu, munculah disiplin ilmu yang mempelajari sidik jari, yaitu
Dermatoglyphics. Yakni ilmu ilmiah yang mempelajari tentang lekuk serta guratan
pada sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identitas orang dengan cara
mengamati
garis
yang
terdapat
pada
guratan
ujung
jari.

Dermatoglyphics berasal dari bahasa Yunani, yaitu derma yang berarti 'kulit',
dan glyph yang

artinya

'ukiran';

Kemudian dari pengertian itu timbul istilah dalam bahasa Inggris,


Dermatoglyphics yang pertama kali dipopulerkan oleh Prof DR. Harold
Cumminsdi tahun 1926. Beliau mengajukan istilah Dermatoglyphics sebagai
sebuah kata benda dalam mempelajari ilmu sidik jari di lingkungan morfologi
Amerika pada waktu itu.
"Dermatoglyphics pun resmi menjadi pengetahuan profesional dalam ranah
penelitian!"
Pertanyaannya?; mengapa sidik jari memiliki peran yang demikian signifikan
untuk pembeda identitas? Karena sidik jari memiliki beberapa sifat dan
karakteristik,
yaitu;
Pertama, perennial nature; yaitu adanya guratan-guratan pada sidik jari yang
melekat pada manusia yang bersifat seumur hidup. Karena itu, pola sidik jari relatif
mudah diklasifikasikan. Dalam sidik jari, ada pola-pola yang dapat diklasifikasikan
untuk
berbagai
macam keperluan.
Kedua, immutability; yang berarti bahwa sidik jari seseorang tak akan pernah
berubah sepanjang hayat serta bersifat permanen. Sejak lahir, dewasa, hingga akhir
hayat, pola sidik jari seseorang bersifat tetap kecuali sebuah kondisi yaitu terjadi
kecelakaan yang serius atau terkena bahan kimia sehingga mengubah pola sidik
jari
yang
ada.
Hal ini berbeda dengan anggota tubuh lain yang senantiasa berubah, seperti bentuk
wajah
yang
berubah
seiring
bertambahnya
usia.
Ketiga, individuality; yang berarti keunikan sidik jari merupakan "orisinalitas"
pemiliknya yang tak mungkin sama dengan siapapun di muka bumi ini, sekali pun
pada kembar identik. Dengan kata lain, sidik jari bersifat spesifik untuk setiap
orang.

Kemungkinan pola sidik jari sama adalah '1:64.000.000.000' jadi tentunya hampir
mustahil ditemukan pola sidik jari sama antara dua orang. Pola sidik jari di setiap
tangan seseorang juga akan berbeda-beda. Pola sidik jari di 'ibu jari' akan berbeda
dengan pola sidik jari di telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking.
"Dengan ketiga sifat dan karakter di atas, maka pantas jika sidik jari dijadikan
sebagai alat pembeda identitas."
Dan selama ini, cara ini sangat ampuh dalam mengungkap tidak hanya
kriminalitas,
namun
juga
berhasil
mengungkap Karakter, Bakat, Potensi, Minat,Pola Berpikir, Kecerdasan, Kek
uatan, Kelemahan, dan masih banyak hal lainnya yang berhubungan
dengan "inborn

characteristics" seseorang.

Namun, tahukah Anda, jauh hari sebelum teori-teori modern tentang sidik jari
(biometrik) itu bermunculan, sesungguhnya Al-Quran telah mengupasnya. AlQuran telah memperhatikan sidik jari sebagai sesuatu yang sangat vital dalam
anggota tubuh kita. Allah SWT berfirman;
"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang-belulangnya? | Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jarijarinya dengan sempurna." (QS. Al-Qiyamah [75]:3-40
Menurut Harun Yahya dalam Pesona Al-Quran ketika menjelaskan ayat di atas
menulis, bahwa penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. Ini
dikarenakan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri.
Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik
jari yang unik dan berbeda dari orang lain. Itulah mengapa sidik jari dipakai
sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk
kebaikan masa depannya sendiri.

Jadi, sudahkah Anda mengenal 'keunikan' diri Anda melalui sidik jari Anda sendiri?

(dari berbagai sumber)

http://tes-sidik-jari.blogspot.com/2013/01/pengertian-sidik-jari.html

Fungsi Kepolisian sebagai


Penyidik Utama (Studi
Identifikasi Sidik Jari
dalam Kasus Pidana)
Zaki 5 July 2012 1

Oleh: Dianor Sutra

ABSTRACT

Criminal justice process consists of a series of stages starting


from the inquiry, investigation, arrest, detention,
prosecution, investigation at the trial, to criminal
prosecution. Investigations carried out to make a case to
light by collecting evidence, evidence about the occurrence of
criminal cases.
The purposes of this study are 1) To determine the role of
fingerprint identification as evidence, 2) To find the right rule
out the police in crime; 3) To know the obstacles
investigators find the fingerprint evidence in the
investigation. The type of empirical research is descriptive
juridical analysis. The research approach used qualitative
approach. The nature of research is descriptive. Source data
used namely, 1) The primary data in the form of
literature/documents and interviews; 2) Secondary data.
Data collection techniques with the study of literature and
interviews. Techniques of data analysis used an interactive
model analysis, the data collected will be analyzed through
three stages, namely reducing the data, presenting data and
drawing conclusions. The result of this study is fingerprint
evidence is evidence in the form of expert testimony
(verklaringen van een deskundige: expert testimony). Clause
186 Criminal Procedure Code states that the testimony of an
expert in the field of state courts. The police action taken to
perform screening against criminal cases, when viewed
according to the rigid attitude of the criminal law which
knows no compromise, it can not be justified. Sociological

reasons that are sometimes used in practice, usually more


influenced by subjective elements inherent in self-police, as
well as situations and conditions. The ability of officers in
identifying is an important element in the search for
evidence. The accuration officers identifying also
indispensable in collecting evidence from crime scenes. The
equipment is also of the most important factor in
identification.
Key words: police, criminal justice, investigation,
identification, Fingerprints
Pendahuluan
Penegakan hukum di dalam sistem peradilan pidana
bertujuan untuk menanggulagi setiap kejahatan. Bahwa yang
dimaksud sistem peradilan pidana ialah suatu sistem
berprosesnya suatu peradilan pidana, dimana masing-masing
komponen fungsi yang terdiri dari kepolisian sebagai
penyidik, kejaksaan sebagai penuntut umum, pengadilan
sebagai pihak yang mengadili dan lembaga pemasyarakatan
yang berfungsi untuk memasyarakatkan kembali para
terhukum, yang bekerja secara bersama-sama, terpadu
dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama yaitu untuk
menanggulangi kejahatan.
Dengan adanya Undang Undang Kepolisian No. 2 tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka tiap
anggota Kepolisian harus membekali diri baik keterampilan
ataupun pengetahuan sesuai dengan tugas yang
diembannya, dalam hal ini penyidik mempunyai peran yang

sangat penting dalam mengidentifikasi seseorang, baik


seseorang itu sebagai penjahat ataupun korban untuk
menemukan identitas diri seseorang tersebut.
Dalam ilmu tentang sidik jari (Daktiloskopi) menyebutkan
bahwa tidak ada manusia yang mempunyai sidik jari yang
sama dan tidak akan berubah seumur hidupnya. Karena
sifatnya yang permanen maka sidik jari seseorang
dipergunakan sebagai sarana yang mantap dan meyakinkan
untuk menentukan jati diri seseorang. pengambilan dan
pengumpulan sidik jari tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang, melainkan benar-benar dilakukan oleh tenaga ahli
yang dalam hal ini adalah pihak Kepolisian.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah peranan
identifikasi sidik jari sebagai alat bukti? 2) Bagaimanakah
hak kepolisian dalam mengesampingkan tindak pidana? 3)
Bagaimanakah kendala penyidik dalam menemukan alat
bukti sidik jari dalam penyidikan? Tujuan dari penelitian ini
adalah 1) Untuk mengetahui peranan identifikasi sidik jari
sebagai alat bukti; 2) Untuk mengetahui hak kepolisian
dalam mengesampingkan tindak pidana; 3) Untuk
mengetahui kendala penyidik dalam menemukan alat bukti
sidik jari dalam penyidikan.
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini ada tiga.
Pertama, manfaat teoritis: penulis berharap dengan
penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan tentang sidik jari pada umumnya dan

Kepolisian pada khususnya. Kedua, manfaat praktis: untuk


memberikan masukan bagi aparat keamanan khususnya
Kepolisian dalam rangka memberikan pengetahuan tentang
peranan identifikasi dalam mengungkap tindak pidana dan
hambatan yang terjadi dalam melakukan identifikasi
sehubungan dengan terjadinya tindak kejahatan. Ketiga,
manfaat historis: untuk memberikan gambaran tentang
perkembangan pengetahuan mengenai identifikasi sehingga
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi
Kepolisian pada khususnya.
Kerangka Teori
Menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah sistem Norma.
Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek
seharusnya atau das solen, dengan menyertakan beberapa
peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Teori umum
tentang hukum yang dikembangkan oleh Kelsen meliputi dua
aspek penting, yaitu aspek statis (nomostatics) yang melihat
perbuatan yang diatur oleh hukum, dan aspek
dinamis (nomodinamic) yang melihat hukum yang mengatur
perbuatan tertentu. Hukum adalah tata
aturan (order) sebagai suatu sistem aturanaturan (rules) tentang perilaku manusia. Dengan demikian
hukum tidak menunjuk pada satu aturan tunggal (rule),
tetapi seperangkat aturan (rules) yang memiliki suatu
kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu sistem.
Konsekuensinya, adalah tidak mungkin memahami hukum
jika hanya memperhatikan satu aturan saja.

Pendapat para sarjana mengenai pembagian tugas-tugas


negara ini diilhami oleh kenyataan historis bahwa pemusatan
kekuasaan negara pada satu tangan atau satu lembaga telah
membawa bencana bagi kehidupan demokrasi dan
kemasyarakatan. Oleh karena itu kekuasaan negara perlu
dipencarkan atau dipisahkan. Pentingnya pemencaran dan
pemisahan kekuasaan inilah yang kemudian melahirkan teori
pemisahan kekuasaan atau teori pemencaran kekuasaan
(spreading van machten of machtensscheiding). Adalah John
Locke yang dianggap pertama kali mengintrodusir ajaran
pemisahan kekuasaan negara, dengan membaginya menjadi
kekuasaan legislatif (membuat undang-undang), kekuasaan
eksekutif (melaksanakan undang-undang), dan kekuasaan
federatif (keamanan dan hubungan luar negeri).
Ajaran pemisahan kekuasaan ini menjadi kian popular segera
setelah seorang ahli berkebangsaan Prancis Montesquieu
menerbitkan buku LEsprit des Lois(The spirit of the law),
yang di dalamnya terdapat ajaran pemisahan kekuasaan,
yaitu kekuasaan legislatif (membuat undang-undang),
kekuasaan eksekutif (melaksanakan undang-undang),
kekuasaan yudikatif (mengadili pelanggar undang-undang).
Meskipun dalam perkembangannya dalam pemisahan
kekuasaan ini mendapat berbagai modifikasi terutama
melalui ajaran pembagian kekuasaan
(machtsverdeling atau distribution of power), yang
menekankan pentingnya pembagian fungsi bukan pembagian
lembaga, dan ajaran check and balance yang menekankan

pentingnya hubungan saling mengawasi dan mengendalikan


antar lembaga negara, akan tetapi esensi bahwa kekuasaan
negara itu harus dibagi atau dipisah masih tetap relevan
hingga kini.
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan
tugas memelihara keamanan dan ketertiban umum sesuai
dengan pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 alinea empat yang berbunyi:
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
POLRI harus menjadi satu kekuatan mandiri tanpa intervensi
dari mana pun yang garis hirarkinya langsung kepala negara
sesuai konsep manajemen tata negara modern. Konsep ini
sudah diperkenalkan oleh pakar tata negara Belanda Van
Volenhoven dengan teorinya yang terkenal Catur Praja.

Negara akan kuat jika 4 pilarnya kuat, 4 pilar itu adalah


Eksekutif (Pelaksana UU), Legislatif (Pembuat UU), Yudikatif
(Penegak UU), dan Kepolisian (Pemaksa UU). Visi POLRI
adalah POLRI yang mampu menjadi pelindung pengayom dan
pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama
masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional
dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi
hukum dan hak azasi manusia, Pemelihara keamanan dan
ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam
suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat
yang sejahtera.
Metode Penelitian
Jenis penelitian merupakan yuridis empiris yang bersifat
deskriptif analisis. Pendekatan penelitian menggunakan jenis
pendekatan kualitatif. Sifat penelitiannya adalah deskriptif.
Sumber data yang digunakan yaitu, 1) Data primer berupa
studi pustaka/dokumen dan atau wawancara; 2) Data
sekunder, berupa (a) Bahan hukum primer: UUD 1945,
KUHP, KUHAP, UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, UU No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman; (b) Bahan Hukum Sekunder: hasil
karya ilmiah dari kalangan hukum, artikel, koran dan internet
serta bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan; (c)
Bahan Hukum Tertier: kamus hukum, kamus besar bahasa
Indonesia.
Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka dan
wawancara. Tehnik analisis data peneliti menggunakan

model analisis interaktif (interaktif model of analisis), yaitu


data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui tiga tahap,
yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menarik
kesimpulan.
Sistem Peradilan Pidana
Bahwa yang dimaksud sistem peradilan pidana ialah suatu
sistem berprosesnya suatu peradilan pidana, dimana masingmasing komponen fungsi yang terdiri dari kepolisian sebagai
penyidik, kejaksaan sebagai penuntut umum, pengadilan
sebagai pihak yang mengadili dan lembaga pemasyarakatan
yang berfungsi untuk memasyarakatkan kembali para
terhukum, yang bekerja secara bersama-sama, terpadu
dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama yaitu untuk
menanggulangi kejahatan.
Kebijakan kriminal bukan sekedar sebagai hasil perumusan
bersama, tetapi juga sebagai hasil dari berbagai kewenangan
dalam negara yang bekerjasama dalam menanggulangi
masalah kriminalitas. Dimulai dari pembuat undang-undang
yang menyediakan aturan-aturan hukum pidana serta
wewenang maupun pembatasan dalam melaksanakan aturan
hukum tersebut. Kemudian Kepolisian dan kejaksaan yang
merupakan pelaksana aturan hukum itu dalam proses
penyidikan dan penuntutan. Selanjutnya pengadilan sebagai
penguji kebijakan penyidikan dan penuntutan yang
menentukan apakah benar terdapat alasan untuk memidana
pelaku kejahatan. Dan akhirnya, lembaga pemasyarakatan
sebagai pelaksana pidana mempunyai kebijakan tersendiri

dalam merawat atau memperbaiki terpidana dan


mengusahakannya untuk kembali kemasyarakat sebagai
warga yang diterima.
Peranan polisi dalam penegakan hukum dapat ditemukan
didalam perundang-undangan yang mengatur tentang hak
dan kewajiban polisi yaitu Undang Undang No. 2 tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tugas-tugas
Polisi prefentif bersifat mencegah, mengatur atau melakukan
tindakan-tindakan yang berupa usaha, kegiatan demi
terciptanya keamanan, ketertiban, kedamaian dan
ketenangan didalam masyarakat. Usaha-usaha yang
dilakuakan Polisi itu berupa kegiatan patroli, penyuluhan,
pantauan dan pertolongan pada masyarakat dimana bila
dikaitkan dengan undang-undang disebut dengan pengayom,
pelindung dan pelayan masyarakat. Tugas-tugasprefentif ini
lebih berorientasi pada kesejahteraan masyarakat umum.
Tugas polisi represif lebih berorientasi pada penegakan
hukum pidana yang bersifat menindak terhadap para
pelanggar hukum untuk selanjutnya diproses dalam sistem
peradilan pidana sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku baik dalam KUHAP maupun peraturan perundangundangan lainnya.
Identifikasi
Dalam ketentuan Pasal 14 ayat (1) huruf (h) Undang Undang
No. 2 Tentang Kepolisian Republik Indonesia, bahwa salah
satu tugas Kepolisian adalah menyelenggarakan identifikasi
Kepolisian, Kedokteran Kepolisian, laboratorium forensik dan

psikologi Kepolisian untuk kepentingan tugas Kepolisian.


