Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari sifat-sifat enzim, dan menentukan
kinetika enzim.
1.2. Tinjauan Pustaka
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh
sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis
oleh enzim. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk
maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu amilase, amilase dan amilase. Yang
terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah amilase. Enzim ini memecah ikatan
1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam
atau bagian tengah molekul amilum (Poedjiadi, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Enzim Perubahan suhu dan
pH mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga
dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengruh aktivator, inhibitor,
koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor
yang penting (Soewoto,2000).
a.

Pengaruh suhu
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan
mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah
enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi
enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia
mempunyai suhu optimum sekitar 37 C. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif
pada pemanasan sampai 60 C, karena terjadi denaturasi (Soewoto,2000).

gambar 1: pengaruh suhu terhadap fungsi enzim

b.

Pengaruh pH
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas
enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh
akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi
enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH
optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. pada
pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keaadan
ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang
mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat(Soewoto,2000).

Gambar 2: pengaruh pH terhadap aktivitas enzim


c.

Hubungan antara pH larutan enzim dengan laju reaksi enzim


Kadang-kadang, seperti pada enzim amylase liur, hubungan tersebut tidak
menunjukkan suatu titik puncak, melainkan suatu garis merata (plateau setelah kurva
yang naik, untuk kemudian turun lagi sesudah plateau ) Fenomena seperti ini dapat
ditafsirkan sebab adanya molekul amylase dalam bentuk beberapa molekul protein
yang berbeda (isozim). Tiap molekul isozem niscaya bekerja pada pH yang sedikit
berbeda (Chang, 2003).

d.

Pengaruh konsentrasi enzim :


Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik.
Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat.
Semakin besar konsentrasi enzim maka makin banyak pula produk yang terbentuk
dalam tiap waktu pengamatan. Dengan bertambahnya waktu, pada tiap konsentrasi
enzim pertambahan jumlah produk akan menunjukkan defleksi, tidak lagi berbanding
lurus sejalan dengan berlalunya waktu tersebut (Soewoto,2000).

Gambar 3: pengaruh konsntrasi terhadap kecepatan enzim


e.

Pengaruh konsentrasi substrat :


Pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan
kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas
kecepatan maksimum (V). Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat.
Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat membentuk kompleks
enzim-substrat [ES], kemudian kompleks ini akan terurai menjadi [E] dan produk [P].
Makin banyak kompleks [ES] terbentuk, makin cepat reaksi berlangsung sampai batas
kejenuhan [ES]. Pada konsentrasi substrat [S] melampaui batas kejenuhan kecepatan
reaksi akan konstan. Dalam keadaan itu seluruh enzim sudah berada dalam bentuk
kompleks E-S. Penambahan jumlah substrat tidak menambah jumlah kompleks E-S
(Soewoto,2000).

Gambar 4: pengaruh konsentrasi subrat terhadap kecepatan enzim


Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari
katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Enzim dikatakan
sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam aktivitas biologis.
Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam
keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim
ini akan kehilangan aktivitasnya akibat : Panas, asam atau basa kuat, pelarut
organik, pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein (Cartono,2004).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing
enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di
samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin,
tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union of

Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan
atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah
(Sadikin, 2002):
a)

b)

c)

d)

e)

f)

Golongan I Oksidoreduktase
Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
dehidrogenase dan oksidase.
Golongan II Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan
suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang
termasuk golongan ini adalah meeetiltransferase, hidroksimetiltransferase,
karboksiltransferase, asiltransferase dan aminotrandferase atau disebut juga
transminase.
Golongan III Hidrolase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Beberapa enzim dalam
kelompok ini ialah esterase, lipase, pofatase, amylase, aminopepetidase,
karboksipeptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin.
Golongan IV Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi
pemindahan suatu gugus dari satu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
Contoh enzim golongan ini natara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase.
Golongan V Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler,
misalnya rekasi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi
senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contoh enzim yang
termasuk golongan ini antara lain ribolosafosfat ipomerase dan glukosafosfat
isomerase.
Golongan VI Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua
molekul. Oleh karenanya enzim tersebut juga dinamakan sintesa. Ikatan yang
terbentuk anatara penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C.
contoh enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat karboksilase.
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara
produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk
tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang
normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang
sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak
menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya (Burns
dan Dick, 2002).
Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain (Guisan, 2006):
1. berfungsi sebagi biokatalisator
2. merupakan suatu protein

3. bersifat khusus atau spesifik


4. merupakan suatu koloid
5. jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6. tidak tahan panas
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam
maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.
Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi
tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi,
sehingga laju reaksi meningkat (Poedjadi, 2006).
Persamaan Michaelis-Menten adalah
. Pada persamaan
Michaelis- Menten, sumbu x merupakan konsentrasi subrat yang dinyatakan dengan
[S], dan sumbu y adalah kecepatan awal pad konsentrasi substrat yang dinyatakan
dengan Vo. Sedangkan pada persamaan Lineweaver-Burk adalah (Milanowski1,et al,
2013):

