Anda di halaman 1dari 3

Metanol, Etanol, Propanol, dan Butanol

Metanol, etanol, propanol, dan butanol adalah jenis alkohol yangsering digunakan sebagai
bahan bakar karena alkohol-alkohol ini dapat disintesis secara kimia maupun biologi, dan
karakteristik yang dimiliki. Salah satu keuntungan yang dimiliki oleh keempat jenis alkohol
ini adalah angka oktan yang tinggi. Angka oktan yang tinggi dapat membuat efisiensi bahan
bakar meningkat sehingga dapat menutupi kepadatan energinya yang rendah (jika
dibandingkan dengan bensin/diesel). Biobutanol merupakan salah satu bahan bakar yang
paling menguntungkan karena kepadatan energinya hampir sama dengan bensin, dengan
angka oktan yang masih 25% lebih tinggi dari bensin. Masalahnya adalah, saat ini biobutanol
lebih susah diproduksi apabila dibandingkan dengan etanol atau metanol. Rumus kimia
umum dari bahan bakar yang terbuat dari alkohol adalah CnH2n+1OH.

Metanol dan etanol, keduanya bisa didapatkan baik dari minyak bumi, biomassa,
atau mungkin yang paling mudah, dari karbon dioksida dan air. Etanol secara umum
diproduksi melalui fermentasi gula, dan metanol biasanya diproduksi dari fermentasi gas, tapi
ada cara yang lebih modern untuk mendapatkan bahan bakar ini. Enzim dapat digunakan
untuk memproduksi etanol dan metanol. Metanol adalah molekul yang paling sederhana, dan
etanol dapat dibuat dari metanol. Di dunia industri, metanol dapat dibuat dari biomassa
apapun, termasuk kotoran binatang, atau dari karbon dioksida dan air. Bisa juga didapatkan
dari mengubah biomassa menjadi gas sintesis di gasifier. Kedua bahan bakar ini juga dapat
diproduksi di laboratorium dengan menggunakan elektrolisis atau enzim.
Jika digunakan sebagai bahan bakar, etanol memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing bila dibandingkan dengan bahan bakar biasa seperti bensin dan diesel. Kedua
bahan bakar alkohol ini membutuhkan rasio kompresi yang tinggi agar mesin bisa menyala.
Kedua alkohol ini memiliki angka oktan yang tinggi, dengan angka oktan 109. (angka oktan
bahan bakar Premium standar di Indonesia adalah 88).[2] Bensin standar di Eropa memiliki
angka oktan 95. Selain itu, kedua bahan bakar alkohol ini memiliki angka cetan yang rendah,
sehingga cairan pembantu penyulut (ignition improver) seperti contohnya glikol harus
ditambahkan ke dalam campuran bahan bakar ini sampai kandungannya mencapai 5%.
Ketika dipakai, bahan bakar alkohol ini dapat berpotensi mengurangi NOx, CO, HC
dan partikulat lainnya. Sebua tes yang dilakukan pada Chevrolet Luminas berbahan bakar
E85 menunjukkan bahwa NMHC[3] berkurang 20-22%, NOx berkurang 25-32% dan CO

berkurang 12-24% bila dibandingkan dengan pemakaian bensin.[4] Emisi racun dari benzena
dan 1,3 butadiena juga menurun, tapi emisi aldehida (misalnya asetaldehida).
Metanol dan etanol juga mengandung beberapa zat yang dapat dan tidak dapat
larut.[5] Misalnya adalah ion halida, yang merupakan zat yang dapat larut, mempunyai andil
yang besar dalam membuat bahan bakar alkohol menjadi korosif. Ion halida bersifat korosif
dengan 2 cara: secara kimia, ion ini akan menyerang lapisan film oksida pada logam sehingga
logam tersebut keropos; cara yang kedua adalah ion ini juga meningkatkan konduktivitas
bahan bakar. Konduktivitas listrik yang meningkat akan menyebabkan korosi pada sistem
bahan bakar. Zat yang dapat bercampur seperti aluminium hidroksida misalnya, merupakan
hasil produk korosi dari ion halida, dan zat akan menyumbat sistem bahan bakar.
Untuk menghindari korosi seperti ini, maka sistem bahan bakarnya harus diganti
dengan material yang cocok, kawat listriknya harus diisolasi dan sensor bahan bakar harus
yang bertipe pulse and hold. Tambahan lainnya, bahan bakar alkohol yang digunakan hanya
mengandung zat-zat berbahaya ini dalam jumlah yang kecil.