Penyelenggaraan identifikasi Kepolisian dimaksudkan untuk
kepentingan penyidikan tindak pidana dan pelayanan
identifikasi non-tindak pidana bagi masyarakat dan instansi
lain dalam rangka pelaksanaan fungsi Kepolisian.
Identifikasi secara harfiah adalah berasal dari kata to Identify
artinya mengenal kembali. Identity artinya ciri-ciri. Dalam
perkembangan identifikasi diartikan sebagai pengenalan
kembali terhadap seseorang, benda atau hewan dengan cara
mengenali melalui ciri-ciri yang ada pada orang atau hewan
dan benda tersebut. Dalam ilmu kriminalistik dan ilmu-ilmu
forensik istilah Identifikasi mengandung pengertian Usaha
mencari sejumlah persamaan suatu makluk (manusia, benda
dan hewan) dengan membandingkannya dengan makluk lain,
dengan maksud mencari persamaan atau sejumlah
persamaan antara kedua makluk itu.
Pengertian dan Ruang Lingkup Sidik Jari
Ilmu yang mempelajari tentang sidik jari adalah Daktiloskopi
yang berasal dari dua kata Yunani yaitu Dactilos yang berarti
jari jemari/garis-garis jari danScopein berarti
mengamati/meneliti. Penyelenggaraan Daktiloskopi adalah
kegiatan mencari, menemukan, mengambil, merekam,
mengamati, mempelajari, mengembangkan, merumuskan,
mendokumentasikan, mencari kembali dokumen, dan
membuat keterangan sidik jari seseorang. Kegiatan
pelaksanaan dari hal tersebut diatas dilakukan oleh orang

yang ahli dalam teknis identifikasi sidik jari atau yang biasa
dikenal dengan petugas unit identifikasi sidik jari.
Sidik jari sendiri merupakan hasil reproduksi tapak jari, baik
yang sengaja diambil atau dicapkan dengan tinta khusus
sidik jari maupun bekas yang ditinggalkan pada benda
karena pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan
maupun kaki. dalam sidik jari untuk keperluan pendataan
dikenal dengan istilah Data Sidik yaitu rekaman jari tangan
atau telapak kaki yang terdiri atas kumpulan alur garisgaris halus dengan pola tertentu. Dalam pembahasan tesis
ini hanya mengarah pada sidik jari telapak tangan.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A.

Peranan Identifikasi Sidik Jari sebagai Alat Bukti

Diera yang serba canggih dan modern seperti saat ini, POLRI
dituntut untuk berkembang mengikuti kemajuan teknologi
dan perkembangan. Dengan semakin meningkatkan
keakuratan alat bukti yang dimilikinya. Terutama sidik jari
dalam tindakan pidana pembunuhan.
Adapun langkah-langkah penyidikan yang dilakukan oleh
penyidik dimulai dari mendatangi tempat kejadian perkara,
memeriksa apa yang telah dilakukan penjahat, pemotretan
dan pembuatan sketsa, pencarian alat-alat bukti yang
tertinggal terutama alat-alat fisik seperti bekas sidik jari
yang dimungkinkan pada alat-alat tersebut, pemeriksaan
saksi atau korban kalau hidup dan orang-orang yang
dianggap dapat memberikan keterangan, pencarian dan
pengerjaan serta penangkapan dan penahanan para

tersangka sampai dengan penyerahan berkas berita acara


kepada penuntut umum/kejaksaan.
Tindak kejahatan yang terjadi di Indonesia pada umumnya
masih sering meninggalkan sidik jari pelaku, kecuali dalam
kejahatan-kejahatan yang benar-benar telah direncanakan
oleh pelaku yang tentunya telah professional dalam
melakukan tindak kejahatan. Oleh karena itu ketelitian dan
keuletan penyidik dalam menemukan sidik jari pelaku yang
tertinggal di TKP sangatlah diperlukan. Pada umumnya sidik
jari yang tertinggal pada TKP merupakan jenis sidik
jari latent dan memerlukan pengembangan terlebih dahulu
untuk membuatnya menjadi lebih jelas yang kemudian bisa
menjadi bukti ataupun petunjuk untuk pengenalan kembali
pada pelaku tindak pidana.
Setelah sidik jari latent ditemukan di TKP, maka akan
dicocokan dengan sidik jari tersangka atau orang yang
dicurigai. Sebelum sidik jari latent yang ditemukan di tempat
kejadian perkara dibandingkan dengan sidik jari tersangka
atau sidik jari yang tersimpan di file yang tersimpan di data
base Kepolisian atas nama orang tertentu, terlebih dahulu
sidik jari latent tersebut dibandingkan dengan sidik jari
orang-orang yang secara sah telah memegang sesuatu di
TKP. Hal ini untuk mencocokkan sidik jari latent yang
ditemukan di TKP guna mencari ada atau tidaknya sidik jari
asing (diduga pelaku) dalam tempat kejadian perkara
tersebut. Orang-orang yang dimaksud sah telah memegang
sesuatu di TKP adalah orang-orang mempunyai kepentingan

dalam TKP sebelum adanya laporan kehilangan, hal ini akan


berpengaruh besar dalam penyidikan untuk mengetahui
identitas pelaku, yaitu apakah pelaku berasal dari luar
lingkungan atau dari dalam lingkungan.
Ada tiga bentuk sidik jari yaitu busur (arch), sangkutan
(loop), dan lingkaran (whorl). Bentuk pokok tersebut terbagi
lagi menjadi beberapaa sub-groupyaitu bentuk busur terbagi
menjadi plain arch dan tented arch, bentuk sangkutan
terbagi menjadi Ulnar loop dan Radial loop, sedangkan
bentuk lingkaran terbagi menjadi Plain whorl, Central pocket
loop whorl, Double loop whorl dan Accidental whorl.
Perbedaan utama dari ketiga bentuk pokok tersebut terletak
pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya.
Pada umumnya sidik jari latent berdampingan satu sama lain
(letaknya berdampingan/kombinasi), guna mempermudah
pemeriksaan harus ditentukan terlebih dahulu dari
jari/tangan manakah jari latent tersebut berasal, kemudian
sidik jari latent atau sidik jari yang dicurigai diletakkan
berdampingan dengan sidik jari yang diketahui
pada Fingerprint Comparatorkemudian dengan menggunakan
peralatan tersebut di atas dimulai membandingkan kedua
sidik jari tersebut. Dalam pemeriksaan perbandingan
tersebut harus selalu dimulai dari sidik jari latent (sidik jari
yang dicurigai) ke sidik jari yang diketahui, dan tidak boleh
sebaliknya. Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah
kedua sidik jari tersebut mempunyai bentuk pokok lukisan
yang sama, kemudian melihat aliran garis-garis papiler

antara kedua sidik jari tersebut serta mencari titik


persamaan yang cukup yang dapat menunjukkan bahwa
kedua sidik jari tersebut (latent dan yang diketahui) berasal
dari yang sama (identik).
Dari pengertian Pasal 183 KUHAP, Hakim di dalam
menjatuhkan putusan harus mempertimbangkan sekurangkurangnya 2 alat bukti yang dapat menambah keyakinan
Hakim di pengadilan, dalam KUHAP Pasal 184 ayat (1) Alat
bukti yang sah ialah: a. keterangan saksi; b. keterangan
ahli; c. surat; d. petunjuk; dan e. keterangan terdakwa.
Pasal 186 KUHAP menyatakan bahwa keterangan seorang
ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di bidang
pengadilan. Jadi, pasal tersebut tidak menjawab siapa yang
disebut ahli dan apa itu keterangan ahli.
Kemajuan tekhnologi dalam menunjang tugas Kepolisian
dalam mengumpulkan sidik jari sangat besar manfaatnya,
seperti sistem INAFIS (Indonesia Automatic Fingerprint
Identification System) yang merupakan sebuah sistem
identifikasi sidik jari yang memiliki pusat data serta yang
merekam setiap individu warga negara Indonesia tak
terkecuali bayi begitu lahir maka segera terekam ke dalam
INAFIS. Seluruh sidik jari akan disimpan ke dalam database
sidik jari nasional dan akan menunjang program KTP nasional
yang memiliki single identification number (SIN) atau nomor
induk kependudukan (NIK). Setiap warga akan memiliki
kartu yang benar-benar cerdas karena chips yang terbenam
di dalam kartu merekam seluruh biodata kehidupan

pemegang kartu dan catatan tindak kriminal yang pernah


dilakukan. Diharapkan dengan tehnologi tersebut akan
mempercepat tugas Kepolisian untuk melaksanakan
tugasnya dalam mengungkap tindak pidana.
B.

Hak Kepolisian dalam Mengesampingkan Tindak Pidana

Sebagai penegak hukum, Polisi masuk dalam jajaran sistem


peradilan pidana, sebagai salah satu subsistem. Subsistem
yang lain adalah Kejaksaan, Kehakiman, dan
Pemasyarakatan. Dalam sistem peradilan pidana, Polisi
merupakan pintu gerbang untuk dapat atau tidaknya
seseorang masuk dalam peradilan pidana. Dari sinilah segala
sesuatunya dimulai. Posisi awal ini menempatkan Polisi pada
posisi yang tidak menguntungkan.
Penyidikan dilakukan untuk mencari serta mengumpulkan
bukti-bukti yang pada tahap pertama harus dapat
memberikan keyakinan, walaupun sifatnya masih sementara,
kepada penuntut umum tentang apa yang sebenarnya terjadi
atau tentang tindak pidana yang telah dilakukan serta siapa
tersangkanya. Status Polisi sebagai penyidik utama di dalam
sistem peradilan pidana atau sebagai pintu gerbang di dalam
proses menempatkan Polisi sebagai tempat menerima dan
mendapatkan segala macam persoalan pidana. Tidak jarang
Polisi sebagai penyidik menerima terlalu banyak perkaraperkara yang sifatnya terlalu ringan, kurang berarti dan
kurang efisien kalau diproses.
Tindakan yang dilakukan Polisi untuk melakukan penyaringan
atau penyampingan terhadap perkara pidana, jika dilihat

menurut sikap hukum pidana yang kaku dimana tidak


mengenal kompromi, maka tidak bisa dibenarkan begitu saja
tentunya. Sementara jika dilihat dari alasan sosiologis yang
terkadang digunakan dalam praktek, biasanya lebih
dipengaruhi oleh unsur subyektif yang melekat pada diri
polisi, juga situasi dan kondisi.
Tugas Polisi sebagai penyidik dalam sistem peradilan pidana
menempatkannya dalam jajaran paling depan, sehingga
Polisi dituntut untuk bisa menyeleksi atau memilah-milah
perkara mana yang pantas untuk diajukan ke pengadilan
atau tidak berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Tanpa adanya penyeleksian oleh Polisi pada saat penyidikan
maka akan terjadi penumpukan perkara yang nantinya tidak
efisien bagi semua pihak. Dalam hal ini pengambilan
keputusan oleh Polisi menjadi hal yang penting adanya.
Thomas J. Aaron mendefinisikan diskresi bahwa discretion is
power authority conferred by law to action on the basic
of judgement of conscience, and its use is more than idea of
morals than law, yang dapat diartikan sebagai suatu
kekuasaan atau wewenang yang dilakukan berdasarkan
hukum atas pertimbangan dan keyakinan serta lebih
menekankan pertimbangan-pertimbangan moral dari pada
pertimbangan hukum.
Menurut Wayne La Farve maka diskresi menyangkut
pengambilan keputusan yang tidak sangat terikat oleh
hukum, dimana penilaian pribadi juga memegang peranan.
Dari beberapa pengertian diskresi tersebut maka dapat

dikatakan bahwa secara sederhana diskresi adalah suatu


wewenang menyangkut pengambilan suatu keputusan pada
kondisi tertentu atas dasar pertimbangan dan keyakinan
pribadi seseorang, dalam hal ini Polisi.
Diskresi yang ada pada tugas Polisi dikarenakan pada saat
Polisi menindak, lalu dihadapkan pada dua macam pilihan
apakah memprosesnya sesuai dengan tugas dan
kewajibannya sebagai penegak hukum pidana ataukah
mengenyampingkan perkara itu dalam arti mengambil
tindakan diskresi Kepolisian. Tindakan diskresi ini
mempunyai arti tidak melaksanakan tugas kewajibannya
selaku penegak hukum pidana berdasarkan alasan-alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan oleh hukum. Alasanalasan itu bisa berupa membina pelaku, demi ketertiban atau
karena alasan-alasan hukum yang lainnya. Secara
keseluruhan alasan-alasan inipun erat kaitannya atau masuk
dalam kerangka tugas prefentif Polisi.
Dengan luasnya kekuasaan yang dimiliki oleh Polisi,
mempunyai potensi kekuasaan itu disalahgunakan untuk
keuntungan diri sendiri, kelompok maupun organisasi lain.
Padahal penggunaan kekuasaan diskresi yang diberikan oleh
pembuat undang-undang sebenarnya apabila jalur hukum
yang disediakan untuk menyelesaikan suatu masalah malah
menjadi kurang efisien, kurang ada manfaatnya maupun
macet. Ditinjau dari sudut hukumpun setiap kekuasaan akan
dilandasi dan dibatasi oleh ketentuan hukum. Namun,
kekuasaan diskresi yang begitu luas dan kurang jelas batas-

batasnya akan menimbulkan permasalahan terutama apabila


dikaitkan dengan asas-asas hukum pidana yaitu asas
kepastian hukum dan hak asasi manusia.
C.

Kendala Penyidik dalam Menemukan Alat Bukti Sidik Jari

dalam Penyidikan
Seringkali di dalam melakukan tugas penyidikan, petugas
menemui hambatan atau bahkan gagal dalam
mengumpulkan bukti dari TKP. Adapun kendala yang ditemui
penyidik dalam kegiatan yang dilakukan oleh unit identifikasi
untuk membantu penyidikan dibagi menjadi 2 faktor, yaitu:
1.

Faktor Intern

Faktor petugas mempunyai peranan yang sangat dominan


dalam mengolah TKP guna mengumpulkan bukti untuk
penyidikan selanjutnya. Kemampuan petugas dalam
melakukan identifikasi merupakan unsur penting dalam
mencari bukti, kemampuan petugas yang kurang menguasai
pengetahuan tentang identifikasi akan kesulitan dalam
mencari bukti atau bahkan justru merusak jejak pelaku yang
seharusnya dapat dijadikan bukti.
Peralatan juga merupakan salah satu faktor terpenting di
dalam melakukan identifikasi. Kelengkapan peralatan untuk
penyidikan juga sangat menunjang keberhasilan penyidik
dalam mengumpulkan bukti, keterbatasan alat juga
berpengaruh terhadap keterbatasan bukti yang dikumpulkan.
Terlebih apabila penyidik dihadapkan pada TKP yang sudah

lama, disebabkan karena tindak pidana baru diketahui


setelah sekian lama.
2. Faktor Ekstern
Kurangnya kesadaran hukum dan kepedulian masyarakat
mengenai tindak pidana dan proses penyidikan di TKP dalam
kasus pidana, dapat mengakibatkan kesulitan bagi penyidik
dalam mendapatkan bukti. Antusias masyarakat di sekitar
lokasi TKP bisa menjadi ancaman besar terutama pada
keaslian TKP, hal ini dikarenakan pada umumnya masyarakat
ingin menyaksikan apa yang telah terjadi, dan tanpa
sepengetahuannya dapat mengakibatkan hilangnya jejak
pelaku dan bahkan rusaknya sidik jari latentpelaku karena
terhapus atau tertumpuk oleh masyarakat saat menyentuh
atau memindahkan barang-barang yang mungkin terpegang
oleh pelaku kejahatan.
Faktor alam sangat memungkinkan untuk terjadinya
berubahnya TKP, keadaan cuaca/iklim, kelembaban, suhu
udara, dan perubahan-perubahan temperatur disuatu daerah
dimana sidik jari latent ditinggalkan, keadaan alam tersebut
mengakibatkan berbagai kemungkinan, baik kesulitan dalam
melakukan identifikasi atau bahkan hilangnya bukti-bukti
yang ada.Faktor alam merupakan penghambat alamiah yang
bisa terjadi kapan saja, bisa dikarenakan oleh perubahan
cuaca atau memang tindak pidana tersebut terjadi dalam
keadaan alam yang kurang baik untuk mendapatkan bukti
tindak pidana, misalnya tindak pidana terjadi saat keadaan
banjir.

Kesimpulan
Peranan Identifikasi Sidik Jari Sebagai Alat Bukti
Penyidikan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan
apabila ada dugaan telah terjadi suatu tindak pidana yang
dilakukan oleh seseorang, kegiatan yang dimaksudkan
adalah untuk mencari serta menemukan suatu tindak pidana
yang terjadi, siapa pelakunya dan serta mencari dan
menemukan bukti-bukti untuk mendapatkan suatu
keyakinan.
Penyidik POLRI dalam melaksanakan tugas penyidikan juga
berwenang mengambil sidik jari seseorang. Dari pengertian
Pasal 183 KUHAP, Hakim di dalam menjatuhkan putusan
harus mempertimbangkan sekurang-kurangnya 2 alat bukti
yang dapat menambah keyakinan Hakim di pengadilan,
dalam KUHAP Pasal 184 ayat (1) Alat bukti yang sah ialah: a.
keterangan saksi; b. keterangan ahli; c. surat; d. petunjuk;
dan e. keterangan terdakwa.
Alat bukti sidik jari merupakan alat bukti berupa keterangan
seorang ahli (verklaringen van een deskundige: expert
testimony). Pasal 186 KUHAP menyatakan bahwa keterangan
seorang ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di bidang
pengadilan.
2. Hak kepolisian dalam mengesampingkan tindak pidana
Dalam sistem peradilan pidana, Polisi merupakan pintu
gerbang untuk dapat atau tidaknya seseorang masuk dalam
peradilan pidana. Dari sinilah segala sesuatunya dimulai.
Posisi awal ini menempatkan Polisi pada posisi yang tidak

menguntungkan. Tindakan yang dilakukan Polisi untuk


melakukan penyaringan atau penyampingan terhadap
perkara pidana, jika dilihat menurut sikap hukum pidana
yang kaku dimana tidak mengenal kompromi, maka tidak
bisa dibenarkan begitu saja tentunya. Sementara jika dilihat
dari alasan sosiologis yang terkadang digunakan dalam
praktek, biasanya lebih dipengaruhi oleh unsur subyektif
yang melekat pada diri Polisi, juga situasi dan kondisi.
Salah satu dari kewenangan yang diberikan dalam KUHAP
adalah melakukan upaya paksa yang meliputi penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan
surat. Sifat dari pelaksanaan upaya paksa disatu sisi adalah
sebagai upaya untuk menciptakan ketentraman di
masyarakat. Ditinjau dari sudut hukum, setiap kekuasaan
akan dilandasi dan dibatasi oleh ketentuan hukum. Namun,
kekuasaan diskresi yang begitu luas dan kurang jelas batasbatasnya akan menimbulkan permasalahan terutama apabila
dikaitkan dengan asas-asas hukum pidana yaitu asas
kepastian hukum dan hak asasi manusia.
3. Kendala yang ditemui penyidik dalam kegiatan yang
dilakukan oleh unit identifikasi untuk membantu penyidikan
Faktor petugas mempunyai peranan yang sangat dominan
dalam mengolah TKP guna mengumpulkan bukti untuk
penyidikan selanjutnya. Kemampuan petugas dalam
melakukan identifikasi merupakan unsur penting dalam
mencari bukti, kemampuan petugas yang kurang menguasai
pengetahuan tentang identifikasi akan kesulitan dalam

mencari bukti atau bahkan justru merusak jejak pelaku yang


seharusnya dapat dijadikan bukti.
Ketelitian petugas dalam melakukan identifikasi juga sangat
diperlukan dalam mengumpulkan bukti dari TKP. Petugas
identifikasi juga wajib dibekali kemampuan-kemampuan
khusus dalam melakukan penyidikan di TKP untuk
mengumpulkan bukti, oleh karena itu tidak semua petugas
Polisi diberi wewenang untuk melakukan penyidikan.
Peralatan juga merupakan salah satu faktor terpenting di
dalam melakukan identifikasi. Kelengkapan peralatan untuk
penyidikan juga sangat menunjang keberhasilan penyidik
dalam mengumpulkan bukti.
Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti
menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1.

Mengingat arti pentingnya peranan sidik jari, maka perlu

kiranya untuk segera mengesahkan RUU Daktiloskopi


menjadi UU Daktiloskopi dan mensukseskan program
INAFIS (Indonesia Automatic Fingerprint Identification
System).
2. Mengingat sifat-sifat dari sidik jari yang tidak akan
berubah dari kelahiran hingga kematian, maka penulis
menyarankan untuk mengambil sidik jari warga negara
Indonesia di usia sedini mungkin.
3. Mengingat untuk menghimpun sidik jari nasional dari
masyarakat awam hanya bagi masyarakat yang

berkepentingan untuk mendapatkan SKCK, dapat diperluas


dengan mengambil sidik jari pada saat pengambilan ijasah
kelulusan, baik dari tingkat Sekolah Dasar Maupun Perguruan
Tinggi serta pada masyarakat yang hendak membuat kartu
tanda penduduk (KTP).

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman.1986. Tebaran Pikiran Studi Hukum dan
Masyarakat. Jakarta: Media

Sarana Press.

Abdissalam, R. Penegakan Hukum di Lapangan oleh


Polri. Dinas Hukum

Polri. Jakarta.

Admin. Daktiloskopi (Ilmu Sidik


Jari) dalam www.ittelkom.ac.id/library. Diakses
Selasa, 13

Pada Hari

April 2010 Pukul 13.32.

Atmojo, Sri. 2008. Peranan Sidik Jari dalam Pengungkapan


Tindak Pidana (Studi di POLRES Klaten): Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Asshiddiqie, Jimly dan Safaat, Ali. 2006. Teori Hans Kelsen
Tentang Hukum. Jakarta: Konstitusi Press Cetakan Pertama.
Manan, Bagir dan Magnar, Kuntana. 1997. Beberapa Masalah
Hukum Tata Negara

Indonesia. Bandung: Alumni.

Bawengan, W. Gerson.1997. Penyidikan Perkara Pidana dan


Teknik Interogasi.

Jakarta: Pradnya Paramita.

Berkley, George E.1969. The Democratic Policeman. Boston


Beacon Press.
Dirdjosisworo, Soedjono. 1994. Pengantar Ilmu
Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Echol, M. John & Shadilly, Hasan. 2002. Kamus Inggris


Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Faal, M. 1991. Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi


(Diskresi Kepolisian).

Jakarta: Pradnya Paramita.

Flora, Henny Saida. Sidik Jari Pengungkap Tindak


Pidana dalam

http://www.analisadaily.com. diakses pada

hari Selasa, 15/12/2009.

Pukul: 15.01

Gadro, Sara Afari. Identifikasi Forensik. Dalam


yukiicettea.blogspot.com. Diakses

pada hari Selasa

15/12/2009. Pukul: 15.05.


Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Jilid 3.
Yogyakarta: Yayasan Penerbit

Fakultas Psikologi

UGM.
Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia.
Jakarta: Sinar Grafika.
Hanitiyo Soemitro, Ronny. 1985. Studi Hukum Dan
Masyarakat. Bandung: Alumni.
HR, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta:
UII Press Indonesia.
Kelsen, Hans. 1992. Pure Theory. Introduction To The
Problems Of Legal Theory; A Translation of the First Edition
of the Reine Rechtslehre orPure Theory of Law. Translated
by: Bonnie Litschewski Paulson and Stanley L. Paulson.
Oxford: Clarendon Press.
Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2008. Penuntun
Daktiloskopi. POLTABES

SURAKARTA.

Kunarto. 1997. Perilaku Organisasi Polri. Jakarta. Cipta


Manunggal.
Departemen Pertahanan Markas Besar Kepolisian Negara
Republik Indonesia. 2000.

Petunjuk Teknis Polri Di

Bidang Identifikasi cetakan ke II. Jakarta.

MABESPOLRI. 2002. Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas


Bintara POLRI Di

Lapangan. Jakarta: MABESPOLRI

Moleong, Lexy J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mertokusumo, Sudikno. 1999. Mengenal Hukum (suatu


Pengantar). Yogyakarta: Liberty.
Marbun, SF. dan Moh. Mahfud. 2001. Dimensi-dimensi
Pemikiran Hukum

Administrasi

Negara.

Yogyakarta: UII Press.


Moeljatno. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta. Rineka
Cipta.
Prasetyo, Agung. Polisi sebagai Pintu Gerbang akses ke
Peradilan
Pidana dalam

http://www.infocrim.org/index.php. Di

akses pada hari minggu, 3/01/2010 pada Pukul 05.15.


Puskom Info Bidang Humas POLDA METRO JAYA. Eyeritness
Identification.

Dalam

humaspoldametrojaya.blogspot.com/2009/09: Eyewi
tnes Identification
pada hari Selasa,

(Identifikasi Saksi Mata). Diakses


15/12/2009. Pukul 14.23.

Puskom Info Bidang Humas Polda Metro Jaya. Visi dan Misi
Kepolisian Republik Indonesia. Dalam www.polri.go.id: Visi
dan Misi Kepolisian Republik Indonesia.Diakses pada hari
Selasa, 15/12/2009. Pukul 15.02.
Puspa, Yan Pramadya. 1977. Kamus Hukum. Semarang.
Aneka Ilmu.

R, Meryk Dewi. 2008. Peranan Sidik Jari dalam Mengungkap


Pelaku Tindak Pidana (Studi di POLRESTA Malang):
Universitas Muhammadiyah Malang.
Rahardjo, Satjipto. 1983. Masalah Penegakan Hukum.
Bandung: Sinar Baru.
Rahardjo, Satjipto. 2007. Membangun Polisi Sipil. Jakarta:
Kompas.
Safaat, Ali
dalam alisafaat.wordpress.com/2009/02/06/perkembanganteori-hukum-tata-negara-dan-penerapannya-diindonesia/ diakses pada hari Senin,20/12/09. Pukul 22.05.
S.W, Sarwono.. 1997. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai
Pustaka.
Simorangkir, J. C. T. Erwin, T. Rudy dan Preasetyo, J. T.
2002. Kamus Hukum.

Jakarta: Sinar Grafika.

Susanto, Anthon F. 2004. Wajah Peradilan Kita. Bandung:


Refika Aditama.
Sutarto, Suryono. 2003. Hukum Acara Pidana Jilid I.
Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta:


UNS Press.
Soekanto. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum.
Jakarta: UI Press.
Soerakhmat, Winarno. 1982. Dasar dan Teknik Research.
Bandung: Tarsito.

Tabah, Anton. 1998. Reformasi Kepolisian. Klaten: CV.


Sahabat.
Tabah, Anton. 1993. Menatap Dengan Mata Hati Polisi
Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka

Utama.

Umar, Bambang Widodo. Kebijakan Negara di Bidang


Kepolisian. Dalam idsps.org/ kebijakan-negara-di-bidangkepolisian. Diakses pada hari selasa. 15/12/2009. Pukul
14.53.
W, A, Soeherto. 2002. Administrasi Penyidikan Sesuai
Dengan KUHAP dan UU

Nomor 2 Tahun 2002. Bogor: Set

Dediklat POLRI Pusat Pendidikan Reserse

dan Intel.

