A. PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mepengaruhi kualitas atau mutu pendidikan adalah kompetensi
siswa. Sementara itu, kompetensi siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam
diri siswa, seperti intelegensi, minat, motivasi dan faktor lingkungan seperti guru,
kurikulum, fasilitas, dan lain-lain. Salah satu faktor yang banyak mempengaruhi proses
dan kualitas pengajaran adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu motivasi
belajar siswa, oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat
menunjang perkembangan belajar siswa, termasuk dalam menumbuhkan motivasi belajar
siswa sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajar.
Sekolah sebagai wahana pendidikan formal mempunyai tujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Oleh karena itu mempersiapkan sekolah dengan segala sarana maupun
prasarana pendidikan seperti perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas guru dan
peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat merupakan pekerjaan yang utama selain
pekerjaan-pekerjaan yang lainnya. Kurikulum yang telah direvisi menyarankan agar
kegiatan pengajaran tidak hanya satu arah dari guru saja melainkan dua arah, timbal balik
antara guru dan siswa. Dalam komunikasi dua arah tersebut guru harus aktif
merencanakan, memilih, membimbing, dan menganalisa berbagai kegiatan yang
dilakukan siswa, sebaliknya siswa diharapkan untuk aktif terlebih mental maupun
emosional.
gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja di Super Camp pada awal 1980an. Di
SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode-metode quantum learning menemukan
bentuknya.
Dia belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang
bereksperimen
dengan
apa
yang
disebutnya
sebagai
Suggestology
atau
Suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil
situasi belajar, dan setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti positif ataupun negatif.
Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning (pemercepatan belajar).
Kemudian metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang kegiatan
manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis,
lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan
bahwa sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang
bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Quantum teaching dan learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama
dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan
belajar melalui berbuat. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada
di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.
Pola teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, learning merupakan konsep untuk
pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan
cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, teaching diperuntukkan guru dan learning
diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu
tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan
terintegrasi.
Dalam pembelajaran, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan
berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya
tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke
dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam teaching, tidak ada siswa yang
bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum
cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai
dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara,
mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.
Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain siswa
dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap
2
dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya
belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat
mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji
sesuatu dengan cara learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji
dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.
C. PENGERTIAN QUANTUM TEACHING
Istilah kata Quantum berasal dari bahasa Latin, berarti Seberapa banyak?,
menggambarkan satuan terkecil yang bisa berarti menyerupai partikel. Selanjutnya Kata
Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum
Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur
yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam
kelas.
Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum
yaitu :
E = MC2
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang
tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada
peserta didik.
Dengan demikian quantum teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang
berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode
ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa.
Quantum teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang
memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari
keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda
seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.
Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya.
Dalam quantum teaching juga menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis
dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka untuk belajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa quantum teaching adalah orkrestasi atau
simfoni bermacam-macam interaksi yang ada mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif
3
yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Unsur tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu:
konteks dan isi. Konteks adalah latar belakang pengalaman guru. Sedangkan isi adalah
bagaimana tiap frase musik dimainkan (penyajian) seperti fasilitasi dari ahli sang maestro
terhadap orchestra dan pemanfaatan dari bakat setiap pemain musik dan potensi setiap
instrumen.
Interaksi dari konteks dan isi dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa
menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Jika dikaitkan
dengan situasi belajar-mengajar sekolah, unsur-unsur yang sama tersusun dengan baik
yaitu suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan fasilitas.
Dengan quantum teaching guru dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan
otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas
California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas
intelektual yang berbeda. Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal
lain yang memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif
dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang bersifat
matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan
mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.
Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi.
Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas,
orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang
terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala
rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan
dimensi yang mengikat.
D. ASAS UTAMA PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
Menurut De Porter dalam Ary Nilandari quantum teaching bersandar pada konsep
Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Ini
adalah Asas Utama sebagai alasan dasar di balik strategi, model, dan keyakinan quantum
teaching. Maksudnya bahwa langkah awal yang harus dilakukan dalam pengajaran yaitu
mencoba memasuki dunia yang dialami oleh peserta, seorang guru harus membuat
jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Cara yang dilakukan seorang pendidik
meliputi untuk apa mengajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang
diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka.
Setelah kaitan itu terbentuk, bawalah mereka ke dunia kita sehingga siswa dapat
membawa apa yang dipelajari ke dalam dunianya dan menerapkannya pada situasi baru.
