Anda di halaman 1dari 6

MEMAHAMI KEAGUNGAN ALLAH

(SINGGASANA ALLAH)
MELALUI AYAT KURSI

Forum Yth
Sebuah kisah yang diutarakan oleh ayah Abdullah bin Ubay bin Kaab menjadi
bukti nyata akan keampuhan ayat kursi sebagai pelindung.
Bahwa pada suatu malam ketika melihat-lihat kebun kurma miliknya,
tiba-tiba ia terserempak dengan seekor hewan yang mirip dengan
seorang anak yang baru menginjak usia baligh. Maka ayah Abdullah bin
Ubay bin Kaab mengucapkan salam yang langsung dijawab oleh anak
itu. Kemudian dengan nada penasaran ia bertanya,

Siapakah kamu? Apakah kamu dari golongan jin atau manusia?.


Dengan singkat anak itu menjawab, Dari golongan jin. Akhirnya ia
meminta jin itu untuk mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Ternyata ketika disentuh, tangannya seperti tangan anjing dan juga
bulunya. Maka aku bertanya,

Apakah demikian jin diciptakan? Jin itu menjawab, Bahkan ada yang
lebih hebat dari ini. Apakah yang mengundang kamu datang kemari?.
Ayah Abdullah bin Ubay kembali bertanya. Telah sampai berita
kepadaku bahwa engkau adalah seorang yang sangat dermawan. Aku
ingin mendapatkan sedekahmu. Jika memang demikian, aku ingin
bertanya, apa yang dapat melindungi kami dari godaanmu?. Pinta
Abdullah bin Ubay. Dengan tegas, jin itu menjawab, Ayat kursi.
Keesokan harinya, Ayah Abdullah bin Ubay menceritakan kepada
Rasulullah apa yang dialaminya tadi malam. Maka Rasulullah bersabda,
Apa yang dikatakan oleh jin itu benar, tetapi dia tetap makhluk yang
kotor. (Diriwayatkan oleh Al-Hakim).

Forum Yth.
Dari ceramahnya Dr. Attabiq Lutfi, MA antara lain :
ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUMU.
LAA TA'KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM.
LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI.
MAN DZAL LADZII YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI.
YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM.
WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A.
WASI'A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA.
WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA
WAHUWAL 'ALIYYUL AZHIIM.

Terjemah Al Quran/Ayat Kursi Versi Departemen Agama :

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di
bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan

Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.

Terjemah Al Quran Ayat Kursi oleh Abdullah Yusuf Ali

Allah! Tiada tuhan selain Dia yang Hidup, Yang berdiri Sendiri, Abadi,
tak pernah terlena. Tak pernah tidur. Milik-Nyalah segala yang di langit,
segala yang di bumi. Siapakah yang dapat memberi perantaraan di
hadapan-Nya tanpa izin-Nya? Ia mengetahui segala yang di depan
mereka dan segala yang di belakang mereka; mereka takkan mampu
sedikit pun menguasai ilmu-Nya kecuali yang dikehendaki-Nya.
Singgasana-Nya meliputi langit dan bumi, dan tiada merasa berat Ia
menjaga dan memelihara keduanya. Ia Mahatinggi, Mahabesar.

Terjemah Al Quran oleh Ibnu Katsir

Allah tidak ada Ilah (yang berhak untuk diibadahi) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya);tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di
bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya.
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Mahatinggi
lagi Mahabesar.

Ayat di atas yang masyhur dengan nama ayat kursi terdapat di dalam surah AlBaqarah ayat 255. Penamaan ayat ini bukan ijtihad para ulama, tetapi
Rasulullah sendiri yang menamakannya.
Tersebut dalam salah satu riwayat bahwa ketika Rasulullah saw ditanya oleh
salah seorang sahabatnya tentang ayat apa yang paling agung dari
kitabullah? Beliau menjawab,
Ayat Kursi, kemudian Rasulullah membaca ayat ini. (Hadits riwayat
Imam Ahmad dan Nasai).
Dan memang, kata kursi sendiri terdapat di dalam ayat ini yang menjadi
salah satu argumen penamaan ayat ini seperti juga penamaan surah-surah AlQuran yang lain.
Ayat ini disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ubay bin Ka'ab
[1] sebagai ayat paling agung dalam Al Qur'an
[2] Isinya tentang keesaan Tuhan serta kekuasaan Tuhan yang mutlak
atas segala sesuatu dan bahwa Ia tidak kesulitan sedikitpun dalam
Rasulullah SAW. Bersabda :
Barangsiapa yang membaca empat ayat dari awal surat Al-Baqarah, dan
ayat Kursi serta dua ayat sesudahnya, dan tiga ayat dari akhir surat, ia
tidak akan melihat pada diri dan hartanya sesuatu yang tidak diinginkan,

