pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) ini tidak lepas dari ciri-ciri masyarakat
adat itu sendiri yang terikat kepada alam, dalam arti sangatlah minim daya
mereka untuk menolak pengaruh alam, apalagi untuk mengubah alam,
disamping itu pula tidak terlepas dengan hal kepercayaan mereka yang bersifat
kosmis-religio magis, sebagai contoh masyarakat adat mempercayai bahwa
hutan adalah tempat para leluhur mereka berdiam dan dihutan itulah mereka
bisa mendapatkan sumber penghidupan, jadi mereka mau tidak mau harus
hidup menyelaraskan diri dengan keadaan alam dimana mereka berada.
Ada suatu otoritas besar yang paling bertanggung jawab terhadap penghapusan
nilai adat istiadat tersebut yang juga sekaligus menjadi kekawatiran yaitu
dimana Negara sendiri menjadi alat atau memfasilitasi pengusaha yang tidak
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan Sumbeer Daya Alam.
negara juga mempunyai pandangan bahwa pemanfaatan Sumber Daya Alam
(SDA) secara maksimal jauh lebih penting dari pada mempertahankan
keberadaan suatu tatanan masyarakat adat di suatu wilayah lokal yang
mempunyai potensi kekayaan Sumber Daya Alam (SDA). Konklusinya Negara
dalam hal ini pemerintah pusat maupun daerah adalah sebagai aktor utama
dalam penghapusan atau melemahkan suatu sistem sosial masyarakat.
Adat atau secara konsep umumnya kita kenal dengan "Hukum Adat"
Sebagai catatan, "Menurut Prof. Dr.C. van Vallenhoven, Hukum Adat adalah
aturan-aturan yang berlaku bagi orang-orang Pribumi dan orang-orang Timur
Asing, yang positif dan yang disatu pihak mempunyai sanksi",
dari pernyataan tersebut dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa ada sebuah
tatanan sistem masyarakat kecil yang disebut sebagai Masyarakat Adat (orangorang pribumi) yang juga hidup dalam sebuah sistem tatanan secara luas yang
disebut sebagai Negara.
Sebenarnya Negara sudah mengakui keberadaan Masyarakat Adat seperti yang
tercantum dalam Pasal 18B Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi
"Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang"