1017 2096 1 PB
1017 2096 1 PB
PENDAHULUAN
Tingkat kesehatan gizi sesuai
dengan tingkat
konsumsi yang
menyebabkan tercapainya kesehatan
tersebut. Tingkat kesehatan gizi terbaik
ialah
kesehatan
gizi
optimum
(eunutritional state). Dalam kondisi ini
jaringan jenuh oleh semua zat gizi
tersebut. Tubuh terbebas dari penyakit dan
mempunyai daya kerja dan efisiensi yang
sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai
daya tahan yang setinggi-tingginya. 1
Keadaan kesehatan gizi tergantung
dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi
ditentukan oleh kualitas serta kuantitas
hidangan. Kualitas hidangan menunjukan
adanya semua zat gizi yang diperlukan
tubuh didalam susunan hidangan dan
perbandingannya terhadap yang lain.
Kuantitas menunjukan kwantum masingmasing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh.
Kalau susunan hidangan memenuhi
kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas
maupun kuantitasnya, maka tubuh akan
mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang
sebaik-baiknya. 1
Tumbuh kembang seorang anak
secara
fisik
tergantung
kepada
orangtua/pengasuh dalam memberikan
asupan gizi yang diperlukan seorang anak,
terutama ketika anak balita. Seorang
ayah/ibu seringkali ditemukan memiliki
seorang anak yang tidak atau kurang
normal dalam pertumbuhan fisik si anak.
Disebabkan antara lain ketidaktahuan
ayah/ibu mereka tentang gizi. Padahal
dalam
pertumbuhan
anak-anak,
pemberian gizi yang baik secara simultan
merupakan hal utama dalam pembentukan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan beraktifitas, serta kesehatan
secara berkelanjutan.1
Menurut
data
Departemen
Kesehatan RI tahun 2000 menunjukan
dalam 10 tahun terakhir dari 207 juta
penduduk Indonesia terdapat 3 juta bayi
dengan status gizi kurang (1,45%), 1,5
juta
gizi
buruk
(0,72%)
yang
mengakibatkan gangguan pertumbuhan,
4
pemberian vitamin A, taburia, tablet besi
bagi ibu hamil, dan iodisasi garam, serta
memperkuat penerapan tatalaksana kasus
gizi buruk dan gizi kurang di fasilitas
kesehatan. (Kemenkes RI : 2011)
Gizi buruk terkait dengan
dampak terhadap kondisi sosial ekonomi
keluarga maupun negara, disamping
konsekuensi yang diterima oleh anak itu
sendiri. Gizi buruk akan mempengaruhi
banyak organ dan sistem, karena gizi
buruk ini disertai dengan defisiensi
asupan mikro maupun makro nutrien lain
yang sangat diperlukan tubuh. Gizi buruk
akan mengurangi sistem pertahanan tubuh
terhadap infeksi.4
Pada kondisi akut, gizi buruk
dapat mengancam jiwa karena berbagai
disfungsi yang dialami, ancaman yang
timbul adalah hipotermi karena jaringan
lemak yang tipis, hipoglikemi serta
kekurangan elektrolit dan cairan tubuh.
Apabila fase akut ini tidak ditangani dan
di follow up maka akan berdampak
terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak. Gizi buruk juga berdampak
terhadap perkembangan mental dan otak
anak. Dampak perkembangan otak ini
akan menjadi vital karena otak merupakan
aset penting bagi anak untuk menjadi
manusia yang berkualitas.4
Berbagai penelitian menjelaskan,
dampak jangka pendek gizi buruk pada
anak ialah anak menjadi apatis,
mengalami
gangguan
bicara
dan
gangguan perkembangan yang lain,
sedangkan dampak jangka panjang ialah
penurunan IQ, penurunan perkembangan
kognitif, penurunan integrasi sensori,
gangguan pemusatan perhatian, gangguan
penurunan rasa percaya diri dan tentu saja
merosotnya prestasi akademik disekolah.
Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab
kemiskinan melalui rendahnya kualitas
sumber daya dan produktivitas. Tidak
heran lagi jika gizi buruk yang tidak
dikelola dengan baik, pada fase akut akan
mengancam jiwa dan jangka panjang akan
menjadi ancaman hilangnya sebuah
generasi penerus bangsa.4
5
rekapitulasi laporan tahunan yang ada di
Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2011.8
Sedangkan untuk data rekapitulasi
kasus gizi buruk di Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi tahun hingga bulan Juli
2012 tercatat 25 kasus gizi buruk yang
ada di kota Jambi. Sedangkan di
Puskesmas
Pakuan
Baru,
tercatat
sebanyak 15 kasus ( 60 % ). Hal ini tentu
saja mengalami peningkatan yang cukup
signifikan untuk kasus gizi buruk hingga
trimester kedua tahun 2012. Dan ini
kemungkinan akan terus mengalami
peningkatan hingga akhir tahun 2012.9
Untuk data tahun 2012 tercatat
sebanyak 15 kasus gizi buruk yang ada di
wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru
berdasarkan rekap laporan Status gizi
bulanan hingga bulan Juni 2012. Kasus
gizi buruk yang terjadi diwilayah kerja
Puskesmas III Pakuan Baru ini tersebar di
3 kelurahan yaitu Kelurahan Tambak Sari,
Kelurahan Pakuan baru, Kelurahan
Wijaya Putra. Tidak ada data Kematian
balita yang terjadi akibat Gizi buruk di
Puskesmas III Pakuan baru.7
Bila
dibandingkan
dengan
Puskesmas lainnya, Puskesmas III Pakuan
Baru lah yang paling banyak terjadinya
kasus gizi buruk. Sehingga berdasarkan
Hal inilah penulis merasa tertarik untuk
mengadakan
penelitian
mengenai
Hubungan asupan gizi dengan status gizi
balita gizi buruk menurut respons
perkembangan status gizinya di wilayah
kerja Puskesmas III Pakuan Baru tahun
2013.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah Bagaimana Hubungan asupan gizi
dengan status gizi pada balita gizi buruk
menurut respons perkembangan status
gizinya di wilayah kerja Puskesmas III
Pakuan Baru tahun 2013.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat analitik
dengan
menggunakan
rancangan
penelitian cross sectional, dimana pada
rancangan ini peneliti
melakukan
6
jadwal posyandu yang diperoleh dari
Puskesmas III Pakuan Baru.
Data untuk penelitian ini berupa
data primer dan data skunder. Data primer
diperoleh dari melalui hasil wawancara
kepada orangtua/ibu balita gizi buruk
yang pernah berobat ke Puskesmas III
Pakuan Baru dengan menggunakan
kuestioner yang diisi langsung oleh
peneliti.
Sedangkan
data
skunder
diperoleh dari Dinas kesehatan Kota
Jambi dan Dinas Kesehatan Provinsi
Jambi, serta data yang diperoleh dari
Puskesmas III Pakuan Baru.
Adapun cara kerjanya penelitian
yaitu sebagai berikut :
1. Meminta persetujuan secara lisan
kepada orangtua balita gizi buruk
untuk kesediaanya diwawancarai.
2. Wawancarai orangtua balita gizi
buruk memakai tabel Recall 24
jam yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
3. Menilai asupan gizi balita/ AKG
balita melalui metode Recall 24
jam dengan mendata makanan
yang dimakan oleh balita gizi
buruk selama 2 x 24 jam.
4. Menimbang berat badan balita,
mengukur tinggi badan balita,
menanyai
umur balita guna
mengidentifikasi status gizi balita
tersebut.
5. Mencatat data-data lain yang
diperlukan bagi penelitian.
7
memiliki jumlah penduduk terbesar 13280
jiwa, tetapi kepadatan penduduk/ km lebih
rendah dibandingkan 2 Kelurahan lainnya
yaitu 3569/km. sedangkan kelurahan yang
memiliki luas wilayah terkecil adalah
kelurahan Pakuan Baru (1,10 km) dengan
25 RT, mempunyai jumlah penduduk
8780 jiwa, tetapi memiliki kepadatan
jumlah
penduduk
terbesar
bila
dibandingkan dengan kelurahan lainnya
yaitu 7981/km.
Puskesmas III Pakuan Baru
memiliki 30 unit posyandu Balita, 3 unit
posyandu Usila, 1 unit Puskesmas
pembantu, 1 unit Puskesmas keliling, dan
1 unit poskestren. Selain itu Puskesmas
III Pakuan Baru memiliki sumber daya
tenaga sebanyak 70 orang. Terdiri dari 55
orang PNS, 2 orang PTT, dan 13 orang
TKS.
Pertimbangan pengambilan lokasi
ini adalah karena berdasarkan data
sekunder dari Dinas Kesehatan Kota
Jambi dan juga Laporan kasus gizi di
Puskesmas III Pakuan Baru tahun 2012
yang menerangkan bahwa Puskesmas III
Pakuan Baru memiliki persentase status
gizi buruk terbanyak di Kota Jambi.