Wikipedia. identifikasi
forensik dalam http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses pada
hari

Selasa 15/12/2009. Pukul: 15.12.

Wikipedia. Badan Reserse Kriminal


Polri dalamhttp://id.wikipedia.org/wikipedia.

Diakses

pada hari Rabu, 10 Februari 2010. Pukul: 23.32


Jurnal Internasional:
Hanson, Doug. Law & Order. Improved Fingerprint
Acquisition. Jul 2006; 54, 7; Academic Research. Library.
pg. 104.
James Randerson, Andy Coghlan. Forensic evidence
stands accused. New Scientist. London: Jan 31, 2004. Vol.
181, Iss. 2432; pg. 6, 2 pgs.
Michael Cherry, Edward J Imwinkelried. QUESTIONS ABOUT
THE ACCURACY OF FINGERPRINT

EVIDENCE. Judicature. Chicago: Jan/Feb 2009. Vol. 92,


Iss. 4; pg. 158, 2 pgs.
Mnookin, Jennifer L . Fingerprints: Not a gold
standard. Issues in Science and Technology.
Washington: Fall 2003. Vol. 20, Iss. 1; pg. 47.
Specter, Michael. Do fingerprints lie?. The New Yorker.
New York: May 27, 2002.

Vol. 78, Iss. 13; pg. 96.

University of Leicester; New fingerprint breakthrough


by forensic scientists. Anonymous. NewsRx Health &
Science. Atlanta: Jun 16, 2008. pg. 173.

ILMU SIDIK JARI


This entry was posted on August 2, 2012, in
the

Diksusk1m and tagged DAKTILOSKOPI. Bookmark

permalink. Leave a comment

Daktiloskopi berasal dari dua kata Yunani yaitu dactylos yang berarti jari jemari
atau garis jari dan scopein yang artinya mengamati atau meneliti. Dari pengertian
itu timbul istilah dalam bahasa Inggris yang kita kenal menjadi Daktiloskopi atau
Ilmu Sidik Jari.
Kedua ilmu itu ditetapkan pada objek yang sama, garis papil, tetapi tujuan
Daktiloskopi tersebut lebih dititikberatkan untuk keperluan personal identifikasi.
Daktiloskopi berarti mengamati sidik jari, khususnya garis yang terdapat pada ruas
ujung jari, baik tangan dan kaki. Jadi, daktiloskopi berarti ilmu yang mempelajari
sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali atau untuk proses identifikasi orang.
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil, dicapkan
dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh
dengan kulit telapak tangan/kaki.
Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal
pergelangan sampai kesemua ujung jari dan kulit bagian dari telapak kaki mulai
dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus
menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah/alur yang
membentuk lukisan tertentu. Kulit tapak terdiri dari dua lapisan:
Lapisan dermal adalah kulit jangat/kulit yang sebenarnya. Kulit inilah yang
menentukan garis yang ada pada permukaan kulit telapak.
Lapisan epidermal adalah lapisan kulit luar/garis papilar. Garis inilah yang
menjadi perhatian kita untuk menentukan bentuk pokok perumusan dan
perbandingan sidik jari.

Jenis sidik jari


dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Visible impression adalah sidik jari yang dapat langsung dilihat tanpa
menggunakan alat bantu.

2. Laten impression adalah sidik jari yang biasanya tidak dapat dilihat langsung
tetapi harus menggunakan beberapa cara pengembangan terlebih dahulu
supaya dapat nampak lebih jelas.
3. Plastic impression adalah sidik jari yang berbekas pada benda yang lunak
seperti sabun, gemuk, permen, coklat.
Sedangkan untuk sidik jari yang mengalami kerusakan atau cacat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Cacat sementara adalah cacat pada bagian kulit luar (epidermal) dan garis
yang cacat/rusak tersebut dapat sembuh kembali seperti semula.
2. Cacat tetap adalah cacat yang disebabkan ikut rusaknya garis sampai lapisan
dermal. Sidik jari yang cacat tetap atau sementara biasanya tidak akan
mempengaruhi identifikasi terhadap jari kecuali apabila sidik jari rusak sama
sekali.
Ada tiga dalil atau aksioma yang melandasi daktiloskopi, yaitu:
1. Sidik jari setiap orang tidak sama.
2. Sidik jari manusia tidak berubah selama hidup.
3. Sidik jari dapat dirumuskan dan diklasifikasikan secara matematis.
Ketiga dalil itu dicetuskan oleh Sir Francois Galton (1822-1916) didasarkan pada
hasil penelitian terhadap beribu-ribu sidik jari manusia yang telah diteliti.
Bentuk Pokok Sidik Jari
Ada tiga bentuk sidik jari yaitu busur (arch), sangkutan (loop), dan lingkaran
(whorl). Bentuk pokok tersebut terbagi lagi menjadi beberapa sub-group, yaitu
bentuk busur terbagi menjadiplain arch dan tented arch, bentuk sangkutan terbagi
menjadi ulnar loop dan radial loop, sedangkan bentuk lingkaran terbagi
menjadi plain whorl, central pocket loop whorl, double loop whorl, dan accidental
whorl. Perbedaan utama dari ketiga bentuk pokok tersebut terletak pada
keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya.

a. Loop (Sangkutan) adalah bentuk pokok sidik jari dimana


satu garis atau lebih datang dari satu sisi lukisan, melereng,

menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta dan core,
berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula.

Syarat-syarat (ketentuan) Loop:


1. Mempunyai sebuah delta.
2. Mempunyai sebuah core.
3. Ada garis melengkung yang cukup.
4. Mempunyai bilangan garis (Ridge Counting) >= 1
Bentuk loop terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Ulnar loop: garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan
kelingking, melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung
kembali ke arah sisi semula.
2. Radial loop: garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan
jempol, melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung
kembali ke arah sisi semula.

b. Arch (Busur) merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya
datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain
dari lukisan itu, dengan bergelombang naik di tengah-tengah.
Arch terdiri dari:

1. Plain Arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-garis datang dari sisi
lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan sedikit
bergelombang naik di tengah.
2. Tented arch (Tiang Busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang memiliki garis
tegak (upthrust) atau sudut (angle) atau dua atau tiga ketentuan loop.
c. Whorl (Lingkaran) adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai dua delta dan
sedikitnya satu garis melingkar di dalam pattern area, berjalan di depan kedua
delta. Jenis whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop
whorl, dan Accidental whorl.
Titik Fokus (Focus Point)
Keberadaan titik fokus di dalam sidik jari akan berperan penting dalam
menentukan termasuk klasifikasi apa sidik jari tersebut. Dalam pengklasifikasian
dikenal dua jenis titik fokus yaitudelta yang merupakan titik fokus luar (outer
terminus) dan core yang merupakan titik fokus dalam (inner terminus). Tidak
semua sidik jari memiliki titik fokus tergantung jenis/klasifikasi dari sidik jarinya.
a. Core (inter terminus), titik fokus dalam Core adalah titik tengah yang terdapat
pada garis sidik jari loop yang terdalam dan terjauh dari delta. Dapat dikatakan
bahwa core merupakan titik tengah atau pusat dari lukisan sidik jari. Dalam
menentukan letak core berlaku beberapa ketentuan di bawah ini :
1. Core ditempatkan pada garis sangkutan (loop) yang posisinya terletak paling
dalam.
2. Apabila garis sangkutan yang terdalam tidak berisi garis-berakhir atau garispendek yang naik sampai setinggi bahu sangkutan core ditempatkan pada
bahu sangkutan yang posisinya terletak lebih jauh dari posisi delta.
3. Apabila sangkutan terdalam berisi n (ganjil) buah garis-berakhir yang naik
sampai bahu sangkutan core ditempatkan pada ujung garis yang paling
tengah.
4. Apabila sangkutan terdalam berisi n (genap) buah
garis-berakhir yang naik sampai ke bahu loop core
ditempatkan pada ujung garis yang posisinya paling
tengah dan terletak paling jauh dari posisi delta.

Namun pada prakteknya letak core tidak selalu dapat ditentukan dengan aturanaturan yang telah disebutkan di atas. Ada dua kasus yang pada umumnya dapat
mengaburkan dalam menentukan letak core ini. Kasus yang pertama adanya garis
tambahan (appendage). Munculnya appendage ini dapat merusak garis sidik jari
bila appendage tersebut muncul di suatu garis sidik jari yang letaknya berada pada
daerah melengkung antara bahu garis sangkutan. Apabila appendage ini akan
dianggap sebagai garis berhenti bagi sangkutan yang tepat berada di luarnya.
Kasus yang kedua adalah adanya garis loop yang terdalam (garis sangkutan) yang
saling memotong satu sama lain (inter locking loop). Pada kasus ini kedua garis
sangkutan yang saling memotong tersebut dianggap sebagai salah satu sangkutan
dimana garis di dalamnya seakan-akan merupakan garis yang naik sampai setinggi
bahu loop.
b. Delta (outer terminus) titik fokus luar. Delta dalam pengertian sehari-hari
adalah gugusan yang terdapat pada muara sungai air yang mengalir ke laut atau
danau selalu membawa lumpur dan batu sehingga lama-kelamaan terbentuk suatu
gugusan pulau yang disebut delta. Delta yang sebenarnya pada sidik jari adalah
titik/garis yang terdapat pada pusat perpisahan garis type lines. Delta merupakan
titik fokus yang terletak di depan pusat berpisahnya garis pokok (type lines). Garis
pokok lukisan merupakan dua buah garis yang paling dalam dari sejumlah garis
yang berjajar (paralel) dan memisah serta (cenderung) melingkupi pokok lukisan
(pattern area). Pokok lukisan adalah daerah/ruangan putih yang dikelilingi oleh
garis type lines yang mana ruangan tersebut merupakan tempat lukisan garis sidik
jari. Pada kenyataannya tidak semua sidik jari memiliki delta tetapi ada juga sidik
jari yang memiliki lebih dari satu delta.
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan
dalam menentukan posisi delta, yaitu:
a. Delta tidak boleh ditempatkan pada garis membelah
yang tidak terbuka ke arah core.

b. Apabila harus memilih antara garis membelah dan kemungkinan delta, maka
garis membelah yang dipilih.
c. Apabila terdapat dua atau lebih garis-garis yang memenuhi syarat delta maka
pilih yang terdekat dengan core.
d. Delta tidak boleh ditempatkan di tengah-tengah garis yang berada di antara garis
pokok tetapi harus ditempatkan pada ujung garis yang terdekat letaknya dengan
pusat berpisahnya garis pokok.
Ridge Counting
Ridge counting merupakan bilangan garis yang menyentuh
atau melintasi garis bayangan yang ditarik antara delta dan
core (delta dan core tidak ikut masuk dalam penghitungan
bilangan garis). Garis-garis yang kelihatannya sangat halus
(tipis) di celah-celah garis-garis yang tebal disebut
insipientridge, dan garis ini tidak ikut dihitung karena
biasanya tidak selalu ada. Sedangkan, bagaimanapun kecilnya
ukuran sebuah titik (dot), garis pendek (short ridge) harus diperlakukan garis sidik
jari yang ikut dihitung, apabila sama tebalnya dengan garis-garis yang lain.
Rumus Sidik Jari (Classification Formula)
Rumus sidik jari merupakan salah satu cara identifikasi. Dalam dunia kepolisian,
rumus jari digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi seseorang. Karena sidik
jari merupakan bentuk yang unik dan berbeda pada setiap orang, maka rumus sidik
jari pun akan berbeda pada tiap orang. Perumusan sidik jari (classification formula)
merupakan pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom kartu sidik jari yang
menunjukkan interpretasi mengenai bentuk pokok, jumlah bilangan garis, bentuk
loop, dan jalannya garis.

Penggunaan Sidik Jari

Penggunaan sidik jari dewasa ini umumnya digunakan sebagai alat autentifikasi,
misalnya untuk absensi sidik jari elektronik. Sebagai alat identifikasi misalnya
untuk pembuktian forensik. dan dewasa ini di Indonesia berkembang E-KTP
menggunakan sidik jari.
Di Indonesia data-data sidik jari ditangani oleh satu Direktorat di bawah
Kementerian Hukum dan HAM RI yakni Direktorat Daktiloskopi dibawah
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU).
Sumber :
1. http://www.ittelkom.ac.id
2. http://ditjenahu.kemenkumham.go.id/index.php/direktorat-daktiloskopi
3. http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id
=529:daktiloskopi-ilmu-sidik-jari&catid=15:pemrosesan-sinyal&Itemid=14

Teknologi
Biometrik Sidik
Jari Cara Kerja
dan
Pemanfaatannya
dalam Kehidupan
Biometrik adalah metode untuk mengenali seseorang
berdasarkan ciri-ciri fisik, karakter, dan perilakunya
secara otomatis. Biasanya ciri khas yang dijadikan
indikator untuk mengenali seseorang biasanya adalah
wajah, sidik jari, pola tangan, tulisan, iris, retina,
suara, atau pembuluh darah. Menggunakan ciri-ciri
fisik yang unik dari tubuh seperti sidik jari atau iris
mata menjadi solusi yang tepat untuk mengidentifikasi
dan memverifikasi orang tersebut.

Sidik jari adalah salah satu ciri-ciri fisik manusia yang


bersifat unik, artinya diciptakan berbeda dengan
individu lainnya. Sidik jari manusia diibaratkan seperti
pola bukit dan lembah yang tercipta supaya lebih
mudah untuk mencengkeram sesuatu, sama seperti
pola tapak ban yang berperan untuk mendapat grip
atau cengkeraman di jalan aspal. Kode genetik pada
DNA memberikan informasi bagaimana kulit harus
terbentuk ketika masih janin.
Sistem scanner sidik jari mempunyai dua tugas dasar.
Scanner mendapatkan gambar dari jari lalu
menentukan pola bukit dan lembah pada gambar
yang didapatkan, dicocokkan dengan pola yang
terdapat pada gambar yang telah di-scan
sebelumnya. Hanya karateristik yang spesifik, yang
unik pada setiap sidik jari, yang disimpan dalam
bentuk kode biometris yang terenkripsi. Data yang
disimpan pada memori adalah seri angka biner yang
digunakan untuk verifikasi.

