Anda di halaman 1dari 11

1

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK


MENURUT RESPONS PERKEMBANGAN STATUS GIZINYA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS III PAKUAN BARU
KOTA JAMBI TAHUN 2013
Wira Hadi Syahputra
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
ABSTRAK
Di Indonesia, persoalan gizi masih menjadi tantangan utama kesehatan. Meskipun
prospek pertumbuhan ekonomi di negara kita cukup menjanjikan, tetapi 36,8% balita di
Indonesia memiliki tinggi badan di bawah standar. Salah satu penyebabnya adalah kurang
gizi. Gizi termasuk bagian ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Kemiskinan dan
penyakit menjadi dua faktor yang berkaitan dengan gizi buruk. Sedangkan menurut Data
Laporan Tahunan Status Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2011 terdapat kasus
gizi buruk di Provinsi Jambi sebanyak 121 kasus dan sebanyak 7 orang Balita meninggal
dunia. Adapun penyebabnya terjadi kasus gizi buruk. Data tahun 2012 tercatat sebanyak 15
kasus gizi buruk yang ada diwilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru berdasarkan rekap
laporan Status gizi bulanan hingga bulan Juni 2012 di 20 Puskesmas yang ada dikota Jambi.
Penelitian ini adalah penelitian survei tipe analitik dengan menggunakan rancangan
penelitian cross sectional dengan sampel 24 responden, dimana sampel disaring lagi melalui
kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Sampel diambil dengan cara Total Sampling. Dari
hasil uji statistik ada hubungan bermakna antara asupan gizi dengan status gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013 ( p= 0,035 ). Diharapkan
adanya kerjasama lintas sektoral antara instansi terkait dengan upaya penyuluhan terkait
terutama dalam hal gizi masyarakat khususnya gizi balita supaya angka kejadian gizi buruk
semakin berkurang setiap tahunnya.
Kata Kunci :
Asupan Gizi ; Status Gizi ; Gizi Buruk ; Balita

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK


MENURUT RESPONS PERKEMBANGAN STATUS GIZINYA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS III PAKUAN BARU
KOTA JAMBI TAHUN 2013
Wira Hadi Syahputra
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
ABSTRACT
In Indonesia, a nutritional health remains a major challenge. Although the
prospects for economic growth in our country is quite promising, but 36.8% of infants in
Indonesia have below standard height. One reason is the lack of nutrition. Nutrition
includes the food security at the household level. Poverty and disease into two factors
associated with malnutrition. Meanwhile, according to the Annual Report Data Nutritional
Status Jambi Provincial Health Office in 2011 there were cases of malnutrition in the
province of Jambi as many as 121 cases and as many as 7 babies dies. The causes of
malnutrition cases. The data in 2012, there were 15 cases of malnutrition existing health
center working area by a recap New III Pakuan Nutritional Status report monthly until June
2012 at 20 health centers in Jambi city. This study is a survey research by using a type of
analytic cross sectional study design with a sample of 24 respondents, where the samples
were filtered again through the inclusion and exclusion criteria of the study. Samples
collected by Total Sampling. From statistik test there is a significant association between
nutritional intake with nutritional status of children in the Puskesmas III New Pakuan of
jambi city in 2013 ( p= 0,035). Expected that the cross-sectoral cooperation between
relevant agencies with related counseling efforts, especially in terms of nutrition toddler
nutrition community especially the incidence of malnutrition in order to shrink every year.
Keywords :
Nutrient Intake ; Nutritional Status ; Malnutrition ; babies

PENDAHULUAN
Tingkat kesehatan gizi sesuai
dengan tingkat
konsumsi yang
menyebabkan tercapainya kesehatan
tersebut. Tingkat kesehatan gizi terbaik
ialah
kesehatan
gizi
optimum
(eunutritional state). Dalam kondisi ini
jaringan jenuh oleh semua zat gizi
tersebut. Tubuh terbebas dari penyakit dan
mempunyai daya kerja dan efisiensi yang
sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai
daya tahan yang setinggi-tingginya. 1
Keadaan kesehatan gizi tergantung
dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi
ditentukan oleh kualitas serta kuantitas
hidangan. Kualitas hidangan menunjukan
adanya semua zat gizi yang diperlukan
tubuh didalam susunan hidangan dan
perbandingannya terhadap yang lain.
Kuantitas menunjukan kwantum masingmasing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh.
Kalau susunan hidangan memenuhi
kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas
maupun kuantitasnya, maka tubuh akan
mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang
sebaik-baiknya. 1
Tumbuh kembang seorang anak
secara
fisik
tergantung
kepada
orangtua/pengasuh dalam memberikan
asupan gizi yang diperlukan seorang anak,
terutama ketika anak balita. Seorang
ayah/ibu seringkali ditemukan memiliki
seorang anak yang tidak atau kurang
normal dalam pertumbuhan fisik si anak.
Disebabkan antara lain ketidaktahuan
ayah/ibu mereka tentang gizi. Padahal
dalam
pertumbuhan
anak-anak,
pemberian gizi yang baik secara simultan
merupakan hal utama dalam pembentukan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan beraktifitas, serta kesehatan
secara berkelanjutan.1
Menurut
data
Departemen
Kesehatan RI tahun 2000 menunjukan
dalam 10 tahun terakhir dari 207 juta
penduduk Indonesia terdapat 3 juta bayi
dengan status gizi kurang (1,45%), 1,5
juta
gizi
buruk
(0,72%)
yang
mengakibatkan gangguan pertumbuhan,

mudah terkena penyakit infeksi serta


meningkatkan angka kematian bayi.2
Dengan memiliki buku KMS dan
selalu aktif dalam kegiatan Posyandu
maka akan dapat diketahui pertumbuhan
bayi dan Balita melalui garis berat badan.
Apabila garis berat badan tersebut berada
pada garis kuning atau merah diharapkan
ada tindakan dari ibu yang mempunyai
Balita. Buku KMS yang diberikan tidak
akan memberikan manfaat apabila ibu
yang memiliki Balita tidak mengetahui
manfaat atau penggunaannya. Dengan
pengetahuan yang dimiliki, ibu akan
mudah mendapatkan informasi tentang
kesehatan anak apabila ada gangguan
pertumbuhan anak, dapat dicari penyebab
serta dilakukan tindakan yang sesuai.2
Di Indonesia, persoalan gizi masih
menjadi tantangan utama kesehatan.
Meskipun prospek pertumbuhan ekonomi
di negara kita cukup menjanjikan, tetapi
36,8% balita di Indonesia memiliki tinggi
badan di bawah standar. Salah satu
penyebabnya adalah kurang gizi. Gizi
termasuk bagian ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga. Kemiskinan dan
penyakit menjadi dua faktor yang
berkaitan dengan gizi buruk. Data tahun
2005
menyatakan
bahwa
angka
kemiskinan di Indonesia mencapai 18,1%.
Ketahanan pangan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya distribusi
pangan, konsumsi (penyerapan gizi) serta
pengetahuan tentang gizi di tingkat
konsumen.3
Prevalensi gizi kurang dan gizi
buruk sejak tahun 1989 - 2010
menunjukan penurunan. Hasil Riskesdas
2010 menunjukan prevalensi gizi kurang
menjadi 17,9 % dan gizi buruk menjadi
4,9 %. Artinya kemungkinan besar
sasaran pada tahun 2014 sasaran sebesar
15,0 % untuk gizi kurang dan 3,5 % untuk
gizi buruk dapat tercapai. Untuk mencapai
sasaran pada tahun 2014, upaya perbaikan
gizi masyarakat yang dilakukan adalah
peningkatan program asi ekslusif, upaya
penanggulangan gizi mikro melalui

4
pemberian vitamin A, taburia, tablet besi
bagi ibu hamil, dan iodisasi garam, serta
memperkuat penerapan tatalaksana kasus
gizi buruk dan gizi kurang di fasilitas
kesehatan. (Kemenkes RI : 2011)
Gizi buruk terkait dengan
dampak terhadap kondisi sosial ekonomi
keluarga maupun negara, disamping
konsekuensi yang diterima oleh anak itu
sendiri. Gizi buruk akan mempengaruhi
banyak organ dan sistem, karena gizi
buruk ini disertai dengan defisiensi
asupan mikro maupun makro nutrien lain
yang sangat diperlukan tubuh. Gizi buruk
akan mengurangi sistem pertahanan tubuh
terhadap infeksi.4
Pada kondisi akut, gizi buruk
dapat mengancam jiwa karena berbagai
disfungsi yang dialami, ancaman yang
timbul adalah hipotermi karena jaringan
lemak yang tipis, hipoglikemi serta
kekurangan elektrolit dan cairan tubuh.
Apabila fase akut ini tidak ditangani dan
di follow up maka akan berdampak
terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak. Gizi buruk juga berdampak
terhadap perkembangan mental dan otak
anak. Dampak perkembangan otak ini
akan menjadi vital karena otak merupakan
aset penting bagi anak untuk menjadi
manusia yang berkualitas.4
Berbagai penelitian menjelaskan,
dampak jangka pendek gizi buruk pada
anak ialah anak menjadi apatis,
mengalami
gangguan
bicara
dan
gangguan perkembangan yang lain,
sedangkan dampak jangka panjang ialah
penurunan IQ, penurunan perkembangan
kognitif, penurunan integrasi sensori,
gangguan pemusatan perhatian, gangguan
penurunan rasa percaya diri dan tentu saja
merosotnya prestasi akademik disekolah.
Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab
kemiskinan melalui rendahnya kualitas
sumber daya dan produktivitas. Tidak
heran lagi jika gizi buruk yang tidak
dikelola dengan baik, pada fase akut akan
mengancam jiwa dan jangka panjang akan
menjadi ancaman hilangnya sebuah
generasi penerus bangsa.4

Sedangkan menurut Data Laporan


Tahunan Status Gizi Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi tahun 2011 terdapat kasus
gizi buruk di Provinsi Jambi sebanyak
121 kasus dan sebanyak 7 orang Balita
meninggal dunia. Adapun penyebabnya
terjadi kasus gizi buruk. Menurut laporan
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun
2011 hal ini antara lain disebabkan oleh
pneumonia, kelainan syaraf, TB Paru,
hidrosefalus,
microsefalus,
kelainan
jantung dan down Sindrom. Sedangkan
yang meninggal dunia disebabkan oleh
broncopneumoni, microsefalus, TB paru.5
Menurut data rekapitulasi kasus
gizi buruk di Dinas Kesehatan Provinsi
Jambi tahun 2011, Kota Jambi menduduki
peringkat ke 2 setelah kabupaten Bungo,
terbanyak untuk angka kejadian gizi
buruk. Untuk Kabupaten Bungo tercatat
angka kasus gizi buruk sebanyak 21 kasus
yang terjadi hingga desember 2011.
Sedangkan untuk Kotamadya Jambi
sendiri tercatat sebanyak 19 kasus gizi
buruk yang terjadi. Dalam kota jambi
terdapat 20 puskesmas utama untuk
pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Jambi pada khususnya. Untuk gizi buruk
di kota Jambi tahun 2011, di Puskesmas
Pakuan Baru tercatat sebanyak 2 kasus
gizi buruk selama tahun 2011.6
Menurut dari data laporan tahunan
Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2011
terdapat 94 kasus gizi buruk selama tahun
2011 yang tersebar di 20 puskesmas yang
ada dikota jambi. Penulis juga mendapat
data status gizi yang termasuk kategori
gizi buruk yang tersebar di kota jambi
yang paling tertinggi adalah status gizi
buruk yang ada di Puskesmas III Pakuan
Baru, dimana terdapat 12 kasus. 7 orang
Balita berjenis kelamin perempuan dan 5
orang balita berjenis kelamin laki-laki.7
Sedangkan menurut laporan status
gizi Puskesmas III Pakuan Baru dari
Januari s.d Desember 2011, tercatat
sebanyak 12 kasus gizi buruk yang
terjadi, dimana terdiri dari 5 pasien gizi
buruk laki-laki dan 7 pasien gizi buruk
perempuan. Hal ini sesuai dengan

5
rekapitulasi laporan tahunan yang ada di
Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2011.8
Sedangkan untuk data rekapitulasi
kasus gizi buruk di Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi tahun hingga bulan Juli
2012 tercatat 25 kasus gizi buruk yang
ada di kota Jambi. Sedangkan di
Puskesmas
Pakuan
Baru,
tercatat
sebanyak 15 kasus ( 60 % ). Hal ini tentu
saja mengalami peningkatan yang cukup
signifikan untuk kasus gizi buruk hingga
trimester kedua tahun 2012. Dan ini
kemungkinan akan terus mengalami
peningkatan hingga akhir tahun 2012.9
Untuk data tahun 2012 tercatat
sebanyak 15 kasus gizi buruk yang ada di
wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru
berdasarkan rekap laporan Status gizi
bulanan hingga bulan Juni 2012. Kasus
gizi buruk yang terjadi diwilayah kerja
Puskesmas III Pakuan Baru ini tersebar di
3 kelurahan yaitu Kelurahan Tambak Sari,
Kelurahan Pakuan baru, Kelurahan
Wijaya Putra. Tidak ada data Kematian
balita yang terjadi akibat Gizi buruk di
Puskesmas III Pakuan baru.7
Bila
dibandingkan
dengan
Puskesmas lainnya, Puskesmas III Pakuan
Baru lah yang paling banyak terjadinya
kasus gizi buruk. Sehingga berdasarkan
Hal inilah penulis merasa tertarik untuk
mengadakan
penelitian
mengenai
Hubungan asupan gizi dengan status gizi
balita gizi buruk menurut respons
perkembangan status gizinya di wilayah
kerja Puskesmas III Pakuan Baru tahun
2013.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah Bagaimana Hubungan asupan gizi
dengan status gizi pada balita gizi buruk
menurut respons perkembangan status
gizinya di wilayah kerja Puskesmas III
Pakuan Baru tahun 2013.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat analitik
dengan
menggunakan
rancangan
penelitian cross sectional, dimana pada
rancangan ini peneliti
melakukan

observasi atau pengukuran variabel pada


saat tertentu yang berarti semua subyek
diamati tepat pada saat yang sama, tetapi
artinya semua subyek hanya diobservasi
satu kali dan pengukuran variabel subyek
dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.
Sampel
penelitian ini adalah
semua kasus gizi buruk pada balita
diwilayah kerja Puskesmas III Pakuan
Baru Kota Jambi dari Januari - Desember
2012, dan memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi penelitian. Adapun
besarnya sampel yaitu menggunakan total
sampling
selama waktu penelitian
tersebut.
Pengambilan
sampel
ini
dilakukan dengan cara total sampling
yang menggunakan tekhnik purposive
sampling. Purposive Sampling adalah
suatu tekhnik pengambilan sampel dengan
cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
berdasarkan tujuan atau masalah dalam
penelitian. Penelitian ini mengambil
seluruh sampel yang ada pada selama
periode tertentu sesuai dengan konteks
penelitian. Menurut Notoadmodjo (2005)
pengambilan sampel secara purposive
didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya.
Data primer yaitu data yang
diambil dari wawancara langsung
menggunakan
kuestioner
dengan
orangtua/ibu balita meliputi data yang
terdiri dari indikator tentang hubungan
asupan gizi dengan status gizi pada balita
gizi
buruk
menurut
respons
perkembangan status gizinya di wilayah
kerja Puskesmas III Pakuan Baru Kota
Jambi
tahun
2013
yaitu
:
memantau/menimbang berat badan balita,
asupan gizi balita.
Data status gizi / angka kejadian
gizi buruk pada balita dan laporan situasi
gizi dari Dinas Kesehatan Kota Jambi,
data rekapitulasi kasus gizi buruk dan
kasus gizi buruk per kabupaten/ kota
provinsi dari Dinas Kesehatan Provinsi
Jambi, serta laporan situasi gizi dan

6
jadwal posyandu yang diperoleh dari
Puskesmas III Pakuan Baru.
Data untuk penelitian ini berupa
data primer dan data skunder. Data primer
diperoleh dari melalui hasil wawancara
kepada orangtua/ibu balita gizi buruk
yang pernah berobat ke Puskesmas III
Pakuan Baru dengan menggunakan
kuestioner yang diisi langsung oleh
peneliti.
Sedangkan
data
skunder
diperoleh dari Dinas kesehatan Kota
Jambi dan Dinas Kesehatan Provinsi
Jambi, serta data yang diperoleh dari
Puskesmas III Pakuan Baru.
Adapun cara kerjanya penelitian
yaitu sebagai berikut :
1. Meminta persetujuan secara lisan
kepada orangtua balita gizi buruk
untuk kesediaanya diwawancarai.
2. Wawancarai orangtua balita gizi
buruk memakai tabel Recall 24
jam yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
3. Menilai asupan gizi balita/ AKG
balita melalui metode Recall 24
jam dengan mendata makanan
yang dimakan oleh balita gizi
buruk selama 2 x 24 jam.
4. Menimbang berat badan balita,
mengukur tinggi badan balita,
menanyai
umur balita guna
mengidentifikasi status gizi balita
tersebut.
5. Mencatat data-data lain yang
diperlukan bagi penelitian.

masing variabel independen dan variabel


dependen dalam bentuk distribusi
frekuensi. Analisis bivariat untuk melihat
hubungan variabel independen dan
dependen dengan menggunakan uji
statistik chi-square dengan menggunakan
derajat kepercayaan 95% (p<0,05). Hasil
uji chi square didapatkan nilai p- value
0,013 dengan perhitungan PR (
Prevalensi Rate ) didapatkan hasil 4,1 dan
95% CI ( Confidence Interval ) sebesar
1,14 15,14. Pada tabel 2x2 dinilai
terdapat ada 3 nilai expected yang kurang
dari lima yaitu sebanyak 75%, maka dari
itu uji chi square tidak layak dipakai
dalam penelitian ini. Oleh karena itu
dipakailah uji Fisher Sebagai alternatif
dari uji chi square. Dan dari uji Fisher
didapatkannya hasil dari uji fisher exact
sebesar 0,035.

Sebelum dilakukan wawancara


penelitian, responden akan dimintai
menandatangani
format
persetujuan
( informed consent ) sebagai subjek dalam
penelitian ini. Peneliti akan menjaga
kerahasiaan data atau keterangan yang
diperoleh
dari
responden
apabila
diperlukan. Semua data yang diberikan
oleh responden akan terjaga dengan baik
dan tidak akan tersebar. Sehingga didalam
penelitian ini kedua pihak akan dapat
saling menguntungkan.
Analisa univariat dilakukan untuk
mendapatkan gambaran tentang masing-

1) Sebelah Utara berbatasan dengan


Kecamatan Jambi Timur.
2) Sebelah Timur berbatasan dengan
Kelurahan Talang Banjar.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan
kelurahan Thehok dan Kelurahan
Pasir Putih.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan
Kecamatan Jelutung.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Puskesmas III
Pakuan Baru Kota Jambi
Puskesmas III Pakuan Baru
merupakan salah satu dari puskesmas
yang ada di Kota Jambi. Puskesmas III
Pakuan Baru terletak di Kecamatan Jambi
Selatan, mempunyai luas wilayah kerja
5,98 Km. Puskesmas III Pakuan Baru
mempunyai wilayah kerja mencakup 3
Kelurahan, yaitu Tambak Sari, Pakuan
baru, dan Wijaya Pura. Adapun batas
wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru
sebagai berikut :

Jumlah penduduk di wilayah kerja


Puskesmas III Pakuan Baru adalah 28.437
jiwa. Kelurahan terluas adalah kelurahan
Tambak Sari (3,72 km) dengan 34 RT,

7
memiliki jumlah penduduk terbesar 13280
jiwa, tetapi kepadatan penduduk/ km lebih
rendah dibandingkan 2 Kelurahan lainnya
yaitu 3569/km. sedangkan kelurahan yang
memiliki luas wilayah terkecil adalah
kelurahan Pakuan Baru (1,10 km) dengan
25 RT, mempunyai jumlah penduduk
8780 jiwa, tetapi memiliki kepadatan
jumlah
penduduk
terbesar
bila
dibandingkan dengan kelurahan lainnya
yaitu 7981/km.
Puskesmas III Pakuan Baru
memiliki 30 unit posyandu Balita, 3 unit
posyandu Usila, 1 unit Puskesmas
pembantu, 1 unit Puskesmas keliling, dan
1 unit poskestren. Selain itu Puskesmas
III Pakuan Baru memiliki sumber daya
tenaga sebanyak 70 orang. Terdiri dari 55
orang PNS, 2 orang PTT, dan 13 orang
TKS.
Pertimbangan pengambilan lokasi
ini adalah karena berdasarkan data
sekunder dari Dinas Kesehatan Kota
Jambi dan juga Laporan kasus gizi di
Puskesmas III Pakuan Baru tahun 2012
yang menerangkan bahwa Puskesmas III
Pakuan Baru memiliki persentase status
gizi buruk terbanyak di Kota Jambi.
Berdasarkan dari data Puskesmas
III Pakuan Baru kota Jambi tahun 2012,
dari total 3728 balita terdapat 24 orang
balita gizi buruk yang terdata selama
periode januari Desember 2012. Dari 24
orang balita inilah yang dijadikan sampel
penelitian yang disaring lagi melalui
kriteria ekslusi penelitian. Setelah penulis
mengadakan penelitian dilapangan maka
didapatlah 16 orang balita yang dapat di
wawancarai melalui kuestioner penelitian
yang telah disiapkan. Sedangkan 8 orang

balita lainnya telah dieliminasi melalui


kriteria ekslusi penelitian dikarenakan
orangtua balita tersebut telah pindah
alamat atau domisili dari alamat semula
yang didapatkan dari data Puskesmas III
Pakuan baru Kota Jambi tahun 2012.
Analisis Univariat
Gambaran distribusi asupan gizi balita
berdasarkan respons perkembangan status
gizi buruknya di wilayah kerja Puskesmas
III Pakuan Baru Kota Jambi.
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Asupan Gizi
Balita Berdasarkan Respons
Perkembangan Status Gizi Buruknya
di wilayah kerja Puskesmas III
Pakuan Baru Kota Jambi tahun 2013
Distribusi Asupan
Makanan
Asupan Gizi
Frekuensi
%
Cukup Kalori 80 %
6
37.5
Kurang Kalori < 80 %
10
62.5
Total

16

100.0

Dari tabel diatas didapatkan balita


yang asupan kalori nya kurang ( < 80%
AKG balita ) yaitu sebanyak 10 balita
dengan persentase 62,5%, sedangkan
balita dengan asupan kalori yang cukup
( 80% AKG balita ) sebanyak 6 balita
dengan persentase 37,5%.
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Respons
Status Gizi balita Berdasarkan
Perkembangan Status Gizi Buruknya
di wilayah kerja Puskesmas III Pakuan
Baru Kota Jambi tahun 2013
Distribusi Status Gizi
Respons
Status Gizi
Frekuensi
%
Ada Perbaikan
7
43.8
Tidak ada
9
56.3
Perbaikan
Total

