Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
mendemontrasikan me
tode perhitungan dengan menggunakan equivalent uniform annual worth
(EUAW), dan bagaimana memilih alternatif terbaik dengan perbandingan
annual worth (AW).
4.1 Nilai Harga Tahunan untuk Satu Putaran atau Lebih.
Metode perhitungan dengan EUAW dan bagaimana memilih alternatifalternatif terbaik dengan perbandingan Annual Worth (AW). AW
maksudnya adalah pengeluaran dan pendapatan (irreguler dan
uniform),dimana sama dalam tiap periode.Keuntungan dari metode ini
tidak perlu membuat perban
dingan dengan menggunakan faktor persekutuan tekecil(LCM)ketika
alternatif yang ada mempunyai umur berbeda.
Nilai AW dari alternatif dihitung untuk satu putaran saja ,karena AW
adalah harga tahunan yang sama selama umur proyek.
Jika proyek diteruskan lebih dari satu putaran,seluruh putaran diasumsikan sama dengan
putaran pertama.Pengulangan dari seri tahunan yang seragam yang menerus dari
berbagai putaran dapat diperlihatkan dan dipertimbangkan cash flow pada
Gambar 4.1.menggambarkan 2 putaran dari asset dengan biaya awal Rp 20.000,-dengan
operasi tahunan sebesar Rp 8000,-dan umur nya 3th. i=20%
AW untuk satu putaran (sebagai contoh 3 th)dapat dihitung seperti berikut.
AW = - 20.000 (A/P,20%,3) - 8000
AW= Rp -17.494,AW untuk 2 putaran.
AW = -20.000(A/P,20%,6)- 20.000(P/F,20%,3)(A/P,20%,6) 8000
= Rp 17.494,Nilai AW putaran pertama sama untuk dua putaran,harga yang sama akan diperoleh
untuk tiga,empat, lima dst.
Jadi AW untuk satu putaran dari suatu alternatif akan menggambarkan nilai tahunan
yang sama dan merata dari alternatif setiap kali putaran diulang
i = 20%
8.000
20.000
20.000
4.1. Gambar Cash Flow untuk dua putaran
Contoh.
Hitung AW dari perlengkapan tambahan sebuah traktor yang memiliki biaya awal sebesar
Rp 8000,-dan nilai sisa Rp 500,-setelah 8 th.Biaya operasi tahunnan dari mesin tersebut
sebesar Rp 900,- dan tingkat suku bunga sebesar 20 % per tahun.
Penyelesaian.
500.
i = 20%
Cash flow diagram
1 2 3 4 5 6 7
900
8000
i = 20%
0 1 2 3 4 5 6 7
tahun
8
AW = ?
Gambar 4.2 (atas) Diagram untuk biaya mesin,(bawah) konversi kepada AW
Contoh.
Hitung AW dari peralatan seperti contoh diatas dengan menggunakan
metode salvage present wort.
Jawaban.
Dengan menggunakan tahapan-tahapan diatas dan persamaan [4.2]
AW = [-8000 + 500(P/F,20%,8)] (A/P,20%,8) 900 = Rp -2.955,4.4 AW Dengan Metode Cavital Recovery Plus Interest.
Persamaan umum :
AW = - (P SV) (A/P,i,n) SV (i)
. [4.3.]
Kurangkan biaya investasi dengan nilai sisa,yaitu P SV,sebelum
mengalikan dengan faktor A/P,hal ini dikenal bahwa nilai sisa
dikebalikan.Bagaimanapun nilai sisa tidak akan dikembaikan untuk n
tahun,karena adanya kehilangan akibat adanya bunga,SV (i),sela umur dari
asset.
Tahapan-tahapan perhitungan ;
1. Kurangkan biaya awal dengan jumlah dari nilai sisa.
2. Tahunkan nilai pada tahap 1 dengan faktor A/P.
3. Kalikan nilai sisa dengan tingkat suku bunga
4. Gabungkan nilai yang diperoleh pada tahap 2. dengan tahap ke 3.
Mesin B
26.000
36.000
800
300
11.000
7.000
2.600
2.000
3.000
10
Biaya Pemeliharaan
Tahunan,(Rp)
Jawaban.
Gambar Cash flow dapat dilihat dibawah ini.
2.000
tahun
5 6
i = 15%
11.800
26.000
Mesin A.
3.000.
tahun
8
9
10
9.900
36.000
Mesin B.
Gambar 4.3 Cash Flow untuk mesin Pengupas Kulit Tomat.
BAB V
PERHITUNGAN DAN ANALISA
RATE OF RETURN
Dimana :
NPW = net present worth
Ft = aliran kas pada periode t
n = umur proyek atau periode studi dari proyek tersebut.
i*= nilai ROR dari proyek atau investasi tersebut.
Karena nilai Ft pada persamaan 5.1. bisa bernilai positif atau negatif maka persamaan
ROR dapat juga dinyatakan :
NPW = PWR PWE = 0 ..
(5.2)
Atau
n
t 0
PWR = nilai present worth dari semua pemasukan (aliran kas positif)
PWE = nilai present worth dari semua pengeluaran (aliran kas negatif)
Rt = penerimaan netto yang terjadi pada periode ke t
Et = pengeluaran netto yang terjadi pada periode ke t termasuk investasi awal(P)
Disamping menggunakan nilai present worth,perhitungan ROR juga dapat dilaksanakan dengan deret seragam (annual worth),sehingga akan berlaku hubungan :
EUAR EUAC = O
(5.4.)
adalah deret seragam yang menyatakan pengeluaran (aliran kas keluar)per tahun.
Dalam prakteknya,analisa dengan nilai present worth lebih umum digunakan
daripada metode deret seragam.
Apabila kita menghitng NPW sebagai pungsi dari i maka kita akan mendapatkan nilai NPW yang jumlahnya tak terbatas (kontinyu).Semakin tinggi i yang
kita pakai maka nilai NPW mungkin akan semakin kecil dan mungkin juga semakin besar,tergantung pada konfigurasi aliran kas dari investasi atau proyek tersebut.
Pada nilai i tertentu kita akan mendapatkan nilai NPW = O. Nilai inilah yang
disebut dengan ROR.Apabila hubungan antara i dengan NPW diplot dalam suatu
grafik maka secara umum akan tampak seperti gambar 5.1 (a) atau (b).
Terlihat dalam grafik tersebut bahwa NPW tidak berhubungan secara linier.Ilustrasi ini akan terlihat pada contoh soal yang akan diberikan.
Ada beberapa ROR yang dikenal dalam ekonomi teknik antara lain Intern
Rate of Return (IRR),External Rate of Return (ERR),dan Explisit Reinvesment Rate
of Return (ERRR).Disebut IRR apabila diasumsikan bahwa setiap hasil yang
diperoleh langsung diinvestasikan kembali dengan tingkat ROR yang sama.Bila
hasil yang diperoleh diinvestasikan pada proyek yang lain dengan ROR yang
berbeda maka Rate of Return ini disebut ERR.Sedangkan ERRR digunakan pada
permasalahan dimana terdapat investasi lump sum tunggal aliran kas netto positif
seragam pada akhir setiap periode selama umur proyek atau investasi tersebut.
NPW
0
0
i*
NPW i
i*
Gambar 5.1Tipe grafik hubungan antara i. dengan NPW dan posisi i* (ROR)
Contoh.5.1.
Perhatikan aliran kas pada gambar 5.2. Hitunglah ROR dari aliran kas
tersebut.
F = 150 jt
P = 50 jt.
Gambar aliran kas untuk soal 5.1.
Solusi
NPW = PWR PWE = 0
= 150 jt (P/F,i.%,8) 50jt = 0
(P/F,i%,8) = 50/150 = 0,333.
Dari persamaan bisa diketahui bahwa kita harus mencari nilai i, sehingga
(P/F,i%,8) = 0,333.Nilai i.akan kita bisa dapatkan dengan melakukan pendekatan
beberapa nilai i. melalui tabel bunga.
15 12
0,3269 - 0,4039
15 i
0,0064
3
- 0,077
3x 0,0064
15 i
0,077
i 15 0,2494 14,75%
0,4039
0,3333
0,3269
12%
i.%
15%
P = 50 jt.
Solusi
NPW = A (P/A,i%,8) + F(P/F,i%,8) P = 0
= 5jt (P/A,i%,8) + 100 jt(P/F,i%,8) 50jt = 0 (5.5).
Untuk mendapatkan nilai i.shg persamaan tersebut terpenuhi (ruas kiri sama dengan
nol)maka kita mencoba berbagai nilai i.karena disini kita dihadapi dua faktor,yaitu
faktor P/A dan P/F dalam satu persamaan .Agar tidak terlalu banyak mencoba maka
kita perlu melakukan pendekatan dengan menganggap aliran kas terjadi tanpa bunga
sehingga kedua faktor yang berbeda tadi bisa dikonversi P/A dan P/F menjadi P/F
saja maka kita harus mengubah aliran kas menjadi F sehingga akan menjadi :
F = 100 jt + 8 x 5jt
= 140 jt.
Karena kenyataannya nilai A tadi berbunga maka F tentu lebih besar dari 140 jt,
sehingga agar pendekatan kita tidak terlalu menyimpang kita sesuaikan secara kasar
nilai F menjadi 160 jt.
Dari sini diperoleh persamaan :
160 jt (P/F,i%,8) = 50 jt
(P/F,i%,8) = 50/160 = 0,3125.
Nilai i.yang mendekati adalah 15%.Dengan demikian maka kita masukkan i.= 15% ke
persamaan 5.5 sehingga diperoleh :
PW (juta rupiah)
5,127
0
-7,554.
20% i
7,554 0
20% 15%
7,554 - 5,127
7,554
20% i 5% (
)
12,681
i 20% 2,978%
i 17,022%
t 0
(5.7)
Dimana :
Et = kelebihan pengeluaran atas penerimaan pada periode t
Rt = kelebihan penerimaan atas pengeluaran pada periode t
N = umur proyek atau orizon perencnaan.
e = tingkat bunga pada investasi eksternal.