Ada beberapa cara untuk mendapatkan gambar dari


jari seseorang. Metode yang paling sering digunakan
adalah optical scanning dan capacitance scanning.
Kedua metode ini mempunyai cara kerja yang amat
berbeda.
Optical Scanning Menggunakan CCD
Jantung dari optical scanner adalah charge coupled
device (CCD), yaitu sistem sensor cahaya yang biasa
digunakan pada kamera digital dan camcorder.
Proses memindai dimulai ketika jari diletakkan di pelat
kaca, dan sensor CCD menangkap gambar. Scanner
mempunyai sumber cahaya sendiri, biasanya berupa
susunan lampu LED untuk memberi cahaya pada
bukit-bukit jari seseorang. Sistem CCD sendiri
memproses gambar negatif, dengan area gelap yang
menandakan cahaya yang lebih reflektif (bukit) dan
area terang yang menandakan cahaya yang kurang
reflektif (lembah).
Sebelum membandingkan hasil gambar dengan data
yang telah disimpan, prosesor pada scanner

memastikan bahwa sensor CCD telah menangkap


gambar yang jelas. Prosesor memeriksa kegelapan
rata-rata pixel atau nilai keseluruhan pada sampel,
lalu akan menolak hasil pemindaian apabila gambar
keseluruhan terlalu gelap atau terang. Setelah
gambar ditolak, scanner menyetel waktu exposure
time untuk menangkap gambar dengan cahaya yang
lebih terang atau gelap. Setelah itu, proses
pemindaian dimulai lagi.
Ketika level kegelapan dalam taraf cukup, scanner
memeriksa ketajaman hasil sidik jari. Prosesor
kemudian membandingkan hasil gambar sidik jari
yang baru saja diambil dengan gambar sidik jari pada
data yang telah disimpan.
Capacitance Scanning

Seperti scanner optik, scanner kapasitif memproses


gambar bukit dan lembah yang membentuk sidik jari
seseorang. Tetapi, yang membedakan antara
scanner optik adalah, scanner kapasitif mendeteksi
gambaran sidik jari menggunakan arus listrik.
Untuk memindai jari, prosesor pemindai membaca
voltase output dan menentukan karakteristik bukit dan
lembah pada sidik jari. Dengan membaca setiap sel
pada kumpulan sensor, prosesor dapat
mengumpulkan gambar sidik jari secara keseluruhan.
Kelebihan yang mendasar pada scanner kapasitif
adalah hanya bisa mendeteksi sidik jari asli,
ketimbang mendeteksi pola terang dan gelap yang

menjadi prinsip scanner optik. Hal ini akan membuat


sistem menjadi lebih sulit untuk ditipu. Selain itu,
scanner kapasitif biasanya lebih kompak ukurannya
dibanding scanner optik.

Data pada biometrik (dalam hal ini pemindai sidik jari)


bersifat terpisah dan berbeda dengan data yang
bersifat pribadi. Template biometrik tidak dapat
diobrak-abrik untuk membuat ulang data pribadi, tidak
bisa dicuri, dan tidak bisa digunakan untuk
mengakses data pribadi.
Pemanfaatan Teknologi Biometrik Sidik Jari
Teknologi biometrik sidik jari ini ada untuk membuat
sistem pengamanan lebih memadai. Sistem seperti
fingerprint scanner (pemindai sidik jari) mempunyai
beberapa kelebihan dibanding sistem lain, yaitu:

1. Fisik seseorang jauh lebih sulit untuk dipalsukan


dibanding kartu identitas.
2. Seseorang tidak dapat lupa akan sidik jarinya
seperti lupa akan password.
3. Seseorang tidak dapat menebak pola sidik jarinya
seperti menebak password.
4. Seseorang tidak dapat meninggalkan sidik jari, iris,
atau suaranya seperti meninggalkan access card.
Saat ini, teknologi biometrik mulai luas
penggunaannya, contohnya digunakan dalam sistem
pengamanan militer, perkantoran, industri, bank,
rumah tangga, bahkan perangkat mobile. Berikut ini
adalah beberapa video produk-produk yang
memanfaatkan teknologi biometrik untuk penggunaan
pengamanan beserta penjelasannya.
Schneider Electric Harmony Biometric Fingerprint
Switch

http://www.youtube.com/watch?v=-jUGCKgv5oo
Suprema Biostar Biometric Fingerprint Scanner
http://www.youtube.com/watch?v=dwVBrJ2CXLA
Apple iPhone 5S Fingerprint Scanner
http://www.youtube.com/watch?v=GcFYQcYdyu0
Samsung Galaxy S5 Fingerprint Scanner (and Heart
Rate Monitor)
http://www.youtube.com/watch?v=i8GfgT2utYU
Nama Mahasiswa : Arnold Julian Satria
Nama Dosen

: Adityo Pratomo

NIM

: 202136953444591

tem

Cara kerja Sensor Sidik Jari


Pemindai sidik jari (fingerprint scanner) saat ini sudah banyak digunakan, mulai
dariattendance

system (system

absensi),

sebagai access

control (system

pengontrol akses ke dalam suatu ruangan, tempat atau ke dalam sebuah system)
hingga sebagai identitas pribadi seperti yang terdapat pada SIM (Surat Izin
Mengemudi) atau passport.
Seperti halnya bagian tubuh yang lain, sidik jari terbentuk karena factor genetic
dan lingkungan. Kode genetic pada DNA memberi perintah untuk terbentuknya
janin yang secara spesifik membentuk hasil secara random.

Demikian juga halnya dengan sidik jari. Sidik jari memiliki bentuk unik bagi setiap
orang. Artinya setiap orang memiliki bentuk sidik jari yang berbeda-beda meskipun
terlahir kembar. Jadi, walaupun sidik jadi terlihat seperti sama bila dilihat sekilas,
buat penyelidik terlatih atau dengan menggunakan software khusus akan terlihat
perbedaannya. Sebelum kita berbicara tentang alat pemindai sidik jari, kita akan
berbicara

tentang

sidik

jari

tersebut.

POLA SIDIK JARI


Secara umum, sidik jari dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut Henry
Classification System, yaitu loop patern, whorl pattern dan arch pattern. Sekedar
imformasi, perlu diketahui bahwa hampir 2/3 manusia memiliki sidik jari dengan
loop pattern, 1/3 lainnya memiliki sidik jari dengan whorl pattern, dan hanya 510% yang memiliki sidik jari dengan arch pattern.

Pola-pola sidik jari seperti inilah yang digunakan untuk membedakan sidik jari
secara umum. Namun untuk mesin pembaca sidik jari, pembedaan seperti ini
tidaklah

cukup.

Karena

itulah

mesin

pengenalan lain yang disebut minutiae.

sidik

jari

dilengkapi

dengan

metode

ARCH PATTERN

WHORL PATTERN

LOOP PATTERN
MINUTIAE
Minutiae berasal dari bahasa inggris yang bisa berarti barang tidak berarti atau
rincian tidak penting dan terkadang diartikan sebagai detil. Seperti arti katanya,
minutiae sebenarnya merupakan rincian sidik jari yang tidak penting bagi kita,
tetapi bagi sebuah mesin sidik jari itu adalah detil yang sangat diperhatikan.

Untuk lebih jelasnya, minutiae pada sidik jari adalah titik-titik yang mengacu
kepadacrossover (persilangan

dua

garis), core (putar-balikan

sebuah

garis), bifurcation(percabangan sebuah garis), ridge ending (berhentinya sebuah


garis), island (sebuah garis yang sangat pendek), delta (pertemuan dari tiga buah
garis yang membentuk sudut) dan pore (percabangan sebuah garis yang langsung
diikuti dengan menyatunya kembali percabangan tersebut sehingga membentuk
sebuah lingkaran kecil).

Mesin pemindai sidik jari akan mencari titik-titik ini dan membuat pola dengan
menghubung-hubungkan titik-titik ini. Pola yang didapat dengan menghubungkan
titik-titik inilah yang nantinya akan digunakan untuk melakukan pencocokan bila
ada jari yang menempel pada mesin sidik jari. Jadi, sebenarnya mesin sidik jari
tidak mencocokan pola yang didapat dari minutiae-minutiae ini.

Mesin pemindai sidik jari bekerja dengan mengambil gambar dari sidik jari
tersebut. Sebenarnya banyak cara dapat dilakukan untuk mengambil gambar sidik
jari tersebut namun metode umum yang dilakukan adalah dengan 2 cara yaitu
dengan

sensor

optikal

dan

kapasitansi.

SENSOR OPTIKAL
Inti dari sensor optikal adalah dengan adanya CCD (Charge Couple Device) yang
cara kerjanya sama seperti system sensor yang terdapat pada kamera digital dan
camcorder. CCD merupakan chip cilikon yang terbentuk dari ribuan atau bahkan
jutaan diode fotosensitif yang disebut photosites, photodelements atau disebut juga
piksel. Tiap photosite menangkap suatu titik objek kemudian dirangkai dengan hasil
tangkapan photosite lain menjadi suatu gambar.

Bila mengambil contoh pada kamera, saat menekan tombol capture pada kamera
digital, sel pengukur intensitas cahaya akan menerima dan merekam setiap cahaya
yang masuk menurut intensitasnya. Dalam waktu yang sangat singkat tiap titik
photosite akan merekam cahaya yang diterima dan diakumulasikan dalam sinyal
elektronis.

Gambar yang sudah dikalkulasikan dalam gambar yang sudah direkam dalam
bentuk sinyal elektronis akan dikalkulasi untuk kemudian disimpan dalam bentuk
angka-angka digital. Angka tersebut akan digunakan untuk menyusun gambar
ulang untuk ditampilkan kembali. Perekaman gambar yang dilakukan oleh CCD
sebenarnya dalam format grayscale atau monochrome dengan 256 macam
intensitas

warna

dari

putih

sampai

hitam.

SENSOR KAPASITIF
Sensor kapasitif bekerja berdasarkan prinsip pengukuran kapasitansi dari material
yang dipindai. Material tersebut bisa saja besi, baja, alumunium, tembaga,
kuningan bahkan hingga air. Berbeda dengan pemindai optikal yang menggunakan
cahaya, pemindai kapasitif menggunakan arus listrik untuk mengukur besarnya
kapasitas.

Diagram di atas menunjukkan sebuah sensor kapasitif sederhana. Dimana sensor


dibuat dari beberapa chip semi konduktor pada sebuah sel yang tipis. Setiap sel
memiliki tempat konduktor yang ditutupi dengan lapisan isolasi.

Sensor tersebut terhubung dengan sebuah integrator yang dilengkapi dengan


inverter penguat yang dapat menterjemahkan sehingga pada akhirnya akan
membentuk sidik jari yang sedang dipindai.
Setelah mesin pemindai sidik jari menyimpan image atau gambar yang diambil,
mesin kemudian melakukan searching minutiae atau mencari titik-titik minutiae.

Searching Minutiae

Before Match

Match Minutiae

Matched Result

Jika mesin sidik jari mendapat pola yang sama maka proses identifikasi sudah
berhasil. Tidak semua minutiae harus digunakan dan pola yang ditemukan tidak
harus sama, maka kita dapat menyimpulkan bahwa posisi jari kita pada saat
identifikasi pada mesin sidik jari juga tidak harus persis sama dengan pada saat
kita menyimpan data sidik jari kita pertama kali pada mesin tersebut.

Pemindai sidik jari optikal dan kapasitif dianggap menghasilkan tingkat keamanan
yang tinggi, karena tidak bisa dipalsukan dengan foto copy sidik jari, sidik jari
tiruan, atau bahkan dengan cetak lilin yang mendetil dengan guratan-guratan
kontur sidik jari sekalipun.

Identifikasi Mayat
Pelaku Teroris
Beberapa waktu yang lalu pemberitaan di Media Pers di Indonesia
diramaikan dengan penyergapan para pelaku teroris oleh Densus 88
yang berujung pada terbunuhnya para pelaku teroris, sebut saja dari
awalnya penggerebekan di Temanggung pada tanggal 8 Agustus 2009
yang mengakibatkan Ibrohim the florist terbunuh, tak beberapa
lama kemudian pada tanggal 17 September di Jebres Solo yang
mengakibatkan meninggalnya Teroris yang paling dicari yaituNoordin
M Top beserta pengikutnya yaitu Bagus Budi Pranoto alias Urwah,
Aji alias Ario Sudarsono dan Adib Susilo, dan terakhir di Ciputat pada
tanggal 9 Oktober 2009 yang mengakibatkan tewasnya Syaifudin
Zuhri dan Muhamad Syahrir ada satu hal yang membuat

penasaran banyak orang kenapa proses identifikasi memakan waktu


lama sekali, bahkan sudah kasat mata terlihat atau sudah identik sidik
jari mayat dengan pembanding masih saja diperlukan test yang lebih
lanjut yaitu test DNA.

courtesy http://www.cartoonstock.com

Alasan yang paling logic adalah mengindari Error in Persona


atau salah orang, hal ini sangat penting dalam institusi yang
bertugas di Bidang Hukum seperti Polisi, Jaksa dan Hakim karena
setiap pekerjaan di institusi ini dipayungi oleh Hukum, termasuk
apabila terpaksa membunuh tersangka (dan sanksi hukum pula
apabila salah dalam tindakan yang dilakukan) Terlihat jelas dalam
setiap statement yang yang di keluarkan oleh Kapolri maupun Kadiv
Humas Polri, mereka tidak akan mengumumkan apabila siapa tokoh
teroris yang terbunuh belum jelas .

Berikut ini cara Polisi melakukan identifikasi terhadap mayat, bukan


hanya terhadap pelaku teroris tapi terhadap setiap kematian yang
tidak wajar seperti kecelakaan, pembunuhan dan lain sebagainya :
1. Identifikasi dengan membandingkan foto : Hal ini
dilakukan oleh petugas dengan melihat korban secara fisik
membandingkan raut muka dengan foto pembanding, namun cara ini
kurang akurat .
2. Identifikasi dengan melihat identitas korban : Petugas bisa
mencari data identitas yang didapat dari korban, misalnya KTP atau
SIM, namun cara ini juga kurang akurat karena diketahui banyak juga
beredar identitas palsu, dan juga akan tidak efektif apabila korban
dalam keadaan terbakar sehingga kartu identitas juga terbakar.
3. Identifikasi melalui saksi atau orang yang kenal korban
( Metode Visual): Metode ini yang paling Lazim dilakukan, mereka
para saksi biasanya orang terdekat seperti istri/suami, anak, ayah/ibu,
mereka bisa mengidentifikasi dengan pengenalan wajah, atau
menunjukkan ciri ciri lahir seperti tahi lalat, bekas luka yang mereka
kenal, walaupun cara ini lazim dilakukan tapi tidak sepenuhnya
akurat, karena perubahan phisik seseorang bisa sangat berbeda,
apalagi apabila dari saksi sudah lama tidak berhubungan, atau akan
makin sulit lagi apabila mayat ditemukan tidak dalam keadaan
sempurna seperti terbakar, korban mutilasi atau bahkan tinggal
tulang belulang.

