Anda di halaman 1dari 9

Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari

sekurang-kurangnya dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen


pemisah yang nyata diantara keduanya. Bila konstruksi tepat, kombinasi ini akan
memberikan kekuatan yang tidak dapat diperoleh bila hanya digunakan satu
komponen saja. Bahan restorasi resin komposit adalah suatu bahan matriks resin
yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica koloidal)
sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. (Powers JM,
Sakaguchi RL. 2008)
Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu
pada penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin.
Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi
bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin
komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan
pengisi, dan bahan coupling. (Powers JM, Sakaguchi RL. 2008)
Macam-macam komposit:
1. Light Cured Composites
Komposit jenis ini disuplai dalam berbagai bentuk seperti spills,
syringes, compules.

Syringes terbuat dari plastik opaque untuk

melindungi

di

material

dalamnya

dari

paparan

cahaya

dan

menyediakan umur penyimpanan yang adekuat. Jika dipak dengan


compules, compules diletakkan pada ujung dari syringe, dan pasta akan
diekstruksi setelah protective tip dilepaskan. Keuntungan dari
compules adalah penempatan pasta komposit yang mudah, mengurangi
cross infection, dan memproteksi pasta dari paparan cahaya.
2. Self-Cured / Dual Cured Composites
Komposit jenis ini biasanya dipak dalam syringes atau tube pasta
dan katalis membutuhkan pencampuran. (Craig. Page 236-237).
Intensitas cahaya pada permukaan resin merupakan faktor penting
dalam kelengkapan curing pada permukaan dan di dalam material.
Ujung sumber cahaya harus diberikan dalam jarak 1mm dari
permukaan untuk mendapatkan penetrasi yang optimum. Shade yang

semakin opaque dapat mengurangi transmisi cahaya dan hanya dapat


meng-curing pada kedalaman minimal, yaitu 1mm. Standart lamanya
penyinaran dengan menggunakan sinar tampak adalah 20 detik. Pada
umumnya, waktu (20 detik) tersebut cukup untuk meng-curing resin
dengan light-shade untuk kedalaman 2 atau 2,5 mm. Penyinaran
selama 40 detik dapat memperbaiki derajat curing pada seluruh
kedalaman, tetapi hal ini diperlukan untuk mendapatkan curing yang
cukup dengan shade yang lebih gelap. Aplikasi dari pancaran sinar
pada ketebalan 1 mm atau pada struktur gigi dengan tingkat ketebalan
yang sedikit lebih rendah akan menghasilkan curing yang tepat pada
kedalaman yang dangkal, dengan nilai kekerasanyang didapat akan
tidak konsisten. Light curing units dibuat dengan ujung yang lebar.
Tetapi, pancaran sinar yang didistribusikan pada permukaan yang luas
dapat menyebabkan turunnya intensitas penyinaran pada titik yang
diberi sinar. Penggunaan waktu penyinaran yang lebih lama yaitu
hingga 60 detik diperlukan ketika menggunakan ujung emitting yang
lebih lebar.
Waktu penyinaran untuk polimerisasi sangat bervariasi tergantung
pada jenis light-curing unit serta jenis, kedalaman dan shade dari
komposit. Waktu penyinarannya juga bervariasi dari 20 sampai 60
detik untuk restorasi dengan ketebalan 2 mm. Komposit microfilled
membutuhkan waktu penyinaran yang lebih lama daripada komposit
microhybrid karena partikel fillernya yang kecil menghamburkan
cahaya lebih banyak. Komposit dengan shade yang lebih gelap atau
lebih opaque membutuhkan waktu penyinaran yang lebih lama yaitu
lebih dari 60 detik daripada komposit dengan shade yang lebih terang
atau lebih translucent. Untuk restorasi yang cukup dalam, komposit
ditambahkan dan dipolimerisasi dalam bentuk lapis per lapis. Satu
lapis terikat dengan lapis lainnya tanpa kehilangan kekuatannya.
Setting time komposit light cured dan kedalaman curing dalam massa
yang diberikan tergantung pada intensitas dan penetrasi cahaya. (Craig
& Powers. 2002)