tidak didekati oleh setan, dan tidak melupa-kan Al-Quran. (Kitab


Tsawabul Amal 104).
Ayat kursi sangat kental dengan nuansa akidah, terutama akidah kepada Allah
swt, yaitu akidah akan sifat-sifat Allah yang berbeda dengan sifat seluruh
makhluk-Nya. Kejelasan akan sifat-sifat Allah sangatlah penting untuk
menghindari dominasi khurafat, mitos dan syubhat yang kerap kali menutupi
hati dan pandangan manusia.
Justru Islam datang untuk menyelamatkan dan membersihkan hati
manusia dari timbunan kotoran yang demikian berat, serta dari
kesesatan dan kebingungan dalam kegelapan.
Sehingga secara korelatif dijelaskan pada ayat setelahnya: Tidak ada paksaan
dalam beragama, bahwa akidah yang dibawa oleh Islam adalah akidah yang
berdasarkan kerelaan hati setelah mendapat keterangan dan penjelasan yang
terang benderang, bukan berdasarkan pemaksaan dan tekanan.
Menurut Ibnu Athiyah, yang dimaksud dengan kursi, berdasarkan haditshadits Rasulullah saw, adalah makhluk Allah yang agung yang berada di
antara Arsy Allah swt, sedangkan Arsy Allah tentunya lebih besar berbanding
kursi-Nya.
Perbandingan antara keduanya seperti yang dituturkan oleh Rasulullah dalam
sebuah hadits riwayat Abu Dzar, :
Bukanlah kursi Allah yang berada di Arsy Allah itu melainkan hanya
seperti sebuah lingkaran besi yang dilemparkan di salah satu penjuru
bumi.
Penyebutan kata kursi yang secara fisik inderawi bisa digambarkan
layaknya kursi tempat duduk manusia, begitu juga ungkapan dan Allah
tidak merasa berat memelihara keduanya sememangnya menurut Sayyid
Qutb adalah untuk memudahkan manusia memahami dan menggambarkan
keagungan dan luasnya kekuasaan Allah yang meliputi langit dan bumi,
Luasnya Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Ungkapan dalam kalimat
deskripsi inderawi seperti ini akan memberikan kesan yang kuat dan
mendalam serta mantap di dalam hati mengenai hakikat yang dimaksud.
Berdasarkan analisa bahasa yang dikemukakan oleh Az-Zamakhsyari bahwa
penyebutan sifat-sifat Allah yang terkandung dalam ayat kursi ternyata tidak
menggunakan kata penghubung (wau athaf) yang biasa digunakan dalam
susunan kalimat bahasa Arab untuk menghubungkan antara satu kata dengan
kata lainnya.
Redaksi yang demikian ini menunjukkan kekuatan bayan (penjelasan) pada
seluruh sifat-sifat Allah swt yang tersebut dalam ayat ini. Paling tidak terdapat
empat penjelasan tentang sifat-sifat Allah dalam ayat kursi, yaitu:

Pertama,

penjelasan akan keesaan Allah dalam mengatur seluruh


makhluk.

Kedua,
o Penjelasan bahwa Allah adalah Raja atas seluruh makhluk
yang diatur.

Ketiga,
o penjelasan akan luasnya ilmu Allah yang mencakup
seluruh makhluk, sampai kepada mereka yang diridhoi
dan berhak mendapat syafaat-Nya dengan mereka yang
tidak berhak mendapatkannya.

Dan keempat,
o

penjelasan tentang pengetahuan Allah akan seluruh


maklumat yang tersebar di langit dan bumi.