16

100.0

8
Dari tabel diatas didapatkan balita
yang mempunyai respons status gizi yang
ada perbaikan yaitu sebanyak 7 balita
dengan persentase 43,8%, sedangkan
balita dengan respons status gizi yang
tidak ada perbaikan sebanyak 9 balita
dengan persentase 56,3%.
Analisis Bivariat
Hubungan Asupan gizi dengan Respons
Status Gizi Berdasarkan Perkembangan
Status Gizi Buruknya di wilayah kerja
Puskesmas III Pakuan Baru Kota Jambi.
Tabel 4.3 Hubungan Asupan Gizi
dengan Respons Status Gizi Balita
Berdasarkan Perkembangan
Status Gizi Buruknya di wilayah kerja
Puskesmas III Pakuan Baru Kota
Jambi tahun 2013
Respons Status Gizi
Ada
Tidak ada
Perbaikan
Perbaikan
N
%
N
%

Cukup
Kalori >
80 %

83,3

16,6

100

Kurang
Kalori <
80%

20

80

10

100

Total

43,8

56,3

16

100

Asupan
Gizi

Total

Pvalue
0,013

Dari tabel diatas didapatkan


asupan gizi cukup (Kalori > 80%) yang
memiliki respons status gizi yang ada
perbaikan 5 balita (83,3%) dan respons
status gizi yang tidak ada perbaikan
sebanyak 1 balita (16,6%). Asupan gizi
kurang (Kalori < 80%) yang memiliki
respons status gizi yang ada perbaikan 2
balita (20%) dan respons status gizi yang
tidak ada perbaikan 8 balita (80%).
Hasil uji chi square didapatkan
nilai p- value 0,013 dengan perhitungan
PR ( Prevalensi Rate ) didapatkan hasil
4,1 dan 95% CI ( Confidence Interval )
sebesar 1,14 15,14. Pada tabel chi

square menunjukkan hasil dari uji fisher


exact sebesar 0,035. Karena nilai p<0,05
maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara asupan
gizi dengan status gizi balita gizi buruk
menurut respons perkembangan status
gizinya di wilayah kerja Puskesmas III
Pakuan Baru Kota Jambi tahun 2013
PEMBAHASAN
1. Gambaran Distribusi Asupan Gizi
Balita
Masalah gizi merupakan akibat
dari berbagai faktor yang terkait. Terdapat
dua faktor langsung yang mempengaruhi
status gizi individu. Yaitu faktor makanan
dan penyakit infeksi, keduanya saling
mempengaruhi.
Faktor
penyebab
langsung pertama adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi prinsip
gizi seimbang yaitu beragam, sesuai
kebutuhan, bersih, dan aman. Faktor
penyebab kedua adalah penyakit infeksi
yang terkait dengan tingginya kejadian
menular
dan
buruknya
kesehatan
15
lingkungan.
Dari hasil penelitian didapatkan
balita dengan asupan gizi yang tergolong
Cukup ( kalori 80% ) sebanyak 6 balita
dengan persentase 37,5%, kemudian
terdapat balita dengan asupan gizi yang
kurang ( kalori < 80% ) sebanyak 10
balita dengan persentase 62,5%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan penelitian status gizi oleh Ahmad,
Arsunan Arsin, Andi Zulkifli (2007) di
wilayah kerja Puskesmas Mandonga Kota
Kendari, dari total 302 balita didapatkan
sebanyak 179 balita (59,3%) dengan
asupan gizi kurang dan 123 balita (40,7%)
dengan asupan gizi cukup.20
Perilaku dan kebiasaan orangtua
dalam hal makanan yang dipengaruhi oleh
faktor budaya akan mempengaruhi sikap
suka dan tidak suka seorang anak
terhadap makanan. Orangtua dan saudara
kandung yang lebih tua memiliki
pengaruh paling besar terhadap perilaku
anak yang berhubungan dengan makanan.
Orangtua bertanggung jawab terhadap

9
masalah makanan dirumah, jenis-jenis
makanan apa yang tersedia dan kapan
makanan tersebut disajikan juga harus
memberikan petunjuk mengenai hal-hal
yang penting kepada anak-anak sehingga
mereka mampu menentukan makanan
yang sehat disaat mereka jauh dari rumah.
10

2.