4. Identifikasi dengan mengenali barang milik Korban: Hal


ini juga harus menggunakan saksi untuk mengenali barang yang
digunakan, cara ini cukup efektif apabila Mayat Korban tidak utuh lagi
dan sulit dikenali, mereka bisa mengenali korban dari benda yang
biasa dipakai korban seperti Pakaian, cincin, kalung atau Gelang,
walaupun benda itu dikenali namun metode ini juga masih banyak
kelemahannya masih diperlukan metode lain yang lebih akurat untuk
memastikan.
5. Identifikasi menggunakan gigi (Dental Forensic): Perlu
diketahui setiap manusia mempunyai pola yang spesifik di giginya,
setiap orang kan pernah copot giginya, bolong dan ditambal, atau
bertumpukan. Apabila sesorang pernah pergi kedokter gigi biasanya
akan ada identifikasi gigi ini di kartu pasien sebelum dilakukan
penanganan oleh Dokter, data ini disebutOdontogram, nah
data Odontogram tersebut yang digunakan dalam proses identifikasi
mayat, dengan membandingkan jumlah gigi, bentuk gigi, susunan,
tambalan, protesa gigi antara Mayat dan Data Odontogram dengan
cara pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan rahang,
metode ini sangat efektif apabila kondisi mayat dalam keadaan tidak
utuh atau terbakar.
6. Identifikasi Sidik Jari : Bisa dikatakan metode ini mendekati
sempurna, karena diketahui setiap Manusia tidak ada yang sama
sidik jarinya walaupun dia terlahir kembar identik sekalipun,
lumrah dalam setiap pengurusan administrasi pengambilan sidik jari
dilakukan, seperti dalam membuat Surat Kelakuan Baik, sidik jari ini

kemudian dimasukkan ke dalam kartu dan disimpan di kantor polisi,


nah data inilah yang digunakan sebagai pembanding apabila
ditemukan korban, identifikasi dilakukan dengan cara menyocokkan
14 titik yang sama dari sidik jari pembanding dan yang ada di mayat.
Cara identifikasi ini sangat akurat namun ada kelemahannya yaitu
ketika sidik jari korban sudah rusak biasanya pada mayat yang
tenggelam atau terbakar.
7. Identifikasi DNA: Metode ini diyakini adalah metode paling
akurat dalam identifikasi, dan keunggulan Identififikasi dengan cara
ini adalah proses Identifikasi dapat dilaksanakan dengan kondisi
apapun mayat, bahkan kondisi korban tinggal tulang belulang. DNA
(bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat
yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap
organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel.
Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam
darah, semen, kulit, liur atau rambut yang tersisa di tempat kejadian
kejahatan untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka, sebuah
proses yang disebut fingerprinting genetika atau pemrofilan DNA
(DNA profiling). Diketahui setiap hubungan darah mempunyai
kemiripan dalam struktur DNA nya, jadi pembanding untuk
identifikasi paling sering adalah anak atau saudara kandung. Dalam
metoda terbaru identifikasi DNA diketahu waktu paling cepat adalah
24 jam untuk mengetahui hasilnya.
Dari beberapa medota tersebut diatas biasanya dilakukan secara
berjenjang dari indentifikasi phisik sampai indentifikasi DNA, khusus

dalam identifikasi mayat teroris digunakan cara yang paling akurat,


kenapa ? hal ini digunakan menambah kepercayaan masyarakat atas
tugas polisi, karena tanpa hasil yang terbaik bukan tidak mungkin
hasil kerja polisi akan sia sia, bisa saja beredar isyu bahwa tokoh
teroris itu sebenarnya orang lain, dan jangan sampai terjadi error in
personabisa hancur reputasi Polri kalau hal ini terjadi.
Khusus dalam identifikasi korban kecelakaan massal atau bahasa
internasionalnya Disaster Victim Identification seperti contoh
korban bom bali, kecelakaan pesawat atau gempa di Padang
belakangan ini karena menyangkut aspek waktu dan kepraktisan,
maka apabila identifikasi visual oleh keluarga korban sudah bisa,
tidak dilanjutkan dengan metode lain.
Demikian sekilas share pengetahuan dari saya mudah mudahan
berguna.

OLEH TANRI ALIM


28 MARET 2013
Bagikan :

Artikel

berikut

akan

memberikan

beberapa

informasi

tentang

penggunaan sidik jari DNA. Hal ini juga menjelaskan beberapa aspek.

Ada beberapa hal di dunia yang setiap manusia benar-benar dapat


memanggil sendiri. Mereka adalah wajah, struktur tubuh, sidik jari dan
tentu saja DNA-nya. Seperti sidik jari, DNA dapat digunakan untuk
mengidentifikasi seseorang? Jawabannya adalah afirmatif. Sidik jari
DNA adalah cara yang paling akurat untuk mengidentifikasi siapa pun.

Jadi, apa penggunaan sidik jari DNA selain identifikasi? Mari kita
menjelajahi ...

Sidik jari DNA

Sidik

jari

DNA

adalah

proses

dimana

ilmuwan

forensik

mengidentifikasi subjek dengan menggunakan DNA-nya. Hal ini dapat


dilakukan dengan menggunakan air liur, sampel darah, untai rambut
atau apapun yang memiliki DNA di dalamnya.

Sir Alec Jeffreys adalah orang pertama yang secara komprehensif


penelitian di sekuensing DNA. Banyak penelitian DNA telah dilakukan
di bidang rekayasa genetika manusia sejak saat itu. Sambil
melakukan sidik jari DNA, langkah pertama akan mengumpulkan
sampel DNA untuk subjek. Ini bisa apa saja dari cairan tubuh ke
rambut subjek. Ini adalah pengetahuan umum bahwa urutan DNA
berada dalam bentuk untaian helix dipasangkan. Sekarang ini untaian
dipisahkan menggunakan berbagai teknik. Ada metode seperti
aplikasi elektroforesis gel, yang memanfaatkan sifat bermuatan urutan
DNA, untuk pemisahan mereka. Setelah ini urutan DNA dipisahkan,

gambar mereka diambil untuk analisa lebih lanjut. Hal ini dilakukan
agar dengan menggunakan teknik seperti chemiluminescence atau
aplikasi enzim radio, yang akan menempel pada untai DNA
dipisahkan. Jika gambar dari proses ini sangat tidak jelas maka
proses diulang beberapa kali sampai gambar yang jelas diperoleh.

Penggunaan Penggunaan Sidik jari DNA

Identifikasi individu
Penggunaan yang paling menonjol dari sidik jari DNA adalah
identifikasi pribadi. DNA sidik jari secara komprehensif dan akurat
mengakui DNA dari seseorang daripada teknik lain yang tersedia.
Identifikasi pribadi telah menjadi anugerah di berbagai bidang, yaitu
penyidikan kejahatan dan forensik.

Memerangi Penipuan
Tanpa bukti, setiap jenis penipuan tidak dapat dikatakan sebagai
benar-benar ditemukan. Untuk itu, sambil mengungkap segala jenis
penipuan identifikasi terkait, sidik jari DNA berada di garis depan. Jika
ada aspek dari penipuan melibatkan identifikasi DNA, maka sidik jari
DNA menyediakan bukti tak terbantahkan.

Mengungkap Warisan Penyakit


Sebagai pencetakan DNA yang terlibat dalam analisis genetika
manusia dalam beberapa cara atau yang lain, banyak kali kelainan
genetik inhered yang terungkap. Subjek, yang DNA sedang dianalisis,
maka akan dapat memprediksi apakah nya atau keturunan nya akan
memiliki penyakit yang sama dia. Subjek juga akan tahu beberapa
alasan untuk penyakit dalam keluarganya.

Pemetaan Genography
Seperti geografi pemetaan daerah, ada semacam konsep yang
dikenal sebagai Genography pemetaan. Sejak zaman prasejarah,
manusia telah memindahkan dari satu tempat ke tempat lain
meninggalkan jejak genetik yang berbeda. Sidik jari DNA digunakan
oleh nasional geografis masyarakat, untuk mengetahui pola migrasi
tersebut. Ada penanda genetik tertentu yang diwariskan dari generasi
ke generasi tanpa perubahan apapun. Dengan mengamati pola
migrasi tanda tersebut, kita dapat menyimpulkan pola migrasi
manusia sejak saat mereka meninggalkan Afrika.

Penggunaan lainnya yang menarik

The Shoah Proyek


Proyek ini bertujuan untuk membangun database genetik dari korban
holocaust. Alasan utama di balik penciptaan proyek ini adalah untuk
menyatukan kembali keluarga-keluarga yang menderita dan terpisah
selama holocaust. Proyek ini juga membantu untuk mengidentifikasi
sisa-sisa dari orang-orang yang tetap dimakamkan di seluruh Eropa.

Pembunuhan dari Tzar terakhir Rusia


The Tzar Nicholas Romanov yang keluarganya telah memerintah
Rusia keseluruhan selama berabad-abad dibunuh oleh Bolshevik
setelah revolusi Rusia 1917. DNA sidik jari digunakan untuk
mengidentifikasi sisa-sisa Romanov Nicholas dan keluarganya.

The Remains of tanggal 11 September


Sidik jari DNA jelas digunakan untuk mengidentifikasi sisa-sisa dari
9/11. Lembaga nasional hakim dengan cepat membentuk sebuah tim
yang akan mengembangkan proses untuk mengidentifikasi para
korban 11 September. Tim ini sangat berperan dalam mengidentifikasi
lebih dari 20.000 jenazah korban.

Saya berharap bahwa artikel di atas mengenai penggunaan sidik jari


DNA telah tercerahkan Anda. Ini adalah disiplin forensik yang telah
merevolusi pembunuhan pemecahan kemampuan detektif modern.
Tag : DNA

DNA Profiling
OLEH TANRI ALIM
26 MARET 2013
Bagikan :

DNA Profiling merupakan salah satu metode yang paling dapat


diandalkan digunakan untuk menetapkan identitas pribadi. Gulir ke
bawah

untuk

mengetahui

profiling dan profiling DNA forensik.

apakah proses DNA

Tubuh manusia terdiri dari sel-sel yang tak terhitung banyaknya dan
setiap sel memiliki nukleus yang mengandung informasi genetik yang
berharga. DNA atau asam deoksiribonukleat, berisi instruksi genetik
yang digunakan untuk pengembangan semua organisme hidup. Gen
menyimpan informasi ini untuk waktu yang lama dalam bentuk kodekode dan dianggap sebagai unit hereditas. DNA terdiri dari jutaan
pasangan basa nukleotida dan urutan di mana mereka hadir dalam
untai tertentu menentukan karakteristik dari orang tersebut. Urutan
DNA adalah unik untuk setiap individu dan merupakan cetak biru
genetik. Ini milik keunikan dari urutan DNA membuat alat penting
dalam identifikasi individu dengan proses yang dikenal sebagai DNA
Profiling.

Juga disebut sebagai sidik jari DNA atau mengetik DNA, itu adalah
proses mengidentifikasi seseorang berdasarkan profil masing-masing
DNA. Ini adalah salah satu teknik yang digunakan oleh penegak
hukum

untuk

mengidentifikasi

penjahat

atau

menghilangkan

tersangka. Kasus tipikal melibatkan perbandingan sampel DNA dari


orang dengan sampel DNA yang sudah ada, atau membuat DNA
Profiling baru

untuk

orang

dengan

menetapkan

nilai

numerik

komputerisasi atau kode bar. Teknik ini menganalisis sampel DNA


untuk mengulangi tandem jumlah variabel (VNTR).

Proses DNA Fingerprinting


Profiling DNA terutama digunakan sebagai alat forensik dan kadangkadang

disebut sebagai DNA

Profiling forensik. Namun,

teknik

identifikasi individu juga digunakan dalam silsilah. Proses ini


melibatkan pengumpulan sampel DNA dari individu dan cocok dengan
sampel

referensi.

Sampel

biasanya

dikumpulkan

dengan

menggunakan swab bukal karena memiliki kesempatan minimal


kontaminasi. Metode lain dari koleksi sampel termasuk sampel darah,
air mani air liur, atau jaringan dipatuhi setiap barang pribadi. Sampel
ini kemudian dianalisis dengan metode yang berbeda untuk membuat
profil individu DNA yang unik. Profil ini kemudian dibandingkan
dengan sampel referensi lain untuk menemukan kecocokan genetik.
DNA sampel yang diambil dari TKP membantu dalam identifikasi
penjahat.

Pro dan Kontra DNA Profiling

Pro
Profiling DNA membantu penghapusan tersangka bersalah dan
membebaskan mereka. Ini adalah alat identifikasi yang cepat dengan
tingkat kepastian yang tinggi. Ini bisa menjadi keuntungan bagi
mereka yang palsu atau salah dituduh. Teknik ini memainkan peran
penting dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan ayah

dan urusan keluarga lain yang terkait. Ini membantu dalam identifikasi
anggota keluarga lain dan juga untuk membangun zygosity kembar.
Selain itu, teknik yang terlibat kurang invasif daripada mengambil
sampel darah dan sangat handal bila dilakukan dengan benar.

Kontra
Meskipun DNA Profiling telah terbukti menjadi alat yang sangat baik
forensik, profil genetik masih menjadi isu diperdebatkan. Perhatian
utama adalah tentang privasi. Beberapa orang menganggap sampel
DNA sebagai pelanggaran hak individu untuk privasi dan kebebasan
sipil lainnya. Mungkin ada beberapa masalah yang berkaitan dengan
akses ke informasi genetik vital, seperti, dalam beberapa kasus,
asuransi kesehatan dapat menyangkal cakupan atau klaim, atau
pengusaha bisa menghindari mempekerjakan orang dengan sifat
genetik tertentu atau kelainan genetik dan penyakit. Perhatian utama
lainnya adalah kerendahan hati publik dan diskriminasi terhadap
orang-orang yang terkait erat dengan mereka yang bermasalah
dengan hukum. Akurasi merupakan faktor utama yang mengatur hasil
pengujian DNA dan kesalahan sederhana dalam analisis dapat
menyebabkan keyakinan salah.

DNA pengujian selama kehamilan telah menjadi sangat umum hari ini,
untuk menetapkan ayah dari anak yang belum lahir. Namun, teknik ini
memiliki risiko serius bagi anak serta ibu dan karena itu disarankan
untuk pergi untuk tes DNA setelah melahirkan

Sejarah Sidik Jari DNA


OLEH TANRI ALIM
25 MARET 2013
Bagikan :

Pertama kasus pidana diselesaikan dalam sejarah Sidik Jari DNA


pada tahun 1986. Sampai tanggal proses ini telah memecahkan
jutaan kasus dan melakukan keadilan dengan jumlah orang yang tidak
bersalah.