Berdasarkan dari data Puskesmas
III Pakuan Baru kota Jambi tahun 2012,
dari total 3728 balita terdapat 24 orang
balita gizi buruk yang terdata selama
periode januari Desember 2012. Dari 24
orang balita inilah yang dijadikan sampel
penelitian yang disaring lagi melalui
kriteria ekslusi penelitian. Setelah penulis
mengadakan penelitian dilapangan maka
didapatlah 16 orang balita yang dapat di
wawancarai melalui kuestioner penelitian
yang telah disiapkan. Sedangkan 8 orang
16
100.0
16
100.0
8
Dari tabel diatas didapatkan balita
yang mempunyai respons status gizi yang
ada perbaikan yaitu sebanyak 7 balita
dengan persentase 43,8%, sedangkan
balita dengan respons status gizi yang
tidak ada perbaikan sebanyak 9 balita
dengan persentase 56,3%.
Analisis Bivariat
Hubungan Asupan gizi dengan Respons
Status Gizi Berdasarkan Perkembangan
Status Gizi Buruknya di wilayah kerja
Puskesmas III Pakuan Baru Kota Jambi.
Tabel 4.3 Hubungan Asupan Gizi
dengan Respons Status Gizi Balita
Berdasarkan Perkembangan
Status Gizi Buruknya di wilayah kerja
Puskesmas III Pakuan Baru Kota
Jambi tahun 2013
Respons Status Gizi
Ada
Tidak ada
Perbaikan
Perbaikan
N
%
N
%
Cukup
Kalori >
80 %
83,3
16,6
100
Kurang
Kalori <
80%
20
80
10
100
Total
43,8
56,3
16
100
Asupan
Gizi
Total
Pvalue
0,013
9
masalah makanan dirumah, jenis-jenis
makanan apa yang tersedia dan kapan
makanan tersebut disajikan juga harus
memberikan petunjuk mengenai hal-hal
yang penting kepada anak-anak sehingga
mereka mampu menentukan makanan
yang sehat disaat mereka jauh dari rumah.
10
2.
10
KESIMPULAN
1. Gambaran
asupan
gizi
balita
didapatkan balita dengan asupan gizi
yang cukup (asupan kalori 80%)
sebanyak 6 balita (37.5%) dan asupan
gizi yang kurang (asupan kalori <
80%) sebanyak 10 balita (62.5%) di
wilayah kerja Puskesmas III Pakuan
Baru Kota Jambi Tahun 2013.
2. Gambaran respons status gizi balita
didapatkan balita dengan gizi yang
ada perbaikan sebanyak 7 balita
(43.8%) dan 9 balita (56.3%) dengan
gizi yang tidak ada perbaikan di
wilayah kerja Puskesmas III Pakuan
Baru Kota Jambi Tahun 2013.
3. Ada hubungan bermakna antara
asupan gizi dengan status gizi balita
pada balita gizi buruk menurut
respons perkembangan status gizinya
di wilayah kerja Puskesmas III
Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013.
SARAN
Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Perlu membuat kebijakan dalam
pelayanan dan penanggulangan status
gizi buruk pada balita untuk
meminimalisir angka kejadian gizi
buruk di tahun-tahun berikutnya.
Bagi Puskesmas III Pakuan Baru
Perlunya penyuluhan yang lebih
intensif lagi tentang pelaksanaan
program gizi di Puskesmas III Pakuan
Baru
sebagai
dasar
dalam
meningkatkan kualitas gizi balita.
Bagi peneliti selanjutnya
Perlunya
pemahaman
untuk
memperoleh
pengetahuan
dan
pengalaman belajar secara langsung di
dalam
melaksanakan
penelitian
selanjutnya dengan variabel yang
berbeda pada penelitian bidang
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
11
14. Supariasa IDN, Bahri B, Fajar I.
Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC ;
2001.
15. World Bank 2011, diadaptasi dari
UNICEF 1990 dan Ruel 2008.
Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar
Gizi dalam rangka seribu hari pertama
kehidupan (1000 HPK). Jakarta ;
2012. ( Hal. 11 )
16. Kemenkes RI. 2011. Capaian
pembangunan Kesehatan Tahun 2011.
Jakarta.Diakses pada (15 Februari
2013). Diunduh dari URL :
www.depkes.go.id/index.php/berita/pres
s-release/1429-capaian-pembangunankesehatan-tahun-2011.html
17. Marisi Osmarianci S. Hubungan Faktor
Sosial Ekonomi, Asupan Makanan,
Kebersihan Diri dengan Status
Kesehatan Balita Di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan Tahun
2005. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera
Utara ; 2005
18. Departemen Kesehatan RI Dirjen Bina
Kesmas dan Gizi Masyarakat. Buku