Propanol dan butanol dianggap lebih aman dan lebih mudah menguap jika dibandingkan
dengan metanol. Butanol memiliki keuntungan yaitu titik nyalanya sebesar 35 C, sehingga
tidak mudah terbakar, tapi menjadi masalah jika digunakan pada suhu udara rendah.
Proses fermentasi untuk memproduksi propanol dan butanol agak susah dilakukan.
Saat ini, organisme yang digunakan dalam pengkonversian ini, Clostridium acetobutylicum,
menghasilkan bau yang sangat busuk sehingga proses fermentasi harus dilakukan pada pabrik
fermentasi. Organisme ini juga akan mati ketika kandungan butanol mencapai 7%. Sebagai
perbandingan, khamir akan mati jika kandungan etanol mencapai 14%. Beberapa jenis
khamir lainnya dapat mentolerir konsentrasi etanol yang lebih tinggi - sehingga disebut
khamir turbo yang masih dapat bertahan sampai kandungan etanolnya mencapai 16%.[6]
Kesimpulan yang didapat adalah jika khamir Saccharomyces biasa dapat dimodifikasi
sehingga dapat lebih tahan terhadap etanol, maka pada suatu hari mungkin ilmuwan akan
berhasil menghasilkan strain Clostridium tipe baru yang dapat bertahan dari butanol dengan
konsentrasi lebih dari 7%. Jika hal ini dapat diterapkan, maka akan sangat berguna karena
butanol memiliki kepadatan energi yang lebih besar daripada etanol. Ditambah lagi, serat
yang biasanya dibuang dari tanaman gula, sekarang dapat digunakan untuk memproduksi
butanol, dan hasil bahan bakarnya bisa ditingkatkan tanpa perlu menambah jumlah tanaman
yang dihasilkan.

Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil alkohol
dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat tidak berwarna dengan berat jenis 0,812 gram/mol
dan mempunyai bau yang sengit yang menjadi tandanya. Aseton dapat bercampur dalam air
dan dalam semua perbandingan adalah suatu zat pelarut yang baik bagi banyak zat-zat
organik, aseton dipakai dalam pembuatan senyawa penting antaranya Kloroform dan
Iodoform.
Air kencing biasanya mengandung sedikit aseton, tetapi lebih banyak dalam keadaan sakit
tertentu seperti diabetes melitus. Aseton atau propanon mempunyai rumus (CH3)2CO.
Aseton dibuat secara teknik dengan :
1.
2.

pemanasan kalsium asetat


mengalirkan uap Asam Asetat pada kira kira 480 oC melalui oksidasi logam yang

bekerja katalis seperti Alumunium Oksida, Kalsium Oksida, Magnesium Oksida.


3.

penguraian zat pati oleh bakteri-bakteri tertentu seperti baccilus aceto aethyalitus dan

bacillus maseransi hasil sampingan yang didapatkan adalah etil alkohol.


4.

oksidasi alkohol sekunder 2-propanol dengan menghangatkannya dalam Kalium

dikromat dalam suasana asam.

Bakteri yang telah dikenal memproduksi aseton diantaranya :


1. clostridium acetobutylium
2. bakteri aerobik yaitu streptococus cremonies dan streptococus lactis bila dibiarkan dalam
skim milk.
3. vibrio Sp bila dibiakkan dalam media yang mengandung L-leksin.
4. pseudomonas aeruginosa
Sifat Sifat dari Aseton :
Sifat Kimia :
1. bersifat polar
2. dapat direduksi dengan LiAlH4 menjadi alkohol
3. merupakan basa lewis lemah dengan mereaksikannya dengan asam kuat.
4. tahan terhadap oksidasi atau tidak dapat dioksidasi, kecuali dalam keadaan tertentu dimana
rantai karbon pecah.
5. larut dalam air

Anda mungkin juga menyukai