Wajar jika Ibnu Katsir menyimpulkan bahwa ayat kursi merupakan ayat yang
paling agung dalam Al-Quran (Azhamu ayatin fil Quran) dan memiliki
kedudukan dan keutamaan yang banyak. Di antara keutamaan ayat kursi
seperti yang ditegaskan dalam beberapa hadits Rasulullah diantaranya:
pertama, ayat kursi merupakan pelindung dan benteng dari godaan syetan.
Kedua, nilai ayat kursi setara dan sebanding dengan seperempat Al-Quran.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dijelaskan


o Kedudukan ayat kursi yang senilai dengan seperempat Al-Quran.

Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah saw pernah bertanya


kepada salah seorang sahabatnya,
o Wahai fulan, sudahkah kamu menikah? Sahabat itu menjawab,
Saya tidak memiliki apapun untuk menikah. Rasulullah bertanya
kembali, Bukankah bersama engkau (hafal) Al-Ikhlash? Ia
menjawab, Benar wahai Rasulullah. Rasulullah menjelaskan, Ia
sebanding dengan seperempat Al-Quran. Rasulullah terus
bertanya pertanyaan yang sama sampai terakhir Rasulullah
bertanya, Bukankah bersama engkau (hafal) ayat kursi?. Ia
menjawab, Benar ya Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda, Ia
senilai dengan seperempat Al-Quran.

Keagungan ayat kursi semakin jelas karena ayat ini secara terperinci
mengandungi penjelasan akan sifat-sifat dzat Allah swt; dari sifat
Wahdaniyah yang dinyatakan oleh Allahu La Ilaha Illah Huwa, Sifat
Maha Hidup yang berkekalan (Al-Hayyu), sifat Maha Kuasa dan berdiri
sendiri (Al-Qayyum), bahkan sifat Qayyum Allah diperkuat dengan
penafian akan segala yang mengarah kepada kelemahan, seperti Tidak
mengantuk dan tidak tidur. Begitu juga dengan sifat memiliki yang
berkuasa untuk melakukan apa saja terhadap makhluk yang dimiliki-

Nya. Sifat iradah (berkehendak) yang ditunjukkan oleh kalimat


mandzalladzi yasyfau, dan iradah Allah di sini adalah pada urusan
yang paling besar, yaitu syafaat yang tidak dimiliki oleh siapapun
kecuali atas izin Allah swt. Juga sifat Ilm yang dinyatakan oleh
yalamu ma baina... Terakhir sifat-sifat dzatiyyah Allah ditutup
dengan sifat yang menunjukkan ketinggian dan keagunganNya,
Wahuwal Aliyyul Adzim. Ibnu Abbas menuturkan, Yang sempurna
dalam ketinggian dan keagunganNya.

Inilah sifat penutup bagi ayat kursi untuk menetapkan ke-Esa-an Allah
pada kebesaran dan ketinggianNya. Alif Lam Marifah yang digunakan
dalam kedua sifat terakhir Al-Aliyyu Al-Azhimu sesungguhnya untuk
membatasi sifat itu hanya milik Allah Yang Maha Suci, tanpa ada yang
bersekutu denganNya. Bahkan tidak ada seorang hamba pun yang
berusaha mencapai posisi kebesaran dan ketinggian seperti ini
melainkan Allah akan mengembalikannya kepada kehinaan dan
kerendahan di akhirat kelak Allah swt berfirman, Negeri akhirat itu Kami
jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat
kerusakan di (muka) bumi.. (Al-Qashash: 83)

Forum Yth.
Demikianlah ayat kursi hendaknya dijadikan prinsip dan acuan dalam
berinteraksi dengan Allah dan dengan seluruh makhluk-Nya. Hanya Allah
Pemilik segala sifat kesempurnaan, sedangkan manusia tidak layak memakai
pakaian kebesaran Allah. Keyakinan yang mendalam akan seluruh sifat-sifat
Allah akan mampu melahirkan perasaan khauf (takut) akan murka dan azab
Allah jika kita melanggar aturan-Nya. Begitu juga akan mampu melahirkan sifat
raja (penuh harap) kepada kasih sayang dan rahmat Allah swt.

Billahi taufiq wal hidayah


Pengasuh Renungan
Masjid Nurul Iman - Sekupang Logistics
Batam

Anda mungkin juga menyukai