Cari

tahu

bagaimana

sidik

dikembangkan. Cukup arahkan ke bawah.

jari

DNA

dimulai

dan

Bukankah menakjubkan untuk mengetahui seorang penjahat hanya


dengan memeriksa jejak darah atau bagian dari rambut yang
ditemukan di situs kejahatan sebagai bukti. Yah, aku tahu itu tidak
mudah, tapi ya itu adalah salah satu tes terbesar dilakukan di
departemen ilmu forensik. DNA Sidik Jari Teknik telah menciptakan
keajaiban dari waktu yang telah diciptakan. Hal ini juga dikenal
sebagai profil DNA, tes DNA, DNA dan sidik jari mengetik genetik.
Sekarang pertanyaan yang sangat jelas adalah yang menemukan
sidik jari DNA? Seorang ahli genetika Inggris, Dr Alec J. Jeffreys
menemukan teknik ini pada tahun 1984. Ia menemukan bahwa dalam
DNA terdapat DNA urutan yang diulang lagi dan lagi dan jumlah
urutan berulang berbeda pada orang yang berbeda. Dengan
mengetahui panjang DNA dan jumlah sekuens DNA yang dapat
melakukan uji identitas.

Beberapa
Remarkable
Sejarah Sidik Jari DNA

Peristiwa

dalam

Pada tahun tahun 1935 Andrei Nikolaevitch Belozersky mampu


mengisolasi DNA dalam bentuknya yang murni dan pada 1953 James
Watson dan Francis Crick menjelaskan struktur heliks ganda DNA.
Kemudian pada tahun 1966, Marshall Nirenberg, Heinrich Mathaei,
dan Severo Ochoa menunjukkan dan menjelaskan tentang kode

genetik dalam DNA yang terdiri dari tiga basa nukleotida masingmasing 20 asam amino. Ini adalah salah satu peristiwa yang paling
penting sebelum penemuan sidik jari DNA yang telah berkontribusi
banyak dalam menemukan profil DNA. Berikut adalah beberapa
peristiwa yang paling penting dalam sejarah sidik jari DNA.

Sejarah dimulai dengan penemuan teknik ini. Dr Alec J. Jeffreys


pada tahun 1984 menemukan bahwa ada urutan berulang dalam
DNA yang dikenal sebagai VNTRs (variabel jumlah ulangan
tandem) yang dapat dilihat sebagai kode bar di X-ray gambar. Ini
urutan yang unik dan bahkan sebagian kecil dari kode ini sudah
cukup untuk menentukan identitas individu.

Pertama sidik jari DNA digunakan dalam kasus imigrasi. Ini


membantu dalam mencari tahu hubungan antara imigran dengan
orang yang mereka klaim sebagai kerabat dekat mereka. Itu
adalah sukses besar dan merupakan peristiwa besar dalam
sejarah profil DNA.

Pada tahun 1986, sidik jari DNA yang digunakan dalam kasus
pidana untuk pertama kalinya. Pada saat itu, Richard Buckland
dituduh untuk pemerkosaan dan pembunuhan dua gadis muda
sekolah. Tes DNA ditemukan negatif ketika sampel air mani yang
dikumpulkan dari dua gadis tidak sesuai dengan menuduh itu. Dia
adalah orang pertama yang ditemukan bersalah dengan bantuan
sidik jari DNA.

Pada tahun 1987, Robert Melias yang dituduh memperkosa


seorang wanita berusia 43 tahun dinyatakan bersalah ketika air
mani noda pada pakaian wanita cocok struktur DNA dari terdakwa.
Ini membuatnya orang pertama yang dinyatakan bersalah dengan
bantuan sidik jari DNA.

Ada banyak kasus bukti DNA palsu dan yang pertama yang datang
ke dalam gambar itu pada tahun 1992, ketika Dr John
Schneeberger diperkosa seorang pasien dibius dan kemudian air
mani ditanam di celana dalamnya.

Pada tahun 1993, tim peneliti yang dipimpin oleh Daniel Cohen,
dari Pusat untuk Studi polimorfisme manusia di Paris, disajikan
sebuah laporan pada semua 23 pasang kromosom yang
ditemukan dalam tubuh manusia.

Pada tahun 1995, Perkin-Elmer mengembangkan kit pemetaan


dengan spidol setiap 10 juta basis di sepanjang masing-masing
kromosom. Ini ditambahkan ke kepercayaan dengan teknik Sidik
Jari DNA.

Pada tahun 1995, polymerase chain reaction (PCR) yang


merupakan teknik yang digunakan dalam sidik jari DNA, mendapat
penerimaan di pengadilan. Itu dari saat ini bahwa sidik jari DNA
dianggap bukti forensik dapat diandalkan.

Pada tahun 1995, mantan pemain sepak bola O.J. Simpson


dinyatakan tidak bersalah atas pembunuhan mantan istrinya Nicole
Brown Simpson nya dan temannya Ronald Goldman. Ini
ditemukan keluar dengan bantuan PCR dan Sidik Jari DNA dan
pemain dirilis. Ini adalah salah satu kasus yang paling terkenal
pembunuhan kontroversial saat itu.

Pada tahun 2000, Jaksa Agung Ohio mengakui sidik jari DNA
sebagai "alat memerangi kejahatan paling kuat yang kita miliki
kita." Dia mengatakan hal ini konteks dengan kasus kekerasan
seksual yang terjadi di New York.

Pada tahun 2001, sidik jari DNA digunakan untuk mengetahui


pelaku

dan

korban

serangan

World

Trade

Center

yang

berlangsung pada tanggal 11 September. Identitas ribuan orang


ditemukan dengan bantuan dari sisa-sisa bencana itu.

Anna Anderson yang lahir di suatu tempat di tahun 1920 dan


meninggal pada tahun 1984 diklaim Rusia Grand Duchess

Anastasia, namun kemudian dalam sidik jari DNA itu bersukaria


bahwa DNA-nya tidak cocok dengan salah satu kerabat yang
tinggal dari keluarga kerajaan Romanov.

Pada tahun 2007 ditemukan bahwa Amerika Serikat memegang


database DNA terbesar dengan sistem indeks DNA gabungan dari
lebih dari 5 juta catatan.

Nah, ada daftar besar peristiwa yang terjadi dalam sejarah sidik jari
DNA. Hari profil DNA merupakan salah satu metode utama dan
terpercaya di departemen forensik. Ribuan penjahat telah tertangkap
dan ratusan orang tak bersalah telah dirilis. Mencari tahu penyakit
keturunan dan komplikasi lain pada seorang individu juga di antara
penggunaan sidik jari DNA yang penting. Jadi kita dapat mengatakan
bahwa ini adalah salah satu penemuan paling penting dalam sejarah
manusia.

Jenis Jenis Kromosom


OLEH TANRI ALIM
26 FEBRUARI 2013
Bagikan :

Ada berbagai jenis kromosom hadir dalam sel selama tahap tertentu
dari pembelahan sel. Kita akan belajar tentang jenis kromosom dalam
artikel dibahas di bawah ini.

Inti sel tumbuhan dan hewan mengandung struktur seperti benang


yang disebut kromosom. Kromosom ini terdiri dari satu molekul asam
deoksiribonukleat (DNA) dan protein. Kromosom ini diwariskan dari
orang tua ke keturunan mereka dan berisi semua materi genetik yang
terkait dengan organisme tertentu. Kata kromosom berasal dari kata
Yunani. Chroma dalam 'warna' berarti Yunani dan soma berarti
'tubuh'. Sebagai struktur ini cenderung noda sangat kuat dengan
pewarna warna yang digunakan di laboratorium, struktur ini disebut
sebagai kromosom. Kromosom ini memiliki fungsi yang sangat
penting tanpa dimana seseorang atau organisme tidak dapat eksis.

Apa Fungsi Kromosom?


Kromosom memiliki struktur yang unik yang membuat DNA dalam
posisi terbungkus rapat. Untai DNA ditempatkan di sekitar struktur

spool-seperti protein yang disebut histon. Jika struktur DNA tidak erat
luka, itu akan menjadi sangat sulit untuk mengakomodasi helai dalam
inti sel. Untai molekul DNA dalam satu sel manusia hampir 6 kaki
panjang, jika dibatalkan. Dengan demikian, alur yang dibungkus erat
membantu mereka untuk ditempatkan di inti, sel kecil mikroskopis.
Fungsi kromosom juga termasuk memastikan bahwa

selama

pembelahan sel, DNA disalin persis seperti itu dan didistribusikan


secara merata setelah pembelahan sel. Jika ada perubahan dalam
struktur atau jumlah kromosom, bisa menyebabkan cacat lahir yang
serius pada progeninya. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap
sel reproduksi, yaitu telur dan sperma, mengandung jumlah yang
tepat dan struktur yang benar kromosom. Gagal ini, hal itu akan
menyebabkan komplikasi serius pada keturunan yang dihasilkan.

Apa yang dimaksud dengan sentromer dan telomer dalam


kromosom?
Ketika kita berbicara tentang jenis kromosom, Anda akan menemukan
bahwa kata-kata 'sentromer' dan 'telomer' akan disebutkan beberapa
kali. Adalah penting untuk memahami struktur kromosom sebelum kita
telah melihat jenis mereka. Jika Anda telah melihat struktur
kromosom, Anda akan menemukan suatu daerah terbatas di
kromosom linier. Daerah ini terbatas disebut sentromer dan tidak perlu
bahwa hal itu akan terletak persis di tengah kromosom. Ini mungkin
ditempatkan tepat di salah satu ujung kromosom. Struktur di kedua
sisi kromosom disebut lengan kromosom. Ini sentromer sangat
penting

selama

pembelahan

sel.

Mereka

membantu

dalam

menyelaraskan dari kromosom dengan benar dan berfungsi sebagai


situs lampiran untuk dua bagian dari kromosom direplikasi. Kromosom
ini direplikasi disebut adik kromatid yang disalin untuk membuat sel
baru.

Peregangan berulang dari DNA pada ujung kromosom linier disebut


telomere. Mereka membantu dalam mencegah DNA dari penguraian
dari negara mereka erat luka. Dalam beberapa sel, telomere
cenderung kehilangan sedikit DNA mereka demi sedikit setelah setiap
divisi seluler. Hal ini terus terjadi, sampai kehilangan semua DNA dan
sel mati. Dalam beberapa sel, terdapat enzim khusus yang mencegah
hilangnya DNA selama pembelahan. Dengan demikian, sel-sel ini
mampu hidup lama dibandingkan dengan sel-sel lainnya. Selain itu,
bagian sentromer dan telomer lainnya kromosom meliputi daerah
penyempitan primer dan sekunder dengan satelit mereka, pellicle,
matriks, chromonemata dan kinetokor.

Kromosom Manusia
Kromosom sangat tersebar dan sulit untuk menemukan sebelum
pembelahan sel. Ketika sel mulai membagi, kromosom terlihat jelas
dan dapat difoto serta morfologi, ukuran dan bentuk dapat dipelajari.
Jenis kromosom dibagi menjadi dua kategori, autosom dan kromosom
seks. Jenis ini dijelaskan di bawah ini:

autosom
Autosom adalah struktur yang berisi informasi turun-temurun. Mereka
tidak mengandung informasi yang berkaitan dengan reproduksi dan
penentuan seks. Mereka adalah identik pada kedua jenis kelamin,
spesies yaitu, pria dan wanita dari manusia. Ada 46 (2n) kromosom
pada manusia. Dari jumlah tersebut 46 kromosom, terdapat 44
pasang autosom dan berisi informasi yang berhubungan dengan
karakter fenotipik.

Allosomes / Heterosomes
Para allosomes adalah seks kromosom yang berbeda dengan
autosom dalam bentuk, perilaku dan ukuran. Ada sepasang allosomes
pada manusia. Kromosom X yang hadir dalam sel telur dan baik X
atau kromosom Y dapat hadir dalam sperma. Kromosom ini
membantu dalam penentuan jenis kelamin progeni. Jika anak
menerima kromosom X dari ibu serta ayah, itu menghasilkan seorang
anak perempuan (XX). Jika keturunan menerima satu X dan satu
kromosom Y dari orang tua, itu menghasilkan seorang anak laki-laki
(XY). Dengan kata sederhana, itu adalah sumbangan dari kromosom
X atau Y oleh ayah yang membantu dalam penentuan jenis kelamin
anak.

Terlepas dari kedua kategori, kromosom lebih lanjut dapat dibagi


sesuai dengan lokasi sentromer dan jumlah sentromer.

Kromosom Jenis: Berdasarkan Posisi sentromer


Kromosom dibagi menjadi empat jenis berdasarkan posisi sentromer.
Keempat jenis tersebut adalah sebagai berikut:

metasentrik Kromosom
Kromosom metasentrik memiliki sentromer yang terletak antara kedua
lengan. Ini memberikan kromosom khas 'V' bentuk yang terlihat
selama anafase tersebut. Lengan kromosom ini kira-kira sama
panjang. Dalam sel-sel tertentu, fusi dari dua kromosom akrosentrik
menyebabkan pembentukan kromosom metasentrik.

submetasentrik Kromosom
Lengan kromosom submetasentrik dikatakan tidak sama panjangnya.
Hal ini karena kinetokor hadir dalam posisi median sub. Hal ini
menimbulkan bentuk 'L' dari kromosom submetasentrik.

telosentrik Kromosom
Juga dikenal sebagai jenis monarchial kromosom, mereka memiliki
sentromer

yang

terletak

menjelang

akhir

kromosom.

Dengan

demikian, kromosom telosentrik memiliki penampilan berbentuk


'batang'. Dalam beberapa kasus, telomeres memperpanjang dari
kedua ujung kromosom. Kromosom telosentrik tidak hadir pada
manusia.

Subtelocentric Kromosom
Kromosom yang memiliki sentromer yang terletak lebih dekat ke akhir
dari pusat, yang disebut kromosom subtelocentric.

akrosentrik Kromosom
Lokasi sentromer dalam kromosom akrosentrik adalah subterminal.
Hal ini menyebabkan lengan pendek kromosom untuk menjadi benarbenar pendek sehingga sangat sulit untuk mengamati.

Holocentric Kromosom
Dalam kromosom holocentric, sentromer berjalan melalui seluruh
panjang kromosom. Kromosom ini sangat umum dalam sel milik
organisme pada hewan dan tanaman kerajaan.