1.3. Tinjauan Bahan


1.3.1. Larutan kasein
Larutan standar kasein biasanya digunakan pada analisis protein pada susu,
dan umumnya susu nabati. Karena kasein merupakan komponen atau unsur terbesar
yang terdapat pada protein terlarut susu. Hampir 82% protein pada susu adalah kasein,
kemudian kasein digunakan dalam susu nabati dikarenakan susunan asam amino
kasein hampir sama dengan susunan asam amino pada protein susu nabati tersebut
(Almatsier, 2003).
1.3.2. Larutan tripsin
Tripsinogen merupakan enzim inaktif yang harus diaktifkan terlebih dahulu
oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh usus halus. Tripsinogen berubah
menjadi tripsin yang aktif. Tripsin mengubah protein menjadi peptida dan asam
amino.Tripsin adalah protease serina pankreas dengan substrat khusus rantai lysine
dan arginin. Di manusia, enzim ini memproduksi enzim inaktif dari tripsinogen.
Tripsinogen masuk usus kecil, biasanya melalui cairan empedu dimana tripsinogen
diubah menjadi tripsin aktif (Almatsier, 2003).
1.3.3. Larutan formaldehid
Formaldehid merupakan gas berbau amat merangsang dan beracun, mudah
larut dalam air yang digunakan sebagai disinfektan atau pengawet biologis dan juga

digunakan untuk pembuatan resin sintetis. Titik leburnya - 92C dan titik didihnya 19C. Formalin merupakan larutan formaldehida dalam air, dengan kadar 10% - 40%.
Larutan ini juga sebagai insektisida serta bahan baku pabrik resin plastic dan bahan
peledak (Anonim, 2012).
1.3.4. Indikator pp
Fenolphtalein (phenolphthalein) ata biasa disingkat sebagai pp adalah suatu
senyawa organik dengan rumus C20H14O4 dan biasa dipakai sebagai indikator untuk
titrasi asam basa. Tidak bewarna dalam larutan asam dan berwarna fuksia (pink) bila
dalam larutan basa (Merck, 2006)
1.3.5. Larutan NaOH
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan
Sorensen. Bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari
udara bebas. Larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam
kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil
eter dan pelarut non-polar lainnya (Anonim,2012).

1.3.6. Larutan HCl


HCl bening dan tidak berwarna ketika ditambahkan ke air. Namun, asam
klorida memiliki bau yang kuat, dan mengandung rasa asam yang khas dari
kebanyakan asam. Asam klorida mudah larut dalam air pada semua konsentrasi, dan
memiliki titik didih sekitar 110 derajat Celcius. Asam klorida bersifat korosif, yang
berarti akan merusak dan mengikis jaringan biologis bila tersentuh. Selanjutnya, HCl
dapat menyebabkan kerusakan besar internal jika terhirup atau tertelan
(Anonim,2012).

1.3.7. Larutan Na2CO3


Na2CO3 berwarna putih bubuk larut dalam air yang terurai ketika dipanaskan
sampai sekitar 852_C, digunakan sebagai pereaksi suatu; bentuk senyawa monohidrat,
Na2CO3.H2O, dan senyawa decahydrate, Na2CO3 .10H2O. Juga dikenal sebagai soda
(Anonim,2012).
1.3.8. Larutan fenol merah
Phenol red atau dikenal sebagai phenolsulfonphthalein (C19 H14 O5 S) alias
PSP adalah pH indikator yang umumnya digunakan dalam uji sel biologis.
Merupakan kristal berwarna merah dengan kelarutan 0,77 g/L dalam air dan bersifat
asam sangat lemah (pKa = 8.00) (Anonim,2012).

1.3.9. Minyak olive


Terdiri dari asam lemak jenuh, tak jenuh. Adapun kandungan asam lemak
jenuh pada minyak adalah 7,5-20% (asam palmiat) dan 0,5-5% (asam stearat). Asam
lemak tak jenuh terdiri dari asam oleat sebanyak 55-83% dan asam linoleat 3,5-21%
(Anonim,2012).
1.3.10. Larutan H2O2
Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan oksidator yang biasa digunakan
sebagai pemutih. Hidrogen peroksida merupakan senyawa peroksida dengan ikatan
hidrogen oksigen tunggal. Hidrogen peroksida merpakan cairan berwarna bening,
sedikit lebih kental daripada air, warna akan muncul pada larutan encer. Hidrogen
peroksida digunakan sebagai desinfektan, antiseptik, oxidizer (Anonim,2012).
1.3.11. Susu
Susu tersusun oleh zat-zat makanan dengan proporsi yang seimbang. Susu
disusun oleh zat utama yang berupa air, protein, lemak, karbohidrat, mineral mineral
dan vitamin-vitamin. Susu terdiri dari air 87,9% dan bahan kering 12,1%. Susu adalah
minuman bergizi yang mengandung protein 3,2% dan kaya akan mineral kalsium (143
mg/100 g susu). Susukayaakanasam amino triptofan (Almatsier, 2003).
1.3.12. Parafenildiamin
Berbentuk kristal putih, sangat stabil, berwarna ungu muda dengan titik leleh
147oC dan titik didih 267oC. Larut dalam alkohol pada titik didih 150,2oC dan titik
leleh 0,45oC (Almatsier, 2003).

BAB II
METODOLOGI
2.1

Alat
Alat yang digunakan pada praktikum enzim ini adalah pipet volume, pipet ukur,
pipet tetes, erlemenyer, labu ukur, tabung reaksi, buret, ruang inkubasi 37C ,pemanas,
tabung katalase steril, gelas kimia, botol semprot, statif, klem.

2.2

Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah fromaldehid, phenolphtalein,
NaOH 0,05 M, larutan tripsin, larutan kasein, ekstrak pankreas, emulsi minyak, air susu,
larutan H2O2 , larutan paraphenildiamin 2%.