Gambaran Distribusi Respons


Status Gizi Balita
Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Keadaan ini
dapat dilihat dari variabel pertumbuhan
yaitu, berat badan, panjang/tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar dada atau
lingkar kepala. 22
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar balita yang menjadi
sampel penelitian ini berada pada status
gizi buruk yang tidak ada perbaikan
berdasarkan indikator berat badan/tinggi
badan yaitu sebanyak 9 balita dengan
persentase 56,3%.
Hal ini tidak sejalan dengan
dengan gambaran status gizi dalam
penelitian Sari Purwaningrum (2012) di
wilayah kerja Puskesmas Sewon I Bantul
Jogjakarta, dari total 97 balita didapatkan
balita dengan status gizi baik sebanyak 58
balita ( 59,7% ) dan balita dengan status
gizi kurang sebanyak 39 balita ( 40,2% ).
19

Status gizi pada masa balita perlu


mendapat perhatian yang serius dari para
orangtua, karena kekurangan gizi pada
masa ini akan menyebabkan kerusakan
yang
irreversibel
( tidak
dapat
dipulihkan ). Ukuran tubuh yang pendek
merupakan
salah
satu
indikator
kekurangan gizi yang berkepanjangan
pada balita. Kekurangan gizi yang lebih
fatal akan berdampak pada perkembangan
otak. Fase perkembangan otak pesat pada
usia 30 minggu 18 bulan. Status gizi
balita
dapat
diketahui
dengan
mencocokkan umur anak dengan berat
badan standar dengan menggunakan
pedoman WHO-NCHS. Masa balita

adalah periode perkembangan fisik yang


pesat. 13
3. Hubungan antara Asupan Gizi
dengan Respons Status Gizi Balita
Hasil bivariat Hubungan antara
asupan gizi dengan respons status
gizi balita gizi buruk menunjukan asupan
gizi cukup ( Kalori > 80% ) yang
memiliki respons status gizi yang ada
perbaikan yaitu sebanyak 5 balita
(83,3%). Sedangkan asupan gizi kurang
( Kalori < 80% ) yang memiliki respons
status gizi yang ada perbaikan yaitu
sebanyak 2 balita (20%).
Berdasarkan tampilan output
pada tabel chi square dapat dilihat bahwa
terdapat 3 cell atau (75%) nilai expected
kurang dari 5, maka dipakailah hasil uji
fisher sebagai pengganti dari uji chi square.
Pada tabel chi square menunjukkan nilai
dari uji fisher sebesar 0,035. Karena nilai
p<0,05 maka keputusan H1 gagal ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara asupan gizi dengan
status gizi balita gizi buruk menurut
respons perkembangan status gizinya di
wilayah kerja Puskesmas III Pakuan Baru
Kota Jambi.
Menurut Sediaoetama (1989)
keadaan kesehatan gizi tergantung dari
tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi juga
ditentukan oleh kualitas serta kuantitas
hidangan. Kualitas hidangan menunjukan
adanya semua zat gizi yang diperlukan
tubuh didalam susunan hidangan dan
perbandingannya yang satu terhadap yang
lain. Kuantitas menunjukan kwantum
masing-masing
zat
gizi
terhadap
kebutuhan tubuh. 1
Hal ini sejalan dengan dengan
hasil penelitian Nugroho Priyo Handono
di wilayah kerja Puskesmas Selogiri,
Wonogiri (2010) yang ditemukan adanya
hubungan antara tingkat konsumsi energi
dengan status gizi balita ( p-value =
0.000, p < 0,05 ). 21 Penelitian Sari
Purwaningrum juga menemukan adanya
hubungan antara asupan makanan dengan
status gizi balita ( p-value = 0,000 ). 19

10
KESIMPULAN
1. Gambaran
asupan
gizi
balita
didapatkan balita dengan asupan gizi
yang cukup (asupan kalori 80%)
sebanyak 6 balita (37.5%) dan asupan
gizi yang kurang (asupan kalori <
80%) sebanyak 10 balita (62.5%) di
wilayah kerja Puskesmas III Pakuan
Baru Kota Jambi Tahun 2013.
2. Gambaran respons status gizi balita
didapatkan balita dengan gizi yang
ada perbaikan sebanyak 7 balita
(43.8%) dan 9 balita (56.3%) dengan
gizi yang tidak ada perbaikan di
wilayah kerja Puskesmas III Pakuan
Baru Kota Jambi Tahun 2013.
3. Ada hubungan bermakna antara
asupan gizi dengan status gizi balita
pada balita gizi buruk menurut
respons perkembangan status gizinya
di wilayah kerja Puskesmas III
Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013.

SARAN
Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Perlu membuat kebijakan dalam
pelayanan dan penanggulangan status
gizi buruk pada balita untuk
meminimalisir angka kejadian gizi
buruk di tahun-tahun berikutnya.
Bagi Puskesmas III Pakuan Baru
Perlunya penyuluhan yang lebih
intensif lagi tentang pelaksanaan
program gizi di Puskesmas III Pakuan
Baru
sebagai
dasar
dalam
meningkatkan kualitas gizi balita.
Bagi peneliti selanjutnya
Perlunya
pemahaman
untuk
memperoleh
pengetahuan
dan
pengalaman belajar secara langsung di
dalam
melaksanakan
penelitian
selanjutnya dengan variabel yang
berbeda pada penelitian bidang
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sediaoetama, Ahmad Djaeni. Ilmu Gizi


Jilid I untuk Mahasiswa dan Profesi.
Edisi 8. Jakarta : Dian Rakyat ; 1989.
2. Departemen Kesehatan RI. Profil
Kesehatan RI Tahun 2000. Jakarta :
2000
3. Gerai. Pemenuhan Gizi Mikro dengan
Fortifikasi. Edisi November. 2011. Vol.
11 No. 4. Diakses (16 September
2012). Diunduh dari URL :
www.majalahfarmacia.com/rubrik/one
news.asp?IDNews=2466.
4. Nency F, Arifin TM. Gizi Buruk,
Ancaman Generasi yang Hilang.
Majalah
inovasi Online. Edisi vol.
5/XVIII/November 2005. Diunduh dari
URL : http:/io.ppijepang.org.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2011.
Profil Laporan Tahunan Status Gizi di
Provinsi Jambi Tahun 2011. Jambi.
6. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2011.
Rekapitulasi Kasus Gizi Buruk Tahun
2011. Jambi.
7. Dinas Kesehatan Kota Jambi. 2011.
Laporan Situasi Gizi Puskesmas Kota
Jambi Tahun 2011. Jambi.
8. Puskesmas III Pakuan Baru. 2011.
Laporan Situasi Gizi Puskesmas Kota
Jambi Tahun 2011. Jambi.
9. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2011.
Rekapitulasi Kasus Gizi Buruk s/d Juli
Tahun 2012. Jambi.
10. Sulistyoningsih H. Gizi Untuk
Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta :
Graha Ilmu ; 2011 ( Hal. 2, 7-9, 16, 1920, 52, 186 ).
11. Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, FKM-UI. Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Edisi Revisi :
Jakarta : Raja Grafindo Persada ; 2012.
( Hal. 17, 161-163 ).
12. Santoso S, Ranti Lies Anne. Kesehatan
dan Gizi. Jakarta : Rhineka Cipta ;
2009. ( Hal. 107, 70, 71, 88 ).
13. Proverawati Atikah. Ilmu Gizi Untuk
keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika ; 2011.
( Hal. 64-67, 13, 39-43, 45-50, 76-77 ).

11
14. Supariasa IDN, Bahri B, Fajar I.
Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC ;
2001.
15. World Bank 2011, diadaptasi dari
UNICEF 1990 dan Ruel 2008.
Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar
Gizi dalam rangka seribu hari pertama
kehidupan (1000 HPK). Jakarta ;
2012. ( Hal. 11 )
16. Kemenkes RI. 2011. Capaian
pembangunan Kesehatan Tahun 2011.
Jakarta.Diakses pada (15 Februari
2013). Diunduh dari URL :
www.depkes.go.id/index.php/berita/pres
s-release/1429-capaian-pembangunankesehatan-tahun-2011.html
17. Marisi Osmarianci S. Hubungan Faktor
Sosial Ekonomi, Asupan Makanan,
Kebersihan Diri dengan Status
Kesehatan Balita Di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan Tahun
2005. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera
Utara ; 2005
18. Departemen Kesehatan RI Dirjen Bina
Kesmas dan Gizi Masyarakat. Buku

Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk


Bagian 1. Jakarta ; 2003. ( Hal. 3 )
19. Purwaningrum S. Hubungan Antara
Asupan Makanan dan Status Kesadaran
Gizi dengan Status Gizi Balita
diwilayah Kerja Puskesmas Sewon I
Bantul Jogjakarta. 2012;1978-0575.
20. Ahmad, Arsin Arsunan, Zulkifli A.
Andi. Analisis Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Status
Gizi Kurang pada Anak Balita di
wilayah kerja Puskesmas
Mondongan Kota Kendari tahun 2007.
Vol 2 : 2008.
21. Priyo Nugroho Handono. Hubungan
Tingkat Pengetahuan pada Nutrisi,
Pola Makan, dan Energi Tingkat
Konsumsi dengan Status Gizi Anak
Lima Tahun di wilayah kerja
Puskesmas Selogiri, Wonogiri. 2010.
22. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
; 2006.
23. Keputusan Menteri Kesehatan RI.
Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. Nomor :
1995/Menkes/SK/XII/2010. Jakarta :
Direktorat Bina Gizi ; 2011

Anda mungkin juga menyukai