Pabrik

biasanya

memberikan

informasi

mengenai

waktu

pengerasan untuk warna yang berbeda, waktu tersebut didasarkan pada


ketebalan resin tertentu yang terpolimerisasi oleh unit sinar tertentu.
Waktu yang dianjurkan biasanya merupakan batas minimal. Untuk
memastikan polimerisasi maksimal dan keberhasilan klinis, harus
digunakan unit sinar dengan intensitas tinggi, dan intensitas sinar harus
dievaluasi secara periodik. Ujung sinar harus diletakkan sedekat
mungkin dengan permukaan resin. Idealnya, pengerasan harus diawali
pada batas resin/gigi sehingga resin mengkerut ke arah dinding kavitas
bukan malah menjauhi dinding kavitas. Ini dapat dicapai pada
pengerasan pertama melalui struktur gigi yang berdekatan dengan tepi
proksimal. Namun, karena sinar ketika melewati jaringan gigi,
tambahan pengerasan diperlukan bila cara ini dilakukan. Waktu
pemaparan harus kurang dari 40 detik, dan ketebalan resin harus tidak
lebih tebal dari 2-2,5 mm. Warna yang lebih gelap memerlukan
pemaparan yang lebih lama, seperti resin yang terpolimerisasi melalui
email dan dentin. (Anusavice, 2003)
Intensitas maksimum dari radiasi cahaya yang terpapar lebih
terkonsentrasi pada bagian permukaan dari light cure composite.
Cahaya yang masuk kemudian berpenetrasi dan menyebar keseluruh
bagian dari light cure composite. Sejumlah faktor yang mempengaruhi
tingkat polimerisasi pada kedalaman tertentu dari permukaan setelah
curing cahaya. Konsentrasi fotoinisiator atau penyerap cahaya dalam
komposit harus sedemikian rupa sehingga akan bereaksi pada panjang
gelombang yang tepat dan hadir dalam konsentrasi yang cukup. Filler
konten dan ukuran partikel sangat penting untuk dispersi sinar. Untuk
alasan ini, microfilled komposit yang memiliki lebih kecil dan lebih
banyak partikel menghamburkan lebih banyak cahaya daripada
microhybrid komposit dengan kaca yang lebih besar dan lebih sedikit
partikel. Diperlukan waktu pemaparan lebih lama untuk memperoleh
kedalaman memadai curing microfilled dari komposit. (Craig, 2002)

Waktu paparan yang dibutuhkan untuk polimerisasi bervariasi


tergantung pada jenis light curing unit dan kedalaman komposit.
Waktu yang digunakan dapat bervariasi dari 20 sampai 60 detik untuk
restorasi 2 mm tebal. Intensitas cahaya pada permukaan resin
merupakan faktor penting dalam kelengkapan curing di permukaan
dan dibagian dalam komposit. Ujung sumber cahaya harus berada pada
jarak 1 mm dari permukaan untuk mendapatkan penetrasi optimal.
Waktu yang dibutuhkan untuk paparan standar yang menggunakan
sinar tampak adalah 20 detik. Secara umum, hal ini sudah cukup untuk
curing resin hingga kedalaman 2 atau 2,5 mm.
Kebanyakan reaksi polimerisasi terdiri dari dua jenis, yaitu
polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Material yang
digunakan polimerisasi adisi meliputi poli(metil metakrilat) yang
digunakan dalam konstruksi gigi palsu, dan bis-GMA yang merupakan
komponen umum dari matriksresin komposit. Sedangkan material
yang digunakan polimerisasi kondensasi meliputi karet polysulfide
rubber dan beberapa material silicone rubber impression (Obrien,
2002, p. 145).
Terdapat tiga tahap pada reaksi polimerisasi adisi radikal bebas.
Tahapan tersebut dapat dipercepat dengan panas, cahaya, atau sedikit
peroksida. Tahap-tahap tersebut adalah inisiasi, propagasi, dan
terminasi(Obrien, 2002, p. 145).
1. Inisiasi
Tahap inisiasi melibatkan produksi radikal bebas, dengan
mendorong rangkaian polimer untuk tumbuh. Molekul radikal
bebas memiliki kelompok kimia dengan elektron yang tidak
terbagi. Pada resin dengan sistem pengaktifan menggunakan
cahaya, pemutusan rantai dengan camphorquinone menghasilkan
produksi dari dua molekul dengan satu elektron yang tak terbagi
untuk masing-masing molekul. Radikal bebas menyerang ikatan
ganda dari molekul monomer yang tersedia, menghasilkan
pergeseran elektron yang tak terbagi ke bagian akhir monomer dan

pembentukan molekul monomer teraktivasi (OBrien, 2002, p.


145).
2. Propagasi
Propagasi ditandai dengan penambahan molekul monomer
ke radikal bebas secara pesat. Tahap propagasi berlanjut seiring
dengan penambahan panjang rangkaian (OBrien, 2002, p. 146).
3. Terminasi
Tahap terminasi ialah pertumbuhan radikal bebas yang
terjadi

karena

beberapa

mekanisme

dan

menghasilkan

pembentukan cabang-cabang dan cross-links (OBrien, 2002, p.


146).

Gambar 5. Tiga tahap polimerisasi adisi dari metil metakrilat (OBrien,


2002, p. 145)

Berdasarkan cara aktivasinya, komposit dapat digolongkan


menjadi dua, yaitu secara kimiawi (self cured) dan dengan
menggunakan cahaya atau sinar (light cured).

a. Aktivasi Secara Kimiawi (self cured)


Komposit

pada

awalnya

diaktivasi

dengan

proses

polimerisasi kimia. Proses ini juga disebur cold curing atau


self-curing. Polimerisasi aktivasi secara kimia dilakukan
dengan mencampurkan dua pasta sebelum

penggunaan

komposit. Selama pencampuran, mustahil untuk menghindari


masuknya udara ke dalam campuran yang menyebabkan
terbentuknya pori-pori yang membuat struktur lebih rapuh dan
membuat oksigen terjebak. Oksigen ini menghambat proses
polimerisasi selama proses curing. Operator juga tidak
memiliki control terhadap waktu pengerjaan setelah kedua
komponen tercampur. Insersi dan pembentukan kontur harus
dilakukan

segera

setelah

komponen

resin

tercampur

(Anusavice, 2003, p. 410).


b. Aktivasi menggunakan cahaya (light cured)
Untuk mengatasi masalaha ktivasi kimia, dilakukan
pengembangan terhadap resin yang tak membutuhkan proses
pencampuran(mixing). Hal ini dilakukan dengan penggunaan
sistem inisiator photosensitive dan sumber cahaya untuk
aktivasi.