2.3

Skema Kerja
2.3.1 Penentuan Konstanta Michaelis Pada Hidrolisa Kasein Oleh Tripsin
Formaldehida
-

Dimasukkan dalam 6 erlenmeyer 100 mL


Ditambahkan indikator PP 1 tetes
Ditambahkan NaOH sampai larutan berwarna merah muda
Ditambahkan larutan tripsin 10 mL yang sebelumnya dipanaskan
sampai suhu 370C
Dimasukkan ke dalam labu yang berisi 100 mL larutan kasein
370C
Dicampur dan dicatat waktu pencampuran
Dipipet 10 MmL larutan campuran pada menit ke 0, 2, 4, 6, 8, 10
Dimasukkan larutan campuran ke dalam Erlenmeyer yang berisi
formaldehid netral
Digunakan larutan kasein konsentrasi 5, 10, 15, 20 dan 30 g/L

Hasil
Hasil
Hasil

2.3.2 Penentuan Aktivitas Lipase


Suspensi Ekstrak Pankreas
Dimasukkan dalam 4 tabung reaksi
Diisi suspensi pankreas 2 Ml
Dipanaskan tabung no. 1 pada suhu 1000C selama 1 menit
(enzim dimatikan)
Ditambah 5 mL emulsi minyak dan air 1 mL pada tiap tabung
Diinkubasi pada 370C dengan waktu 15, 30 dan 45
menit untuk tabung no. 2 dan 4
Dituangkan dalam 4 labu Erlenmeyer 100 Ml
Ditambahkan 20 mL alcohol 95%
Ditambah 3 tetes larutan PP
Dititrasi dengan 0,05M NaOH

Hasil
2.3.3 Uji Katalase
Air Susu
-

Diisi 10 mL pada tabung katalase


Ditambahkan 5 mL larutan H2O2
Diaduk dan dibolak balikkan
Diperhatikan pada tabung yang berskala tidak ada
gelembung udara (pada ujungnya)
Ditetapkan volume gas O2 sesudah 3 jam

Hasil
2.3.4 Uji Peroksidase
Air Susu
Hasil

Ditambah 5MmL ke 3 tabung reaksi


Dipanaskan tabung no. 2 pada 700C
Dipanaskan tabung no. 3 pada 900C
Ditambakan 2 tetes larutan paraphenildiamin dan
1-4 tetes larutan H2O2
Diamati perubahan warna yang terjadi

BAB III HASIL PENGAMATAN


3.1 Tabel Pengamatan
3.1.1 Penentuan Konstanta Michaelis Pada Hidrolisa Kasein Oleh Tripsin
Perlakuan

Pengamatan
Kasein 5 gr/L

Ditambah tripsin 1

Kasein 10 gr/L

Kasein 15 gr/L

Larutan keruh

Larutan keruh

Larutan keruh

Keruh

Keruh

mL
diinkubasi 0 menit

Ditambah
formaldehid 10

Tak berwarna
(keruh)

tetes

Ditambah pp 2

Keruh(tetap)

Keruh (tetap)

Keruh (tetap)

Berwarna pink,

Berwarna pink,

Berwarna pink,

volume titrasi =

volume titrasi =

volume titrasi =

1,3 mL

1,4 mL

1,9 mL

tetes

Dititrasi
denganNaOH

diinkubasi 5 menit

Tetap keruh

Ditambah
formaldehid

keruh

keruh

keruh

keruh

10

tetes

Ditambah pp 2 keruh
tetes

Dititrasi dengan Merah


NaOH

muda,

Merah

muda, Merah

muda,

volume titrasi =

volume titrasi =

volume titrasi =

0,6 mL

1,3 mL

1,1 mL

diinkubasi 10 menit

Ditambah
formaldehid

keruh

keruh

keruh

tetapkeruh

tetapkeruh

tetapkeruh

10

tetes

Ditambah 2 tetes
pp

Dititrasi dengan

Merah

muda,

NaOH

volume titrasi =

Merah

muda, Merah

volume titrasi =

muda,

volume titrasi =

1,2 mL

1,3 mL

1,8 mL

3.1.2 Penentuan Aktivitas Lipase


No.

Perlakuan

Pengamatan

1.

Disiapkan 4 tabung reaksi

Diberi nomor pada tabung 1 sampai 4

2.

Diisi tabung reaksi dengan suspensi Larutan ekstrak pankreas bewarna kuning
ekstrak pancreas sebanyak 2mL

3.

keruh

Ditambahkan 5mL emulsi minyak Larutan berubah warna menjadi merah


pada tiap tabung reaksi

muda bening pada semua tabung reaksi

4.

Ditambah 1mL aquades

Tidak terjadi perubahan

5.

Diinkubasi larutan campuran pada :

Tabung 2 : larutan tetap merah muda

Tabung 2 : 15 menit

bening

Tabung 3 : 30 menit

Tabung 3 : larutan tetap merah muda

Tabung 4 : 45 menit

bening
Tabung 4 : larutan tetap merah muda
bening

6.

Ditambahakan

alcohol

sebanyak 20 mL

95% Tabung 1 : larutan menjadi keruh


Tabung 2 : larutan menjadi keruh
Tabung 3 : larutan menjadi keruh
Tabung 4 : larutan menjadi keruh

7.

Ditambah 3 tetes indikator PP

Tabung 1 : tidak terjadi perubahan


Tabung 2 : tidak terjadi perubahan
Tabung 3 : tidak terjadi perubahan
Tabung 4 : tidak terjadi perubahan

8.

Dititrasi dengan NaOH 0,05M

Tabung 1 : larutan berubah warna menjadi


merah muda, didapatkan V titrasi =
0,25mL
Tabung 2 : larutan berubah warna menjadi
merah muda, didapatkan V titrasi =
0,35mL
Tabung 3 : larutan berubah warna menjadi
merah muda, didapatkan V titrasi = 0,5mL
Tabung 4 : larutan berubah warna menjadi

merah muda, didapatkan V titrasi = 0,3mL

3.1.3 Uji Katalase

No.
1.