R
t 0
(F/P, e%, N - t)
R
t 0
(F/P, e%, N - t)
Contoh 5.3
Seperangkat peralatan baru diusulkan oleh seorang insinyur untuk memperbaiki proses operasi pengelasan.Investasi awal yang dibutuhkan adalah Rp 25 jt
dan akan memiliki nilai sisa Rp 5 jt pada akhir umurnya di akhir tahun ke 5.
Peralatan baru ini akan bisa menghemat Rp 8jt per tahun setelah dikurangi ongkos-ongkos operasional.Diagram alir dari soal ditampilkan pada gambar 5.6.
Misalnya MARR = e = 20% per tahun,hitunglah ERR dan beri keputusan apakah
usulan ini dapat diterima ?
A = 8jt
2
3
i= 20%
F = 5jt
28 jt
(F/P, i'%,5)
64,5328jt
2,5813
23jt
i'% 20,88%
Karena i% lebih besar dari MARR maka usulan investasi diterima.
Contoh 5.4.
Misalkan e = 15% dan MARR = 20% dari diagram alir kas pada gambar 5.7
dan putuskan apakah proyek yang diusulkan dengan aliran kas seperti itu bisa
diterima.
6 jt
0
3 4
1 jt
5jt
10jt
S0lusi
Aliran kas keluar :
E 0 = 10 jt
E 1 = 5 jt
Aliran kas masuk :
(pada t = 0)
(pada t = 1 )
Rt = 6 jt 1 jt
( t = 1,2,36)
Dengan persamaan 5.7. akan diperoleh :
[ 10 jt + 5 jt (P/F, 15 %, 1 )] (F/P, i % ,6) = 5 jt (F/A, 15 %, 5)
[(10 jt + 5 jt (0,8696)] (F/P, i, 6 ) = 5 jt (6,7424 )
14,348 jt (F/P,i%, 6 ) = 33,712
(F/P,i%,6 ) = 33,712/14,3496
= 2,3496
Dengan interpolasi antara i= 15 % dan 18 % akan diperoleh I = 15,3 % .
< MARR = 20 % Sehingga usulan proyek ditolak.
(R E) (P S)(A/F,e %, N)
ERRR
.............(5.8)
P
Dimana :
R = penerimaan tahunan (deret seragam)
E = pengeluaran tahunan (deret seragam)
P = investasi awal
S = nilai sisa
n = umur proyek
e = tingkat efektif tahunan dari alternatif investasi yang bersangkutan
(nilainya sering sekali sama dengan MARR perusahaan)
Contoh.5
Perhatikan kembali diagram alir kas pada gambar 5.6.Dengan
memakai e = 20% apakah alternatif tersebut layak dilakukan bila dievaluasi
dengan metode ERRR ?
Solusi
Diketahui
R = 8 jt per th
E=0
P = 25 jt
S = 5 jt
N = 5 th
(8 0) (25 5)(A/F,20%,5)
25
8 2,6876
0,2125 21,25%
25
ERRR
+
+
-
1
+
+
+
+
2
+
+
+
-
3
+
-
4
+
+
+
5
+
+
+
+
+
+
1
1
2
3
Contoh 5.6.
Misalkan satu proyek hanya berusia 2 th dengan data aliran kas seperti pada
gambar 5.8. Hitunglah nilai ROR dari proyek tersebut dan putuskan apakah proyek
tersebut layak atau tidak.
600jt
250 jt
359,38 jt
-250.00jt
+600.00jt
-359,38 jt
-200.oo jt
+350.00 jt
- 9,38 jt
Mengingat terjadi 2 kali perubahan pada aliran kas kumulatif maka akan mungkin
diperoleh 2 nilai ROR.Dengan analisa NPW diperoleh :
NPW 250
600
359,38
0
(1 i) (1 i) 2
10
15
20
25
30
-10jt
(NPW)
Gambar 5.9 Grafik NPW sebagai fungsi dari bunga (ROR) untuk contoh 5.6.
Dengan mengetahui grafik diatas maka akan bisa diputuskan bahwa proyek tersebut akan bisa diterima bila MARR berada antara 15% sampai 25%
5.5 Analisa ROR meningkat
Suatu alternatif investasi akan bisa diterima apabila ROR lebih besar dari
MARR.Pada kasus dimana terdapat sejumlah alternatif yang bersifat mutually exclusive maka pemilihan alternatif terbaik diantara alternatif-alternatif tersebut dila-
alternatif
Investasi(Rp)
A
400
B
100
C
300
D
200
Pendapatan /th
105
35
76
60
E
500
125
Solusi
1)Hitung ROR asing-masing alternatif.
A: NPW = 105 (P/A,i%,5)- 400 = 0
(P/A,i%,5) = 400/105 = 3,81
i = 10%
B:
C:
D:
E:
(P/A,i%,5) = 500/125 = 4
i= 7,5%
2)Karena semua alternatif memberikan ROR > MARR maka semua alternatif dilibatkan dalam perhitungan IROR.