Kromosom Jenis: Berdasarkan Nomor sentromer


Jumlah sentromer hadir pada bantuan kromosom dalam menentukan
jenis kromosom. Jenis kromosom yang berbeda berdasarkan jumlah
sentromer adalah sebagai berikut:

acentric Kromosom
Kromosom acentric adalah mereka yang tidak memiliki sentromer,
yaitu, sentromer ini benar-benar hadir pada kromosom. Kromosom ini
diamati karena efek dari kromosom-melanggar proses seperti iradiasi.

monocentric Kromosom
Kromosom monocentric adalah mereka yang mengandung sentromer
tunggal. Jenis kromosom hadir di sebagian besar organisme.
Kromosom monocentric bisa disebut akrosentrik, jika sentromer
terletak di ujung kromosom. Jika sentromer terletak menuju pusat itu
disebut kromosom metasentrik. Dan, kromosom telosentrik adalah
mereka yang sentromer hadir di akhir kromosom ini.

disentrik Kromosom
Kromosom disentrik adalah mereka yang memiliki dua sentromer
yang hadir pada lengannya. Kromosom ini terbentuk setelah dua
segmen kromosom dengan sentromer masing-masing, yang menyatu
ujung ke ujung. Hal ini menyebabkan mereka kehilangan fragmen
acentric mereka, yang menyebabkan pembentukan kromosom
disentrik.

polisentris Kromosom
Kromosom polisentris adalah mereka yang mengandung lebih dari
dua sentromer. Kromosom ini sangat umum pada tanaman, misalnya,
Adder's-lidah pakis memiliki 1.262 kromosom.

Jenis-jenis kromosom pada manusia dibagi menjadi dua kategori


seperti yang terlihat di atas. Mereka termasuk autosom dan
kromosom

seks.

Dengan

demikian,

dalam

semua,

manusia

mengandung 22 pasang autosom dan satu pasang kromosom seks.


Hal ini menyebabkan adanya kromosom 46 yang hadir per sel.
Kromosom yang sangat penting bagi setiap organisme sebagai masa
depan keturunan mereka tergantung pada divisi normal dan
pemisahan kromosom.

Proses Sidik Jari DNA


OLEH TANRI ALIM
27 MARET 2013
Bagikan :

Proses Sidik Jari DNA

Sidik Jari DNA telah merevolusi investigasi kriminal untuk dijabarkan


penjahat sebenarnya. Seperti menarik seperti kedengarannya, ia
memiliki langkah demi langkah prosedur canggih. Artikel ini akan
memberikan informasi lengkap tentang prosesnya.

Setiap orang lahir dengan identitas yang unik. Sebelumnya ia berpikir


bahwa ini karakter unik hanya kualitas abstrak seperti sifat atau
perilaku yang membedakan satu orang dari yang lain. Namun proses
sidik jari DNA telah membuktikan bahwa ada barang bukti yang dapat
membedakan antara dua individu di dunia ini. Ilmu sekuensing DNA
telah mengembangkan banyak sejak profiling pertama dilakukan oleh
Sir Alec Jeffreys pada tahun 1985, di Inggris. Ada beberapa kegiatan
penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk memahami proses sidik
jari DNA. Sejak penemuannya di University of Leicester, ilmu genetika
manusia telah membuat langkah besar dalam identifikasi pola DNA
yang unik.

Prinsip Sidik Jari DNA


Informasi genetik seluruh individu disebut genom. Genom berisi
urutan DNA, yang memiliki baik coding dan coding gen non. Urutan
DNA dari manusia adalah 99% sama dalam setiap individu. Namun,
1% lainnya adalah apa yang membuat kita masing-masing yang unik.
Urutan 1% terutama memiliki kode tertentu yang terulang seluruh
urutan. Ini adalah urutan pendek dan bervariasi, dan dikenal sebagai
VNTRs (Jumlah Variabel Mengulang Tandem). Frekuensi dan posisi
ini mengulangi sangat bervariasi dari satu orang ke yang lain.
Fingerprinting DNA menggunakan VNTRs tersebut dari sampel DNA

yang tidak diketahui untuk membandingkan dan mencocokkan


dengan diketahui.

Teknik Sidik Jari DNA


Proses ini dirangkum di bawah

ini dengan flowchart

untuk

pemahaman yang lebih baik:

Langkah-langkah yang terlibat dijelaskan di bawah ini:

Langkah 1: Untuk memulainya, seseorang harus memiliki sumber


sampel DNA. Sumber ini bisa menjadi sehelai rambut, air mani, darah
(setetes akan bekerja juga!), Air liur, sel pipi, dll Selama investigasi
kriminal rambut, air mani, atau darah tersangka dikumpulkan untuk
analisa lebih lanjut.

Langkah 2: Langkah berikutnya adalah untuk mengambil sampel DNA


dari sumbernya. Proses ekstraksi dirancang dengan cara memecah
membran sel dan melepaskan DNA dengan lingkungan luarnya.
Deterjen yang digunakan untuk tujuan ini. Mereka cenderung untuk

mematahkan membran sel dengan membentuk misel dengan entitas


protein dan lipid dari membran.

Langkah 3: Setelah DNA diekstrak, maka dikenakan pencernaan


dengan endonuklease restriksi. Ini adalah enzim yang memotong
fragmen DNA pada situs tertentu yang mengakui. Ini berarti bahwa
setiap enzim restriksi (RE) mengakui urutan DNA spesifik dan luka di
situs tertentu. Sebagai contoh, mari kita mempertimbangkan RE, "R"
yang mengakui ACTTT urutan tertentu yang membelah antara C dan
T. Dalam contoh yang diberikan, mari kita perhatikan urutan DNA
beruntai ganda.

GGCAACTTT ....
CCGTTGAAA ....

R akan memotong urutan di situs berikut:


GGCAAC / TTT
CCGTTG / AAA

Ingat bahwa membelah adalah memotong untai ganda, menghasilkan


fragmen DNA dengan panjang bervariasi. Fragmen ini juga disebut
RFLP (Fragmen Polimorfisme Panjang Terbatas). Banyak dari
fragmen akan berisi VNTRs.

Langkah 4: Fragmen ini kemudian dipisahkan oleh perbedaan


panjang mereka menggunakan teknik elektroforesis gel. Teknik ini
menggunakan arus listrik untuk memindahkan fragmen DNA melalui
matriks gel-based. Molekul DNA bermuatan negatif (karena gugus
fosfat) dan karenanya akan bergerak menuju anoda positif di set up.
Matriks berbasis gel yang biasanya terbuat dari agarose yang
menyediakan pori-pori kecil di dalamnya melalui mana molekul DNA
dapat melakukan perjalanan. Sampel DNA yang dimuat di salah satu
ujung gel dan bergerak ke lain ketika arus listrik diterapkan. Fragmen
yang lebih besar melakukan perjalanan perlahan melalui gel. Namun,
fragmen kecil bepergian dengan cepat dan mencapai lebih jauh dari
titik sampel loading. Perhatikan bahwa fragmen dengan panjang yang
sama akan melakukan perjalanan dengan kecepatan yang sama dan
karenanya jarak yang sama. Pada akhir percobaan, Anda akan
mendapatkan potongan DNA yang diurutkan sesuai dengan panjang
mereka.

Langkah 5: The gel yang mengandung fragmen DNA tersebut


kemudian direndam dalam misalnya lingkungan basa NaOH. Langkah
ini membantu dalam denaturasi untai DNA ke dalam DNA beruntai
tunggal. Hal ini penting untuk memudahkan langkah-langkah berikut.

Langkah 6: Langkah berikutnya adalah teknik blotting Selatan. Teknik


ini melibatkan:

Blotting gel DNA pada membran yang cocok. Yang paling umum
digunakan adalah membran nitroselulosa. Namun, membran nilon
juga digunakan yang memiliki kapasitas mengikat yang lebih baik.
Membran ditempatkan di atas gel mengalami tekanan lembut. Hal ini
dilakukan dengan menempatkan tumpukan handuk kertas, menjamin
tekanan seragam pada gel. Kelembaban dari gel yang diserap oleh
handuk. Karena hal ini, satu fragmen DNA beruntai ditarik dan
dipindahkan pada membran. Membran sekarang menjadi replika dari
pola DNA asli pada gel.

membran ini sekarang pra-hibridisasi. Hal ini dilakukan untuk


memastikan bahwa probe DNA tidak menempel pada permukaan
membran tetapi untuk DNA beruntai tunggal. Umumnya, salmon DNA
sperma digunakan untuk proses. Ini blok probe dari mengikat ke
permukaan membran.
Tag : DNA

Proses Sidik Jari DNA


OLEH TANRI ALIM
27 MARET 2013
Bagikan :

Proses Sidik Jari DNA

Sidik Jari DNA telah merevolusi investigasi kriminal untuk dijabarkan


penjahat sebenarnya. Seperti menarik seperti kedengarannya, ia
memiliki langkah demi langkah prosedur canggih. Artikel ini akan
memberikan informasi lengkap tentang prosesnya.

Setiap orang lahir dengan identitas yang unik. Sebelumnya ia berpikir


bahwa ini karakter unik hanya kualitas abstrak seperti sifat atau
perilaku yang membedakan satu orang dari yang lain. Namun proses
sidik jari DNA telah membuktikan bahwa ada barang bukti yang dapat
membedakan antara dua individu di dunia ini. Ilmu sekuensing DNA
telah mengembangkan banyak sejak profiling pertama dilakukan oleh
Sir Alec Jeffreys pada tahun 1985, di Inggris. Ada beberapa kegiatan
penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk memahami proses sidik
jari DNA. Sejak penemuannya di University of Leicester, ilmu genetika
manusia telah membuat langkah besar dalam identifikasi pola DNA
yang unik.

Prinsip Sidik Jari DNA


Informasi genetik seluruh individu disebut genom. Genom berisi
urutan DNA, yang memiliki baik coding dan coding gen non. Urutan
DNA dari manusia adalah 99% sama dalam setiap individu. Namun,
1% lainnya adalah apa yang membuat kita masing-masing yang unik.
Urutan 1% terutama memiliki kode tertentu yang terulang seluruh
urutan. Ini adalah urutan pendek dan bervariasi, dan dikenal sebagai
VNTRs (Jumlah Variabel Mengulang Tandem). Frekuensi dan posisi
ini mengulangi sangat bervariasi dari satu orang ke yang lain.
Fingerprinting DNA menggunakan VNTRs tersebut dari sampel DNA

yang tidak diketahui untuk membandingkan dan mencocokkan


dengan diketahui.

Teknik Sidik Jari DNA


Proses ini dirangkum di bawah

ini dengan flowchart

untuk

pemahaman yang lebih baik:

Langkah-langkah yang terlibat dijelaskan di bawah ini:

Langkah 1: Untuk memulainya, seseorang harus memiliki sumber


sampel DNA. Sumber ini bisa menjadi sehelai rambut, air mani, darah
(setetes akan bekerja juga!), Air liur, sel pipi, dll Selama investigasi
kriminal rambut, air mani, atau darah tersangka dikumpulkan untuk
analisa lebih lanjut.

Langkah 2: Langkah berikutnya adalah untuk mengambil sampel DNA


dari sumbernya. Proses ekstraksi dirancang dengan cara memecah
membran sel dan melepaskan DNA dengan lingkungan luarnya.
Deterjen yang digunakan untuk tujuan ini. Mereka cenderung untuk

mematahkan membran sel dengan membentuk misel dengan entitas


protein dan lipid dari membran.

Langkah 3: Setelah DNA diekstrak, maka dikenakan pencernaan


dengan endonuklease restriksi. Ini adalah enzim yang memotong
fragmen DNA pada situs tertentu yang mengakui. Ini berarti bahwa
setiap enzim restriksi (RE) mengakui urutan DNA spesifik dan luka di
situs tertentu. Sebagai contoh, mari kita mempertimbangkan RE, "R"
yang mengakui ACTTT urutan tertentu yang membelah antara C dan
T. Dalam contoh yang diberikan, mari kita perhatikan urutan DNA
beruntai ganda.

GGCAACTTT ....
CCGTTGAAA ....

R akan memotong urutan di situs berikut:


GGCAAC / TTT
CCGTTG / AAA

Ingat bahwa membelah adalah memotong untai ganda, menghasilkan


fragmen DNA dengan panjang bervariasi. Fragmen ini juga disebut
RFLP (Fragmen Polimorfisme Panjang Terbatas). Banyak dari
fragmen akan berisi VNTRs.

Langkah 4: Fragmen ini kemudian dipisahkan oleh perbedaan


panjang mereka menggunakan teknik elektroforesis gel. Teknik ini
menggunakan arus listrik untuk memindahkan fragmen DNA melalui
matriks gel-based. Molekul DNA bermuatan negatif (karena gugus
fosfat) dan karenanya akan bergerak menuju anoda positif di set up.
Matriks berbasis gel yang biasanya terbuat dari agarose yang
menyediakan pori-pori kecil di dalamnya melalui mana molekul DNA
dapat melakukan perjalanan. Sampel DNA yang dimuat di salah satu
ujung gel dan bergerak ke lain ketika arus listrik diterapkan. Fragmen
yang lebih besar melakukan perjalanan perlahan melalui gel. Namun,
fragmen kecil bepergian dengan cepat dan mencapai lebih jauh dari
titik sampel loading. Perhatikan bahwa fragmen dengan panjang yang
sama akan melakukan perjalanan dengan kecepatan yang sama dan
karenanya jarak yang sama. Pada akhir percobaan, Anda akan
mendapatkan potongan DNA yang diurutkan sesuai dengan panjang
mereka.

Langkah 5: The gel yang mengandung fragmen DNA tersebut


kemudian direndam dalam misalnya lingkungan basa NaOH. Langkah
ini membantu dalam denaturasi untai DNA ke dalam DNA beruntai
tunggal. Hal ini penting untuk memudahkan langkah-langkah berikut.

Langkah 6: Langkah berikutnya adalah teknik blotting Selatan. Teknik


ini melibatkan:

Blotting gel DNA pada membran yang cocok. Yang paling umum
digunakan adalah membran nitroselulosa. Namun, membran nilon
juga digunakan yang memiliki kapasitas mengikat yang lebih baik.
Membran ditempatkan di atas gel mengalami tekanan lembut. Hal ini
dilakukan dengan menempatkan tumpukan handuk kertas, menjamin
tekanan seragam pada gel. Kelembaban dari gel yang diserap oleh
handuk. Karena hal ini, satu fragmen DNA beruntai ditarik dan
dipindahkan pada membran. Membran sekarang menjadi replika dari
pola DNA asli pada gel.

membran ini sekarang pra-hibridisasi. Hal ini dilakukan untuk


memastikan bahwa probe DNA tidak menempel pada permukaan
membran tetapi untuk DNA beruntai tunggal. Umumnya, salmon DNA
sperma digunakan untuk proses. Ini blok probe dari mengikat ke
permukaan membran.

Anda mungkin juga menyukai