2.

3.
4.

Pengamatan

Perlakuan

H2O2 0,5 %
Susu : koloid putih

H2O2 1 %
Susu : koloid putih

Air susu diambil


dengan pipet
sebanyak 10 mL
kemudian
dimasukkan kedalam
tabungkatalase
Ditambahkan H2O2
Tinggi udara 6 cm
(peroksida) sebanyak
5 mL dan dikocok
Larutan dibolak
Larutan tercampur, berwarna
balikkan
putih
Volume udara
Tidak ada gelembung
terbentuk diukur
yang terbentuk,
pada jam ke 3
larutan berwarna
putih pada 30 menit
pertama
Pada 30 menitkedua,
ada gelembung putih,
0,1 cm

Tinggi udara 7,5 cm

Larutan tercampur,
berwarna putih
Tidak ada
gelembung O2 pada
30 menit pertama
Pada 30 menit
kedua, ada
gelembung putih,
0,2 cm

3.1.4 Uji Peroksidase


No.
1.

Perlakuan

Pengamatan

Dipipet 5mL dan dimasukkan dalam Didapatkan susu dalam masing-masing


3 tabung reaksi

2.

tabung reaksi dan susu berwarna putih

Tabung 2 dipanaskan pada suhu 70oC Didapatkan susu menjadi panas dan tidak
dalam penangas air selama 3 menit

3.

4.

Ditambahkan

terjadi perubahan warna

tetes Didapatkan perubahan warna menjadi

paraphenildiamin

agak merah muda

Ditambahkan 4 tetes H2O2

Tidak

terjadi

perubahan

warna

dan

terdapat endapan
Tabung 1
1.

2.

Ditambahkan

tetes Didapatkan perubahan warna dari putih

paraphenildiamin

(warna susu) menjadi agak merah muda

Ditambahkan 4 tetes H2O2

Tidak

terjadi

perubahan

warna

dan

terdapat endapan paling banyak dari


tabung 2 dan 3
Tabung 3
1.

Dipanaskan pada suhu 90oC dalam Didapatkan susu menjadi panas dan tidak
penangas air selama 3 menit

2.

Ditambahkan

paraphenildiamin

terjadi perubahan warna


tetes Didapatkan perubahan warna dari putih
(warna susu) menjadi merah muda dan
terdapat endapan putih

Ditambahkan 4 tetes H2O2

Tidak

terjadi

terdapat endapan

perubahan

warna

dan

3.2 Perhitungan
3.2.1 Penentuan konstanta michaelis pada hidrolisa kasein oleh tripsin
Volume titrasi
Inkubasi (t)

Kasein g/L

10

1,3

0,6

1,2

10

1,4

1,3

1,3

15

1,9

1,1

1,8

Vo (5,0)

)
(

=
=
Vo (10,0) =

)
(

=
=
Vo (15,0) =

)
(

=
=
Vo (5,5)

)
(

=
=
Vo (10,5) =

)
(

=
=
Vo (15,5) =
=
=

)
(

Vo (5,10) =

)
(

=
=
Vo (10,10) =

)
(

=
=
Vo (15,10) =

)
(

=
=
Kasein

5 g/L

10 g/L

15 g/L

t=5

13

11

t = 10

6.5

t=0

c (g/L)

Vo max
6

0,17

0,2

10

13

0,077

0,1

15

11

0,091

0,067

y = 0,672x + 0,030

0,030 =
V max = 33,33

KM = 22,39

1/c ( )

Perhitungan kurva hubungan 1/Vo max dengan 1/c :

0,672 =

Vo max (g)

V max dan KM dari grafik :


Pada konsentrasi 5 g/L

Pada konsentrasi 10 g/L

Pada konsentrasi 15 g/L

y = ax + b

y = ax + b

y = ax + b

y = 0,6x + 1

y = 0,65x + 3,25

y = 0,9x + 2,116

V max = 1

V max = 0,307

V max = 0,462

KM = 0,6

KM = 0,199

KM = 0,416

3.2.2 Penentuan Aktifitas Lipase


V NaOH 0,05

VxN

V enzim

N (mL)

(mmol)

(mL)

Tabung

t (menit)

0,25 mL

0,0125

II

15

0,35 mL

0,0175

5,83 x 10-4

III

30

0,50 mL

0,025

4.17 x 10-4

IV

45

0,30 mL

0,015

1,67 x 10-4

Pada saat t = 0 menit

Pada saat t = 15 menit

N/menit

A (N/menit)

Pada saat t = 30 menit

Pada saat t = 45 menit

N/menit

N/menit

3.2.3 Uji Katalase


TI = 3,14 (0,5 cm)2 . 0,1 cm

TI = 3,14 (0,5 cm)2 . 0,2 cm

= 0,0785 cm3

= 0,157 cm3

= 0,0785 mL

= 0,157 mL

3.3 Grafik
3.3.1 Kurva Hubungan Vo dan t dengan konsentrasi kasein 5g/L

Vo (mikromol/menit)

Kurva Hubungan Vo dan t dengan konsentrasi


kasein 5g/L
8
7
6
5
4
3
2
1
0

y = 0.6x + 1
R = 0.75

Series1
Linear (Series1)

10
t (menit)

15

3.3.2 Kurva Hubungan Vo dan t dengan konsentrasi kasein 10g/L

Vo (mikromol/menit)

Kurva Hubungan Vo dan t dengan konsentrasi


kasein 10g/L
14
12
10
8
6
4
2
0

y = 0.65x + 3.25
R = 0.25
Series1
Linear (Series1)
0

10

15

t (menit)

3.3.3 Kurva Hubungan Vo dan t dengan konsentrasi kasein 15g/L


Kurva Hubungan Vo dan t dengan konsentrasi
kasein 15g/L
Vo (mikromol/menit)

12
10
y = 0.9x + 2.1667
R = 0.5898

8
6

Series1

Linear (Series1)

2
0
0

10
t (menit)

15

3.3.4 Kurva Hubungan 1/Vo max dengan 1/C

Kurva Hubungan 1/Vo max dengan 1/C


0.2

1/Vo max

0.15

y = 0.6722x + 0.0304
R = 0.862

0.1

Series1
Linear (Series1)

0.05
0
0

0.1

0.2

0.3

1/C

3.3.5 Kurva Titrasi Enzim Lipase dengan NaOH

Kurva Titrasi Enzim Lipase dengan


NaOH
Volume NaOH (mL)

0.6

y = 0.0083x + 0.2417
R = 0.9868

0.5
0.4
0.3

Series1

0.2

Linear (Series1)

0.1
0
0

10

20
Waktu (Menit)

30

40

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.Penentuan Konstanta Michaelis Pada Hidrolisa Kasein Oleh Tripsin


Prinsip dari percobaan kali ini adalah untuk menentukan konstanta michaelis dari
aktivitas enzim pada berbagai substrat dengan menggunakan tripsin yang akan
menghidrolisa kasein. Tripsin yang terdapat dalam cairan pankreas akan menghidrolisa
ikatan peptida dari gugus karbonil L-arginin dan L-lisin. Selama hidrolisa berlangsung,
terbentuk gugus amino bebas. Yang akan bereaksi dengan formaldehid membentuk
senyawa metilol dan membebaskan ion H+. Tingkat keasaman yang meningkat
menunjukkan banyaknya gugus amino yang dibebaskan.
Pada percobaan penentuan michelis, dilakukan pengenceran kasein dengan
berbagai konsentrasi 5 gr/L, 10 gr/L dan 15 gr/L yang bervariasi sebagai enzim yang
akan ditentukan konstanta michaelisnya dengan perbedaan konsentrasi. Masingmasing konsentrasi kasein tersebut dimasukkan dalam erlenmeyer yang berbeda
sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan tripsin, penambahan tripsin yang bertujuan
untuk melihat aktivitasnya pada kasein. Kemudian dilakukan inkubasi selama 0 menit,
5 menit, dan 10 menit yang bertujuan untuk mengoptimalkan kerja enzim dan
dilakukan pada suhu 370C karena pada suhu tersebut aktivitas tripsin dapat
berlangsung secara optimum, dengan masing-masing variasi waktu yang berbeda agar
diketahui waktu optimum yang dibutuhkan tripsin untuk menghidrolisis kasein.
Selanjutnya ditambahkan 10 tetes formaldehid untuk mereaksikannnya dengan larutan
asam amino bebas yang terdapat dalam larutan kasein. Hasil reaski tersebut
menghasilkan H+ sehingga larutan bersifat asam. Kemudian ditambahakan indikator pp
ebanyak 2 tetes. Selanjutnya dilakukan penetralan dengan menggunakan NaOH
melalui titrasi. Perubahan warna ditandai berubahnya warna larutan dari keruh menjadi
merah muda.
Hasil yang didapakan dari percobaan adalah pada konsentrasi kasein 5 g/L
dengan inkubasi o menit mehasilkan warna merah muda setelah ditirasi dengan NaOH
menghasilkan volume titrasi sebanyak 1,3 ml. Namun ketika di inkubasi selama 5
menit dan ditirasi dengan NaOH menghasilkan warna merah muda dengan volume 0,6
ml, sedangkan pada inkubasi 10 menit dan ditirasi dnegan NaOH menghasilkan warna
merah muda dengan volume 1.2 ml. Pada konsentrasi 10 g/L ketika diinkubasi selama
0 menit dan diitrasi dengan NaOH menghasilka volume 1,4 ml. Namun ketika
diinkubasi selama 5 menit menghasilkan volume 1,3 ml dan pada 10 menit inkubasi
menghasilkan volume titrasi sebanyak 1,3 ml. Pada konsentrasi 15 g/L volume yang
dihasilkan pada saat titrasi 0 menit inkubasi yaitu 1,3 ml sedangkan pada inkubasi
selama 5 menit menghasilkan volume titrasi sebesar 1,1 ml. dan pada inkubasi 10
menit menghasilkan volume titrasi 1,8 ml. Vo yang dihasilkan pada konsentrasi kasein
5 g/L, 10 g/L, dan 15 g/L dengan 0 menit inkubasi adalah tak hingga artinya reaksi

tersebut berjalan kontinyu. Vo yang dihasilkan dari konsentrasi kasein 5g/L dengan
inkubasi 5 menit dan 10 menit adalah 6 mmol/menit. Pada konsentrasi 10 g/L dengan
5 menit inkubasi dihasilkan Vo sebesar 13 mmol/menit, dan selama 10 menit
dihasilkan Vo sebesar 6,5 mmol/menit. Pada konsentrasi 15 g/L dengan inkubasi 5
menit dihasilkan Vo = 11 mmol/menit, dan pada inkubasi 10 menit dihasilkan Vo = 9
mmol/menit. Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara Vo dengan waktu sehingga
dari grafik tersebut didapatkan persaman y = 0,6x + 1 pada konsentrasi 5 g/L dan nilai
konstanta michaelis yang didapatkan dari grafik adalah 0,6. Pada konsentrasi 10 g/L
dihasilkan persamaan y = 0,65x + 3,25 dengan nilai KM adalah 0,199. Sedangkan pada
konsentrasi 15 g/L menghasilkan persamaan grafik 0,9x + 2,166 dengan nilai KM
adalah 0,416. Persamaan ini bisa disebut juga dengan persamaan michaelis-menten
karena menunjukkan hubungan antara konsentrasi substrat dengan laju reaksi
enzimatik. Kurva yang dihasilkan antara 1/Vo max dan 1/C menunjukkan bahwa
konsentrasi substrat akan sebanding dengan aktivitas enzim, sedangkan dari kurva
antara waktu inkubasi dan Vo kasein dapat dilihat bahwa variasi waktu juga akan
mempengaruhi aktivitas enzim tripsin didalam substrat kasein. Semakin lama waktu
yang diberikan pada enzim, maka aktivitas enzim juga akan semakin menurun. Tetapi,
terdapat waktu yang tepat untuk enzim bekerja dengan optimal. Hal ini terjadi karena
adanya pengaruh pH, temperatur, inhibitor serta kofaktor.
Daerah yang pertama adalah daerah dengan [S]<<<Km. harga [S] sangat kecil
sehingga dapat diabaikan terhadap Km, sehingga Km + [S] = Km. Oleh karna Vmaks
dan Km adalah bilangan tetap, kecepatan reaksi hanya di tentukan oleh konsentrasi S.
Dengan kata lain, pada konsentrasi yang sangat rendah kecepatan reaksi berbanding
lurus dengan konsentrasi substrat. Daerah yang kedua adalah daerah dengan harga
[S]>>>Km. disini, sebaliknya nilai Km yang diabaikan terhadap harga S yang sangat
besar, atau Km + [S] ~[S]. Jadi, pada konsentrasi yang sangat tinggi yang jauh
melampaui nilai Km, penambahan konsentrasi substrat tidak lagi menyebabkan
kenaikan laju reaksi. Sehingga pada saat ini, v = V maks. Pada saat ini, seluruh tempat
untuk mengikat dan mengolah substrat di molekul enzim sudah diduduki oleh substrat.
4.2. Penentuan Aktivitas Lipase
Prinsip dari uji aktivitas lipase ini adalah untuk mengamati aktivitas dari enzim
lipase itu sendiri dengan perbedaan perlakuan yang diberikan seperti suhu dan waktu
inkubasi sebagai parameter yang dijadikan faktor-faktor penentu aktivitas enzim lipase
itu sendiri selain itu uji uni juga dapat mengetahui terbentuknya digliserida. Enzim
lipase sendiri berfungsi mengkatalisa trigliserida menjadi digliserida dan asam lemak,
dan menjadi monosakarida.
Enzim lipase diambil 2 mL sebagai enzim yang akan diamati aktivitas
pembentukan digliserida dan asam lemaknya, kemudian dilakukan pemanasan pada
tabung 1 untuk mendenaturasi enzim, kemudian ditambahkan emulsi minyak sebanyak

5 mL untuk mempercepat kinerja enzim. Campuran tersebut ditambahkan aquades


sebanyak 1 mL dimana aquades digunakan sebagai pengaktif enzim bila dicampur
dengan emulsi minyak. Dilakukan inkubasi pada 37oC untuk mengoptimalkan kerja
enzim dan dilakukan pada suhu 370C karena pada suhu tersebut enzim lipase dapat
bekerja dengan optimal, dilakukan inkubasi dengan variasi waktu yang berbeda agar
diketahui pengaruh waktu terhadap aktivitas enzim lipase itu sendiri. Kemudian
ditambahkan etanol 96% agar asam lemak hasil hidrolisis lipase dapat terlarut,
ditambahkan indikator pp 3 tetes untuk mempermudah dalam mengamati titik akhir
titrasi karena terjadinya perubahan warna, dan dititrasi dengan NaOH sebagai titran
sampai mencapai titik akhir titrasi.
Volume titrasi NaOH akan semakin meningkat apabila waktu yang diperlukan
untuk inkubasi juga semakin lama karena enzim semakin terdenaturasi. Namun hal ini
tidak berlaku untuk larutan yang diinkubasi paling lama (45 menit). Hal ini terjadi
karena ia paling lama berada dalam inkubator dimana keadaan inkubator tidak
memenuhi karena banyak praktikan yang membuka tutup incubator karena
memasukkan dan mengeluarkan sampel. Sehingga memungkinkan adanya pengotor
dan udara luar masuk sehingga suhu di dalam imkubator tidak stabil. Semakin lama
sampel berada dalam incubator semakin banyak ia berinteraksi dengan udara luar
maupun kontaminan karena pintu incubator yang terlalu sering dibuka tutup. Sehingga
menyebabkan volume titrasi NaOH menurun karena kondisi enzim juga tidak seperti
yang seharusnya (terdenaturasi).
Aktivitas enzim yang tertinggi terjadi pada enzim yang diinkubasi selama 15
menit, dimana aktivitas enzim sebesar 5,83 x 10-4. Hal ini menunjukkan bahwa enzim
lipase akan berinteraksi dengan baik apabila dimasukkan dalam incubator selama 15
menit. Perlakuan inkubasi yang terlalu lama atau terlalu singkat tidak akan membuat
enzim lipase teraktivasi semakin baik.
4.3.Uji Katalase
Prinsip percobaan dari uji katalase ini adalah menguji kualitas dari air susu
dengan mereaksikannya menggunakan H2O2dan diamati melalui tabung katalase.
Enzim katalase berada pada susu yang tersusun oleh sel darah putih dan kuman-kuman.
Semakin banyak oksigen yang ada pada uji tabung katalase menunjukkan semakin
banyak pula enzim katalase yang ada pada susu sehingga dapat disimpulkan bahwa
kualitas susu yang semakin banyak mengandung oksigen kualitasnya semakin buruk
karena banyak tersusun kuman-kuman penyusun enzim katalase.
Perlakuan awal yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah mencuci alat-alat
yang akan digunakan dan mengeringkannya, hal ini bertujuan agar alat-alat steril bebas
dari pengganggu, dan pada tabung katalase dilakukan pengovenan hal ini bertujuan
untuk membebaskan kandungan air yang ada pada tabung, dimasukkan 10 mL air susu
murni sebagai sampel yang akan diuji kelayakannya pada 2 tabung reaksi untuk