4
Dunia kita diperluas mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Dalam konteks
inilah materi pelajaran dibeberkan berupa kosa kata baru, model mental, rumus, dan lainlain.
E. PARADIGMA BELAJAR MODEL QUANTUM LEARNING
Dalam belajar model quantum learning agar dapat berjalan dengan benar ini
paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai
fasilitator.
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk
setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga
peserta merasa santai dan nyaman.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda
yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan
demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau
materi yang diberikan oleh fasilitator.
d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana
dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
F. PRINSIP-PRINSIP QUANTUM TEACHING
Secara umum, quantum teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
a. Berpangkal pada psikologi kognitif. Bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit
istilah dan konsep kuantum dipakai.
b. Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri,
kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang
secara optimal dengan meniadakan hukuman dan hadiah karena semua usaha yang
dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi.
c. Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan
faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental)
sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan
pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant
yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
d. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses
pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna
5
yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi
kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat
bagi keberhasilan pembelajar.
e. Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan halhal yang seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan
tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.
f. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan
dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan
menyenangkan serta tidak membosankan.
g. Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan
kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat
dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu diakomodasi
secara memadai.
h. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi
pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel,
keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
i. Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.
Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung
arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari
segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa
hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
j. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam
prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar.
k. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga
pembelajaran bisa berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Namun setidaknya ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosok
pembelajaran . Ketiga prinsip utama yang dimaksud sebagai berikut :
a. Prinsip utama pembelajaran berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam
Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka
(Pembelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan
kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama
6
Pengakuan
untuk
penyelesaian,
partisipasi,
dan
pemerolehan
5. Membiasakan mencatat
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya
bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan
menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu
sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbol-simbol atau gambar
yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa
tulisan.
6. Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca
akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya
ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca,
baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.
7. Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain.
Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang
segar dalam belajarnya.
8. Melatih kekuatan memori
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga siswa perlu dilatih
untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.
10
Realisasi
Memberi motivasi belajar sebelum pembelajaran dimulai. Siswa
diajak untuk menghayati dan merenungkan manfaat dan
kegunaan belajar dari pelajaran yang sudah dipelajari maupun
yang akan dipelajarinya.
Bebaskan gaya
belajar
Membiasakan
membaca
Melatih kekuatan
memori
Membiasakan
mencatat
Memupuk sikap
juara
11
12
matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan
mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.
Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi.
Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas,
orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang
terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala
rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan
dimensi yang mengikat. Otak kanan anda, yang cenderung terganggu selama rapat, kuliah
atau semacamnya, yang merupakan penyebab mengapa anda kadang-kadang melamun,
mengantuk atau melihat pemandangan diluar ketika anda berniat untuk konsentrasi.
Memasang musik adalah cara efektif untuk menyibukkan otak kanan anda ketika sedang
beronsentrasi pada aktivitas-aktivitas otak kiri. Jadi alasan ini yang menjadikan mengapa
musik sangat diperlukan dlam proses pembelajaran. Sehingga pada model quantum
teaching ini, musik merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan
belajar.
Berdasarkan karakteristik dan prinsip quantum learning, maka proses pembelajaran
dilaksanakan dengan langka-langkah sebagai berikut :
1. Ciptakan suasana yang menggairahkan.
Untuk
menciptakan
suasana
yang menggairahkan,
disamping menyediakan
lingkungan fisik yang indah dan nyaman, perlu pula disiapkan ligkungan psikis yang
baik. Lingkungan psikis adalah suasana yang berkaitan dengan jalinan rasa,
emosional, antar komunitas belajar yang ada di dalam kelas. Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan :
-
13
Pergunakan musik.
Spesifik. Dalam hal ini seorang pendidik diarahkan untuk menghemat mengatakan
sesuatu sejelas-jelasnya dan dengan kata-kata sedikit mungkin. Sesuatu yang
general akan melahirkan pemahaman interpersonal. Pendidik berkata: " Kita akan
menterjemahkan ayat 20 surat al-Nisa".
15
dan
pendidikan,
dan
struktur
organisasi
sekolah
dan
struktur
16
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi DePoter & Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning. Jakarta : Kaifa
Bobbi DePoter. 2000. Quantum Teaching, Mempraktekkan Quantum Learning di Ruangruang Kelas. Jakarta : Kaifa
Deepak Chopra. 2002. Quantum Healing. Bandung : Nuansa
Hamalik, O. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/17/quantum-Teaching-and-Learning/
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-quantum-Learning/
Ramayulis. 2010. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia
17