3)Alternatif-alternatif diurutkanberdasarkan kenaikan investasi sehingga menjadi
tabel 5.4.
Alternatif
Investasi(Rp)
B
100
D
200
C
300
35
60
76
Pendapatan /th
A
400
E
500
105 125
D) :
100
4
25
i 7,5%
(P/A, i %,5)
Karena IROR B
D > MARR maka pilih alternatif dengan investasi yang
lebih besar,yaitu alt D.Selanjutnya alternatif B tidak dipertimbang
kan lagi.
Bandingkan D dengan C
Investasi tambahan
= Rp 100jt
Pendapatan/th tambahan = Rp16jt.
IROR (D
C)
100
(P/A, i%,5)
6,25
16
IROR negatif sehingga pilih alt D.
Bandingkan D dengan A
Investasi tambahan
= Rp 200jt
Pendapatan/th tambahan = Rp 45 jt.
IROR (D
A)
200
4,4
45
i 4,25%
(P/A, i%,5)
Bandingkan D dengan E
Investasi tambahan
= Rp 300jt
Pendapatan/th tambahan = Rp 65 jt.
IROR (D
E)
300
(P/A, i%,5)
4,4
65
i 4,25%
Karena IROR < Marr maka dipilih alt D.
Jadi alt terbaik adalah alternatif D.
BAB VI
ANALISA MAFAAT BIAYA
6.1.Pendahuluan.
Pelaksanaan proyek pemerintah secara esensi memang memiliki karakteristik
kata lain diperlukan analisa dan evaluasi dari berbagai sudut pandang yang relevan terhadap ongkos-ongkos maupun mafaat yang disumbangkan.
Suatu proyek dikatakan layak atau bisa dilaksanakan apabila rasio antara manfaat
terhadap biaya yang dibutuhkan nya lebih besar dari satu.Oleh karenanya dalam
melakukan analisa manfaat biaya kita harus berusaha menguantifikasikan man
faat dari suatu usulan proyek bila perlu dalam bentuk satuan mata uang.
Analisa manfaat biaya biasanya dilakukan dengan melihat rasio antara
manfaat dari suatu proyek pada masyarakat umum terhadap ongkos-ongkos
yang dikeluarkan oleh pemerintah.Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
......... ( 6.1)
manfaat ekuivalen
B/C
ongkos ekuivalen
(6.2)
dimana :
manfaat ekuivalen = semua manfaat setelah dikurangi dengan dampak
negatif,dinyatakan dengan nilai uang.
ongkos ekuivalen = semua ongkos-ongkos setlah dikurangi dengan besar nya penghematan yang bisa didapatkan oleh
sponsor proyek,dalam hal ini pemerintah.
- Ongkos operasional
dan perawatan proyek
(6.3 )
B/C =
Kepadatan jalan pada jalan ini adalah 10.000 kendaraan per hari dan analisa dilakukan dengan tingkat bunga 7%.Dengan dibukanya jalur baru diestimasikan tingkat
kecelakaan akan turun dari 8 menjadi 4 per 100 jt mil kendaraan.
Ongkos-ongkos yang ditimbulkan dari adanya kecelakaan meliputi ongkos
kerugian properti,keperluan untuk keperluan medis,dan hilangnya upah bagi orang
yang mengalami kecelakaan.Dari data yang ada diperoleh informasi bahwa ada ratarata ada 35 kecelakaan ringan dan 240 kerusakan properti untuk satu kecelakaan
fatal.Ongkos ekuivalen dari saat ini dari dari setiap klasifikasi kecelakaan tersebut
adalah sebagai berikut :
kecelakaan fatal per orang
Rp 400 jt
kecelakaan ringan
Rp 14 jt
kerusakan properti
Rp 3 jt
Dengan data-data diatas maka ongkos agregat dari kecelakaan per satu kecelakaan
fatal bisa dihitung sbb :
kecelakaan fatal per orang
Rp 400 jt
kecelakaan ringan ( 35 x 14 jt)
Rp 490 jt
kerusakian properti (240 x 3 jt )
Rp 720 jt
Total
Rp 1.640 jt
Dengan metode B/C tentukanlah apakah usulan pembukaan jalur baru tersebut bisa
diterima atau tidak.
Solusi
Manfaat ekuivalen tahunan yang diharapkan per mil adalah :
(8 4 ) x 10.000 x 365 x 1.610 jt
= Rp 235.060 jt
100 jt
Ongkos-ongkos ekuivalen tahunan per mil yang harus ditanggung oleh pemerintah
adalah :
900 jt (A/P,7%,30 ) + 900 jt (3%)
= 900 jt (0,0806) + 900 jt (0,03)
= 99,540 jt.
Dengan demikian maka rasio B/C adalah :
235,060 jt
B/C =
= 2,36.
99,540 jt
Karena rasio B/C lebih besar dari satu maka proyek tersebut layak untuk
dikerjakan.Perlu diingat disini bahwa manfaat yang terhitung diatas hanyalah
manfaat yang terujud dalam bentuk pengurangan kecelakaan.Pada kenyataannya
manfaat yang timbul mungkin bukan hanya pengurangan kecelakaan,tetapi juga
memperlancar lalulintas.Apabila manfaat-manfaat ini disertakan dalam analisa
maka rasio B/C tadi akan meningkat yang menunjukkan bahwa rencana proyek
tersebut lebih terbukti layak untuk dilaksanakan.
Apabila dipakai pendekatan perhitungan B/C termodipikasi maka akan
diperoleh rasio B/C sebagai berikut:
235.060 jt (3% x 900 jt)
B/C =
900 jt ( A/P,7%,30)
= 2,87.
B/C = 2,87 ini juga bisa diartikan bahwa setiap 1 rupiah yang
diinvestasikan pada prouek,akan diperoleh penghematan netto sebesar 2,87
rupiah.Dari kedua nilai rasio diatas maka rencana proyek sangat layak
dilaksanakan.
Artinya semua alternatif yang mempunyai rasio B/C > 1 bisa dilaksanakan.
Dengan demikian bila kasus ini terjadi kita tidak perlu membandingkan antara
alternatif yang satu dengan alternatif yang lainnya.
Analisa rasio B/C meningkat hanya digunakan bila alternatif-alterna
tif yang dihadapi adalah altenatif-alternatif yang bersifat ,mutually exclusive
Apabila peningkatan rasio B/C dari satu alternatif ke alternatif lainnya 1
maka proyek yang membutuhkan investasi lebih besar yang harus
dipilih.Sebaliknya bila rasio B/C < 1 maka yang dipilih adalah proyek dengan
investasi yang lebih kecil.
Contoh 6.2.
Departemen pariwisata sedang mempertimbangkan 4 altenatif
proyek rekreasi,sebut saja alternatif A ,B,C,D.Besarnya manfaat ekuivalen
tahunan,ongkos ekuivalen tahunan dan nilai rasio B/C dari keempat alternatif
terlihat pada tabel 6.1.
Tabel 6.1.
alternatif
A
B
C
D
Manfaat ekuivalen
Ongkos ekuivalen
tahunan
182 jt
167 jt
115 jt
95 jt
91,5 jt
79,5 jt
88,5 jt
50 jt
Rasio B/C
1,99
2,10
1,30
1,90
B/C. C-D =
20 jt
85 jt 50 jt
38,5 jt
= 0,52.
Karena B/C C-D 1 maka alternatif c ditolak.
Selanjutnya bandingkan alternatif D dengan B dan rasio B/C dari kedua alternatif
tersebut adalah :
167 jt 95 jt
72 jt
B/C B-D =
=
79,5 jt 50 jt
29 jt
= 2,44.
Nilai B/C B-D > 1 alternatif B lebih baik dari alternatif D.Dengan demikian alternatif D ditolak.Terahir adalah alternatif A.
182 jt 167 jt
B/C A-B =
15 jt
=
91,5 jt 79,5 jt
= 1,25.
12 jt
Dari sini dapat disimpulkan bahwa alternatif A adalah alternatif terbaik sehingga
alternatif inilah yang dipilih.
Secara ringkas ditunjukkan pada tabel 6.2.
alternatif
D---- O
C ---- D
B ---- D
A ---- B
manfaat
tahunan
Ongkos
tahunan
Rasio
B/C
Keputusan
95 jt
20 jt
72 jt
15 jt
50,0 jt
38,5 jt
29,5 jt
12,0 jt
1,90
0,52
2,44
1,25
Terima D
Tolak C
Terima B
Terima A
BAB VII
DEPRESIASI
7.1.Pendahuluan
Depresiasi dan pajak adalah dua faktor yang sangat penting dipertimbang
kan dalam studi ekonomi teknik.Depresiasi bukan aliran kas,namun besar dan
waktunya akan mempengaruhi pajak yang akan ditanggung perusahaan.Pajak adalah
aliran kas .oleh karenanya pajak harus dipertimbangkan seperti halnya ongkos-ong
kos peralatan,bahan,energi,tenaga kerja dsb.Pengetahuan yang baik tentang depresiasi dan sistem pajak akan sangat membantu dalam mengambil keputusan berkaitan dengan investasi.
Depresiasi adalah penurunan nilai aset/properti karena waktu dan pemakaian.Depresiasi biasanya disebabkan karena satu atau lebih faktor-faktor :
1. Kerusakan fisik karena pemakaian.
2. Kebutuhan produksi/jasa yang lebih baru dan lebih besar.
3. Penurunan kebutuhan produksi.
4. Properti/aset menjadi usang karena perkembangan teknologi.
5. Penemuan alt baru yang menghasilkan produk lebih baik dengan ongkos
yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih memadai.
7.2.Akuntansi Depresiasi
Depresiasi bisa dikatakan sebagai beban tahunan yang ditujukan untuk
menutup nilai investasi awal dikurangi nilai sisa selama masa pakai ekonomis dari
asset /properti yang didepresiasi.Jadi depresiasi adalah engeluaran bukan tunai
yang mempengaruhi aliran kas melalui pajak pendapatan.
Akunntansi depresiasi adalah alat untuk mengalokasikan nilai
depresiasi dari suatu asset selama umur depresiasi.Akuntansi depresiasi akan
memberikan :
1. Pengembalian modal yang telah diinvestasikan pada asset/properti.
2.Estimasi nilai(jual) dari asset yang didepresiasi.
3. Depresiasi maksimum yang diperbolehkan oleh undang-undang.
Oleh karena tujuan 2 & 3 bisa mengakibatkan angka depresiasi yang berbeda
biasanya perusahaan membuat laporan keuangan berdasarkan dua metode
depresiasi akuntansi.bahkan ada perusahaan yang membuat 3 laporan keuangan
yang masing-masing ditujukan untuk kepentingan pajak,untuk internal,dan untuk pemegang saham.
Besarnya nilai depresiasi dalam satu tahun buku bisanya tercantum
dalam neraca pada bagian aktiva (sebelah kiri).Nilainya dibuat dalam tanda
negatif dibawah jumlah aktiva sehingga secara langsung akan mengurangi nilai
total dari aktiva tetap.Jadi depresiasi termasuk dalm pengeluaran sebelum pajak
(tex deductible expense).
3.Nilai Sisa (Salvage Value)adalah nilai perkiraan suatu asset pada akhir umur depresiasinya.Nilai sisa biasanya merupakan pengurangan dari nilai jual suatu asset
tersebut dengan biaya yang dibutuhkan untuk mengeluarkan atau memindahkan asset tersebut.
Nilai sisa = nilai jual ongkos pemindahan.
(7.1)
4.Nilai jual ?pasar ((Market Value)mengacu pada jumlah uang yang diperoleh bila
asset tersebut dijual dipasar bebas.Hampir bisa dipastikan nilai buku suatu asset
tidak sama dengan nilai jualnya.Bahkan bangunan-bangunan komersial atau tanah harga jualnya selalu naik manakala nilai bukunya akan turun karena depresiasi.Nilai asset lebih penti ng dipertimbangkan apabila kita melakukan studi
ekonomi teknik untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan alternatifalternatif investasi.
7.4. Metode-metode Depresiasi.
1. Metode garis lurus (Straight Line atau SL)
2. Metode jumlah digit tahun (Sum Of Years Digit atau SOYD)
3. Metode kesehimbangan menurun(Declining Balance atau DB)
4. Metode dana sinking (Sinking Fund atau SF)
5. Metode unit produksi (Production Unit atau UP)
6
Rp 6 jt
Dimana :
Dt = besarnya depresiasi pada tahun ke t
P = ongkos awal dari asset yang bersangkutan.
S = nilai sisa dari asset tersebut.
N = masa pakai (umumur) dari asset tersebut dalm tahun.
Karena asset diapresiasi sama tiap tahun maka nilai buku setelah tahun ke
t (BVt) akan sama dengan nilai awal dari asset tersebut dikurangi dengan besarnya
depresiasi tahunan dikalikan t,atau :
BVt = P t Dt
P(
P S
)t
N
(7.3)
Tingkat depresiasi (rate of depreciation), d,adalah bagian dari O S yang didepresiasi tiap tahun.Untuk metode SL,tingkat depresiasinya adalah :
d
1
N
Contoh 7.1.
Misal sebuah perusahaan membeli alt transportasi dengan harga Rp 38 jt
biaya pengiriman dan uji coba Rp 1 jt.Masa pakai ekonomis dari alt ini adalah 6 th
dengan perkiraan nilai sisa Rp 3 jt.Gunakanlah metode depresiasi garis lurus untuk
menghitung :
a) Nilai awal dari alat tersebut
b) Besarnya depresiasi tiap th
c) Nilai buku alat tersebut pada akhir tahun kedua dan akhir th ke lima
d) Buat tabel jadual depresiasi dan nilai buku selama masa pakainya
e) Plot nilai buku terhadap umur dari alat tersebut
Solusi
a) Nilai awal dari alat tersebut adalah harga ditambah harga pengiriman dan uji
coba :
P = rp 38 jt + Rp 1 jt = Rp 39 jt.
Dt
P S
N
Rp 39 jt - Rp 3 jt
6
Rp 6 jt
BVt = P t Dt
BV2 = Rp.39 jt 2x Rp.6 jt
= Rp 27 jt.
dan pada akhir th ke lima :
BV5 = Rp.39 jt 5 x Rp.6 jt
= Rp.9 jt
d) Tabel jadual depresiasi terlihat pada tabel 7.1 :
Nilai buku
0
1
2
3
4
5
6
0
Rp.6 jt
Rp.6 jt
Rp.6 jt
Rp.6 jt
Rp.6 jt
Rp.6 jt
Rp.39 jt
Rp.33 jt
Rp.27 jt
Rp.21 jt
Rp.15 jt
Rp. 9 jt
Rp. 3 jt
40
35
30
39 25
20
15
10
5
0
1
6 th
3
Gambar 7.1. Grafik nilai buku Vs umur alat untuk contoh 7.1.
7.6. Metode Jumlah Digit Tahun (SOYD)
SOYD adalah satu metode yang dirancang untuk membebankan depresiasi lebih besar pada tahun-tahun awal dan semakin kecil untuk tahun-tahun
berikutnya.Ini berarti metode SOYD membebankan depresiasi yang lebih cepat
dari metode SL.
(P S), (t 1,2,3.....N)
SOYD
Dt
(7.5)
Dimana :
Dt
= beban depresiasi pada tahun ke t
SOYD = jumlah digit tahun dari 1 sampai N.
Besarnya SOYD dari suatu asset yang umurnya N th adalah :
SOYD = 1+2+3+.+(N-1)+N
N (N 1)
2
(7.6)
(7.7)
Tingkat depresiasi akan menurun tiap tahun.Tingkat depresiasi yang terjadi pada
tahun ke-t,dt , dihitung dari rumus :
dt
N t 1
SOYD
(7.8)
Dimana nilai ini adalah faktor pengali dari (P - S) untuk mendapatkan besarnya
depresiasi pada suatu saat.Semakin besar t maka dt akan semakin kecil sehingga
beban depresiasi juga semakin menurun dengan bertambahnya umur aset.Bila
suatu aset berumur 6 th maka tingkat depfesiasi selama umurnya ditunjukkan
pada tabel 7.2.
Tabel 7.2 Tingkat depresiasi dengan SOYD pada aset yang umurnya 6 th.
t
dt
6/21
5/21
4/21
3/21
2/21
1/21
Contoh. 7.2
Dengan menggunakan data-data pada contoh 7.1. gunakanlah metode
depresiasi SOYD untuk menghitung besarnya depresiasi dan nilai buku tiap
tahun.Plot juga besarnya nilai buku terhadap umur peralatan tersebut.
Solusi
a) Jumlah digit tahun = 1+2+3++6 = 21
Besarnya depresiasi pada tahun pertama :
N t 1
(P S)
SOYD
6 2 1
D1
(39jt 3jt)
21
6/21(36jt)
Rp.10,286jt
Dt
6 2 1
(36jt)
21
Rp.8,571jt
D 3 4/21x36jt
D2
Rp.6,857jt
Rp.28,714jt
Depresiasi th
(Rp)
0
1
2
3
4
5
6
0
6/21 x 36,00jt = 10,286 jt
5/21 x 36,00 jt = 8,571 jt
4/21 x 36,00jt = 6,857 jt
3/21 x 36,00 jt = 5,143 jt
2/21 x 36,00jt = 3,429 jt
1/21 x 36,00 jt = 1,714 jt
39,000 jt
28,714 jt
20,714 jt
13,286 jt
8,143 jt
4,714 jt
3,000 jt
Bila diplot dalam grafik maka hubungan antara umur aset dengan nilai buku
tampak seperti gambar 7.2.
BVt = BVt-1 Dt
(7.10)
Dengan mensubstitusikan persamaan (7.9)ke persamaan (7.10) maka akan
diperoleh :
D t d(1 d)d 1 P
(7.12)
Demikian pula nilai buku pada akhir tahun ke-t bisa diekspresikan
dengan :
BVt (1 d) t P
(7.13)
6 tahun
Gambar 7.2.Grafik nilai buku Vs umur asset dengan metode depresiasi SOYD untuk contoh 7.2.
Sering kali kita ingin mendapat jawaban kapan suatu asset akan mencapai
nilai buku tertentu.Nilai buku suatu asset (BVt) akan sama dengan suatu nilai (F
setelah t tahun :
ln(F/P)
(7.14)
ln(1 d)
Atau bila kita ingin mengetahui tingkat depresiasi pada saat itu maka jawabannya
bisa diperoleh dengan menggunakan formula :
t
F
d 1 [ ]1/t
(7.15)
P
Tentu dari sini kita bisa menentukan kapan suatu asset akan mencapai nilai sisa
(setelahdidepresiasi).Dengan mengganti F dengan S pada persamaan 7.14.maka
akan diperoleh t yang menyatakan waktu saat mana nilai ssa yang ditetapkan akan
sama dengan nilai buku dari asset tersebut.
Hampir selalu kita jumpai bahwa perhitungan depresiasi dengan metode
DB tidak akan menurunkan nilai buku suatu asset persis pada pada besarnya nilai
sisa yang telah ditetapkan.Bila besarnya depresiasi yang telah dihitung dengan
metode DB membawa nilai buku ke suatu nilai yang kurang dari nilai sisanya maka
besarnya depresiasi harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga nilai sisa pas dicapai pada akhir umur asset tersebut.
Akhir
tahun
0
1
2
3
4
5
6
Depresiasi tahun(jtRp)
1/3 x
1/3 x
1/3 x
1/3 x
1/3 x
1/3x
0
39
= 13.00
26 = 8,67
17,33 = 5,77
11,56 = 3,85
7,71 = 2,57
5,14 = 1,71
39,00
26,00
17,33
11,56
7,71
5,14
3,43
Tampak pada tabel diatas bahwa nilai buku asset pada akhir umur depresiasinya > dari nilai sisa yang ditetapkan.Oleh karenanya besarnya besarnya depresiasi
pada tahun ke 6 harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga nilai buku pada akhir
tahun ke 6 adalah Rp. 3 jt.Dengan demikian besarnya depresiasi pada akhir tahun ke
6 bukan Rp,1,71 jt tetapi Rp.2,14 jt.
7.8.Metode Depresiasi Sinking Fund (SF)
Asumsi dasar yang digunakan pada metode depresiasi sinking fund adalah
penurunan nilai suatu asset semakin cepat dari suatu saat berikutnya.Peningkatan
ini disebabkan karena disertakannya konsep nilai waktu dari uang sehingga besarnya
depresiasi akan meningkat sehirama dengan tingkat bunga yang berlaku.Dengan kata lain,besarnya depresiasi akan lebih kecil pada tahun-tahun awal periode depresiasi.Dengan sifat yang demikian maka pemakaian metode depresiasi sinking fund tidak akan menguntungkan bila ditinjau dari sudut pajak yang harus ditaggung perusahaan.Alasan inilah yang menyebabkan metode ini jarang dipakai.
Besarnya nilai patokan depresiasi tiap tahun dihitung dari konversi nilai
yang akan didepresiasi (P S) selama Nperiode ke nilai seragam tahunan dengan bunga sebesar i% atau :
A = (P S )(A/F,i%,N)
(7.16)
Dengan demikian maka besarnya depresiasi pada tahun ke-t adalah jumlah
dari nilai patokan depresiasi (A) dengan bunga yang dihasilkannya.
Dengan demikian maka besarnya depresiasi pada tahun ke-t adalah jumlah
dari nilai patokan depresiasi (A) dengan bunga yang dihasilkannya.
Jadi depresiasi pada tahun pertama adalah A,pada tahun kedua adalah A (1 + i),dan
t 1
pada tahun ke- t adalah A(1 i) atau sama dengan A(F/P,i%,t-1).
Dari sini bisa dihitung besarnya depresiasi pada tahun ke-t adalah :
Dt = (P S)(A/F,i%,N)(F/P,i%,t-1)
(7.17)
Besarnya deprsiasi ini juga bisa dinyatakan dengan selisih nilai buku pada
suatu tahun (t) dengan nilai buku pada tahun sebelumnya (t-1).Dengan lain
pernyataan :
Dt = BV t-1 BVt
(7.18)
Diana nilai buku pada periode t adalah nilai awal asset tersebut setelah dikurangi
akumulasi nilai patokan depresiasi maupun bunga yang terjadi sampai saat itu.
Atau dapat dirumuskan :
BVt = P-A(F/A,i%,t)
(7.19)
BVt = P- (P-S)(A/F,i%,N)(F/A,i%,t)
(7.20)
Atau,
Contoh 7.4.
Kembali pada soal 7.1. Hitunglah depresiasi yang terjadi serta nilai bukunya selama periodev depresiasi dengan mengasumsikan MARR sebesar 12% dengan
metode depresiasi sinking fund.
Solusi
Besarnya depresiasi tiap tahun bisa dihitung dengan terlebih dahulu mencari nilai depresiasi dasarnya,yaitu :
A = (P S)(A/F,i%,N)
= (39 jt- 3 jt)(A/F,12%,6)
= 36 jt (0,12323)
= Rp.4,436 jt
Besarnya depresiasi pada tahun pertama adalah sama dengan nilai depresiasi
dasar,yaitu Rp.4,436 jt.Atau bisa juga langsung dihitung dengan rumus 7.17. sbb :
Dt = (P S)(A/F,i%,N)(F/P,i%,t-1)
= (36 jt)(A/F,12%,N)(F/P,12%,t-1)
= 36 jt (0,12323)(1)
= Rp.4,436 jt.
Nilai buku pada akhir tahun pertama adalah nilai awal dikurangi besarnyadepresiasi
pada tahun pertama,yaitu Rp,39 jt Rp.4,436 jt = Rp. 34,564 jt.
Atau bisa juga langsung dihitung dengan rumus 7.19 atau 7.20 seperti berikut :
BVt = P-A(F/A,i%,t)
= 39 jt 34,436 jt (F/A,12%,1)
= 39 jt 34,436 jt (1)
= Rp.34,546 jt
Selanjutnya hasil-hasil perhitungan selengkapnya dari besarnya depresiasi dan nilai
buku setiap tahun sampai akhir periode depresiasi terlihat pada tabel dibawah :
Tabel 7.5 Jadwal depresiasi dan nilai buku dengan metode sinking fund.
Akhir
tahun
0
1
2
3
4
5
6
Depresiasi tahun(jtRp)
0
4,436
4,968
5,565
6,232
6,980
7,819