Selain menghindari porositas resin kimia,bahanlight-

curing juga memungkinkan operator untuk menyelesaikan


insersi and pembentukan kontur sebelum inisiasi. Setiap curing
membutuhkan

waktu

eksposur 40 detik

atau

kurang,

untuk curing lapisan setebal2mm. Keuntungan lain dari lightcuring adalah bahan ini tidak sensitif terhadap inhibisi oksigen
(Anusavice, 2003, p. 410).
Tujuan dari unit aktivitas cahaya adalah untuk memberikan
radiasi intensitas tinggi dari panjang gelombang yang tepat ke
permukaan material untuk mengaktifkan polimerisasi. Panjang
gelombang kritis yang digunakan oleh sebagian besar unit dan
bahan adalah 470 nm yang sesuai dengan daerah biru dari
spektrum yang terlihat. Beberapa jenis dan desain light

activation unit tersedia untuk mengaktifkan polimerisasi lightactivated materials. (McCabe, 2008, p. 204).
Jenis-jenis lampu yang digunakan sebagai photoiniator
curing dari intensitas terendah ke intensitas tertinggi adalah
sebagai berikut:
1. Lampu LED
Menggunakan solid-state, proses elektronik, sumbersumber cahaya ini memancarkan radiasi hanya di bagian
biru dari spektrum yang terlihat antara 440 dan 480 nm, dan
mereka tidak memerlukan filter. LED membutuhkan watt
rendah, dapat batterypowered, tidak menghasilkan panas,
dan tenang karena kipas pendingin tidak diperlukan.
Meskipun mereka menghasilkan intensitas radiasi terendah,
teknologi baru dengan cepat mengatasi keterbatasan
ini(Anusavice, 2003, pp. 411-412).
Sinar

LED

biru

memiliki

kelebihan,

yaitu

hanya

memancarkan cahaya dengan rentang panjang gelombang


yang sempit, sekitar 460 480 nm. Hal ini membuat energi
yang dikeluarkan lebih efisien dengan baterai yang dapat
diisi ulang dan dapat dibawa kemana-mana (Van Noort,
2007, p. 107)
2. Lampu QTH
Lampu QTH memiliki lampu kuarsa yang menyinarkan
baik UV maupun cahaya putih yang harus disaring untuk
menghilangkan panas dan semua panjang gelombang
kecuali yang berada di kisaran ungu-biru (~400 hingga 500
nm).

Intensitas

bohlam

berkurang

seiring

dengan

penggunaan, sehingga meteran kalibrasi diperlukan untuk


mengukur intensitas output(Anusavice, 2003, pp. 411-412).
3. Lampu PAC
Lampu PAC menggunakan gas xenon yang terionisasi
untuk menghasilkan plasma. Cahaya putih dengan intensitas

tinggi

disaring

untuk

menghilangkan

panas

dan

memungkinkan cahaya biru (~ 400 hingga 500 nm) akan


dipancarkan. (Anusavice, 2003, pp. 411-412).
4. Lampu laser Argon
Lampu laser Argon memiliki intensitas tertinggi dan
memancarkan padapanjang gelombang tunggal. Lampu
yang tersedia saat ini memancarkan 490 nm. (Anusavice,
2003, hal. 411-412)
Lampu

laser

Argon

memiliki

kelebihan

dengan

menghasilkan sinar intensitas tinggi untuk permulaan


polimerisasi, sehingga membutuhkan waktu yang lebih
singkat untuk curing daripada lampu halogen. Sayangnya
waktu curing yang cepat dapat berdampak pada keutuhan
permukaan resin, karena tidak memungkinkan untuk
relaksasi stress pada waktu pengerasan. Selain itu, laser
argon ini juga mahal dibanding lampu halogen atau sinar
LED biru (Van Noort, 2007, p. 107).

Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGSS Restorative Dental Materials. 12th ed.
Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 69.
Craig RG, Powers JM. 2002. Restorative Dental Material, 11th ed. Mosby, inc. p.
236, 245.
Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Dental Material, USA: W.B. Saunders
Company. pp. 410-412.
O'BrienWJ. 2002. Dental Materials and Their Selection. 3rd ed. Quintessence
Publishing. pp. 145-146.
McCabe, JF dan Walls, Angus WG. 2008. Applied Dental Materials 9th ed.
Victoria : Blackwell, Inc. pp.202, 204.
Van Noort. 2007. Introduction to Dental Materials. 3rd ed. Mosby Elsevier. p.
107.

Anda mungkin juga menyukai