perbandingan. Ditambahkan H2O2untuk melihat aktivitas enzim katalase yang ada


dalam air susu. Dibolak-balik secara berulang-ulang agar campuran susu dan
H2O2menjadi homogen, ditutup dengan alumunium foil untuk menghindari
terbebasnya gas oksigen yang terbentuk ke udara ataupun adanya gas oksigen dari
udara yang masuk ke tabung katalase kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu
37oC, kemudian diamati gelembung yang ada pada ujung tabung katalase pada
berbagai variasi waktu untuk mengamati terbentuknya gelembung udara.
Hasil yang diperoleh ialah penambahan H2O2 0,5% maupun 1% akan
mengaktivasi enzim. Namun, hal tersebut terjadi pada 30 menit kedua. Hanya saja
yang membedakan ialah, gas oksigen yang terbentuk lebih banyak pada penambahan
H2O2 1%. Hal tersebut dapat dilihat dengan terbentuknya gelembung putih setinggi 0,2
cm pada penambahan H2O2 1%. Sedangkan pada penambahan H2O2 0,5% gelembung
udara yang terbentuk sebesar 0,1 cm. selain itu nilai volume gas hidrogen dengan
penambahan H2O2 1% lebih besar dari penambahan H2O2 0,5% yakni 0,157 mL >
0,0785 mL.
Enzim katalase termasuk enzim hidroperoksidase, yang melindungi tubuh
terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan senyawa
peroksida dapat menghasilkan radikal bebas, yang selanjutnya akan merusak
membrane sel dan kemungkinan menimbulkan penyakit kanker serta arterosklerosis.
Enzim Katalase memiliki kemampuan untuk inaktivasi hydrogen peroksida. Senyawa
H2O2 dihasilkan oleh aktivitas enzim oksidase. H2O2 berpotensi membentuk radikal
karena membentuk OH- . Enzim katalase merupakan hemoprotein yang mengandung 4
gugus hem. Aktivitas enzim katalase :
1.
2.

Aktivitas peroksidase, mengoksidasi senyawa yang analog dengan substrat


Aktivitas katalase, enzim ini mampu menggunakan satu molekul H2O2 sebagai
substrat atau donor electron dan molekul H2O2 yang lain sebagai oksidan atau
akseptor electron.
2 H2O2 + enzim katalase 2 H2O + O2
Enzim katalase dapat ditemukan di darah, sumsum tulang, membrane mukosa, ginjal
dan hati.
4.4. Uji Peroksida
Prinsip Percobaan dari uji peroksidase ini adalah mengidentifikasi kualitas susu
dari kemampuan enzim yang membebaskan atom-atom oksigen dari larutan peroksida
yang ditambahkan di dalam air susu, kemudian oksigen akan bereaksi dengan zat
pemulas dan membentuk warna, dengan proses pemanasan maka enzim akan rusak
pada suhu 77-880C hal ini akan dibuktikan dengan perubahan warna yang paling
mencolok daripada enzim yang tidak terdenaturasi.
Pada percobaan kali ini dilakukan penambahan larutan paraphenildiamin yang
berfungsi sebagai indikator yang akan menunjukkan perubahan warna jika bereaksi

dengan gas oksigen hasil oksidasi H2O2. Kemudian ditambahkan H2O2sebagai uji
peroksidase yang menghasilkan perubahan warna. Dari uji peroksidase ini, dapat
diketahui kualitas dam kelayakan dari susu dan pengaruh susu setelah dilakukan
pemanasan dengan suhu yang bervariasi.
Hasil yang didapat dari percobaan ini ialah pada tabung 2 dan 3 yang diberi
perlakuan pemanasan dengan suhu 70 dan 90o C menghasilkan endapan putih dan
larutan berwarna merah muda. Sedangkan untuk tabung 1 yang tidak diberi perlakuan
pemanasan, tidak menghasilkan endapan. Jadi, adanya endapan pada tabung 2 dan 3
menunjukkan hasil uji peroksidase yang positif. Sementara tabung 1 tanpa perlakuan
pemanasan memberikan hasil uji negatif.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini ialah konstanta Michaelis merupakan
konstanta yang digunakan untuk memnentukan aktivitas enzim pada berbagai macam
konsentrasi substrat. Nilai KM akan semakin besar apabila Vmax semakin besar pula.
Selain itu, volume titrasi NaOH akan semakin besar bila waktu inkubasi akan semakin
lama karena enzim akan semakin terdenaturasi. Untuk penentuan aktivitas lipase,
aktivitas lipase akan semakin baik bila diinkubasi selama 15 menit. Sementara untuk
uji katalase, penambahan hydrogen peroksida 1% akan menghasilkan oksigen yang
lebih banyak pula. Sedangkan pada uji peroksidase sampel akan memberikan respon
positif bila terbentuknya endapan berwarna putih. Dimana sampel dipanaskan terlebih
dahulu.

5.2. Saran
Bagi praktikan untuk selanjutnya diharapkan lebih bersungguh sungguh
dalam melaksanakan praktikum dan lebih meningkatkan ketelitian dalam bekerja,
serta dapat meningkatkan kekompakan dalam kelompoknya. Karena, dengan
demikian mudah mudahan praktikum akan berlangsung sesuai dengan apa yang
diharapkan dan mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Material Safety Data Sheet. http://www.sciencelab.com/msds.php?msds.
Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014.
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta.
Burns, Richard G dan Riharcd P Dick, 2002, Enzymes for the environment, new york,
Marcell Dekker, Inc.
Cartono, M.Pd. 2004. Biologi Umum, Bandung : PRISMA PRESS.
Chang, Raymond, 2003, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, Alih Bahasa Departemen Kimia,
Jakarta: Erlangga.
Giusan , Jose M, 2006, Immobilization of Enymes and Cell Second Edition, New Jersey,
Humana Press, Inc.
Merck, 2006, MSDS Phenolphtalein, http://www.merckmillipore.co.id, diakses tanggal 29
September 2013.
Milanowski P, Thomas J Carter and Georg F Weber, 2013, Enzyme Catalysis and the
Outcome of Biochemical Reactions, J Proteomics Bioinform 2013, Vol 6
http://dx.doi.org/10.4172/jpb.1000271.
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia PRESS,Jakarta.
Sadikin M., 2002, Seri biokimia: biokimia enzim, Widya Medika, Jakarta.
Soewoto, 2000, Biokimia Eksperimen Laboratoriu, Widya Medika, Jakarta.

LAMPIRAN 1
REAKSI YANG TERJADI

1. Penentuan Konstanta Michaelish


Hidrolisa Kasein Oleh Tripsin

Gugus amino dengan formaldehid

Titrasi dengan NaOH

2. Penentuan Aktivitas Lipase

RCOOH + NaOH
H2

indikator

3. Uji Katalase

4. Uji Peroksidase

RCOO- +Na + H2O

+ 2NaOH

Na2

indikator +

2H2O

LAMPIRAN 2
JAWABANTUGAS
Penentuan konstantaMichaelis-Menten
1. Aktivitas enzim pada berbagai konsentrasi substrat
Kasein 5 gr/L
t = 0 menitVo =
t = 5 menitVo =

t = 10 menitVo =

=
)

= 6 mol/L
)

= 6 mol/L

Kasein 10 gr/L

t = 0 menit Vo =
t = 5 menit Vo =

t = 10 menit

Vo =

= 13 mol/L
)

= 6,5 mol/L

Kasein 15 gr/L

t = 0 menit Vo =
t = 5 menit Vo =
t = 10 menit

Vo =

= 11mol/L
)

= 9 mol/L

2. Kurva v terhadap S
Kurva hubungan Vo terhadap waktu pada konsentrasi 5 gram/L

Vo (mikromol/menit)

Kurva Hubungan Vo dan t dengan konsentrasi


kasein 5g/L
8
7
6
5
4
3
2
1
0

y = 0.6x + 1
R = 0.75
Series1
Linear (Series1)

10

15

t (menit)

Kurva hubungan Vo terhadap waktu pada konsentrasi 10 gram/L

Vo (mikromol/menit)

Kurva Hubungan Vo dan t dengan konsentrasi


kasein 10g/L

15
y = 0.65x + 3.25
R = 0.25
Series1

10
5

Linear (Series1)

0
0

10

15

t (menit)

Kurva hubungan Vo terhadap waktu pada konsentrasi 15 gram/L

Vo (mikromol/menit)

Kurva Hubungan Vo dan t dengan konsentrasi


kasein 15g/L
12
10
y = 0.9x + 2.1667
R = 0.5898
Series1

8
6
4

Linear (Series1)

2
0
0

10

15

t (menit)

Kurva 1/v terhadap 1/s

1/Vo max

Kurva Hubungan 1/Vo max dengan 1/C


0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0

y = 0.6722x + 0.0304
R = 0.862
Series1
Linear (Series1)

0.1

0.2
1/C

3. Nilai V = 33,33
Nilai Km = 22,39818.92

0.3

Penentuan Aktivitas Lipase


1. Aktivitas lipase pada tabung 2 sampai tabung 4
Pada saat 0 menit Aktivitas Lipase =

= N/menit

Pada saat 15 menit Aktivitas Lipase =

-4

= 5,83 x 10 N/menit
Pada saat 30 menit Aktivitas Lipase =

= 4,17 x 10-4N/menit
Pada saat 45 menit Aktivitas Lipase =

-4

= 1,67 x 10 N/menit
2. Kurva hubungan aktivitas lipase terhadap waktu

Kurva Titrasi Enzim Lipase dengan


NaOH
Volume NaOH (mL)

0.6

y = 0.0083x + 0.2417
R = 0.9868

0.5
0.4
0.3

Series1

0.2

Linear (Series1)

0.1
0
0

10

20

30

40

Waktu (Menit)

Uji Katalase
Jika angka katalase diatas normal (>2) dapat dikatakan bahwa kualitas susu tersebut
tidakbaik. Hal ini berkaitan dengan kerja katalase pada prosesnya saat menghasilkan O 2.
Enzim katalase dihasilkan oleh bakteri dan kuman. Jika O2 yang dihasilkan semakin banyak
yang menyebabkan angka katalase semakin tinggi maka dapat dikatakan bahwa jumlah
kuman dan bakteri pada susu juga besar yang menyebabkan kualitas susu tersebut menjadi
tidak baik. Pada percobaan ini angka katalase sebesar 0,0785 dan 0,157 yang menunjuk
kankualitas susu masih baik.

Anda mungkin juga menyukai